Articles
            
            
            
            
            
                            
                    
                        Elemen Visual pada Desain Media Promosi Museum Wayang Jakarta 
                    
                    Yayah Rh Yayah Rh; 
Dendi Pratama; 
Puji Anto                    
                     Visual Heritage: Jurnal Kreasi Seni dan Budaya Vol 3, No 2 (2021): Visual Heritage: Jurnal Kreasi Seni dan Budaya 
                    
                    Publisher : Universitas Indraprasta PGRI 
                    
                         Show Abstract
                        | 
                             Download Original
                        
                        | 
                            
                                Original Source
                            
                        
                        | 
                            
                                Check in Google Scholar
                            
                        
                                                                                    
                            | 
                                DOI: 10.30998/vh.v3i2.3971                            
                                            
                    
                        
                            
                            
                                
Saat ini banyak yang masih belum memahami pentingnya penggunaan element visual secara konsisten. Dengan tidak adanya konsistensi antar media, akan menciptakan kesan kesenjangan di dalam suatu brand sehingga media terkesan tidak saling mendukung. Museum Wayang Jakarta adalah Museum Wayang terlengkap di Indonesia, tentunya memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, daya dukung peristiwa terus ditingkatkan dan dikembangkan, salah satunya media promosi. Oleh sebab itu, media promosi yang digunakan layak untuk dikaji. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsistensi desain visual pada media promosi yang digunakan sebagai branding Museum Wayang dilihat dari elemen desain yang digunakan. Hasil analisis elemen desain menunjukkan penggunaan warna yang kurang sesuai atau mewakili Museum Wayang seperti; putih, biru. Ketiga media promosi menggunakan jenis font sans serif, yaitu calibri (Body). Tata letak yang digunakan pada media brosur dan pots card ialah jenis axial, sedangkan pada media booklet menggunakan layout jenis jumble. Ditambahkan pula analisis prinsip desain sebagai hal yang tidak terpisahkan dari elemen desain, seperti kesatuan, penekanan (emphasis), keseimbangan (balance).
                            
                         
                     
                 
                
                            
                    
                        Perputaran Zodiak pada Kayon Jagad Gumelar sebagai Simbol Perhitungan Jawa 
                    
                    Nur Azizah; 
Dendi Pratama                    
                     Visual Heritage: Jurnal Kreasi Seni dan Budaya Vol 2, No 02 (2020): Visual Heritage: Jurnal Kreasi Seni dan Budaya 
                    
                    Publisher : Universitas Indraprasta PGRI 
                    
                         Show Abstract
                        | 
                             Download Original
                        
                        | 
                            
                                Original Source
                            
                        
                        | 
                            
                                Check in Google Scholar
                            
                        
                                                    |
                            
                            
                                Full PDF (991.848 KB)
                            
                                                                                    
                            | 
                                DOI: 10.30998/vh.v2i2.715                            
                                            
                    
                        
                            
                            
                                
Dalam kehidupan orang jawa sangat dipengaruhi oleh hal-hal yang berhubungan dengan tata cara Hindu Jawa, bahkan dari zaman dahulu yaitu zaman Hindu segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari selalu memakai perhitungan dari sesepuh adat yang mengusai ilmu perhitungan, dan masyarakat harus mematuhinya. Masyarakat melakukan ilmu perhitungan melalui pengamatan pada rasi bintang. Dijawa dikenal dengan istilah Pawukon yang merupakan salah satu ajaran yang terdapat pada kitab primbon. Karena primbon memuat berbagai macam persoalan hidup. Pawukon merupakan rumusan perhitungan waktu, hari, bulan ataupun tahun. Pada peradaban yunani mengenal dengan istilah zodiak yang berarti bintang yang menggambarkan 12 rasi bintang. Dalang dari Surakarta yaitu Bambang Suwarno menciptakan berbagai gambar simbol zodiak dalam satu kayon yang disebut kayon Jagad Gumelar. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Data penelitian diambil dari studi literatur, observasi dan wawancara.
                            
