Claim Missing Document
Check
Articles

Integrasi Agama dan Sains dalam Perspektif M. Amin Abdullah sa'adah alwi, Nailis; M, Amril
GHIROH Vol 3 No 1 (2024)
Publisher : MGMP PAI SMP BINTAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61966/ghiroh.v3i1.55

Abstract

Artikel ini menyajikan gambaran umum tentang pemikiran M. Amin Abdullah mengenai integrasi agama dan sains, dan bagaimana perspektifnya dapat diterapkan dalam konteks akademik dan sosial. M. Amin Abdullah adalah seorang cendekiawan Indonesia yang dikenal karena upayanya dalam mengintegrasikan agama dan sains. Dalam pandangannya, kedua domain ini tidak seharusnya dipandang sebagai entitas yang saling bertentangan, tetapi justru sebagai dua sisi dari mata uang yang sama yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Dengan pendekatan epistimologi integrasi, multidisiplin, kontekstual, dan dialogis, Abdullah menunjukkan bahwa agama dan sain dapat bekerja sama untuk mencapai pemahaman yang lebih holistik dan bermanfaat bagi umat manusia. Pendekatan ini tidak hanya relevan bagi dunia akademik, tetapi juga bagi masyarakat luas yang mencari harmoni antara iman dan pengetahuan.
Integrasi Agama dan Sains dalam Perspektif Ismail Raji Al-Faruqi Sandi, Radila; Dewi, Eva; M, Amril
Al-Mutharahah: Jurnal Penelitian dan Kajian Sosial Keagamaan Vol 20 No 2 (2023): Jurnal Al-Mutharahah: Jurnal Penelitian dan Kajian Sosial Keagamaan
Publisher : LPPM Institut Agama Islam Diniyyah Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46781/al-mutharahah.v20i2.816

Abstract

The purpose of this research is to find out the thoughts of Ismail Raji Al-Faruqi related to the Integration of religion and Science. This research method uses descriptive qualitative using a literature study approach (Library Research). The results of this study show that Ismail Raji al-Faruqi (1921-1986) was born in Jaffa, a city on the southern coast of Palestine, (now in the territory of Israel). Al-Faruqi's monotheistic worldview is actually based on the desire to renew and refresh the initial ideational insights of the Salafiyah movement reformers, such as: Muhammad ibnu Abdul Wahab, Muhammad Idris As-Sanusi, Hasan Albana and so on. The Islamization of science is done by synthesizing Islam and modern science. This process must go through twelve stages, namely: (1) Mastery of modern scientific disciplines (2) Survey of disciplines. (3) Mastering the treasures of Islam, (4) If anthologies have been prepared, the treasures of Islamic thought must be analyzed from the perspective of relevant contemporary problems. (5) Determination of specific relevance for each discipline. (6) Critical appraisal of the modern discipline. (7) Critical appraisal of the Islamic treasury (8) Survey of the problems facing Muslims. (9) Survey of the problems facing humanity. (10) Creative analysis and synthesis. (11) Recasting modern disciplines into an Islamic framework. (12) Dissemination of the Islamicized knowledge.
Integrasi Agama dan Sains dalam Perspektif Muhammad Naquib Al-Attas Kurniawan, Hafif; M, Amril; Dewi, Eva; Pratama, Bahari
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 4 No. 6 (2024): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v4i6.16955

Abstract

Penelitian ini menunjukkan betapa pentingnya agama dan sains digabungkan dalam kehidupan modern, terutama karena banyak orang yang menganggap agama dan sains sebagai dua sumber kebenaran terpisah. Gagasan Muhammad Naquib Al-Attas tentang Islamisasi ilmu pengetahuan disoroti dalam penelitian ini. Tujuan dari konsep ini adalah untuk mengganti nilai-nilai Islam yang holistik dengan unsur-unsur sekuler dan dualistik yang berasal dari ilmu pengetahuan Barat. Penelitian ini menggunakan studi pustaka atau studi pustaka, di mana berbagai literatur dan sumber akademis dianalisis untuk mendukung kesimpulan. Penelitian menunjukkan bahwa Al-Attas menawarkan dua langkah utama dalam proses Islamisasi ilmu. Pertama, ia menyarankan untuk menyingkirkan elemen-elemen dalam ilmu pengetahuan Barat yang dianggap tidak sejalan dengan ajaran Islam. Kedua, ia menyarankan untuk memasukkan konsep-konsep dasar Islam, seperti dīn (agama), ilmu (pengetahuan), dan amal (tindakan), ke dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan. Metode ini digunakan untuk melakukan Islamisasi ilmu. Tujuannya tidak hanya untuk menyesuaikan ilmu pengetahuan dengan prinsip-prinsip Islam, tetapi juga untuk membangun kerangka epistemologi baru yang berakar pada prinsip-prinsip Islam. Penelitian ini juga mengeksplorasi konsep integrasi agama dan sains yang dirancang untuk membangun hubungan saling melengkapi antara keduanya. Pendekatan ini berbeda dari Islamisasi ilmu, yang lebih menitikberatkan pada proses dekonstruksi dan rekonstruksi ilmu pengetahuan Barat agar sesuai dengan paradigma Islam. Selain itu, kajian ini membandingkan persamaan dan perbedaan antara konsep integrasi agama dan sains dengan Islamisasi ilmu, serta mengulas bagaimana kedua pendekatan tersebut dapat menjadi solusi atas krisis epistemologi dan moralitas yang dihadapi dalam perkembangan ilmu pengetahuan modern.
IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)” DALAM LINGKUP METODOLOGI PEMBELAJARAN NILAI-NILAI AKHLAK Rizal, Syamsul; M, Amril
Kreatifitas Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam Vol 13 No 2 (2024): Kreatifitas: Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam
Publisher : Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Diniyyah Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46781/kreatifitas.v13i2.1321

