Claim Missing Document
Check
Articles

TEH HIJAU BERPOTENSI MENGURANGI RESIKO KOMPLIKASI PADA DIET TINGGI LEMAK Herin Mawarti
Eduhealth Vol 2, No 1 (2012): Jurnal Eduhealth
Publisher : Eduhealth

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKKonsumsi epigallocatechin gallate (EGCG) dari teh hijau sudah banyak yang melaporkan bermanfaat untuk kesehatan diantaranya membakar lemak, mencegah obesitas sehingga EGCG yang didapat dari teh hijau (Camelia sinensis) yang diperoleh dari klon GMB4 juga berpotensi sebagai agent terapeutik mencegah adanya komplikasi akibat adanya diet tinggi lemak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek dari EGCG terhadap kadar sterol regulatory element-binding protein- 1(SREBP-1) pada tikus betina yang diberi diet tinggi lemak. Tikus wistar betina diberi diet tinggi lemak selama 2 bulan dan dikelompokkan dalam lima kelompok perlakuan yaitu ( 1 ) Tikus dengan diet pakan standart ( 2 ) Tikus dengan diet tinggi lemak , ( 3 ) Tikus dengan diet tinggi lemak + EGCG 1 mg/kgBB ( 4 ) Tikus dengan diet tinggi lemak + EGCG 2 mg/kgBB ( 5 ) Tikus dengan diet tinggi lemak + EGCG 2 mg/kgBB. EGCG diberikan per sonde 1x/hari. SREBP-1 jaringan adiposa diperiksa dengan ELISA. Dan hasilnya Kadar SREBP-1 menurun 29.85% (p <0.05) pada dosis 8 mg/kgBB. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa EGCG efektif menurunkan kadar SREBP-1 yang merupakan faktor regulator adipo dan lipogenesis suatu patogenesis untuk terjadinya obesitas. Terutama obesitas viseral yang beresiko untuk terjadinya sindroma metabolik. Sehingga disarankan untuk mengkonsumsi teh hijau untuk pencegahan obesitas.Kata Kunci : EGCG GMB4, SREBP-1 adiposa , tikus dengan diet tinggi lem ABSTRACTConsumption of epigallocatechin gallate (EGCG) of green tea were reported to have much benefit in improving health, such as increased fat oxidation, prevent obesity so EGCG of green tea (Camelia sinensis) from GMB4 clone may serve as a potential therapeutic agent for prevent komplication from high diet fat. This study investigated the effect isolat EGCG from green tea inhibit increasing adipose tissue sterol regulatory element-binding protein 1( SREBP-1 ) in Male Rats with High Fat Diet. Wistar male rats were fed a diet high in fat for 2 months from 6-8 weeks of age and determination of the object of research with completely randomized design with five treatments, namely (1) Rats with standard feed diet (2) rats with a diet high in fat, (3) rats with high-fat diet + EGCG 1mg/kgBW, (4) rats with high-fat diet + EGCG 2 mg/kgBW, (5) rats with high-fat diet + EGCG 8 mg/kgBW. Feeding rats administered orally, whereas EGCG per sonde 1x/day. Adipose tissue SREBP-1 was measured by ELISA EGCG treatment decreased SREBP-1<0.05) compared with high-fat diet without EGCG treatment. SREBP-1 levels decreased significantly by 29.85% (p <0.05) at doses of 8 mg/kgBW. Results suggested that EGCG effectively inhibits SREBP-1 regulator of adipo/lipogenesis to the pathogenesis of obesity. Especially visceral obesity that risk for the metabolic syndrome. So it is advisable to consume green tea for the prevention of obesity.Key word : EGCG GMB4; SREBP-1 adipose tissue, rat with high diet fat.
HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN HIPERTENSI PADA PASIEN DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD JOMBANG Nurul Khoirun Nisa; Herin Mawarti
Eduhealth Vol 3, No 1 (2013): Jurnal Eduhealth
Publisher : Eduhealth

