p-Index From 2020 - 2025
5.398
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Edu-Sains: Jurnal Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Reaktor CHEMICA Jurnal Teknik Kimia JUIMA : Jurnal Ilmu Manajemen Prosiding Semnastek Jurnal Edukasi dan Sains Biologi Jurnal Riset Akuntansi Terpadu Sari Pediatri Paediatrica Indonesiana JURNAL MANAJEMEN PENDIDIKAN INDONESIA Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat JIM UPB (Jurnal Ilmiah Manajemen Universitas Putera Batam) Sains Natural: Journal of Biology and Chemistry Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Medisia Jurnal Mina Sains Eksis: Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis Jurnal Sains Sosio Humaniora Jesya (Jurnal Ekonomi dan Ekonomi Syariah) Jurnal Maksipreneur: Manajemen, Koperasi, dan Entrepreneurship Jurnal Dedikasi Pendidikan Jurnal Gentala Pendidikan Dasar Procuratio : Jurnal Ilmiah Manajemen Kurs : Jurnal Akuntansi, Kewirausahaan dan Bisnis Jurnal Ekonomi dan Bisnis Dharma Andalas Journal of the Indonesian Medical Association : Majalah Kedokteran Indonesia Jurnal Eduscience (JES) Jurnal Inovasi Ekonomi Bubungan Tinggi: Jurnal Pengabdian Masyarakat BALABA (JURNAL LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG BANJARNEGARA) Majalah Ilmiah Matematika dan Statistika (MIMS) Jurnal Daya Mas : Media Komunikasi dan Informasi Hasil Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Jurnal Abdimas Ilmiah Citra Bakti (JAICB) JURPIKAT (Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat) Jurnal Cahaya Mandalika Bisnis Net : Jurnal Ekonomi dan Bisnis Relativitas : Jurnal Riset Inovasi Pembelajaran Fisika Jurnal Ekonomi Bisnis, Manajemen dan Akuntansi (JEBMA) INVOICE : JURNAL ILMU AKUNTANSI Jurnal Luminous: Riset Ilmiah Pendidikan Fisika Joong-Ki : Jurnal Pengabdian Masyarakat JAKA (Jurnal Akuntansi, Keuangan dan Auditing) Journal of Fibers and Polymer Composites Jurnal Edu Sosial : Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Jurnal Manajemen Dan Akuntansi Medan Joong-Ki
Claim Missing Document
Check
Articles

Karakteristik Purpura Henoch-Schönlein pada Anak di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Ihat Sugianti; Arwin AP Akib; Soedjatmiko Soedjatmiko
Sari Pediatri Vol 16, No 2 (2014)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (213.078 KB) | DOI: 10.14238/sp16.2.2014.128-35

Abstract

Latar belakang. Purpura Henoch-Schönlein (PHS) merupakan sindrom klinis yang disebabkan vaskulitis akut sistemik yang paling sering pada anak. Manifestasi klinis melibatkan berbagai organ, seperti kulit, sendi, gastrointestinal, dan ginjal dengan rekurensi terjadi pada hampir 50% kasus.Tujuan. Mengetahui manifestasi klinis, laboratorium, serta rekurensi PHS anak di Indonesia.Metode. Penelitian deskriptif retrospektif dari rekam medis pasien anak berusia 0-18 tahun dengan diagnosis PHS selama periode 1 Januari 2009 hingga 31 Desember 2012 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.Hasil. Terdapat 71 kasus PHS, rentang usia 2 sampai 16 tahun dan tersering pada kelompok 6-8 tahun. Proporsi anak perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki (rasio 1,2:1). Semua pasien mengalami purpura palpabel, manifestasi tersering adalah gangguan gastointestinal (79%), artritis atau artralgia (68%), dan keterlibatan ginjal (41%). Riwayat infeksi yang mendahului gejala PHS didapatkan 56% kasus. Peningkatan laju endap darah (88%) dan trombositosis (60%) merupakan kelainan laboratorium yang paling sering ditemukan, diikuti hematuria (41%), leukositosis (32%), dan anemia (31%). Penurunan fungsi ginjal ditemukan 6/42 kasus. Perbaikan gejala klinis terlihat dalam waktu kurang dari 4 minggu untuk manifestasi kulit, gastrointestinal, dan persendian. Sebanyak 18/24 subjek dengan hematuria mengalami perbaikan dalam waktu 6 bulan. Penurunan fungsi ginjal menetap tidak ditemukan. Rekurensi didapatkan 5/57 subjek yang memiliki data pemantauan.Kesimpulan. Manifestasi klinis tersering pada PHS adalah purpura palpabel, gangguan gastrointestinal, artritis atau artralgia, dan keterlibatan ginjal. Pemeriksaan darah perifer lengkap dan urinalisis sebaiknya dilakukan pada semua pasien PHS untuk mendukung diagnosis dan menilai keterlibatan ginjal. Pemantauan minimal dilakukan selama 6 bulan untuk menilai keterlibatan ginjal yang mungkin timbul terlambat serta rekurensi.
Kesiapan Fisik dan Pengetahuan Remaja Perempuan Sebagai Calon Ibu dalam Membina Tumbuh Kembang Balita dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya Wan Nedra; Soedjatmiko Soedjatmiko; Agus Firmansyah
Sari Pediatri Vol 8, No 3 (2006)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp8.3.2006.209-17

