Claim Missing Document
Check
Articles

ASPEK PERSEPSI DAN EMOSI DALAM FOTO IKLAN LAYANAN MASYARAKAT “SAFETY RIDING”: KAJIAN FOTOGRAFI DENGAN PERSPEKTIF PSIKOLOGI Afusa Nidya Kinasih; Irwandi -; Kusrini -
Specta: Journal of Photography, Arts, and Media Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (435.148 KB) | DOI: 10.24821/specta.v1i1.1898

Abstract

Kebanyakan kecelakaan yang terjadi dewasa ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kelalaian pengendara, tidak konsentrasinya pengendara saat berkendara, dan melakukan hal yang tidak wajar saat berkendara. Untuk meminimalkan terjadinya kecelakaan yang menimbulkan korban jiwa yang lebih banyak lagi, salah satu langkah konkret yang dilakukan pihak Kepolisian adalah dengan dibuatnya iklan sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan kamtibmas. Tujuandari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi dan emosi pemirsa terhadap foto iklan layanan masyarakat. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Adapun sampel diambil menggunakan teknik purposive sampling, untuk kemudian dianalisis menggunakan teori kritik seni, persepsi, dan emosi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin artistik dan semakin menarik foto yang dibuat, maka pesan yang disampaikan fotografer dapat terbaca dengan jelas.Jenis visual yang yang memperlihatkan dampak langsung akibat kurangnya kesadaran saat berkendara akan membuat responden lebih berhati-hati saat berkendara. Selain itu, ketiga foto yang disajikan dapat menyentuh emosi responden. Hal ini dapat dikatakan bahwa pesan dan informasi yang dibuat oleh fotografer dapat tersampaikan dengan baik.Kata kunci : persepsi, emosi. iklan layanan masyarakat, fotografi
TRANSPARENT AFGHAN CAMERA: KARYA FOTOGRAFI PERFORMATIF DAN PARTISIPATORIS Fajar Apriyanto; Irwandi Irwandi; Ade Aulia Rahman
Specta: Journal of Photography, Arts, and Media Vol 2, No 1 (2018)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (577.257 KB) | DOI: 10.24821/specta.v2i1.2464

Abstract

AbstrakKemajuan teknologi fotografi digital dewasa ini bagi kalangan fotografer kreatif merupakan tantangan, namun di sisi lain juga merupakan sesuatu yang menjemukan. Foto-foto yang dihasilkan oleh para seniman fotografi masa kini tidak lagi terfokus pada persoalan reproduksi realitas secara harfiah, tetapi lebih pada penggunaan medium fotografi sebagai sarana penyuaraan ide. Muncul karya-karya yang mencerminkan eksplorasi lebih jauh melalui media fotografi, terutama di sisi sifat-sifat interaktif dalam fotografi. Dapat diduga hal ini terjadi karena ‘terlalu’ instannya proses fotografi digital sehingga menghilangkan selera para seniman untuk mencipta dengan kamera digital. Afghan camera merupakan salah satu jalan keluar bagi fotografer untuk keluar dari kejenuhan tersebut. Dalam penelitian ini afghan camera dihadirkan kembali dalam wujud karya performatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) studi pustaka; (2) rekonstruksi dan perancangan; (3) percobaan; dan (4) perwujudan. Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, perancangan afghan camera memerlukan ketelitian dan perencanaan yang matang. Dengan demikian, transparent afghan camera dapat tetap berfungsi sebagai kamera serta dapat menjadi karya fotografi ruang interaktif dan performatif.Kata kunci: afghan camera, fotografi, partisipatoris  AbstractTransparent Afghan Camera:  A Performative and Participatory Photography.  Nowadays the technology development of camera has been a challenge for creative photographers, but on the other side it has also become dull.  Photographs created by photographers have not only focused on the reproduction of reality literally, but more to the use of photography as a medium in vocalizing ideas.  Therefore, photographs reflecting a further exploration with photography, particularly on their interactivity, have emerged.   It is assumed as because of the very instant process of digital photography, so it eliminates the passion of the artist to create photograph using a digital camera. Afghan camera is one of solutions for photographers to leave the boredom.  In this research, afghan camera is represented in a performative way.  The methods used were as follows; (1) literary study, (2) planning and reconstruction; (3) experimentation; and (4) materialization. The result showed that the planning to reconstruct the afghan camera had to be done carefully and thoroughly.  The planning ranged from the material to the accuracy in the execution.Keywords: afghan camera, participatory, photography
MEMORABILIA: OLD PHOTOGRAPHIC PROCESSES APPLICATION ON FUNCTIONAL OBJECTS Alan Ridho Irezalnov; Irwandi Irwandi; Arti Wulandari
Specta: Journal of Photography, Arts, and Media Vol 3, No 1 (2019)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1270.039 KB) | DOI: 10.24821/specta.v3i1.2844

