Jamur tiram merupakan salah satu komoditas pangan yang diminati oleh masyarakat Indonesia. Permintaan jamur tiram terus meningkat setiap tahunnya, sehingga kebutuhannya belum terpenuhi secara maksimal. Masalah yang dihadapi oleh masyarakat ialah kurangnya pemahaman tentang budi daya jamur tiram. Selain itu, masih ada masyarakat yang ingin menambah penghasilan dalam rumah tangga. Solusi yang dapat ditawarkan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut ialah memberikan pengetahuan tentang budidaya jamur tiram, dan mengarahkan masyarakat untuk menambah penghasilan keluarga dengan budidaya jamur tiram skala rumah tangga. Kegiatan pengabdian dilaksanakan melalui empat tahapan, yaitu persiapan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi. Materi yang disampaikan dalam pelatihan adalah pengenalan jamur tiram, manfaat, syarat tumbuh, dan cara budidaya jamur tiram. Kegiatan pelatihan dilakukan dengan langkah sebagai berikut: Penakaran dan pencampuran media tumbuh; Pemeraman media; Pengisian media ke dalam baglog; Sterilisasi baglog; Pendinginan baglog; Inokulasi bibit jamur F3; Inkubasi dan pemindahan baglog ke dalam kumbung; Pemeliharaan; dan Pemanenan. Kegiatan pendampingan sampai dengan panen perdana dilakukan selama 13 minggu dengan rincian dua minggu pembuatan baglog, sterilisasi dan inokulasi bibit ke dalam baglog, delapan minggu inkubasi baglog sampai dengan siap dibuahkan, dua minggu proses pemindahan baglog ke dalam kumbung budi daya sampai siap dipanen, panen perdana jamur tiram hasil budidaya mitra sebanyak 5 kg. Hasil pengabdian kepada masyarakat menunjukkan bahwa peserta pelatihan budidaya jamur tiram berhasil melakukan cara budidaya jamur tiram dari proses pembuatan media baglog, inokulasi bibit, pemeliharaan bibit selama diruang inkubasi dan kumbung, serta pemanenan. Dengan keberhasilan pengabdian ini, masyarakat sangat antusias untuk budidaya jamur tiram. Oyster Mushroom Cultivation Training in Rempek Village, Gangga District, North Lombok Regency Oyster mushrooms are one of the food commodities that are in demand by Indonesian people. Demand for oyster mushrooms continues to increase every year, so their needs have not been met optimally. The problem faced by the community is a lack of understanding about oyster mushroom cultivation. Apart from that, there are still community who want to increase their household income. The solution that can be offered to solve this problem is to provide knowledge about oyster mushroom cultivation, and direct people to increase their family income by cultivating oyster mushrooms on a household scale. The service activities had been carried out through four stages, namely preparation, implementation, monitoring and evaluation. The material presented in the training is an introduction to oyster mushrooms, benefits, growing conditions, and how to cultivate oyster mushrooms. Training activities are carried out with the following steps: Dosing and mixing the growing media; Media screening; Filling media into baglog; Baglog sterilization; Baglog cooling; Inoculation of F3 fungal seeds; Incubation and transfer of baglog into kumbung; Maintenance; and Harvesting. Assistance activities up to the first harvest are carried out for 13 weeks, with details of two weeks of baglog making, sterilization and inoculation of seeds into baglog, eight weeks of incubation of baglog until it is ready to be fruit, two weeks of the process of transferring baglog into cultivation kumbung until it is ready to be harvested, first harvest 5 kg of partner-cultivated oyster mushrooms. The results of community service show that participants in the oyster mushroom cultivation training were successful in cultivating oyster mushrooms from the process of making baglog media, inoculating seeds, maintaining seeds during incubation and kumbung rooms, as well as harvesting. With the success of this service, the community is very enthusiastic about cultivating oyster mushrooms.