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKDiantara semua faktor resiko kardiovaskuler, dua faktor yang muncul saat ini dan akan menjadi pembunuh yang sangat kejam pada abad 21, faktor itu antara lain obesitas dan hipertensi. Hipertensi merupakan salah satu penyakit mematikan di dunia. Indeks massa tubuh secara signifikan berhubungan dengan kadar lemak tubuh total sehingga dapat dengan mudah mewakili kadar lemak tubuh. Saat ini, indeks massa tubuh secara internasional diterima sebagai alat untuk mengidentifikasi kelebihan berat badan dan obesitas. Penelitian ini bertujuan menganalisa hubungan indeks massa tubuh dengan hipertensi. Desain penelitian dalam penelitian ini menggunakan metode diskripsi analitik, dengan pendekatan cross-sectional. Penentuan sampel dengan menggunakan purposive sampling, dengan jumlah sampel 43 Responden, sedangkan variabel yang diteliti adalah indeks massa tubuh dan hipertensi. Penelitian ini dilakukan pada Pasien di Poli Penyakit Dalam RSUD Jombang. Metode pengumpulan data dengan lembar observasi dan data yang didapatkan dianalisa dengan uji Spearman’s correlation dengan tingkat kemaknaan r = 0 sampai +1. Sedangkan dari hasil SPSS didapatkan r= 0,142 yang berarti hubungan antara indeks massa tubuh dengan hipertensi sangat lemah. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa indeks massa tubuh bukanlah suatu indikator pengukuran obesitas.Kata kunci : hipertensi, indeks massa tubuh, Pasien di Poli Penyakit Dalam. ABSTRACTAmong all cardiovascular risk factors, the two factors that emerged at this time and will be very ruthless killer in the 21st century, that factors include obesity and hypertension. Body mass index was significantly associated with total body fat content so it can easily represent levels of body fat. At present, the body mass index is internationally accepted as a tool for identifying overweight and obesity. This study aimed to analyze the relationship of body mass index with hypertension. Research design in this study using analytic description, the cross-sectional approach. The samples by using purposive sampling, a sample of 43 respondents, while the variables studied were body mass index and hypertension. The research was conducted on patients in hospitals Jombang Poly Medicine. Methods of data collection with the observation sheet and the data obtained were analyzed with Spearman's correlation test with a significance level r = 0 to 1. While the results obtained SPSS r = 0.142, which means the relationship between body mass index with hypertension is very weak.Key words: hypertension, body mass index, patients in Poly Medicine.
PENGARUH SHOLAT DHUHA TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH Mukhamad Rajin; Herin Mawarti
Eduhealth Vol 1, No 1 (2010): Jurnal Edu Health
Publisher : Eduhealth

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstractPrayer Dhuha when implemented in a County and tuma’ninah, will be two movements of muscle contraction isometric and isotonic muscular contractions. Movement with isometric and isotonic muscle contraction both can decrease  blood glucose levels. This research aims to prove that Dhuha Prayer can decrease blood glucose levels. This research design uses “a randomized control group pre test - post test design”, with independent variables is Dhuha Prayer and for the dependent variables is the blood glucose levels. The sample size in this study were 15 respondents respectively for the control and treatment groups. Samples are taken using simple random sampling.  Statistical test use of SPSS with T-test, with significance level a ≤ 0,05. Test results  of Independent T-testn, beforepraying Dhuha got value ρ = 0.650, whereas after prayers Dhuha got value ρ = 0.000. From these test results, the research concluded that there was an effect of prayer Dhuha with Decreased of blood glucose levels. Based on these results, then Dhuha prayer may be used as an alternative for substitute for exercise therapy in patients with diabetes mellitus. Dhuha Prayer  has several advantages compared with exercise. However Dhuha prayer should never be used solely because they want to lower the blood glucose level. Prayer intentions simply because GOD and we hand it all to GOD, and the researcher was very confident that with the prayers Dhuha we do with the County ', tuma'ninah and istiqomah because GOD can cure patients with diabetes mellitus.Keywords:  Dhuha Prayer, Blood Glucose Levels
PENGARUH LATIHAN ROM (RANGE OF MOTION) PASIF TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN STROKE DENGAN HEMIPARASE Herin Mawarti; Farid -
Eduhealth Vol 2, No 2 (2012): Jurnal Eduhealth
Publisher : Eduhealth