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memahami implementasi kurikulum pendidikan agama Islam dalam lingkup pembelajaran nilai-nilai akhlak. Dalam penelitian ini menfokuskan kepada implementasi kurikulum pendidikan agama islam serta memahami implikasi dalam aspek kehidupan yang berakhlak bagi peserta didik. Tujuan dari kurikulum pendidikan agama Islam adalah untuk mendorong siswa untuk meningkatkan iman dan ketaatan mereka kepada Allah. ﷺ serta menumbuhkan akhlak mulia. Metode penelitian ini merupakan Studi kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan data dari buku dan artikel yang relevan. Solusi untuk menerapkan kurikulum PAI dalam metodologi pembelajaran nilai-nilai akhlak dapat berupa berbagai hal, seperti: 1) Peserta didik harus memiliki akhlak yang baik (akhlakul karimah), baik terhadap Allah, terhadap diri sendiri, ataupun terhadap sesame manusia. 2) Guru PAI harus lebih mahir dalam melaksanakan pembelajran, terutama dalam hal metode dan pendekatan pembelajaran nilai-nilai akhlak. 3) Orang tua di rumah dan masyarakat luas harus bekerja sama untuk membuat lingkungan di rumah dan masyarakat luas lebih baik. 4) Guru PAI harus menggunakan pendekatan yang inovatif, kreatif, dan variatif. 5) Media pembelajaran harus dibuat lebih menarik sedemikian rupa. 6) Pembentukan moral siswa melalui pembiasaan dan pembinaan secara konsisten harus ditingkatkan.
Kurikulum Sebagai Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Hidayati, Okfrida; M, Amril
Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan Vol 10 No 18 (2024): Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan 
Publisher : Peneliti.net

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5281/zenodo.13959228

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk dapat memahami kurikulum sebagai sistem pembelajaran PAI. Secara metodologis, pembahasannya menggunakan metode penelitian kepustakaan atau library reseach, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan data informasi melalui kitab-kitab, buku-buku dan jurnal-jurnal yang mempunyai relevansi dengan artikel ini. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa kurikulum sangat menentukan dalam suatu sistem pembelajaran PAI, oleh karena itu kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam sistem pembelajaran PAI kumpulan dari sekian banyak komponen yang saling berkaitan satu sama lain berguna untuk mewujudkan generasi-generasi yang berakhlak mulia, beriman dan bertakwa kepada Allah Swt. Agar pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien, penting untuk mengelola setiap komponen pembelajaran dengan baik. Hal ini mencakup penanganan tujuan, materi, metode, media, sumber belajar, dan evaluasi yang berpengaruh besar dalam proses pembelajaran. Apabila hubungan antara komponen-komponen tersebut berjalan dengan lancar, maka kurikulum dan sistem pembelajaran dapat memberikan kualitas yang baik kepada para siswa, serta mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih baik.
Integrasi Agama dan Sains dalam Perspektif M. Naquib Al-Attas Larasati, Septri; M, Amril; Dewi, Eva
TABYIN: JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Vol 6 No 02 (2024): Desember
Publisher : STAI Ihyaul Ulum Gresik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52166/tabyin.v6i02.721

Abstract

This research describes the integration of religion and science from the perspective of M. Naquib Al-Attas. The aim of this research is to understand the biography of M. Naquib al-Attas, al-Attas's religious and scientific thinking, al-Attas' methodology for integrating religion and science and the Islamization of al-Attas' knowledge. The study method used is literature study or library research by collecting various information from journals/literature related to the Integration of Religion and Science in the Perspective of M. Naquib Al-Attas. Data collection with the results of previous research which support the data in this research. The result is that Al-Attas stated that there is an incompatibility between modern western science and technology and the Islamic system of epistemology and metaphysics. This is because science does not involve the role of God the Khaliq who has created natural laws, so science tends to conflict with religion. Since the 1970s Al-Attas began to introduce the concept of Islamization of science. Islamization as echoed by al-Attas is a term that brings something into Islam or makes it and makes it Islamic in accordance with the spirit of Islamic epistemology as a step or an effort to understand everything within an Islamic framework.
Analisis kebijakan pendidikan Islam pada Sekolah Umum di SMA/SMK Marfu’ah, Nurry; M, Amril
Takuana: Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Vol. 4 No. 1 (2025): Takuana (April - June)
Publisher : MAN 4 Kota Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56113/takuana.v4i1.126

