Parental divorce can have significant psychological impacts on adolescents. However, not all adolescents experience the same negative impacts, some are able to adapt and recover from these experiences through resilience. This study aims to describe and understand the dynamics of resilience in adolescent girls whose parents divorced. The approach used was a qualitative approach with a phenomenological method, with three adolescent girls living in a densely populated area with a lower-middle economic background as subjects. Data were collected through in-depth interviews and analyzed using thematic interpretative techniques. The results showed that the aspects of resilience that emerged included emotional regulation, impulse control, optimism, root cause analysis, empathy, self-efficacy, and the ability to find solutions. However, this study also found that religiosity plays a significant role as a source of psychological and spiritual strength that helps adolescents in the process of meaning-making, acceptance, and emotional healing. This aspect of religiosity emerged as a new finding that expands the previous theoretical framework and reflects the Indonesian cultural context, which is strongly based on religious values. This study concludes that the resilience of adolescents with divorced parents is determined not only by individual skills but also by the social support and spiritual values surrounding them. These findings are expected to inform the development of culturally and religiosity-based psychological interventions and serve as a reference for further research in similar contexts. ABSTRAKPerceraian orang tua dapat berdampak psikologis yang signifikan terhadap remaja. Namun, tidak semua remaja mengalami dampak negatif yang sama, beberapa mampu beradaptasi dan pulih dari pengalaman tersebut melalui resiliensi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan memahami dinamika resiliensi pada remaja putri yang orang tuanya bercerai. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi, dengan tiga remaja putri yang tinggal di daerah padat penduduk dengan latar belakang ekonomi menengah ke bawah sebagai subjek. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan dianalisis menggunakan teknik interpretatif tematik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek-aspek resiliensi yang muncul meliputi regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, analisis akar permasalahan, empati, efikasi diri, dan kemampuan menemukan solusi. Namun, penelitian ini juga menemukan bahwa religiusitas berperan signifikan sebagai sumber kekuatan psikologis dan spiritual yang membantu remaja dalam proses pembentukan makna, penerimaan, dan penyembuhan emosional. Aspek religiusitas ini muncul sebagai temuan baru yang memperluas kerangka teori sebelumnya dan mencerminkan konteks budaya Indonesia yang sangat berlandaskan nilai-nilai agama. Studi ini menyimpulkan bahwa resiliensi remaja dengan orang tua yang bercerai tidak hanya ditentukan oleh keterampilan individu, tetapi juga oleh dukungan sosial dan nilai-nilai spiritual yang melingkupinya. Temuan ini diharapkan dapat menjadi dasar pengembangan intervensi psikologis berbasis budaya dan religiusitas, serta menjadi referensi bagi penelitian lebih lanjut dalam konteks serupa.