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKKelemahan  otot  merupakan  dampak  terbesar  pada  pasien  stroke  untuk  itu  diperlukan  latihan ROM  pasif  dengan  tujuan  untuk  mempertahankan  atau  memelihara  kekuatan  otot, memelihara  mobilitas  persendian  dan  mestimulasi  sirkulasi.  Dengan  adanya  peningkatan angka  kejadian  stroke  dan  kecacatan  tersebut,  apabila  latihan  ROM  pasif  tidak  dilaksanakan maka  akan  terjadi  penurunan  kekuatan  otot,  atropi  otot,  kontraktur  dan  luka  dekubitus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan ROM pasif terhadap peningkatan kekuatan  otot  pada  pasien  stroke  dengan  hemiparase  di  RSUD  Jombang.    Desain  penelitian yang digunakan adalah  Pra-Eksperiment (One-Group Pra-Post Test Design). Jumlah sampel 17  responden  dengan  tehnik  sampling  Purposive  sampling.  Variabel  independent  Latihan ROM  pasif  sedangkan  variabel  dependent  adalah  peningkatan  kekuatan  otot.  Penelitian  ini menggunakan uji statistik Repeated Anova. Hasil analisa menunjukkan bahwa ada perbedaan antara kekuatan otot sebelum dan sesudah dilakukan latihan ROM pasif 2x sehari pada pasien stroke  dengan  hemiparase,  dengan  nilai  sig.=  0.000.  Kesimpulan  yang  dapat  diambil  dari penelitian ini ada pengaruh latihan ROM pasif 2x sehari terhadap peningkatan kekuatan otot pada pasien stroke dengan hemiparase.Kata kunci : hemiparase, kekuatan otot, latihan ROM pasif, stroke.ABSTRACTMuscle  weakness  is  the  impact  on  stroke  so  passive  ROM  exercises  were  necessary  to  maintain muscle  strength,  maintain  joint  mobility  and  stimuli  circulation.    With  an  increase  in  the incidence  of  stroke  and  disability,  if  the  passive  ROM  exercises  are  not  implemented  there will  be  a  decrease  in  muscle  strength,  muscle  atrophy,  contractures  and  wound dukubitus.This  study    to  determine  the  effect  of  passive  ROM  exercises  to  increase  muscle strength  in  stroke  patients  with  hemiparase  dipaviliun  Jombang  hospitals.  Research  design used is pre-experiment (One-Group Pre-Post Test Design). 17 respondents with a purposive sampling  technique  of  sampling.  Passive  ROM  exercises  independent  variable  while  the dependent  variable  is    muscle  strength.  This  study  uses  a  statistical  test  of  Repeated  Anova. Results  of  analysis  show  that  there  is  a  difference  between  muscle  strength  before  and  after passive ROM exercises 2x a day in stroke patients with hemiparase,  with the sig. = 0000. The conclusion to be drawn from this study have the effect of passive ROM exercises 2x a day to increase muscle strength in stroke patients with hemiparase.Key words:  hemiparase, muscle strength, passive ROM exercises, stroke
AKTIVITAS ANTIOKSIDANT FLAVONOID TERHADAP PERUBAHAN HISTOLOGI PROSES PENYEMBUHAN LUKA BAKAR GRADE II Herin Mawarti; Abdul Ghofar
Eduhealth Vol 4, No 1 (2014): Jurnal Eduhealth
Publisher : Eduhealth