Abstract

Latar Belakang. Dua puluh satu persen penduduk Indonesia adalah remaja. Hanya11,6% lulusan SMU yang melanjutkan ke perguruan tinggi, yang tidak melanjutkanantara lain memasuki jenjang perkawinan, padahal perkawinan pada usia muda sangatmengundang risiko yang tidak bisa diabaikan. Mereka yang memasuki jenjangperkawinan, umumnya mempunyai kesiapan fisik dan pengetahuan yang belum memadai,sehingga perlu disiapkan. Seorang ibu yang mempunyai pengetahuan yang baik akanmenghasilkan tumbuh-kembang balita yang baik pula, khususnya dalam tiga tahunpertama usia anak.Tujuan Pustaka. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kesiapan fisik, dan pengetahuanremaja perempuan terhadap tumbuh kembang balita.Metoda. Penelitian merupakan studi analitik potong lintang pada remaja perempuansiswi SMU di 7 sekolah di Jakarta Timur, yang dilaksanakan Januari 2006 sampai Maret2006. Setelah mendapat persetujuan penelitian maka dilakukan pemeriksaan fisis danpengambilan sampel darah untuk pemeriksaan hemoglobin. Selanjutnya responden mengisikuesioner untuk mengetahui pengetahuan mereka tentang tumbuh kembang balita.Hasil. Dari 300 responden diperoleh rerata umur 17,2 tahun, suku Jawa 40,2 % danumumnya tinggal dengan orang tua (75,7%). Responden yang anemia sebanyak 25,36%,gizi kurang 18,5%, gizi baik 74,4%, gizi lebih 4,7%, dan obesitas 2,3%. Sumber informasiyang berhubungan dengan masalah tumbuh kembang balita hanya 13,6% berasal darisumber formal yaitu orang tua, guru dan tenaga kesehatan. Remaja yang berpengetahuantinggi didapatkan sebanyak 19%, pengetahuan sedang 33%, dan pengetahuan rendah48%. Remaja yang tidak siap menjadi calon ibu secara fisik didapatkan pada 42,3%.Kesiapan pengetahuan didapatkan pada 63,7% remaja, sedangkan kesiapan fisik danpengetahuan yang memadai didapatkan pada 31,3%. Tidak ada hubungan antara kesiapanresponden untuk menjadi calon ibu dengan demografi keluarga dan sumber informasi.Kesimpulan. Lebih dari separuh remaja (57,7%) telah mempunyai kesiapan fisik untukmenjadi calon ibu. Kesiapan pengetahuan remaja terhadap materi tumbuh kembang balitasebesar 63,7 %. Tingkat kesiapan fisik dan pengetahuan remaja menjadi calon ibu sebesar31,3%. Tidak ada hubungan antara karakteristik keluarga dan sumber informasi dengankesiapan remaja perempuan SMU di Jakarta Timur untuk menjadi calon ibu.
Kualitas Hidup Anak Epilepsi dan Faktor–Faktor yang Mempengaruhi di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM Jakarta Winny N Wishwadewa; Irawan Mangunatmadja; Mardjanis Said; Agus Firmansyah; Soedjatmiko, Soedjatmiko,; Bambang Tridjaja
Sari Pediatri Vol 10, No 4 (2008)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp10.4.2008.272-9