                         
                     
                 
                
                            
                    
                        Simbol Zodiak pada Motif Ornamen Kumudawati Pura Mangkunenagaran 
                    
                    Arie Afriadi; 
Dendi Pratama                    
                     Visual Heritage: Jurnal Kreasi Seni dan Budaya Vol 1, No 03 (2019): Visual Heritage: Jurnal Kreasi Seni dan Budaya 
                    
                    Publisher : Universitas Indraprasta PGRI 
                    
                         Show Abstract
                        | 
                             Download Original
                        
                        | 
                            
                                Original Source
                            
                        
                        | 
                            
                                Check in Google Scholar
                            
                        
                                                    |
                            
                            
                                Full PDF (268.524 KB)
                            
                                                                                    
                            | 
                                DOI: 10.30998/vh.v1i03.22                            
                                            
                    
                        
                            
                            
                                
Simbol zodiak sudah dikenal di masyarakat sebagai dua belas simbol rasi bintang yang di tentukan pada hari, tanggal, dan bulan, simbol zodiak di ketahui berasal dari budaya barat yang masuk ke Indonesia dan lebih dikenal sebagai ramalan bintang. Namun terdapat tempat yang menjadikan simbol zodiak sebagai salah satu motif dalam hiasan bangunan, tempat itu adalah di Pendhapa Ageng Pura Mangkunegaran yang telah menjadikan simbol zodiak sebagai sebuah akulturasi kebudayaan antara kebudayaan barat dengan kebudayaan Jawa. Simbol zodiak tersebut termuat dalam sebuah hiasan langit-langit Pendhapa Ageng Pura Mangkunegaran yang diberi nama Motif Ornamen Kumudawati.
                            
                         
                     
                 
                
                            
                    
                        Saung Angklung Udjo Menduniakan Seni Pertunjukan Tradisi 
                    
                    Taessia Andina; 
Dendi Pratama                    
                     Visual Heritage: Jurnal Kreasi Seni dan Budaya Vol 2, No 01 (2019): Visual Heritage: Jurnal Kreasi Seni dan Budaya 
                    
                    Publisher : Universitas Indraprasta PGRI 
                    
                         Show Abstract
                        | 
                             Download Original
                        
                        | 
                            
                                Original Source
                            
                        
                        | 
                            
                                Check in Google Scholar
                            
                        
                                                    |
                            
                            
                                Full PDF (963.444 KB)
                            
                                                                                    
                            | 
                                DOI: 10.30998/vh.v2i01.112                            
                                            
                    
                        
                            
                            
                                
Di era globalisasi pada saat ini kesenian budaya menciptakan sebuah tantangan baru bagi kalangan masyarakat untuk meningkatkan kekreatifan dalam mengelola berbagai kesenian budaya dan tradisi lokal. Berragam dampak dari munculnya era globalisasi budaya pada saat ini dapat diantisipasi jika proses inovasi dan kreatif terus berlangsung dan berkembang di masyarakat. Melalui metode kualitatif, kajian ini akan mencoba untuk menjelaskan bahwa Saung Angklung Udjo merupakan suatu invensi tradisi yang terbentuk melalui proses kreatif pengembangan seni tradisi. SAU sebagai suatu invensi tradisi sangat terkait dengan peran agensi individu merespons realitas seni tradisi melalui pendirian sanggar angklung. Agensi individu ini merancang kondisi sosial dan lingkungan dengan menciptakan sanggar angklung yang keberadaannya merujuk pada seni tradisi angklung sebagai bagian dari budaya masyarakat Sunda. Kemampuan agensi individu ini melakukan invensi tradisi melalui formalisasi dan ritualisasi kegiatan pendidikan, produksi, dan pertunjukan angklung. hal tersebut dapat menjadi modal bagi pelaku seni tradisi untuk berinovasi dan lebih meningkatkan kreatifitas dalam menghadapi tantangan globalisasi budaya.
                            
                         
                     
                 
                
                            
                    
                        Buku Informasi Srabad sebagai Ekspresi Seni Masyarakat Islam Cirebon 
                    
                    Inez Meirina; 
Puri Kurniasih; 
Dendi Pratama                    
                     Visual Heritage: Jurnal Kreasi Seni dan Budaya Vol 1, No 02 (2019): Visual Heritage: Jurnal Kreasi Seni dan Budaya 
                    
                    Publisher : Universitas Indraprasta PGRI 
                    
                         Show Abstract
                        | 
                             Download Original
                        
                        | 
                            
                                Original Source
                            
                        
                        | 
                            
                                Check in Google Scholar
                            
                        
                                                    |
                            
                            
                                Full PDF (212.563 KB)
                            
                                                                                    
                            | 
                                DOI: 10.30998/vh.v1i02.27                            
                                            
                    
                        
                            
                            
                                
Srabad merupakan pengabungan gambar figur dengan tulisan kaligrafi sebagai bingkainya. Buku informasi srabad ini dirancang dengan tujuan sebagai upaya melestarikan dan mewariskan budaya Cirebon dalam bentuk buku informasi yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran serta dapat dijadikan referensi, sehingga dapat menambah wawasan tentang budaya tradisi khususnya di Cirebon. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Pengumpulan data melalui studi literatur, observasi dan wawancara yang berhubungan dengan srabad, untuk melakukan analisa data pustaka dan data lapangan. Hasil yang dicapai adalah membuat buku informasi tentang srabad Cirebon sebagai referensi yang berisi penjelasan secara rinci.
                            