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Propolis dengan kandungan utama flafonoid mempunyai sifat antioksidant, antiinflamasi dan antibiotik dipercaya dapat digunakan sebagai agent dalam penyembuhan luka. Tujuan dari penelitian ini adalah membuktikan pengaruh dari propolis terhadap proses penyembuhan luka bakar. Penelitian ini menggunakan desain penelitian rancangan acak lengkap (RAL) dan dilakukan secara invivo dengan jumlah sampel 21 ekor tikus. Pemeliharaan hewan coba selama 14 hari yang dibagi dalam tiga kelompok perlakuan yaitu: (1) Pemberian Betadine; (2) Pemberian Zink Zulfadiazine; (3) Pemberian Propolis. Pengamatan penyembuhan luka diamati dari perubahan diameter luka yang dilihat pada fase proliferasi yaitu pada hari ke -14.Selain perubahan diameter luka diamati juga lama penyembuhan luka yang dilihat dari lamanya luka mengalami pengeringan. Hasil penelitian menunjukan ada perbedaan signifikan dari diameter luka pada kelompok perlakuan menggunakan propolis dibanding betadine dan zink sulfa diazine, dan diameter luka bakar berbeda secara signifikan pada hari ke -14(p=0,004) dimana diameter luka kelompok 3 lebih mengecil dibanding kelompok 1 yang diberi betadine dan kelompok 2 yang diberi obat Zink Zulfadiazine. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pemberian propolis mempunyai pengaruh terhadap penyembuhan luka lebih baik dibanding menggunakan betadine dan zink sulfa diazine. Kata Kunci: Penyembuhan luka bakar, Propolis, Tikus putih ABSTRACT Flavonoid is main consist in propolis have characteristic antioksidant, antiinflamation and antibiotic believed as wound healing agent. This study aims to determine influence propolis to burn wound healing process.Design of this study is complete randomize and invivo with 21 white rats sample. This sample take care for 14 days and divide in three groups treatment, first with betadine, second with zink sulfadiazine, third with propolis. Wound healing observed on wound diameter in proliferation phase in fourtheeth and long time wound healing. The result showed significant different p=0,002 in fourthenth for burn wound diameter between propolis with betadine and zink sulfadizine.The result of study proved propolis influence in burn wound healing better than betadine and zink sulfadiazine. Key word : burn wound healing, propolis, white rat
Green Tea Suppresses Serum TNF-? and TGF-?1 Levels In Mice Model of Systemic Lupus Erythematosus Herin Mawarti; Jusak Nugraha; Djoko Agus Purwanto; Joewono Soeroso
Indian Journal of Forensic Medicine & Toxicology Vol. 15 No. 2 (2021): Indian Journal of Forensic Medicine & Toxicology
Publisher : Institute of Medico-legal Publications Pvt Ltd

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37506/ijfmt.v15i2.14746

Abstract

Objective: This study aims to investigate the effects of green tea administration on TNF-a, Hsp70, andTGF-b1 levels in the systemic lupus erythematosus (SLE). Material and methods: A total of 32 micewill be divided into four groups (each 8 mice), namely the control group, the SLE group, the SLE groupwho were given green tea extract at a dose of 500 mg/kg body weight, and the SLE group who were givengreen tea extract at a dose of 1000 mg/kg body weight. Analysis of TNF-a, Hsp70, and TGF-b1 levels wascarried out using the enzyme-linked immunosorbent assay technique. Results: TNF-a and TGF-b1 levelswere significantly increased in the SLE group compared to the control group (p < 0.05). This increase canbe significantly reduced through the provision of green tea, even reaching levels comparable to the controlgroup (p > 0.05). Conclusions: It was concluded that green tea containing EGCG can suppress TNF-a andTGF-b1 in the SLE model. Thus, green tea can be an alternative in immunology modulation in SLE.
Environmental Factors and Protective Effects of Epigallocatechin-3-Gallate to Systemic Lupus Eritematosus: A Review Study Herin Mawarti; Jusak Nugraha; Djoko Agus Purwanto; Joewono Soeroso
Indian Journal of Forensic Medicine & Toxicology Vol. 15 No. 2 (2021): Indian Journal of Forensic Medicine & Toxicology
Publisher : Institute of Medico-legal Publications Pvt Ltd

