Claim Missing Document
Check
Articles

Pemanfaatan Kayu Rajumas, Sengon dan Bambu Petung Sebagai Produk Papan Laminasi Wulandari, Febriana Tri; Lestari, Dini
Empiricism Journal Vol. 5 No. 1: June 2024
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LITPAM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36312/ej.v5i1.1822

Abstract

Salah satu alternatif peningkatan nilai tambah kayu sengon dan rajumas dengan mengkombinasikan dengan bambu petung menjadi bentuk papan papan laminasi sebagai subtitusi material struktural. Bambu petung dapat dibuat papan laminasi karena memiliki dinding batang tebal (10 mm-30 mm), dinding batang yang tebal akan menghemat penggunaan perekat. Papan laminasi merupakan suatu produk yang dibentuk dari lamina-lamina kayu yang disatukan dengan perekat dengan proses pengempaan menjadi papan yang ukurannya bisa diatur sesuai keperluan. Kelebihan produk papan laminasi yaitu cacat kayu dapat dihilangkan, memiliki nilai estetika yang baik serta mudah dalam perawatannya. Persayaratan kayu untuk untuk penggunaan structural membutuhkan kekuatan yang tinggi dan memiliki dimensi yang besar.  Teknologi papan laminasi memungkinkan kayu dengan sifat inferior dikonversi menjadi produk structural.  Tujuan dari penelitian ini untuk melihat pengaruh berat labur, jenis kombinasi kayu dan non kayu serta interaksinya terhadap sifat fisika dan mekanika papan laminas serta menentukan kelas kuat papan laminasi berdasarkan sifat fisika dan mekanikanya. Berdasarkan hasil pengujian sifat fisika (kerapatan, pengembangan tebal dan penyusutan tebal) papan laminasi tidak berpengaruh nyata terhadap berat labur, jenis kombinasi dan interaksinya kecuali pada pengujian kadar air berpengaruh nyata.  Pengujian sifat mekanika (MoE dan MoR) berpengaruh nyata terhadap berat labur, jenis kombinasi dan interaksinya.  Sifat fisika papan laminasi kombinasi kayu rajumas bambu petung dan sengon bambu petung sudah sesuai standar JAS 234-2007 namun pada pengujian sifat mekanika belum memenuhi standar.  Berdasarkan hasil pengujian sifat fisika dan mekanika maka masuk dalam kelas kuat III yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi ringan dengan pemakaian didalam ruangan. Utilization of Rajumas, Sengon and Petung Bamboo as Laminated Board Products Abstract One alternative to increase the added value of sengon and rajumas wood by combining with petung bamboo into a form of laminated board as a substitute for structural materials. Petung bamboo can be made into a laminated board because it has a thick stem wall (10 mm-30 mm), a thick stem wall will save the use of adhesive. Laminated board is a product formed from wood laminae that are joined together with adhesive by the process of forging into a board whose size can be adjusted as needed. The advantages of laminated board products are that wood defects can be eliminated, have good aesthetic value and are easy to maintain. Wood requirements for structural use require high strength and large dimensions.  Laminated board technology allows wood with inferior properties to be converted into structural products. The purpose of this research is to see the effect of labor weight, type of wood and non-wood combination and their interaction on the physical and mechanical properties of laminated boards and determine the strength class of laminated boards based on their physical and mechanical properties. Based on the results of testing the physical properties (density, thickness development and thickness shrinkage) of laminated boards have no significant effect on the weight of the lumber, the type of combination and its interaction except in testing the water content has a real effect. Testing of mechanical properties (MoE and MoR) has a significant effect on the weight of labur, the type of combination and its interaction. The physical characteristics of the laminated board combination of rajumas bamboo petung and sengon bamboo petung wood are in accordance with the JAS 234-2007 standard, but the mechanical properties test has not met the standard.  Based on the results of testing the physical and mechanical properties, it is included in strength class III which can be utilized as a lightweight construction material with indoor use.
Perbandingan Sifat Fisika Mekanika Papan Laminasi Kombinasi Kayu (Rajumas, Kemiri, Sengon) dengan Bambu Petung Amin, Radjali; Wulandari, Febriana Tri
Empiricism Journal Vol. 5 No. 1: June 2024
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LITPAM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36312/ej.v5i1.1960