                         
                     
                 
                
                            
                    
                        The Art of Adaptation: From Folk Literature to the Age-Appropriate Visual Media 
                    
                    Santi Sidhartani; 
Muhammad Iqbal Qeis; 
Dendi Pratama                    
                     Cultural Syndrome Vol 1, No 1 (2019): Cultural Syndrome 
                    
                    Publisher : Universitas Indraprasta PGRI 
                    
                         Show Abstract
                        | 
                             Download Original
                        
                        | 
                            
                                Original Source
                            
                        
                        | 
                            
                                Check in Google Scholar
                            
                        
                                                    |
                            
                            
                                Full PDF (690.509 KB)
                            
                                                                                    
                            | 
                                DOI: 10.30998/cs.v1i1.22                            
                                            
                    
                        
                            
                            
                                
The art of adaptation is a process to translate the art form fromone mediainto another.Folklores as a form of media that express the experience and beliefs that was shared amongst the society living in a certain region are usually passeddown from the older generation to the younger generation by word of mouth orthoughoral tradition. Althoughsome of thefolklores havebeen compiledand translated in the form of folk literature andare transcribedin books and written media, these folk literaturesgenerally consist oftexts with little visuals. This is a problem since the main target of folklores is usually children who are more attracted to colorful and rich world of illustration rather than a text-filled literary book. This paper aims to describe the process involved in the art of adaptation that transforms folk literature into a more age-appropriate visualmediaforchildren as an effort to preserve the tradition of folklore in society. The conclusion shows that the process involved a deep understanding of the folklore, not only the story but also the characters and the background location depictedin order to design an appealing visual media thatretainsthe cultural values shared within the society
                            
                         
                     
                 
                
                            
                    
                        PERSPEKTIF BARU PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DESAIN BERBASIS REALITAS SOSIAL MASYARAKAT (Studi Kasus: Program Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Indraprasta PGRI) 
                    
                    Dendi Pratama                    
                     Deiksis Vol 4, No 02 (2012): Deiksis 
                    
                    Publisher : Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta, Indonesia 
                    
                         Show Abstract
                        | 
                             Download Original
                        
                        | 
                            
                                Original Source
                            
                        
                        | 
                            
                                Check in Google Scholar
                            
                        
                                                    |
                            
                            
                                Full PDF (347.67 KB)
                            
                                                                                    
                            | 
                                DOI: 10.30998/deiksis.v4i02.454                            
                                            
                    
                        
                            
                            
                                
Sebuah model pendidikan yang mengembangkan seni dan kebudayaan menjadi sesuatu yang dinilai penting dalam memberikan konstribusi pada dunia pendidikan nasional. Salah satu keilmuan yang di dalamnya membahas seni dan kebudayaan dengan porsi yang lebih banyak adalah Desain Komunikasi Visual (DKV). Pendidikan Desain Komunikasi Visual merupakan salah satu “program studi mahal” karena dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, program studi ini menjadi primadona yang diminati oleh masyarakat karena (sekali lagi) dampak dari berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi. Program Studi Desain Komunikasi Visual Unindra menyelenggarakan pendidikan tinggi yang berkualitas dengan biaya yang relatif terjangkau. Program Studi Desain Komunikasi Visual Unindra juga memposisikan diri untuk ikut menunjang dan berkontribusi nyata dengan mendidik anak-anak bangsa menjadi manusia Indonesia yang memiliki kesadaran berbudaya dan berkepribadian sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia.Kata kunci : desain komunikasi visual, pendidikan tinggi desain,
                            
                         
                     
                 
                
                            
                    
                        Independent Learning Through Youtube: Puppetry Arts Learning for The Duo Puppeteer Brothers 
                    
                    Amrina Rosyada; 
Dendi Pratama; 
Widya Widya                    
                     Deiksis Vol 14, No 1 (2022): Deiksis 
                    
                    Publisher : Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta, Indonesia 
                    
                         Show Abstract
                        | 
                             Download Original
                        
                        | 
                            
                                Original Source
                            
                        
                        | 
                            
                                Check in Google Scholar
                            
                        
                                                    |
                            
                            
                                Full PDF (331.221 KB)
                            
                                                                                    
                            | 
                                DOI: 10.30998/deiksis.v14i1.9997                            
                                            
                    
                        