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37506/ijfmt.v15i2.14750

Abstract

SLE (Systemic Lupus Erythematosus) is one of autoimmune disease in which the immune system attacksits own tissues, causing widespread inflammation and tissue damage in the affected organs. Etiology andpathogenesis are not clearly mention until now by the scientist, but environmental factor is contribute todevelopment of Lupus and Flare disease. The objective of this study to explain the relationship betweenenvironmental factors and pathogenesis development of SLE, and how the Epigallocatechin-3-Gallate(EGCG) can protect or prevent of organs damage and environmental effects.Method: The research design of this study was used literature review. The data sources collected fromElectronic database in Pubmed, Sage, Google Scholar and website of science including reports, journals andmostly published in the last 10 years.Results: The pathomechanism of SLE was influenced by environmental factors and this was caused anincreasing of oxidative stress, chronic inflammation, dysregulation of immune system and decreased theclean of immune complex and apoptosis of cells. The production of autoantibodies and immune complex arerelated with target tissue with is it was caused chronic inflammation and the end it caused irreversible damagein glomerulus of the kidneys, arteries, lungs and other tissues. EGCG plays a protecting role in environmentalfactors as a trigger because it works as an antioxidant, anti-inflammatory and immunomudulator. So EGCGcan as a potential agent to protect SLE.Conclusion: Environmental factors plays an important role as a triger of SLE and flare. Moreover, EGCG asa potential agent to protect the presence of oxidative stress, inflammation and immune dysregulation.
Pelaksanaan Vaksinasi dan Edukasi Covid-19 di SMU DU 1 Ponpes Darul Ulum Jombang Herin Mawarti; Athi Linda Yani; Nasrudin Nasrudin; Khotimah Khotimah; Mukhoirotin Mukhoirotin; Suyati Suyati
Jurnal Peduli Masyarakat Vol 4 No 2 (2022): Jurnal Peduli Masyarakat: Juni 2022
Publisher : Global Health Science Group

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37287/jpm.v4i2.1015

Abstract

Pesantren merupakan tempat potensial untuk terjadinya penularan Covid-19. Sehingga upaya preventif dengan vaksinasi sangat diperlukan. Tujuan dari pengabdian masyarakat ini adalah untuk membantu pemerintah dalam program vaksinasi sebagai upaya untuk menciptakan herd immunity dan mengedukasi masyarakat pesantren tentang vaksinasi dan pentingnya untuk menjaga protokol kesehatan ditengah pandemi Covid 19. Vaksinasi dosis 1 ini dilakukan di SMA DU 1 pondok pesantren Darul Ulum pada tanggal 8 dan 10 Juli 2021. Jumlah peserta adalah sebanyak 379 putri dan 174 putra berasal dari lingkungan pesantren Darul Ulum. Metode kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah persiapan dan koordinasi, pelaksanaan meliputi kegiatan vaksinasi dan edukasi dan kegiatan terakhir adalah evaluasi. Hasil pelaksanaan kegiatan ini adalah kegiatan vaksinasi dapat berjalan dengan sesuai perencanaan dan edukasi dapat dilaksanakan dengan baik karena sebelumnya sudah membagikan kuesioner mengenai pengetahuan dan gambaran perilaku santri mengenai protokol kesehatan. Sehingga ketika pelaksanaan kegiatan edukasi topik yang diberikan sesuai dengan kebutuhan. Luaran dari pengabdian masyarakat ini adalah peningkatan cakupan vaksinasi dosis pertama, meningkatan pengetahuan mengenai pencegahan Covid 19.
Pemberdayaan Kader Sehat Santri di Ponpes Darul Ulum Jombang Athi Linda Yani; Arifa Retnowuni; Herin Mawarti
Jurnal Peduli Masyarakat Vol 4 No 2 (2022): Jurnal Peduli Masyarakat: Juni 2022
Publisher : Global Health Science Group

