p-Index From 2020 - 2025
5.235
P-Index
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search
Journal : Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial

Tinjauan Kritis Filsafat Kebudayaan Van Peursen dalam Nuansa Magis Upacara Adat Labuhan Yogyakarta Dony, Ahmad Rama; Daffa, Muhammad
Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial Vol. 8 No. 1 (2024): April
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/satwika.v8i1.30859

Abstract

Eksistensi dari Kerajaan Mataram di tanah Jawa tidak bisa terlepaskan dari upacara adat yang turun-temurun dan melekat pada kultur masyarakat, khususnya Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Tujuan penelitian sebagai tinjauan kritis filsafat kebudayaan Van Peursen dalam nuansa magis upacara labuhan Yogyakarta. Pemikiran C.A. Van Peursen berkolerasi dalam pelaksanaan upacara labuhan yang membagi kebudayaan menjadi tiga tahap; tahap mistis, ontologis dan fungsional. Penelitian ini menggunakan deskriptif analisis, mendeskripsikan data-data yang dihimpun kemudian dilakukan analisis, sehingga ditemukanlah tinjauan kritis kebudayaan Van Peursen melalui upacara labuhan. Hasil penelitian ini adalah 1) Pada tahap mistis upacara labuhan dilaksanakan atas perjanjian yang telah diikat oleh Panembahan Senopati dan Kanjeng Ratu Kidul dan ikatan tersebut wajib dilanjutkan oleh anak cucu Panembahan Senopati. 2) Tahap ontologis dari upacara labuhan dilaksanakan adalah sebagai bentuk penyatuan masyarakat dan memberikan dampak sosial 3) Pada tahap fungsional, upacara labuhan memiliki peran sebagai pengembangan dan pembangunan sektor wisata yang memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat dalam dan luar negeri. Namun berdasarkan tahap perkembangan kebudayaan ditemukan tahapan yang tidak bisa ditemukan dalam upacara labuhan. Upacara labuhan di Dlepih dan Gunung Lawu tidak bisa mencapai tahap fungsional, sehingga di dua tempat hanya sampai pada tahap mistis dan supranatural.   The existence of the Mataram Kingdom in Java cannot be separated from the traditional ceremonies that are hereditary and inherent in the culture of the community, especially the Surakarta Sunanate and Yogyakarta Sultanate. The purpose of the research is a critical review of Van Peursen's philosophy of culture in the magical nuances of Yogyakarta's Labuan ceremony. The thinking of C.A. Van Peursen correlates with the implementation of the Labuhan ceremony, which divides culture into three stages: mystical, ontological, and functional stages. This research uses descriptive analysis, describing the data collected and then analyzing it so that a critical review of Van Peursen's culture through the Labuan ceremony is found. The results of this research are 1) In the mystical stage, the Labuan ceremony is carried out on the agreement that has been bound by Panembahan Senopati and Kanjeng Ratu Kidul and the bond must be continued by Panembahan Senopati's children and grandchildren. 2) The ontological stage of the Labuhan ceremony is carried out as a form of community unification and has a social impact 3) At the functional stage, the Labuan ceremony has a role in the development and development of the tourism sector which has its attraction for domestic and foreign communities. However, based on the stages of cultural development, some stages cannot be found in the Labuhan ceremony. The Labuan ceremony in Dlepih and Gunung Lawu cannot reach the functional stage so in two places it only reaches the mystical and supernatural stages.
Co-Authors Aang Saeful Milah Achwan, Achwan Agung, Dimas Agus Himmawan Utomo Ahmad Nurkhin Ahmad Rizki, Ahmad Aidil Amri, Muhammad Albar, Ibnu Ananda Fachrul, Nidya Anas Hidayat, Anas Anggara, Indra Anisatur, Rifka Anta Maulana, Achmad Anugraeni, Devitasari Ariyanto Ariyanto Arwansyah , Rifki Astri, Jasya Attala, Ceiza Avrilla, Syafina Nadya Aziz, Riyan Abdul Aziza, Maghfira Nur Azmi, Rifka Nur Azzahra, Nirwana Putri Badrussalam, Robbani Bela Amelia, Cindy Chairunisa, Nabila Dian Chasanah, Munifatul Desta, Nabila Dewi Lestari, Erna Djutalov, Roeslan Dony, Ahmad Rama Dwi Cahyani, Gita Dwi, Dela Dyah Purnamasari Edwar, Ferry Ekayuliana, Arifia Endro Wasito, Endro Eni Dwi Wardihani, Eni Dwi Erwan Efendi Fajariani, Ratna Fajriah, Yesa Farhamzah Fasha, Nadia Fauzan Azhima, Muhammad Ferdian Putra, Verry Feriadi, Indra Fitri Wijayanti Hadi Prayitno, Hadi Hadis Turmudi Hariandja, Andy Martahan Andreas Helmy Helmy, Helmy Heri Santoso Hutama Arif Bramantyo I, Suhendi Ina Sholihah Widiati, Ina Sholihah Joenianto, Heroe Kamil, Fabhian Aliy Rajaie Kamil, Izzan Khairul Anwar, Rizki Khansa, Syafinka Khesa Rhafi, Muhammad Kurnia Prima Putra Kurniawan, Twojar Shahirul Lashwaty, Nina Dewi Leanna Vidya Yovita Liong Ghozaly, Muhammad Miftah, Munasiron Mudrikah, Halimatul Mustika, Rasyidah Nadia Sigi Prameswari Nazwa Fatimah, Adinda Novrihaedi, Dziad Nurmutia, Syahreen Pratama, Fauzan Putu Reza Pratama, I Rafian Syafiq, Fawwaz Raihan Raihan, Raihan Ranlam Hidayat, Adi Rija, Muhammad Rizki Ramadhani Rois, Ibnu Rubieanti, Yuni Salam, Muhammad Abrar Haq Salsabila Shabirah, Farsya Sanjaya, Shendy Saputra, Aril Sarono Widodo, Sarono Septiana Dwiputri Maharani Septiandi, Ade Simbolon, Cahaya Solahudin Suhendi Irawan Sumadi Sumardiyono Sumardiyono Syafi'i, Dyan Tasha Kurnia, Shahnaz Taufiq Yulianto Tody Ariefianto Wibowo Tri Prasetyo Umami, Lutfa Wedadjati, Ratna Sesotya Wiwik Andriani Yamtana Yamtana, Yamtana Yasmine, Amalia YUDI NUR SUPRIADI Yuliana, Lutfi Zahira Umar, Nuur Zakaria, Rais Athfal Zurnan Alfian