Abstract

Latar belakang. Epilepsi merupakan penyakit kronik yang dapat mempengaruhi kualitas hidup anak di masa depan. Saat ini penelitian untuk menilai kualitas hidup anak epilepsi masih terbatas.Tujuan. Melakukan penilaian faktor-faktor klinis, demografi, psikososial dan obat anti epilepsi (OAE) yang mempengaruhi kualitas hidup anak epilepsi dengan menggunakan instrumen Quality of life in childhood epilepsy questionnaire-parent form (QOLCE).Metode. Penelitian dilaksanakan di Poliklinik Neurologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM dalam kurun waktu Desember 2007 sampai April 2008. Terkumpul 68 orang responden yang memenuhi kriteria inklusi dengan melakukan wawancara secara langsung oleh peneliti.Hasil. Jumlah serangan kejang dalam 6 bulan terakhir (faktor klinis), usia anak dan jumlah anak dalam keluarga (faktor demografi), kecemasan orang tua (faktor psikososial) mempengaruhi kualitas hidup anak epilepsi. Jumlah obat anti epilepsi (OAE) berkorelasi dengan komponen restriksi fisik pada fungsi fisik yaitu semakin sedikit jumlah OAE semakin tidak dibatasi aktivitas fisiknya.Kesimpulan. Kualitas hidup anak epilepsi dipengaruhi oleh jumlah serangan kejang dalam 6 bulan terakhir, usia anak, jumlah anak dalam keluarga, kecemasan orang tua, dan jumlah OAE. Pengenalan dini terhadap gangguan kualitas hidup pada anak epilepsi dapat memperbaiki kualitas hidup di masa depan.
Pentingnya Stimulasi Dini untuk Merangsang Perkembangan Bayi dan Balita Terutama pada Bayi Risiko Tinggi Soedjatmiko Soedjatmiko
Sari Pediatri Vol 8, No 3 (2006)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp8.3.2006.164-73

Abstract

Bayi risiko tinggi ialah bayi yang secara klinis belum menunjukkan hambatanperkembangan tetapi berpotensi untuk mengalami gangguan perkembangan akibatfaktor risiko biomedik, lingkungan psikososial atau sosial ekonomi. Faktor risikotersebut secara langsung atau tidak langsung dapat mengganggu perkembangan otak,sehingga mengganggu perkembangan gerak, komunikasi, kognitif, emosi-sosial danperilaku. Plastisitas otak adalah kemampuan susunan saraf untuk menyesuaikan diriberupa perubahan anatomi, kemampuan neurokimiawi atau perubahan metabolik.Stimulasi dini adalah rangsangan auditori, visual, taktil dan kinestetik yang diberikansejak perkembangan otak dini, dengan harapan dapat merangsang kuantitas dan kualitassinaps sel-sel otak, untuk mengoptimalkan fungsi otak. Stimulasi dini harusmemperhatikan tahapan maturasi otak, waktu, jenis stimulasi, cara melakukanstimulasi, intensitas, perbedaan individual, keterpaduan dan dukungan program lainyang berkelanjutan. Peran dokter dan perawat di ruang bayi baru lahir, serta orangtuasangat penting, oleh karena itu mereka perlu dibekali pengetahuan dan ketrampilanmengenai stimulasi dini
Indeks Mentzer sebagai Alat Diagnostik Anemia Defisiensi Besi di Sarana Kesehatan dengan Fasilitas Terbatas: Perbandingan Berbagai Nilai Cut Off Teny Tjitra Sari; Nur Aliza; Soedjatmiko Soedjatmiko
Sari Pediatri Vol 21, No 3 (2019)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (359.111 KB) | DOI: 10.14238/sp21.3.2019.145-51