Abstract

Kayu dengan berat jenis dan kerapatan ringan sampai sedang lebih disukai sebagai bahan baku papan laminasi.  Beberapa jenis kayu yang memiliki kerapatan rendah antara lain kayu rajumas, kemiri, dan sengon. Kayu rajumas memiliki berat jenis ringan 0.26-0.35 sehingga masuk ke kelas kuat IV. Kayu kemiri memiliki berat jenis 0.36 termasuk dalam kelas kuat IV dan kelas awet V sehingga termasuk kayu dengan kualitas. Selanjutnya kayu sengon memiliki kerapatan 0.40 g/cm3, kelas kuat IV-V. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan sifat fisika mekanika papan laminasi yang terbuat dari kombinasi kayu rajumas-bambu petung, kemiri-bambu petung, sengon-bambu petung dan bambu petung. Berdasarkan hasil pengujian sifat fisika maka papan laminasi kombinasi Rajumas Bambu Petung, Kemiri Bambu Petung, Sengon Bambu Petung dan papan laminasi Bambu Petung telah memenuhi standar JAS 234-2007 sementara untuk pengujian sifat mekanika (MoE dan MoR) belum memenuhi standar kecuali pada papan laminasi P1 (kombinasi kayu rajumas bambu petung) telah memenuhi standar (MoR). Pengujian analisis keragaman anova menunjukan pengujian sifat fisika dan mekanika berpengaruh nyata kecuali pada pengujian pengembangan tebal tidak berpengaruh nyata. Dari hasil kerapatan papan laminasi, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kelas kuat kayu menjadi kelas kuat III yang dapat difungsikan sebagai bahan konstruksi berat yang terlindungi (interior). Selain itu, dengan penonjolan ekspresi struktur kayu dan pemanfaatan teknologi laminasi pada material alamiah lainnya berupa bambu, menunjukkan bahwa dapat menjadi konstruksi alami yang memiliki karakter visual alam yang kuat dan juga struktur yang kuat. Comparison of Physical Mechanical Properties of Laminated Boards of (Rajumas, Candlenut, Sengon) with Petung Bamboo Combinations Abstract Wood with light to medium specific gravity and density is preferred as raw material for laminated boards.  Some types of wood that have low density include rajumas, candlenut, and sengon. Rajumas wood has a light specific gravity of 0.26-0.35 so it goes into strength class IV.  Pecan wood has a specific gravity of 0.36 including in strong class IV and durable class V so that it includes wood with quality. Furthermore, sengon wood has a density of 0.40 g/cm3, strength class IV-V. The purpose of this study was to compare the physical properties of laminated boards made from a combination of rajumas-petung bamboo, kemiri-petung bamboo, sengon-petung bamboo and petung bamboo. Based on the test results of physical properties, the laminated board combination of Rajumas Petung Bamboo, Kemiri Petung Bamboo, Sengon Petung Bamboo and Petung Bamboo laminated board has met the JAS 234-2007 standard while for testing mechanical properties (MoE and MoR) has not met the standard except for the P1 laminated board (combination of rajumas petung bamboo) has met the standard (MoR). Anova analysis of variance testing shows that testing of physical and mechanical properties has a real effect except for the thickness development test which has no real effect.From the laminated board density results, it can be concluded that there is an increase in the strength class of wood to strength class III which can be used as a protected heavy construction material (interior). In addition, by highlighting the expression of the wood structure and utilizing lamination technology on other natural materials such as bamboo, it shows that it can be a natural construction that has a strong natural visual character and also a strong structure.
ANALISIS PENGARUH BERAT LABUR, JENIS KOMBINASI DAN INTERAKSINYA TERHADAP SIFAT FISIKA MEKANIKA PAPAN LAMINASI KOMBINASI KAYU KEMIRI BAMBU PETUNG DAN SENGON BAMBU PETUNG Wulandari, Febriana Tri; Fahrussiam, Fauzan
Tengkawang : Jurnal Ilmu Kehutanan Vol 14, No 1 (2024): TENGKAWANG : JURNAL ILMU KEHUTANAN
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jt.v14i1.77434

