Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

Konsepsi ibadah bagi penderita fistula ani oleh perawat dan tokoh pesantren Attarbiyah: Conception of worship for patients with ani fistula by nurses and leaders of Attarbiyah pesantren Kanya, Dinda Gladys; Oktaviyani, Fitri; Rosana, Marsha Emilia; Lestari, Rosyana Putri; Indriani, Silvi; Supriyadi, Tedi; Faozi, Akhmad
Jurnal Ilmiah Keperawatan (Scientific Journal of Nursing) Vol. 11 No. 2 (2025): JiKep | Juni 2025
Publisher : UPPM STIKES Pemkab Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33023/jikep.v11i2.2609

Abstract

Fistula ani merupakan kondisi kronis medis yang menimbulkan tantangan dalam menjaga kebersihan dan pelaksanaan ibadah bagi umat Islam. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pandangan ulama dan peran tenaga kesehatan dalam mendampingi pasien fistula ani agar tetap menjalankan ibadah secara sah dan bermakna. Dengan menggunakan pendekatan studi kasus kualitatif di Pondok Pesantren Attarbiyah Sumedang, data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan satu tokoh agama dan dua orang perawat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi kesehatan pasien memerlukan penyesuaian praktik ibadah melalui konsep rukhsah (keringanan) dalam Islam, seperti tayamum dan salat posisi tertentu. Para ulama menekankan pentingnya menjaga prinsip kesucian dan ibadah sesuai dengan kemampuan, serta mendorong kolaborasi antara panduan syariah dan saran medis. Sementara itu, petugas kesehatan berperan aktif dalam memberikan dukungan fisik, emosional, dan spiritual, termasuk mengedukasi keluarga pasien dalam perawatan sehari-hari. Studi ini menyoroti pentingnya pendekatan holistik berdasarkan nilai-nilai Islam dalam asuhan keperawatan, yang tidak hanya memperhatikan aspek medis, tetapi juga aspek spiritual dan psikososial pasien. Integrasi ajaran Islam, pendidikan kesehatan dan praktik perawatan modern menciptakan model perawatan yang inklusif, berempati bagi penderita fistula ani. Dengan demikian, kolaborasi antara tenaga medis dan pemuka agama menjadi kunci dalam menjembatani tantangan ibadah dan kondisi kesehatan kronis melalui pendekatan spiritual yang aplikatif dan kontekstual.
Pandangan Ulama terhadap Polemik Kehalalan Vaksin Measles-Rubella bagi Anak di Sumedang: Studi Kualitatif Berbasis Wawancara Mendalam Dewi, Fitriani; Kosasih, Gina Sabila; Zhahra, Hilma; Azizah, Sabrina Nurul; Amelia, Zirly; Supriyadi, Tedi; Faozi, Akhmad
Jurnal Penelitian Inovatif Vol 5 No 2 (2025): JUPIN Mei 2025
Publisher : CV Firmos

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54082/jupin.1540

Abstract

Polemik mengenai kehalalan vaksin Measles Rubella (MR) telah menimbulkan kegelisahan di kalangan umat Islam di Indonesia, terutama terkait kandungan bahan yang dianggap tidak halal. Penelitian ini bertujuan mengkaji perspektif keagamaan ulama terhadap penggunaan vaksin MR dalam konteks darurat syariah, dengan mempertimbangkan prinsip kemaslahatan dan fatwa keagamaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui studi kasus, dengan pengumpulan data melalui wawancara mendalam terhadap satu tokoh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan dua dokter. Temuan menunjukkan bahwa penggunaan vaksin MR yang mengandung unsur haram dapat dibenarkan secara syariah dalam kondisi darurat, selama tidak tersedia alternatif halal dan vaksin dibutuhkan untuk mencegah wabah penyakit menular (n = 3). Fatwa MUI No. 33 Tahun 2018 menjadi pijakan penting dalam justifikasi hukum, menyatakan bahwa vaksin MR boleh digunakan dengan syarat tertentu (n = 1). Selain itu, pentingnya kolaborasi dan komunikasi antara ulama dan tenaga medis menjadi penekanan untuk memperkuat pemahaman masyarakat dalam menyikapi isu kehalalan vaksin (n = 2). Studi ini merekomendasikan penguatan peran ulama sebagai jembatan antara ilmu kedokteran dan hukum Islam, agar program imunisasi berjalan efektif tanpa menimbulkan resistensi social.
PANDANGAN TENAGA KESEHATAN DAN ULAMA TERHADAP PENGGUNAAN CBD (CANNABIDIOL) ATAU GANJA SEBAGAI PENGOBATAN MEDIS Mauludia, Mila; Nurhayati, Fitri; Nur’aeni, Intan; Anshori, Muhammad Sholahuddin; Khairunnisa, Siti Zakiah; Supriyadi, Tedi; Faozi, Akhmad
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 2 (2025): JUNI 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i2.45630