Abstract

Latar belakang. Anemia defisiensi besi (ADB) adalah penyebab tersering anemia pada anak kurang dari 5 tahun dan dapat menyebabkan gangguan kognitif, perilaku, dan pertumbuhan yang menetap sehingga diagnosis harus ditegakkan sedini mungkin. Diagnosis ADB ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium yang mahal dan tidak tersedia merata di Indonesia. Untuk itu, penggunaan Indeks Mentzer (IM) merupakan salah satu alat penegakan diagnosis yang mudah. Tujuan. Mengetahui validitas IM untuk mendiagnosis ADB di daerah dengan fasilitas terbatas, dan mengetahui apakah cut-off point baru diperlukan untuk populasi di Indonesia. Metode. Penelitian ini merupakan uji diagnostik dengan metode potong lintang. Subjek adalah anak sehat berusia 12-59 bulan yang pucat. Penapisan dilakukan di 27 Posyandu dan 27 PAUD di Kecamatan Jatinegara. Subjek yang memenuhi kriteria inklusi menjalani pemeriksaan darah perifer lengkap, kemudian subjek dengan anemia mikrositik hipokrom diperiksa profil besi dan C-reactive protein (CRP). Validitas dinilai dengan membandingkan IM dengan hasil profil besi. Penentuan cut-off point spesifik untuk populasi di Indonesia dilakukan dengan membandingkan sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif (NDP) dan negatif (NDN), rasio kemungkinan positif (RKP), dan rasio kemungkinan negatif (RKN) antara beberapa cut-off points.Hasil. Penelitian ini mendapatkan 340 subjek dengan klinis pucat, 100 subjek setuju untuk melakukan pemeriksaan laboratorium, dan sisa 45 subjek dengan anemia mikrositik hipokrom. Penelitian ini memberikan sensitivitas 60,5%, spesifisitas 28,6%, NDP 82,1%, NDN 11,8%, RKP 0,9, dan RKP 1,4. Titik potong baru yang disarankan adalah 10,7 dengan sensitivitas 81,6% dan NDP 86,1%.Kesimpulan. Nilai diagnostik IM rendah dengan NDP yang baik untuk diagnosis ADB. Titik potong 10,7 dapat juga digunakan sebagai uji tapis ADB di fasilitas terbatas.
Pemantauan Tumbuh Kembang Anak dengan Sindrom Down Frieda Handayani Kawanto; Soedjatmiko Soedjatmiko
Sari Pediatri Vol 9, No 3 (2007)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp9.3.2007.185-90

Abstract

Sindrom Down (SD) adalah kelainan genetik yang paling sering ditemukan dan berhubungan denganretardasi mental. Kelainan yang terjadi disebabkan oleh adanya kelebihan materi genetik kromosom 21.Karakteristik fisis anak dengan SD cukup jelas sehingga para tenaga kesehatan yang mengadakan kontakawal dengan neonatus, termasuk dokter ahli kebidanan dan kandungan, perawat kamar bersalin, dandokter umum, dapat mengenali kelainan ini dengan relatif mudah. Anak dengan SD memiliki berbagaimasalah kesehatan dan tumbuh kembang yang tak jarang cukup kompleks, maka skrining pra dan pascanatal, intervensi dini, dan pemantauan tumbuh kembang yang terus-menerus perlu dilakukan agar anakdengan SD dapat memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Tata laksana medis, dukungan keluarga,pendidikan, dan pelatihan khusus dapat meningkatkan kemampuan anak dengan SD secara bermakna danmenjembatani transisi menuju kedewasaan.
Gambaran Fungsi Kognitif HIV Anak yang Telah Memperoleh Terapi Antiretrovirus Herlina Herlina; Nia Kurniati; Titis Prawitasari; Soedjatmiko Soedjatmiko; Sri Rezeki Hadinegoro; Irawan Mangunatmadja; Darmawan B. Setyanto
Sari Pediatri Vol 18, No 2 (2016)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp18.2.2016.100-5