Abstract

 Memorabilia: Old Photographic Process Application on Functional Objects. It is a concept of creating photographic artwork as a personal expression of memories that have passed for a long time, or have just been overlooked because they are triggered by an object or moment and are always ringing in the mind so that they bring back memories of the past. As one of several old photographic processes, Vandyke print is a photo printing technique in the nineteenth century with monochrome (sepia) color characters that fits perfectly with the old impression of representing memorabilia memories that are realized in visual form. In this creation, functional objects are used as photo print media. Material or objects used as media to express ideas are such as something impressive,  penetrating into feeling, thought, or action.  Generally  the material is understood to be passive, but on this context, things become active because they can trigger someone's memory of memorabilia. The works aim to bring back the memory of the past by printing old photographic processes by responding to functional objects which have personal stories and leave an impression. Apart from provoking the memories of the past, the photographic works could also become a personal reference of how important those memorabilia were.  Keywords: memorabilia, old photographic process, functional objects
FOTO POTRET "COMFORT WOMEN" KARYA JAN BANNING: ANALISIS TATAPAN MATA MENGGUNAKAN METODE GRAMATIKA VISUAL Zulfa Mufidah Rahmayati; Irwandi Irwandi
Specta: Journal of Photography, Arts, and Media Vol 5, No 1 (2021): Specta: Journal of Photography, Arts, and Media
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/specta.v5i1.3758

Abstract

Jan Banning’s “Comfort Women” Portraits: the Analysis of Gaze using Visual Grammar Methods. Jan Banning is a Dutch photographer who created works of Indonesian Comfort Women portraits. The term of Comfort Women that leads to victim who were experienced sexual violence during the Japanese colonialism. This term is better known in Indonesia as jugun ianfu. Jan, as the creator of the works, describes the women by focusing on their faces. 4 out of 18 photos were recorded and chosen for further analysis – especially on the eyes gaze. This research aims to analyze further on the meaning of their eyes gaze and the surroundings as the form of people’s expressions. This expression can be analyzed by using visual grammatical methods therefore it will reveal a meaning which wants to be conveyed by the subject-’comfort women’. In using this method, interpersonal metafunction is used as an effort to show the interpersonal relationship. Interpersonal metafunction is then divided into two discussions which are representation-interaction and modality aspects. The discussion of these aspects have a similar pattern between one photo and another. Even so, the similarity of existing patterns cannot influence the meaning from the subject themself, because those meanings can also be generated from the visual signs that are created. The results of the study showed the interaction, proximity of the subject to the observer.   ABSTRAKJan Banning adalah seorang fotografer asal Belanda yang menciptakan karya berupa foto potret dengan tema comfort women di Indonesia. Comfortwomen memiliki pengertian yang mengarah kepada istilah perempuan yang mengalami kekerasan seksual pada masa penjajahan Jepang, istilah ini di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan jugun ianfu. Adapun pengertian fotografi potret merupakan sebuah bentuk visual yang mendeskripsikan potret seseorang. Jan selaku pencipta karya mendeskripsikan potret jugun ianfu tersebut dengan memfokuskannya pada area wajah. Sebanyak 4 dari 18 foto yang dibukukan oleh Jan telah dipilih untuk dianalisis lebih lanjut mengenai wajah khususnya tatapan mata. Di mana tatapan mata dan sekelilingnya adalah bentuk pengekspresian dari diri seseorang. Ekspresi ini dapat dianalisis dengan menggunakan metode gramatika visual sehingga terungkapnya sebuah makna atau pesan interaktif yang ingin disampaikan oleh subjek jugun ianfu. Dalam penggunaan metode gramatika visual tersebut, metafungsi interpersonal pun digunakan sebagai bentuk upaya untuk menunjukkan hubungan interpersonal. Metafungsi interpersonal kemudian dibagi menjadi dua bahasan, yaitu aspek representasi-interaksi dan aspek modalitas. Bahasan di dalamnya memiliki pola yang serupa antara foto satu dengan foto yang lainnya. Meski begitu, kesamaan pola yang ada tidak dapat mempengaruhi makna atau pesan dari subjek itu sendiri, karena makna atau pesan juga dapat dihasilkan dari adanya tanda-tanda visual yang tercipta.
KAJIAN SEMIOTIKA TERHADAP MASKULINITAS DALAM FOTO IKLAN ROKOK GUDANG GARAM DJAJA EDISI ‘RAHASIA DJAJA’ TAHUN 2015 Prasetyo Wicaksono Achmad; Irwandi -; Kurniawan Adi Saputro
Specta: Journal of Photography, Arts, and Media Vol 1, No 2 (2017)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (594.104 KB) | DOI: 10.24821/specta.v1i2.1906