Abstract

This research aims to explore more deeply the Islamic education policy in public schools, especially at the SMA / SMK level where the implementation of Islamic Religious Education in public schools is based on curriculum and lesson plans and focuses on learning outcomes. This research uses the literature study method. Data collection techniques were obtained from the library in the form of books, journals, and relevant conference proceedings, especially those related to Islamic education policies in public schools, especially at the senior high school/ vocational high school level. The research concludes that Islamic education policy in high school/vocational schools in Indonesia needs to focus on the integration of Islamic values in a curriculum that is balanced with general education. This can be done by strengthening the learning of morals, fiqh, and Islamic history, as well as providing space for students to develop critical and creative skills. In addition, teacher training in pedagogical approaches that are inclusive and based on Islamic values is essential to create a conducive learning environment.
Transformasi ketatanegaraan Islam: Telaah historis terhadap ijtihad politik Umar bin Khattab Rezki, Sri; M, Amril
Takuana: Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Vol. 4 No. 1 (2025): Takuana (April - June)
Publisher : MAN 4 Kota Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56113/takuana.v4i1.127

Abstract

The leadership of Umar ibn al-Khattab marked a pivotal transformation in early Islamic governance, shifting Islam from a spiritual community into a structured political entity. This study examines the administrative reforms and statecraft innovations introduced by Umar, with a focus on his political ijtihad in shaping a functional and inclusive Islamic polity. Using a historical-critical approach and qualitative analysis of classical sources and modern scholarship, the paper explores Umar’s establishment of key institutions such as the Diwan system, separation of powers, judicial independence, public finance, and internal security. His reformist ijtihad, including the abolition of zakat for muallaf, suspension of hudud during famine, and institutionalization of public consultation, reflects a dynamic interpretation of Islamic governance responsive to socio-political realities. The study argues that Umar’s policies laid the foundational framework for Islamic constitutionalism and demonstrate the flexibility of Islamic law in adapting to administrative complexity. These reforms reveal not only Umar’s personal virtues of justice, consultation, and austerity but also a visionary political strategy that integrated religious principles with pragmatic state-building.
Dinamika politik, ekonomi, dan administrasi Dinasti Umayyah Wati, Linda; M, Amril
Takuana: Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Vol. 4 No. 1 (2025): Takuana (April - June)
Publisher : MAN 4 Kota Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56113/takuana.v4i1.129

Abstract

This literature-based study revisits the political consolidation, fiscal innovation, and administrative reforms achieved by the Umayyad Caliphate (661–750 CE). Using a qualitative historiographical approach, it synthesises primary chronicles and recent academic works to expose three key developments: (1) transformation from elective caliphate to hereditary monarchy; (2) economic unification through Arabisation of currency and bureaucracy; and (3) layered administrative offices that standardised taxation, justice, and communication across a trans-regional empire. These findings show how how early government system, monetary policy, and institutional design under Muawiyah, Abdul Malik, and Umar II propelled unprecedented expansion yet simultaneously seeded structural weaknesses that precipitated decline. The article clarifies the caliphate’s dual legacy: state-building prototypes for later Muslim polities and cautionary lessons on centralised power; and suggests comparative avenues for future Islamic governance research.
Penguatan Kecerdasan Ayat Qauliyah, Kauniyah Dan Insaniyah (Pendekatan Metakosmos, Makrokosmos dan Mikrokosmos) Riviana, Natta; M, Amril; Dewi, Eva
Indonesian Journal of Islamic Educational Management Vol 8, No 1 (2025): IJIEM
Publisher : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/ijiem.v8i1.37322

Abstract

This study aims to analyze the enhancement of human intelligence through three types of verses in the Qur’an: qauliyah (scriptural), kauniyah (cosmic), and insaniyah (human-related), using the Metacosmos, Macrocosmos, and Microcosmos theory. The research employs a qualitative method with literature analysis as the primary instrument. The research subject is the concept of intelligence from the Qur’anic perspective, while the objects include qauliyah, kauniyah, and insaniyah verses. Data collection was conducted through literature review, and data analysis applied a hermeneutic approach to interpret the verses. The findings indicate that a profound understanding of these three types of verses can enhance spiritual, intellectual, and emotional intelligence while strengthening human relationships with themselves, nature, and the Creator. The study concludes that integrating qauliyah, kauniyah, and insaniyah verses within the Metacosmos, Macrocosmos, and Microcosmos framework can serve as a foundation for holistic intelligence development.