p-Index From 2020 - 2025
7.658
P-Index
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

ANALISIS BIOEKONOMI PERIKANAN TUNA SIRIP KUNING DI LARANTUKA, KABUPATEN FLORES TIMUR, INDONESIA Pratita Budi Utami; Tridoyo Kusumastanto; Nimmi Zulbainarni; Nisa Ayunda
Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 10, No 1 (2020): JUNI 2020
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jksekp.v10i1.7766

Abstract

Tingginya permintaan tuna sirip kuning baik dalam memenuhi kebutuhan pasar mancanegara dan pasar lokal, berdampak pada keberlanjutan perikanan tuna tersebut. Wilayah perairan Flores Timur adalah salah satu lokasi migrasi bagi tuna sirip kuning; Kecamatan Larantuka merupakan tempat pendaratan terpenting bagi nelayan lokal handline tuna sirip kuning. Kegiatan perikanan tuna sirip kuning ini merupakan salah satu pendapatan utama bagi nelayan lokal dan pemerintah daerah setempat. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi tingkat eksploitasi dan menganalisa rezim pemanfaatan dari perikanan handline tuna sirip kuning di Larantuka, Flores Timur. Model bioekonomi Fox dan Copes digunakan dalam penelitian untuk menganalisa tingkat lestari sumber daya tuna ekor kuning dari pendekatan input dan output. Hasil estimasi dari kedua model menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan sumber daya ikan tuna sirip kuning oleh nelayan lokal handline masih dalam zona lestari secara ekonomi dan ekologi. Maximum economic yield (MEY) merupakan strategi terbaik untuk mengelola keberlanjutan perikanan tuna sirip kuning di perairan Flores Timur. Melalui pengelolaan rezim MEY diperkirakan dapat menyerap tenaga kerja lebih dari 30 orang, peningkatan armada alat penangkapan sebanyak 25 unit dan pemasukan keuntungan secara ekonomi sebesar Rp68.123.060.000,00 per tahun.Title: Bioeconomic Analysis of Yellowfin Tuna Fishery in Larantuka of East Flores Regency, Indonesia The high demand for yellowfin tuna both in national and international markets has a consequence to the fish resources sustainability. Eastern Flores water is a major area of this tuna mobility; the district of Larantuka is the central port for local yellowfin tuna handline fisheries. These activities are substantial incomes for the local community and regional government. This study, therefore, aims to calculate fish exploitation level and to analyze appropriate management for yellowfin tuna fisheries in Larantuka, East Flores. The bioeconomics Fox and Copes models are used to evaluating the optimal fisheries from input and output approaches. The models’ applications demonstrated that yellowfin tuna handline fisheries are currently estimated sustainable both in ecology and economics. During the study period, the maximum economic yield (MEY) is a recommended strategy to manage yellowfin tuna fisheries in Larantuka, Eastern Flores. The strategy contributes to increasing the number of workers about 30 people, the number of fishing fleets about 25 units and reaching the economic rent  IDR 68.123.060.000,00 in a year
Proteksionisme dan Standardisasi Garam Konsumsi Beryodium Rahmadi Sunoko; Asep Saefuddin; Rizal Syarief; Nimmi Zulbainarni
Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 12, No 2 (2022): Desember 2022
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jksekp.v12i2.11077