Abstract

From small-scale to large-scale timber companies, there is great potential for the development of laminated products made from candlenut, sengon and petung bamboo. This is due to the relatively simple technique used, which goes through the following stages: preparation of raw materials in the form of boards, application of paint, and gluing with high pressure or with a clamping system. The gluing procedure has a significant impact on the strength of the resulting laminated board, in addition to the raw material component. Therefore, the objective of this study was to investigate the impact of labor weight, raw material type, and their combination on mechanical and physical properties. This study used an experimental approach and a factorial completely randomized design (CRD) with two factors, four treatments, and three replications. Apart from the Modulus of Elasticity (MoE) test which had a considerable influence, the physical and mechanical properties of laminated boards were not influenced by either the weight of the mortar, the type of raw material combination, or their interaction. Sifat fisiknya telah memenuhi SNI 01-6240-2000 dan JAS 234:2007, meskipun hasil pengujian mekanisnya tidak memenuhi. Berdasarkan evaluasi sifat mekanik dan fisiknya, papan laminasi yang terbuat dari kombinasi bambu petung sengon dan bambu petung kemiri dapat digolongkan dalam kelas kuat III dari hasil penelitian, yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan berat yang terlindungi.  Kelas kuat kayu meningkat dari kelas kuat IV menjadi kelas kuat III ketika bambu dan kayu dikombinasikan untuk membuat papan laminasi.Keywords: candlenut wood, heavy labur, laminated board, petung bamboo, sengon wood,.AbstrakDari perusahaan kayu skala kecil hingga skala besar, terdapat potensi besar untuk pengembangan produk laminasi berbahan baku kayu kemiri, sengon, dan bambu petung. Hal ini disebabkan oleh teknik yang digunakan relatif sederhana, yaitu melalui beberapa tahapan berikut: penyiapan bahan baku berupa papan, pengaplikasian cat, dan pengempaan dengan tekanan tinggi atau dengan sistem penjepit. Prosedur perekatan memiliki dampak yang signifikan terhadap kekuatan papan laminasi yang dihasilkan, selain komponen bahan baku. Oleh karea itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki dampak dari berat labur, jenis bahan baku, dan kombinasinya terhadap sifat mekanik dan fisik. Penelitian ini menggunakan pendekatan eksperimental dan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan dua faktor, empat perlakuan, dan tiga ulangan. Selain uji Modulus Elastisitas (MoE) yang memiliki pengaruh yang cukup besar, sifat fisik dan mekanik papan laminasi tidak dipengaruhi oleh baik dari berat labur, jenis kombinasi bahan baku, maupun interaksinya. Dari hasil pengujian sifat fisika sudah memenuhi persyaratan SNI 01-6240-2000 dan JAS 234:2007, namun hasil pengujian mekanika belum memenuhi. Dari hasil penelitian, papan laminasi yang terbuat dari kombinasi bambu petung sengon dan kayu kemiri bambu petung dapat diklasifikasikan sebagai kelas kuat III yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan berat yang terlindungi, sesuai dengan hasil evaluasi sifat mekanik dan fisiknya.  Ketika bambu dan kayu dicampur untuk membuat papan laminasi, kelas kuat kayu meningkat dari kelas kuat IV menjadi kelas kuat III.Kata kunci: Kayu kemiri, berat labur, papan laminasi, bambu petung, kayu sengon.
Analisis Tingkat Kemiskinan Petani Tanaman Pangan di Desa Penyangga Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika, NTB: Analysis of Poverty Levels of Food Crops Farmers in The Buffer Village of Mandalika Special Economic Zone, NTB Candra Ayu; Wuryantoro; Febriana Tri Wulandari; Eka Nurminda Dewi Mandalika
HUTAN TROPIKA Vol 19 No 2 (2024): Volume 19 Nomor 2 Tahun 2024
Publisher : Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36873/jht.v19i2.17374

Abstract

The Mandalika Special Economic Zone was developed to encourage regional economic growth, especially Central Lombok Regency, where most of the area is dry land. However, the Human Development Index for this area remains the second lowest in NTB and the poor population remains high, mainly due to low productivity and income from dry land farming. The largest dry land is in Pujut District which is the seat of the Mandalika SEZ. This research aims to analyze the poverty level of food crop farmers in the buffer villages of Mandalika SEZ. The type of research was descriptive, data collection using survey techniques in Sengkol Village, Rembitan Village and Sukadana Village and 45 farmer respondents. The results of the study revealed that the per capita income of food crop farmers was IDR 4,592,057.14/capita/year; equivalent to 352.26 kg of rice/capita/year or equivalent to US$ 0.79/capita/day so that it is classified as poor based on the Sajogyo Poverty Criteria and the World Bank Criteria. The per capita income level is only 15% of the Central Lombok Regency Minimum Wage Standards .  
SIFAT FISIKA PAPAN SEMEN PARTIKEL DARI SERBUK GERGAJI KAYU KEMPAS (Koompasia malaccensis Maing) Arniwati; Wulandari, Febriana Tri; Lestari, Andi Tri
JURNAL RIMBA LESTARI Vol 2 No 2 (2022): Vol. 2 No. 2 (2022)
Publisher : Jurusan Kehutanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/rimbalestari.v2i2.4