Abstract

Penelitian ini mengkaji makna foto iklan rokok Gudang Garam Djaja. Selain memiliki makna tersurat, sebuah foto iklan juga memiliki makna tersirat. Fotografi kerap kali digunakan seorang produsen untuk media ilustrasi iklan mereka, tak terkecuali bagi produsen rokok. Meskipun masyarakat telah mengetahui bahaya dan akibat yang ditimbulkan dari merokok, rokok tetap menjadi komoditas yang laku di tengah masyarakat Indonesia. Iklan secara langsung mempengaruhi hal tersebut, melalui iklan-iklan yang menjual produk rokok mereka kepada konsumen maupun calon konsumen baru, iklan ikut mempengaruhi persepsi pandangan mengenai rokok. Larangan penggunaan produk rokok secara vulgar melalui PP Nomor 81 Tahun 1999 menyebabkan produsen rokok untuk membuat konsep iklan yang tidak menggunakan atau menggambarkan kegiatan merokok sama sekali. Sering kali, foto iklan rokok menggunakan model maupun konsep yang menggambarkan imaji maskulinitas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, di mana peran peneliti sebagai instrumen penelitian dan disajikan secara deskriptif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode semiotika konotasi. Melalui metode tersebut, akan ditemukan pemaknaan pada tingkat denotasi dan konotasinya. Hasil dari penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa konotasi yang menebal menjadi sebuah mitos dalam masyarakat. Imaji maskulinitas yang ditampilkan dalam foto iklan rokok Gudang Garam Djaja merupakan stereotip yang ada dan diyakini oleh masyarakat Indonesia pada umumnya. Kata kunci: semiotika, maskulinitas, foto iklan, rokok
Adjustment of In-Depth Interview and Focus Group Discussion Guidelines for Disaster Victims Evacuation Model Development with Corona Virus Disease 2019 Pandemic Muhammad Muhammad; Hajjul Kamil; Adlim Adlim; Irwandi Irwandi
International Conference on Multidisciplinary Research Vol 4, No 1 (2021): ICMR
Publisher : Universitas Serambi Mekkah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32672/pic-mr.v4i1.3769

Abstract

In developing the disaster victim evacuation (DVE) model, we started with exploratory study is needed to identify the related variables. The exploratory studies are in the form of qualitative and quantitative research. In this qualitative study conducted agent-based in the nursing perspective. To conduct this research, guidelines are needed that are in accordance with the actual situation, such as the global COVID-19 pandemic. Although many articles have been published regarding in-depth interview (II) and Focus Group Discussion (FGD) guidelines, all of them have to be readjusted according to the situation. This adjustment is important to do minimize problems that arise in the data collection process, such as the emergence of new clusters during pandemic of the Covid 19. This study aims to provide a detailed standard in the implementation of the data collection process using the II & FGD method for the DVE Model development and in accordance with pandemic conditions.This literature review study begins with article search and identification of scientific articles. Before the scientific articles are synthesized, a variable identification process is carried out through 2 stages, namely identification to sort articles according to variables and article selection for research main reference needs and references for discussion.. The results of this study are in the form of qualitative research guidelines presented in the form of standard data collection methods using II & FGD. In this article, we recommend aligning the II & FGD guidelines with the development of information technology in exploring Agent-based information. Keywords: In-depth Interview, FGD, disaster & Model
Upaya Penanggulangan Kebakaran Hutan Dan Lahan Di Desa Purwajaya Kecamatan Loa Janan Kabupaten Kutai Kertanegara Kalimantan Timur Irwandi Irwandi; Jumani Jumani; Ismail Bakrie
Agrifor : Jurnal Ilmu Pertanian dan Kehutanan Vol 15, No 2 (2016): Oktober
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31293/af.v15i2.2076