Abstract

Garam memiliki peranan penting sebagai bagian ekonomi masyarakat pesisir serta sejarah yang panjang, khususnya di wilayah pesisir Jawa dan Madura. Dalam praktik tata niaga, garam hasil produksi petambak garam dibeli oleh pedagang/produsen yang sebagian besar diolah untuk memenuhi pasar garam konsumsi beryodium dan kebutuhan garam bahan baku industri, seperti industri aneka pangan. Dengan melakukan pendekatan analisis deskriptif dan pengamatan langsung terhadap proses produksi garam dari bahan baku hingga menjadi produk olahan serta wawancara kepada petambak garam, pedagang garam, dan pengolah garam, penelitian ini mengeksplorasi lebih lanjut bagaimana praktik standardisasi garam konsumsi beryodium di Indonesia. Penelitian ini juga menganalisis kebijakan standardisasi garam konsumsi beryodium, apakah merupakan bagian dari proteksionisme atau tidak serta bagaimana pengaruhnya terhadap daya saing petambak garam dan industri kecil menengah (IKM) pengolah garam. Standardisasi garam konsumsi beryodium dengan kandungan NaCl>94% berada di bawah rekomendasi Codex (>97%). Implementasi SNI garam konsumsi beryodium merupakan contoh pseudo-protectionism dalam bentuk under-standardization. Kebijakan ini mampu memberikan pasar bagi produksi garam nasional dengan tetap menjunjung fairness dalam perdagangan global. Implikasi atas kebijakan ini mempertegas posisi pemerintah yang memiliki andil besar dalam rangka meningkatkan daya saing petambak garam dan industri kecil menengah (IKM) pengolah garam. Namun, under-standardization sebagai suatu bentuk proteksionisme tidak akan efektif ketika tidak terjadi peningkatan kualitas bahan baku garam di hulu. Kebijakan ini memiliki manfaat jangka pendek, tetapi tidak mampu menjadi katalis bagi peningkatan daya saing IKM pengolah garam dan petambak garam itu sendiri. Meskipun terdapat jaminan tersedianya pasar bagi garam produksi petambak garam nasional, itu tidak menjamin harga yang baik. Hal itu disebabkan oleh pasar garam konsumsi dan pengasinan ikan yang tidak mampu menyerap seluruh produksi nasional. Sementara itu, industri lainnya menggunakan garam impor yang sesuai dengan spesifikasi kebutuhan industrinya.Tittle: Protectionism and Iodized Food Salt Standardization Salt has a significant role as a part of the coastal economy communities and has a long history, especially in coastal areas of Java dan Madura Islands. In commercial practice, solar salt is produced by farmers and delivered to the market as raw material.  In the processing plant, solar salt is processed to be iodized food salt and to fulfill industry needed. By conducting a descriptive analysis approach and direct observation of the salt production process from raw materials to processed products as well as interviews with salt farmers, salt traders,and salt processors, this study aims to explore further how the practice of standardizing iodized food salt in Indonesia. This study also analyzes the policy of standardization of iodized consumption salt, whether it is part of protectionism or not and how it affects the competitiveness of salt farmers and small and medium industries (SMEs) for processing salt. The standardization of iodized consumption salt with NaCl content >94% is below the Codex recommendation (>97%). The implementation of the Indonesia National Standard (SNI) for iodized consumption salt is an example of pseudo-protectionism in the form of understandardization. This policy can provide a market for national salt production while upholding fairness in global trade. The implication of this policy emphasizes the position of the government which has a major role in increasing the competitiveness of salt farmers and IKM for processing salt. However, under-standardization as a form of protectionism will not be effective if there is no improvement in the quality of salt raw materials upstream. This policy has short-term benefits but cannot be a catalyst for increasing the competitiveness of salt processing SMEs and salt farmers themselves. Although there is a guarantee that there will be a market available for salt produced by national salt farmers, it does not guarantee a good price. This is due to the market of iodized consumption salt and fish salting which are unable to absorb the entire national production. Meanwhile, on the other hand, other industries use imported salt according to the specifications of the industrial needs.
Co-Authors . Jihad Abdullah, Asaduddin Abgusta Fajri Wiranata Achmad Fahrudin Aditya Hikmat Nugraha Adler Haymans Manurung Adriani Sunuddin Agung Jat Wibowo Arsa Aida Vitalaya Hubeis Alvi Rahmah Amandra, Miko Novri Andi Alamsyah Andi Irman Patiroi Andina Oktariani Anggraeni, Aniesya Sefia Arief Daryanto Arif Satria ASEP SAEFUDDIN Asep Taryana Asep Taryana Bayu Koen Anggoro Benny Osta Nababan Budi, Moch Wahyu Ksatria Budy Wiryawan Bustanul Arifin Deby Indah Mayriska Deni A. Soeboer Dirgantara, Ahmad Fauzan Ekananta, Arry Eko Sri Wiyono Epiet Dwi Anggoro Fadhila Hukmi Fredinan Yulianda Galang Prakasa Yusuf Putra Gena Bijaksana Gigih Budiarto Ginoga, Andina Nuraini Hairunisa Dzulhira Haj, Muhammad Hairul Hapsari, Umi Indah Harianto Harianto Harits Adli Tegar Nevada Hartoyo Hartoyo Hartoyo Hartoyo Hartoyo Hartoyo Hendilen Hendilen Hendro Sasongko Hermanto Siregar Hermanto Siregar Indra Jaya Indrawan, Dikky Insaniah Rahimah Irman Hermadi Iwan Dirwana Johan, Daniel Kamil, Fathan Kamilia, Ghina Khumaera, Nur Ifra Kirana, Leo Candra Krisna Fery Rahmantya Lubis, Muchdy Lukman M. Baga M. Joko Affandi M. Syamsul Maarif M. Syamsul Ma’arif Ma'arif, Mohammad Syamsul Ma'arif, Syamsul Megawati Simanjuntak Miko Novri Amandra Muchamad Bachtiar Mughny Ilman Wali Rusdi Muhammad Gunawan Sani Saputro Muhammad Hairul Haj Muhammad Siddik Elfian Mulianto, Heri Musa Hubeis Mustaruddin Nisa Ayunda novindra . Novsa Fakhira Novsa Fakhira Nunung Nuryartono Nur Hasanah Nurul Syahara Prafitriandini, Ika Prakasa Yusuf Putra, Galang Pratita Budi Utami Putri Claristha Violetta Rahmadi Sunoko Rahmadi Sunoko Ratna Mutia Aprilia Rina Uswatun Hasanah Rizal Syarief Rizal Syarief Ronny I. Wahju Rosdyani Rachmi Saiful Umam Saptaji, Moh Faqih Dwi Sari, Fadhila Cynthia Sasarari, Rosmina Rose Satriadi, Dharma Sembel, Roy H. M. Siti Jahroh Situmorang, Kaspar Sukarsih, Yayuk Sulaeman Martasuganda Syaiful Rachman Syamsul Bahri Agus, Syamsul Bahri Tanti Novianti Tarlan Subarno Tri Wahyu Budiarti Tri Wiji Nurani Trias Andati Trias Andati Tridoyo Kusumastanto TSNB Hutabarat TSNB Hutabarat Wayangkau, Edoardo Stevie Widyastutik Yulian Anita Yusgiantoro, Purnomo Yusuf Iskandar