Abstract

The increasing demand for wood and the diminishing potential of forests necessitate the efficient and prudent use of wood resources. To address this issue, alternatives to wood are required, and one such option is particleboard made from wood sawdust. The abundance of waste sawdust from kempas wood (Koompassia malaccensis Maing) is noteworthy, yet this waste material remains underutilized. The objective of this research is to determine: i.) the influence of the particle-to-cement ratio, ii.) the effect of different compressive pressures on the physical properties of kempas wood sawdust particleboard, and iii.) the interaction between the particle-to-cement ratio and compressive pressure on the physical properties of kempas wood sawdust particleboard. In this study, a factorial completely randomized design with two factors was employed. The first factor is the particle-to-cement ratio (P), consisting of three levels: P1 (1:3), P2 (1:4), and P3 (1:5). The second factor is the difference in compressive pressure (T), comprising two levels: T1 (25 kg/cm²) and T2 (35 kg/cm²). There are a total of 6 treatments resulting from the combination of these two factors, repeated three times, and yielding 18 test samples. The results indicate that the ratio of cement to particles only significantly affects density at a significance level of 0.05 but does not impact moisture content and thickness swelling of kempas wood sawdust particleboard. The variation in compressive pressure does not influence any of the physical properties (density, moisture content, and thickness swelling) of the particleboard. Furthermore, the interaction between the particle-to-cement ratio and compressive pressure does not significantly affect any of the physical properties (density, moisture content, and thickness swelling) of kempas wood sawdust particleboard.
VARIASI ARAH AKSIAL TERHADAP SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA KAYU MINDI(Melia azedarach Linn.) DARI DESA SENANGGALIH KABUPATEN LOMBOK TIMUR Putri; Wulandari, Febriana Tri; Lestari, Andi Tri
JURNAL RIMBA LESTARI Vol 3 No 1 (2023): Vol. 3 No. 1 (2023)
Publisher : Jurusan Kehutanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The demand for commercial timber in Indonesia continues to rise, while the availability of forest resources is steadily declining, both in terms of production forest area and wood quality. Many native wood species remain underutilized in the Indonesian wood industry due to limited information regarding their properties. One such species, Mindi wood (Melia azedarach Linn.), has been used by local communities but is not widely recognized as a commercial timber alternative. Mindi wood holds potential as a substitute for high-quality commercial timber; however, research on its physical and mechanical properties remains scarce. This study aims to evaluate the axial variation in the physical and mechanical properties of Mindi wood from Senanggalih Village, East Lombok Regency, and to assess the influence of axial position on these properties. The study employed a non-factorial Completely Randomized Design (CRD) with three axial sections (base, middle, and top) as treatments, each replicated three times. Results indicated that axial position significantly affected certain physical properties, including kiln-dry specific gravity, radial shrinkage (from fresh to kiln-dry), and longitudinal swelling (from air-dry to wet). However, no significant effect was observed on moisture content (fresh air or air-dry), fresh specific gravity, air-dry density, or shrinkage and swelling in the tangential, radial, and longitudinal directions for various moisture conditions. In terms of mechanical properties, no significant effect of axial position was found on Modulus of Elasticity (MoE) and Modulus of Rupture (MoR). These findings suggest that Mindi wood is suitable for light construction applications such as furniture manufacturing, as well as for composite wood products including plywood, particleboard, and fiberboard.
Analisis Faktor Penyebab dan Dampak Budidaya Jagung di Kawasan Hutan Desa Talonang Baru Kabupaten Sumbawa Barat Putra, Arya Syah; Markum, Markum; Wulandari, Febriana Tri
Empiricism Journal Vol. 5 No. 2: December 2024
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LITPAM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36312/ej.v5i2.1916