Abstract

Latar belakang. Pasien HIV anak berisiko tinggi mengalami gangguan neurokognitif akibat keterlibatan sistem saraf pusat (SSP). Pemberian antiretrovirus (ARV menurunkan viral load di SSP sehingga mencegah penurunan fungsi kognitif.Tujuan. Memberikan gambaran fungsi kognitif pasien HIV anak dalam terapi ARV.Metode. Studi potong lintang dilakukan terhadap pasien HIV anak berusia 5-15 tahun. Penilaian kognitif dilakukan dengan instrumen Wechsler intelligence scale for children IV (WISC IV) dilanjutkan dengan pemeriksaan elektroensefalografi untuk membuktikan kerusakan akibat keterlibatan SSP pada infeksi HIV.Hasil. Sembilan puluh pasien HIV anak (median usia 9 tahun) telah memperoleh ARV selama  1-124 bulan dengan median 69 bulan. Hasil rerata verbal, performance, dan full-scale IQ (FSIQ) berturut-turut adalah 88,66 (SB 15,69), 85,30 (SB 15,35), dan 85,73 (SB 15,61). Dua puluh tiga (25,6%) subjek memiliki verbal IQ abnormal, 34 (37,8%) performance scale abnormal, dan 32 (35,6%) FSIQ abnormal. Hasil EEG abnormal didapatkan pada 22 subjek (22,4%) dan tidak memiliki hubungan dengan stadium klinis, usia dan lama pemberian ARV, serta viral load. Stadium HIV menunjukkan hubungan bermakna dengan komponen verbal scale IQ dan FSIQ (p=0,042 dan p=0,044). Hasil IQ tidak memiliki hubungan dengan usia pemberian ARV, lama pemberian ARV, dan viral load.Kesimpulan. Pasien HIV anak yang telah mendapat terapi ARV selama 1-124 bulan memiliki rerata IQ abnormal pada verbal, performance, dan FSIQ meskipun jika dinyatakan dalam bentuk kategori, lebih dari 50% subjek memiliki IQ normal pada ketiga skala WISC. 
PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI TEMPURUNG KELAPA DENGAN AKTIVASI SEBELUM DAN SESUDAH PIROLISIS Siti Jamilatun; Martomo Setyawan; Siti Salamah; Dwi Astri Ayu Purnama; Riska Utami Melani Putri
Prosiding Semnastek PROSIDING SEMNASTEK 2015
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kebutuhan arang aktif semakin meningkat seiring dengan kebutuhan industri akan bahan pembersih dan penyerap dan juga bahan pengemban katalisator. Arang aktif dapat dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon atau dari arang yang diaktivasi untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas. Arang aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa kimia tertentu tergantung besar atau volume pori-pori dan luas permukaan. Penelitian ini bertujuan membuat karbon aktif dari tempurung kelapa dengan pengaktivasi KOH dilakukan satu kali aktivasi ( sesudah pirolisis) dan dua kali aktivasi (sebelum dan sesudah pirolisis). Kualitas arang aktif yang diperoleh dianalisis untuk mengetahui karateristik kadar air, kadar abu,  iodine number dan surface area karbon aktif dari arang tempurung kelapa yang sesuai dengan SII No.0258 – 79. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa karbon aktif dapat dibuat dari tempurung kelapa dengan terlebih dahulu dilakukan pirolisis dan kemudian dilakukan aktivasi. Untuk mengetahui pengaruh aktivasi maka dilakukan aktivasi satu kali ( sesudah pirolisis) dan aktivasi dua kali (sebelum dan sesudah pirolisis) dengan aktivasi kimia KOH 2N dengan variasi waktu perendaman. Hasil menunjukkan bahwa aktivasi dua kali memberikan hasil iodine number dan surface area lebih tinggi daripada aktivasi satu kali. Karakteristik karbon aktif yang dihasilkan untuk iodine number 300-500 mg I2/gram arang aktiv telah sesuai dengan SII No.0258–79, untuk kadar air, kadar abu belum sesuai dengan standar diatas, surface area 185,447 m2/g atau mengalami peningkatan 35 kali surface area dengan arang tempurung kelapa yang tidak diaktivasi. Arang aktif ini akan digunakan sebagai katalis pada proses pirolisis dan gasifikasi biomassa untuk penelitian selanjutnya.
Parents Evaluation of Developmental Status and Denver Developmental Screening Test II in high risk infant and toddler Effie Koesnandar; Soedjatmiko Soedjatmiko; Pustika Amalia
Paediatrica Indonesiana Vol 50 No 1 (2010): January 2010
Publisher : Indonesian Pediatric Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (283.657 KB)