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37287/jpm.v4i2.1025

Abstract

Pesantren merupakan tempat tinggal yang berbasis komunitas, segala aktifitas dilakukan secara bersama. Hal ini yang menjadi sebab mudahnya penyebaran transmisi penularan virus jika ada yang sakit. Sehingga diperlukan pembinaan kader sehat santri yang nantinya dapat dilatih ketrampilannya dalam meningkatkan kesehatan santri. Posyandu santri merupakan pos pelayanan kesehatan yang diperuntukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan santri yang ada di lingkungan pesantren. dengan upaya promotif dan preventif nantinya tim abdimas bertujuan dapat membina santri untuk sadar terhadap nilai kesehatan dan dapat melakukan pencegahan penyakit sedini mungkin dengan membentuk kader sehat santri di pesantren. Adapun langkah yang dilakukan dengan melakukan persiapan dan perencanaan progam, membentuk posyandu santri, menerapkan kegiatan rutin posyandu santri di pesantren, dan melakukan pendampingan serta evaluasi kegiatan selama proses pelaksanaan kegiatan. Hasil kegiatan terbentuk posyandu santri sebanyak 84 anggota di pesantren Darul Ulum Jombang, 40 orang kader santri yang sudah terlatih dapat menjalankan pelaksanaan kegiatan posyandu santri di kantor P2KS (pusat pelayanan kesehatan santri), kegiatan posyandu rutin dilakukan setiap bulan, proses pelatihan dan pendampingan kader sehat santri dilakukan selama dua bulan dan setiap minggu 2x kader melakukan pertemuan dengan tim abdimas untuk latihan melakukan pemeriksaan fisik secara umum seperti TD, BB, TB dan LILA serta diberikan pendidikan kesehatan secara umum.
Pemeriksaan Kesehatan Penglihatan, Pendengaran dan Gigi pada Anak di SD Plus Jombang Herin Mawarti; Masruroh .; Sri Banun Titi Istiqomah; Diah Ayu Fatmawati
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara Vol. 3 No. 1 (2022): Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN)
Publisher : Cv. Utility Project Solution

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (362.73 KB) | DOI: 10.55338/jpkmn.v3i1.275

Abstract

Tujuan pengabdian masyarakat ini adalah melakukan pemeriksaan kesehatan pada anak usia sekolah dasar di SD Plus Jombang. Pemeriksaan kesehatan meliputi kesehatan dasar atau kesehatan umum dan pemeriksaan kesehatan penglihatan, kesehatan pendengaran dan kesehatan gigi pada anak usia sekolah di SD Plus Jombang. Pelakasanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan pada tanggal 16 Juni 2022 yang terdiri dari kelas 1 sampai dengan kelas 5. Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini terdiri dari: 1) Tahap persiapan, 2) Tahap pelaksanaan dan 3) Tahap evaluasi. Tahap persiapan meliputi: Rapat koordinasi penentuan jadwal dan penentuan lokasi pemeriksaan, persiapan anggota Tim pelaksana, persiapan alat dan bahan dan setting untuk tempat dan prosedur pelaksanaan. Tahap Pelaksanaan ywaitu pemeriksaan berurutan mulai dari meja pemeriksaan mata, meja pemeriksaan gigi, meja pemeriksaan pendengaran dan meja pemeriksaan umum. Selanjutnya tahap evaluasi berupa tahap4 evaluasi kegiatan mulai dari persiapan hingga akhir kegiatan. Hasil pelaksanaan kegiatan berjalan dengan lancar ada beberapa siswa tidak bisa mengikuti pemeriksaan