Abstract

Budidaya jagung di kawasan hutan Desa Talonang Baru, Kecamatan Sekongkang, Kabupaten Sumbawa Barat, menjadi praktik yang meluas dan memberikan dampak signifikan terhadap lingkungan serta perekonomian lokal. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor penyebab dan dampak dari kegiatan budidaya jagung tersebut, menggunakan metode kualitatif deskriptif dan pendekatan DPSIR (Drivers, Pressures, State, Impact, Response). Sampel diambil secara acak dari 231 populasi petani, dengan 37 responden dipilih menggunakan rumus Slovin dengan tingkat kesalahan 15%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor sosial, seperti ajakan antar kerabat dan budaya turun-temurun, serta faktor ekonomi, seperti harga jual jagung yang tinggi dan keterbatasan lapangan kerja alternatif, menjadi pendorong utama budidaya jagung di kawasan hutan. Kebijakan pengelolaan hutan yang memberikan akses mudah kepada petani juga berkontribusi pada alih fungsi lahan hutan. Luas lahan yang digunakan untuk budidaya jagung mencapai 168,45 hektar dari 446 hektar total kawasan hutan yang dikelola. Dampak lingkungan yang ditimbulkan meliputi erosi tanah, degradasi lahan, peningkatan suhu udara, serta berkurangnya populasi satwa liar seperti rusa dan babi. Krisis mata air juga terjadi akibat hilangnya tutupan vegetasi hutan. Meskipun ada upaya mitigasi, seperti penanaman pohon, praktik budidaya jagung terus berkembang. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan kebijakan lebih ketat untuk mengendalikan alih fungsi hutan, serta perluasan sistem agroforestry untuk mengurangi dampak lingkungan. Edukasi dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan hutan yang berkelanjutan juga sangat diperlukan. Analysis of the Causes and Impacts of Corn Cultivation in the Forest Area of Talonang Baru Village, West Sumbawa Regency Abstract Corn cultivation in the forest area of Talonang Baru Village, Sekongkang District, West Sumbawa Regency, has become a widespread practice, having a significant impact on both the environment and the local economy. This research aims to analyze the causes and impacts of this corn cultivation activity using a descriptive qualitative method and the DPSIR (Drivers, Pressures, State, Impact, Response) approach. Samples were randomly taken from a population of 231 farmers, with 37 respondents selected using the Slovin formula with a 15% margin of error. The results indicate that social factors, such as family encouragement and generational traditions, along with economic factors, such as the high selling price of corn and the lack of alternative job opportunities, are the main drivers of corn cultivation in the forest area. Forest management policies that provide easy access to farmers also contribute to the conversion of forest land. The area used for corn cultivation has reached 168.45 hectares out of a total of 446 hectares of managed forest. The environmental impacts include soil erosion, land degradation, increased air temperatures, and a reduction in wildlife populations such as deer and wild boar. A water crisis has also occurred due to the loss of forest vegetation cover. Despite mitigation efforts, such as tree planting, corn cultivation practices continue to expand. Based on these findings, stricter policies are needed to control forest land conversion, and agroforestry systems need to be expanded to reduce environmental impacts. Public education and increased awareness of the importance of sustainable forest management are also urgently needed.
ANALISIS SIFAT FISIKA PAPAN LAMINASI KOMBINASI KAYU NANGKA MAHONI DAN PAPAN LAMINASI JATI PUTIH Wulandari, Febriana Tri; Dewi, Ni Putu Ety Lismaya
Jurnal Sylva Scienteae Vol 7, No 6 (2024): Jurnal Sylva Scienteae Vol 7 No 6 Edisi Desember 2024
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jss.v7i6.13813

Abstract

Solusi untuk mengatasi keterbatasan kebutuhan kayu dengan memanfaatkan limbah potongan kayu menjadi papan laminasi. Teknologi laminasi merupakan salah satu solusi untuk memperoleh sortimen lebih lebar dan panjang. Kayu laminasi ini terbuat dari potongan-potongan balok kayu yang direkatkan dengan perekat sehingga menjadi kayu yang dapat dimanfaatkan kembali. Jenis kayu yang sesuai sebagai bahan baku papan laminasi adalah memiliki berat jenis yang ringan sampai sedang dengan kelas kuat III-IV. Jenis kayu yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan jenis kayu jati putih, nangka dan mahoni. Kayu jati putih masuk dalam kelas II-III, kayu nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk.) berat jenis 0,51-0,58 dan kayu mahoni 0,53-0,72. Kayu nangka dan mahoni juga memiliki kelas kuat yang sama yaitu kelas II-III. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan sifat fisika papan laminasi kombinasi kayu mahoni nangka dengan papan laminasi jati putih. Rancangan percobaan yang digunakan rancangan non faktorial dengan dua perlakuan dan tiga kali ulangan. Berdasarkan hasil penelitiaan menunjukan kadar air dan kerapatan berpengaruh nyata terhadap jenis kombinasi sedangkan pengembangan tebal dan penyusutan tebal tidak berpengaruh nyata terhadap jenis kombinasi. Semua pengujian fisika telah memenuhi standar SNI 01-6240-2000 dan standar JAS SE-7 2007. Berdasarkan hasil pengujian sifat fisika maka papan laminasi kombinasi nangka mahoni dan papan laminasi jati putih masuk dalam kelas kuat III yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi ringan yang terlindungi. 
Sifat fisis briket arang dari cangkang kemiri dan serbuk batang kayu kemiri (Aleurites mollucanus) Wulandari, Febriana Tri; Lestari, Dini
ULIN: Jurnal Hutan Tropis Vol 8, No 2 (2024)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32522/ujht.v8i2.15293