Abstract

Background. Developmental screening is important particularly for high risk infants and toddlers. Parents Evaluation of Developmental Status (PEDS) and Denver Developmental Screening Test II (Denver II test) are recommended instruments with good sensitivity and specificity. Compared to Denver II test, PEDS is simpler, thus it is important to assess the agreement of PEDS and Denver II test.Objectives. To determine the prevalence of developmental disorder in high risk infants and toddlers and agreement of PEDS and Denver II test.Methods. Infants and toddlers registered at pediatric high risk clinic were recruited. PEDS questionnaire was answered by parents while the Denver II test performed by the investgator. Agreement of PEDS and Denver II instrument was assessed by Kappa score.Results. Out of 71 subjects, 41 (58%) were male, 43 (61%) were >12 months old, 35 (49%) were undernourished, 42 (59%) were preterm (<37 week gestational age), and 43 (60.6%) were low birth weight (LBW). The prevalence of developmental disorder was higher in subjects >12 months old (42%), undernourished (49%), preterm (48%), and LBW (47%). The prevalence of developmental disorder was 49% by PEDS and 39% by Denver II test. Agreement of PEDS and Denver II test was good with Kappa score 0.52, particularly for gross motor and language domain.Conclusions. The prevalence of developmental disorder is higher in high risk infant and toddler, who >12 months old, undernourished, premature, and LBW. PEDS instrument are equivalent to Denver II test, shows good agreement, particularly for gross motor and language domain. [Paediatr Indones. 2010;50:26-30].
Identification of emotional and behavior problems in obese children using Child Behavior Checklist (CBCL) and 17-items Pediatric Symptom Checklist (PSC-17) Dwi Fachri Harahap; Damayanti Rusli Sjarif; Soedjatmiko Soedjatmiko; Dwi Putro Widodo; Mayke Sugianto Tedjasaputra
Paediatrica Indonesiana Vol 50 No 1 (2010): January 2010
Publisher : Indonesian Pediatric Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (334.022 KB)