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi  faktor  penyebab  kebakaran  lahan di  Desa Purwajaya Kecamatan Loa Janan Kalimantan Timur dan untuk memberi rekomendasi terhadap kegiatan pengendalian kebakaran hutan yang akan dilakukan. Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran langsung dan tidak langsung mengenai faktor utama penyebab kebakaran hutan, yang nantinya dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak terkait seperti peneliti, akademisi kehutanan dan  akademisi  non  kehutanan.  Sehingga  dapat  menjadi  dasar  acuan  dalam kegiatan pengendalian kebakaran hutan di Desa Purwajaya Kecamatan Loa Janan Kalimantan TimurPengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan metode wawancara terhadap petugas, Satgasdamkar dan masyarakat sekitar hutan serta metode observasi langsung di lapangan. Sedangkan untuk pengumpulan data sekunder dilakukan dengan menggunakan metode penelusuran dokumen, agar didapatkan berbagai dokumen yang berkaitan dengan upaya pengendalian yang dilakukan dan kejadian kebakaran hutan di Wilayah Desa Purwajaya Kecamatan Loa Janan. Pengambilan responden wawancara dipilih secara sengaja (purposif) dan dalam jumlah yang kecil. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sitorus (1998) bahwa dalam penelitian kualitatif, pemilihan sampel penelitian tidak mengutamakan patokan keterwakilan populasi, melainkan keterwakilan aspek permasalahan, sehingga sebagai implikasinya sampel harus dipilih secara sengaja (purposif) dan dalam jumlah yang kecil, sehingga jumlah responden adalah 1 orang Kepala Damkar dan 6 orang ketua regu pemadam kebakaran 10 orang masyarakat setempat.Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor penyebab kebakaran lahan di  Desa Purwajaya Kecamatan Loa Janan Kalimantan Timur yang disebabkan oleh faktor Alam  (bahan bakar, topografi lahan, hidrologi, cuaca, iklim, dan rambu-rambu kebakaran) dan Faktor Manusia (kelalaian dan  ketidak pedulian masyarakat.Kegiatan pengendalian kebakaran hutan yang dilakukan oleh pihak yang terkait yakni Dinas Kehutanan harus mampu meningkatkan beberapa kegiatan, seperti pencegahan kebakaran, pada saat Kebakaran (Pemadaman Kebakaran) dan Pasca Kebakaran.
MENGUKUR KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS RASIO KEUANGAN PADA PT AUSTEN JAYA DI BANDAR LAMPUNG irwandi .
Jurnal Cendikia Vol 22 No 01 (2022)
Publisher : LPPM AMIK Dian Cipta Cendikia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan menggunakan analisis rasio keuangan pada PT AUSTEN JAYA di Bandar Lampung. Analisis rasio yang digunakan adalah current ratio, return on asset, dan leverage. Data penelitian yang digunakan diperoleh secara langsung melalui wawancara dan dilengkapi dengan laporan keuangan selama empat tahun dari tahun 2018 sampai dengan2021. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif atas hasil analisis rasio keuangan. Bersadarkan hasil penelitian diperoleh retur on asset turun terus menerus dari 10.05% pada tahun 2018 turun menjadi 9.04% pada tahun 2019, dan turun lagi pada tahun 2020 sebesar 6.15%, dan sedikit ada kenaikan pada tahun 2021 menjadi 6.25%. Keadaan ini mendeskripsikan keadaan kinerja keuangan perusahaan yang menurun dan melemah sesuai dengan hasil penelitian terdahulu bahwa profitabilitas dapat digunakan untuk kinerja keuangan. Dari hasil Hal lain yang mendukung adalah curent ratio yang terus menurun dilain pihak levarage terus meningkat. Keadaan ini memperlihat adanya kesulitan keuangan yang ditunjukkan dengan ketidak mampuan perusahaan memperoleh keuntungan yang diharapkan, kesulitan membayar kewajiban, dan pembiayaan perusahaan semakin tergantung dengan pihak luar. Diharapkan perusahaan segera mengambil langkah perbaikan keuangan terutama hati hati dengan utang dan yang kedua melakukan efisiensi dengan sunguh sungguh.
Perancangan Studio Keliling Fotografi Analog sebagai Sarana Pendidikan dan Hiburan Irwandi Irwandi; Novan Jemmi Andrea; Michael Steve Joshua Sinurat; Riki Maulana
Rekam : Jurnal Fotografi, Televisi, Animasi Vol 18, No 2 (2022): Oktober 2022
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/rekam.v18i2.6121