Abstract

Briket arang merupakan salah satu alternatif pemanfaatan limbah tanaman kemiri menjadi produk bernilai ekonomis dan memiliki nilai manfaat yang tinggi. Oleh karena itu, mutu bahan bakar briket arang dapat diketahui dengan menguji terlebih dahulu sifat fisisnya.  Tujuan penelitian ini menganalisis sifat fisis briket arang cangkang kemiri dan serbuk batang kayu kemiri.  Metode yang digunakan metode eksperimen dengan rancangan percobaan non faktorial dengan dua perlakuan dan tiga  kali ulangan. Hasil analisis keragaman briket arang cangkang kemiri dan serbuk kemiri menunjukan variasi jenis berpengaruh nyata terhadap kadar abu, kadar zat terbang dan nilai kalor tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air dan kadar karbon terikat. Briket arang cangkang kemiri mempunya sifat fisis antara lain kadar air 0.61%, kadar abu 14.66%, kadar zat terbang 12.27%, kadar karbon terikat 68.38% dan kalor 4616 cal/gr.  Briket arang serbuk batang kayu kemiri antara lain kadar air 0.30%, kadar abu16.94%, kadar zat terbang 19.30%, kadar karbon terikat 63.47% dan kalor 3883 cal/gr. Berdasarkan standar SNI 01-6235-2000 maka nilai kadar air dan kadar zat terbang briket arang cangkang kemiri dan serbuk kemiri telah memenuhi standar tetapi untuk kadar abu dan nilai kalor belum memenuhi standar.  Berdasarkan standar SNI 01-6235-2000, kadar karbon terikat tidak ada.
Analisis Kelayakan Limbah Serbuk Kayu dan Tempurung Kelapa sebagai Bahan Baku Briket Arang Wulandari, Febriana Tri; Lestari, Dini
Kappa Journal Vol 9 No 1 (2025): April
Publisher : Universitas Hamzanwadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29408/kpj.v9i1.29268

Abstract

Briket arang merupakan energi alternatif dengan pengaplikasian teknologi tepat guna dengan memanfaatkan limbah bahan berlignoselulosa seperti kayu maupun sisa pertanian seperti tempurung kelapa, sekam padi, dan serbuk gergaji kayu. Teknologi sederhana pada proses pembuatan briket menjadikan produk ini mudah diproduksi oleh kalangan masyarakat pada tingkat pedesaan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bahan baku biomassa selain kayu telah banyak dikombinasikan dengan berbagai limbah pertanian untuk mendapatkan nilai kalor yang optimum Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sifat fisis briket arang tempurung kelapa dan limbah serbuk kayu serta menentukan standar mutu berdasarkan SNI 01-6235-2000. Salah satu bahan baku limbah pertanian yang memiliki nilai kalor yang tinggi adalah tempurung kelapa. Nilai kalor yang tinggi pada tempurung kelapa kemudian dikombinasikan dengan berbagai bahan lain agar menghasilkan briket dengan nilai kalor tinggi dan efisien. Selain tempurung kelapa, penggunaan limbah serbuk kayu juga ternyata mampu memberikan nilai kalor yang cukup tinggi dengan kadar air yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sifat fisis briket arang tempurung kelapa dan limbah serbuk kayu serta menentukan standar mutu berdasarkan SNI 01-6235-2000. Metode yang digunakan dalam penelitian eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial dengan dua perlakuan jenis bahan baku serta tiga kali ulangan. Berdasarkan hasil pengujian sifat fisis maka briket arang tempurung kelapa telah memenuhi standar SNI 01-6235-2000 sementara briket arang serbuk kayu hanya pengujian kadar air dan kadar zat terikat yang memenuhi standar. Hasil uji analisis keragaman pada menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap nilai kadar abu, kadar zat terbang, karbon zat terikat dan nilai kalor tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air. Limbah tempurung kelapa layak dimanfaatkan sebagai bahan baku briket arang karena berdasarkan hasil pengujian sifat fisis briket arang telah memenuhi standar SNI 01-6235-2000.