Abstract

Background Obesity can result in emotional and behavior problems in school-age children. Child Behavior Checklist (CBCL) is a standard instrument for evaluating behavior problems, however it is considered not practical. The 17-item Pediatric Symptom Checklist (PSC-17) is a more simple instrument but its diagnostic value has never been evaluated in obese children.Objectives To evaluate the diagnostic value of PSC-17 compared to CBCL as the gold standard.Methods This cross-sectional study was done in May - June 2009. Children aged 6-12 years with obesity were included. Parents filled the CBCL and PSC-17 questionnaires. Sensitivity, specificity, predictive values, and likelihood ratios were calculated for PSC-17.Results Most subjects aged 6-9 years (83%). Boys out numbered girls. Emotional and behavior problems detected by CBCL and PSC-17 were identified in 28% and 22% subjects, respectively. The most common problem was internalization (withdrawal, somatic complaints, anxiety/depression). The PSC-17 had sensitivity and specificity of 69.2% and 95.6% respectively. Positive and negative predictive values were 85.7% and 89%, whereas positive and negative likelihood ratios were 15.7 and 0.32.Conclusions The prevalence of emotional and behavior problems detected using CBCL and PSC-17 in obese children was 28% and 22%, respectively. The PSC-17 has moderate sensitivity to screen emotional and behavior problem in obese children.[Paediatr Indones. 2010;50:42-8].
Co-Authors Abdul Latief Abdul Latief Abdullah Reza Afreni Hamidah Agus Aktawan, Agus Agus Firmansyah Agus Firmansyah Agus Firmansyah Agus Ramli Ahmad Rifai Sanuhung Alwi Alwi Alwi Alwi Amal Fatullah Randy Aman B. Pulungan Anastasia Maureen Ari Prayitno Arif Trihandoyo Aris Munandar Aris Munandar Arwin AP Akib Arwin AP Akib Aryono Hendarto Badriul Hegar Bambang Tridjaja AAP, Bambang Tridjaja Bernie Endyarni Medise Budi Setya Wardhana Cissy B Kartasasmita Cissy B. Kartasasmita Cissy B. Kartasasmita Dadi Suyoko Damayanti Rusli Sjarif Darmawan B. Setyanto Desyandri Desyandri Dominicus Husada Dwi Astri Ayu Purnama Dwi Fachri Harahap Dwi Prasetyo Dwi Prasetyo Dwi Putro Widodo Effie Koesnandar Elfan Muhamad Alfarizi Elina Waiman Emerensiana Ngaga Emiliana Metan Meolbatak Endah Yaodah Kodratila Endang Windiastuti Enggar Diah Puspa Arum Evi Adriani Evita Anggereini Fajarna, Farah Fajrul Wahdi Ginting Fajrul Wahdi Ginting Faradhilla Faradhilla Faradhillah Farrah Fadhillah Hanum Febrini Agasani Fitrianingsih Amalo Frans Yosep Sitepu Fransisca Handy Frengky Tedy Frieda Handayani Kawanto Frieda Handayani Kawanto Gatot Irawan Sarosa Gatot Irawan Sarosa Halimatus Sakdiah Hanifah Mutiah Hanifah Oswari Hanifah Oswari Hardiono D Pusponegoro Hartono Gunardi Hartono Gunardi Hartono Gunardi Hartono Gunardi Hartono Gunardi Hartono Gunardi Hartono Gunardi Helmi Purnama Herlina Herlina Hindra Irawan Satari Hindra Irawan Satari Ignatius Pricher Agung Nirwanto Samane Ihat Sugianti Ikhsan Johnson Ikhsan Johnson Ilham Mufandi Imam Mukhlash Imral Chair Indra Permana Intan Dwi Isparulita Intisari Haryati Irawan Mangunatmadja Ismoedijanto Jaenab, Jaenab Jaka Wijaya Ja‟inang Ja‟inang Jeane Roos Ticoalu Jose RL Batubara Julfina Bisanto, Kemas Firman Khusnul Khatimah Kusnandi Rusmil Kusnandi Rusmil Lee Wah Lim Lilis Sugiarti Lily Rahmawati M. Rimawan Maghfirah Zulfa Maha Putra Mardjanis Said Martira Maddeppungeng Martira Maddepunggeng Martomo Setyawan Maryudi Maryudi Maryudi Maryudi Mayke Sugianto Tedjasaputra Megamawarni Megamawarni Mei Neni Sitaremi Mei Neni Sitaresmi Meutia, Firdalena Muhammad Alfian Muhammad Nur Arkham Muhammad Yamin Mulya Rahma Karyanti, Mulya Rahma Mulyanis Nafira Alfi Zaini Amrillah Nafisah Nurul Rahmatia Nafisah Nurulrahmatiah Nanda Novita Nastiti Kaswandani Netty Herawaty Nia Kurniati Nur Aliza Nuraini Fatmi Nurhayati Nurhayati Nurhayati Nurjanah Nurjanah Nurul Huda Piprim B Yanuarso Pramudia Bagus Dewangga Puji Muniarty Pustika Amalia Putri Ulya Ul Ulum Rahayu, Aster Rahmayanti Rahmayanti Raihan Raihan Ratu Meulya Rezeki Ray Wagiu Basrowi Ray Wagiu Basrowi Reka Seprina Rini Purwanti Rini Sekartini Rini Sekartini Rini Sekartini Rini Sekartini Rini Sekartini Riska Utami Melani Putri Riski Hernando Rita Friyani Rizqi, Reza Muhammad Rulina Suradi Safitri Maya Safriana Safriana Sapina Sapina Setyo Handryastuti Sisilia Daeng Bakka Mau Siti Jamilatun Sri Ningsih Sri Rejeki H Hadinegoro. Sri Rezeki Hadinegoro Sri Rezeki Hadinegoro Sri Rezeki S Hadinegoro Sri Rezeki S. Hadinegoro Suhendra Suhendra Syafrizal Idris Syawitri P. Siregar Tania Paramita Teny Tjitra Sari Teny Tjitra Sari Tita Menawati Liansyah Titis Prawitasari, Titis Tjhin Wiguna Toto Wisnu Hendrarto Tri Sunarti Wahyutami Tulus Setiawan Tuty Rahayu Ulys Larasati Waldi Nurhamzah Wan Nedra Widya Widya Winny N Wishwadewa Wulandari Yanti Yudi Wahyudin Yulianti Wibowo Yulianti Wibowo Yunan Surono Zaki Hendra Zeki Y Zakiuddin Munasir Zakiudin Munasir