Abstract

Saat ini fotografi analog mulai hidup kembali di kalangan komunitas pecinta fotografi. Praktik fotografi analog melibatkan manusia secara langsung, sehingga dipandang sesuai dengan kesadaran bahwa manusia tidak boleh sepenuhnya bergantung pada mesin. Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut, penelitian ini mengajukan sebuah rancangan studio foto keliling berbasis fotografi analog. Tahapan penelitian dilakukan secara berurutan mulai dari pencarian dan pengumpulan referensi hingga pelaksanaan tahapan desain mulai dari desain dua dimensi pada tahap pertama, hingga desain tiga dimensi. Secara konkret, perancangan studio fotografi analog didesain di atas sebuah bus berukuran panjang 12 meter dan lebar 2,5 meter  yang dimodifikasi. Ruang dalam bus dirancang agar dapat menjadi sebuah gerai foto yang digunakan untuk memproses foto (pemfotoan, pemrosesan, dan pencetakan), serta dijadikan sarana pendidikan, hiburan rakyat, dan layanan fotografi analog yang unik. Hasil rancangan memperlihatkan ruang di dalam bus dibagi menjadi tiga bagian, yaitu ruang pengemudi dan penumpang atau kru, lalu ruang rapat atau kantor mungil, dan terakhir adalah studio fotografi analog yang di dalamnya disediakan fasilitas cuci dan cetak foto analog. Harapannya, rancangan ini dapat diwujudkan dan dapat menumbuhkembangkan kreativitas dan jiwa kewirausahaan generasi muda di bidang fotografi.
PROPAGANDA ANTINAZI PADA FOTO MONTASE KARYA JOHN HEARTFIELD DENGAN PENDEKATAN ANALISIS SEMIOTIKA Naufal Akbar; Edial Rusli; Irwandi Irwandi
Specta: Journal of Photography, Arts, and Media Vol 6, No 2 (2022): Specta: Journal of Photography, Arts, and Media
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/specta.v6i2.7616

Abstract

Penelitian ini berfokus pada hubungan antara kesenian dengan konteks sosial, politik, dan budaya. Karya seni tersebut ialah foto montase. Visualisasi pada foto montase terkadang menggambarkan realitas sosial yang muncul dan berkembang pada era sebelum Perang Dunia II dimulai. Di majalah Arbeiter Illustrierte Zeitung yang merupakan majalah kelas pekerja pada masa Perang Dunia II terdapat salah satu seniman foto montase bernama John Heartfield yang menerbitkan foto-foto montasenya yang mengandung propaganda anti-Nazi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna foto montase John Heartfield sebanyak empat karya yang terdapat di majalah Arbeiter Illustrierte Zeitung. Metode penelitian kualitatif dengan pengumpulan data dilakukan dengan observasi, studi literature, dan arsip, serta metode analisis melalui tataran denotasi dan konotasi dengan teori semiotika Roland Barthes. Penelitian ini juga untuk mengetahui bagaimana John Heartfield mengomunikasikan propaganda melalui karya-karyanya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa foto montase propaganda antiNazi karya John Heartfield secara denotasi mengandung makna kritik melalui visual penggabungan sosok Adolf Hitler, Swastika, dan Dewi Themis dengan simbol-simbol yang berlandaskan kebudayaan Bangsa Eropa Kuno. Secara konotasi makna kritik yang terkandung menunjukkan kritik atas kejahatan politik dan perang yang dilakukan Bangsa Jerman, mulai dari Kekaisaran Prussia hingga Partai Nazi yang dipimpin oleh Adolf Hitler. John Heartfield mengomunikasikan propagandanya dengan teknik name calling dan card stacking.Antinazi Propaganda on Photomontage By John Heartfield With a Semiotic Analysis Approach. This research focused on the relationship between art and social context, politic, and culture. The artwork is photomontages. Visualization on photomontage sometimes describe the social reality that emerged and developed at the era before World War II started. In Arbeiter Illustrierte Zeitung magazine which was a working class magazine during World War II there was one photomontage artist named John Heartfield who published his photomontages containing anti-Nazi propaganda. The purpose of this research was to determine the meaning of four photomontages by John Heartfield. The research method is carried out by observing and collecting data at the level of denotation and connotation with Roland Barthes' semiotic theory, as well as knowing how John Heartfield communicates propaganda through his works. The results of this research indicate that the photomontages of antiNazi propaganda by John Heartfield denotatively contains the meaning of criticism through visuals combining the figure of Adolf Hitler, Swastika, and goddess Themis with symbols based on ancient Europeans culture. In connotation, the meaning of criticism contained shows criticism of political and war crimes committed by the German people, from The Prussian Empire to The Nazi Party led by Adolf Hitler.