                            
                            
                                
As one of the Indonesian honors, puppetry arts are supposed to be socialized and preserved for future generations. It needs creative, interactive, and digital-based media due to the fast and unstoppable global changes. This research aimed to demonstrate the use of YouTube as one of the interesting and interactive media platforms in learning the puppetry arts independently for the duo puppeteer brothers, Prama and Rafi. By applying a qualitative research design with narrative analysis, this research had literally observed, virtually interviewed, and digitally documented a set of questionnaires to the duo puppeteer brothers. Several data were also collected from secondary sources such as YouTube channels and online news. Unlike other little puppeteers who learn the puppetry arts in a studio, the results revealed that the duo puppeteer brothers had never joined any puppetry arts studio. At the age of 16 and 13 years old, they have been learning the puppetry arts through YouTube channels for years to identify different styles of professional puppeteers in performing the puppets’ shows. Using YouTube channels, the duo puppeteer brothers enjoy the puppetry arts learning and could preserve the national noble values and culture.
                            
                         
                     
                 
                
                            
                    
                        WAYANG KREASI: AKULTURASI SENI RUPA DALAM PENCIPTAAN WAYANG KREASI BERBASIS REALITAS KEHIDUPAN MASYARAKAT 
                    
                    Dendi Pratama                    
                     Deiksis Vol 3, No 04 (2011): Deiksis 
                    
                    Publisher : Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta, Indonesia 
                    
                         Show Abstract
                        | 
                             Download Original
                        
                        | 
                            
                                Original Source
                            
                        
                        | 
                            
                                Check in Google Scholar
                            
                        
                                                    |
                            
                            
                                Full PDF (600.169 KB)
                            
                                                                                    
                            | 
                                DOI: 10.30998/deiksis.v3i04.442                            
                                            
                    
                        
                            
                            
                                
Wayang sebagai sebuah produk budaya tidak dapat dilepaskan dari keberadaan masyarakat dan lingkungannya. Begitu juga dengan Wayang Kreasi, diciptakan untuk menjawab persoalanpersoalan sosial dalam dinamika kehidupan masyarakat melalui pendekatan desain dan kebudayaan. Penciptaan Wayang Kreasi didasari atas inspirasi kreatif dari wayang-wayang lain yang sebelumnya pernah ada dengan beberapa penyesuaian-penyesuain bentuk untuk mengikuti perkembangan dan pengetahuan yang ada disuatu masyarakat. Dengan pendekatan interpretatif bentuk, fungsi dan makna, secara kritis peneliti mengamati tokoh-tokoh Wayang Kreasi sebagai refleksi pemikiran, sindiran dan kondisi tentang masyarakat dan dinamikanya di sebuah tatanan masyarakat, sehingga penciptaan ini dapat menjadi warna baru dalam dunia pewayangan dan menambah khasanah seni dan budaya di Indonesia saat ini.Kata Kunci : Wayang Kreasi, Kebudayaan, Desain dan Sosial
                            
                         
                     
                 
                
                            
                    
                        Improving Students’ 21st Century Skills Through Creative Writing as A Creative Media 
                    
                    Helda Jolanda Pentury; 
Anastasia Dewi Anggraeni; 
Dendi Pratama                    
                     Deiksis Vol 12, No 02 (2020): Deiksis 
                    
                    Publisher : Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta, Indonesia 
                    
                         Show Abstract
                        | 
                             Download Original
                        
                        | 
                            
                                Original Source
                            
                        
                        | 
                            
                                Check in Google Scholar
                            
                        
                                                    |
                            
                            
                                Full PDF (586.486 KB)
                            
                                                                                    
                            | 
                                DOI: 10.30998/deiksis.v12i02.5184                            
                                            
                    
                        
                            
                            
                                
The ability to improve students’ 21st century skills using creative writing is truly one of the most revolutionary developments in modern creative English education. This type of education, however, is not without its challenges, the way of using creative projects as the creative media to improve writing skills experiences showed the students and the teachers as well that to improve ‘21st century skills’ through creative writing is imaginative, and creative way. This study conducted an observation of design students at the University of Indraprasta PGRI Jakarta, especially their projects and literature study. The qualitative method with an integrated creative approach of 4C’s is used to analyze the creative writing elements of students’ creative projects as a creative media. The results of this study are useful to be used as a reference in improving students’ 21st century skills and creative writing skills as well by using those Creative Writing projects as a creative media. Furthermore, the results show most of the students have improved their 4C’s skills which is called 21st century skills, grow their language skills by writing the projects creatively and innovatively. Keywords: 21st century skill, creative writing, media