Abstract

Penggunaan Cannabidiol (CBD) dalam dunia medis menjadi isu kontroversial yang melibatkan aspek kesehatan, hukum, dan agama, khususnya dalam konteks masyarakat Muslim Indonesia. Meskipun CBD memiliki potensi terapeutik yang signifikan, penggunaannya masih terbatas oleh regulasi ketat dan minimnya pemahaman terhadap kehalalan serta keamanan medisnya. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi pandangan tenaga kesehatan dan ulama terhadap penggunaan CBD dalam pengobatan medis, serta menilai kemungkinan integrasi antara pendekatan ilmiah dan hukum Islam dalam menyusun kebijakan yang relevan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam kepada tenaga kesehatan dan ulama di Kabupaten Sumedang. Data dianalisis secara tematik untuk mengidentifikasi persepsi, tantangan, dan peluang penggunaan CBD dalam praktik medis yang sesuai dengan syariat Islam. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tenaga medis mengakui manfaat CBD (Cannabidiol) dalam terapi penyakit tertentu seperti epilepsi dan nyeri kronis, namun tetap menyoroti perlunya pengawasan dan regulasi yang ketat. Di sisi lain, ulama menyatakan bahwa penggunaan ganja medis dapat diperbolehkan dalam kondisi darurat sesuai kaidah “adh-dharurat tubihu al-mahdhurat”. Terdapat perbedaan pandangan antara ulama menunjukkan pentingnya fatwa kolektif dan edukasi kepada masyarakat. Sinergi antara tenaga medis, ulama, dan pemerintah diperlukan untuk perlu penelitian lebih lanjut untuk penggunaan jangka panjang serta menyusun regulasi yang adil, etis, dan kontekstual.
Pengaruh Perbedaan Gender Perawat terhadap Tingkat Kepuasan Lansia dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar dan Spiritual: Tinjauan dari Perspektif Islam Fauzi, Dadan Ahmad; Asmarani, Dea; Subagja, Putri Wulan Indah Wangi; Novelarosa, Syarah Fitria; Zah'ra, Tania Apriluna; Supriyadi, Tedi; Faozi, Akhmad
Jurnal Keperawatan Profesional Vol 13, No 1 (2025): Determinants of Health
Publisher : Nurul Jadid University, Probolinggo, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33650/jkp.v13i1.11287

Abstract

Mayoritas tenaga kesehatan dan pasien lansia di Indonesia berasal dari masyarakat Muslim, sehingga nilai-nilai agama memengaruhi praktik keperawatan, khususnya dalam interaksi antara perawat dan pasien lawan jenis. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengaruh perbedaan gender perawat terhadap tingkat kenyamanan dan kepuasan lansia dalam menerima pelayanan keperawatan, serta meninjau pandangan Islam terhadap interaksi tersebut. Menggunakan pendekatan mixed methods, data diperoleh melalui kuesioner dan wawancara terhadap lansia, tenaga kesehatan, dan tokoh agama di beberapa lembaga di Kabupaten Sumedang. Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar lansia merasa lebih nyaman dirawat oleh perawat yang sejenis kelaminnya, terutama dalam tindakan yang bersifat pribadi. Namun, dalam kondisi darurat, pelayanan oleh perawat lawan jenis dapat diterima selama tetap menjaga etika, meminta persetujuan, dan mengutamakan keselamatan pasien. Baik perawat maupun ulama menekankan pentingnya profesionalisme dan kebutuhan pasien dalam pengambilan keputusan. Penelitian ini menekankan perlunya penguatan kapasitas perawat melalui pelatihan yang menitikberatkan pada sensitivitas gender dan pemahaman spiritual, agar pelayanan keperawatan lebih sesuai dengan nilai-nilai budaya dan religius yang dianut masyarakat
Medical Therapy and Ruqyah in The Treatment of Schizophrenia: A Perspective of Islamic Law and Health Regulation in Indonesia Rachman, Lyvia Aulia; Fieneyantie, Fatyah; Aprilia, Sandini; Amalia, Septy; Karunia, Suci; Faozi, Akhmad; Supriyadi, Tedi
Jurnal Ilmiah Teunuleh Vol. 6 No. 2 (2025): Jurnal Ilmiah Teunuleh
Publisher : Teunuleh Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51612/teunuleh.v6i2.201

Abstract

Schizophrenia is a serious mental disorder characterized by perceptual, thought, and behavioral disorders. In societies with strong religious backgrounds, many view this disorder as the result of spiritual disorders, preferring ruqyah therapy to medical treatment. This study aims to explore and compare the effectiveness of medical therapy and ruqyah therapy in the treatment of schizophrenia, as well as to understand the public's perception of the two approaches. The method used was qualitative research with a phenomenological approach, through in-depth interviews with eight participants consisting of medical personnel and scholars in the Sumedang area. The results of the study show that medical therapy remains the main cornerstone in controlling the symptoms of schizophrenia, especially through the use of antipsychotics. However, ruqyah therapy provides positive psychological effects such as calmness and increased spiritual spirit of the patient, and is often chosen because it is considered more in accordance with religious values. The integration between medical and spiritual approaches is seen as a holistic strategy, especially in the context of Muslim society. The study also highlights the importance of the role of family, community education, and stigma reduction in supporting therapy success. In conclusion, an integrative approach that includes medical and spiritual therapies can improve patient adherence, reduce stigma, and strengthen social support in schizophrenia recovery.
Sinergi Antara Ilmu Medis dan Fiqih Dalam Penggunaan Air Doa Untuk Penyembuhan di Sumedang Utara Nurulaeni, Devia; Rifdah, Nur Rahidah Hana; Maolida, Nurul; Karlina, Silvi; Hidayat, Taufik; Supriyadi, Tedi; Faozi, Akhmad
Jurnal Ilmiah Religiosity Entity Humanity (JIREH) Vol 7 No 2 (2025): This issue ongoing for Publication
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injili dan Kejuruan (STTIK) Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37364/jireh.v7i2.414

Abstract

This study aims to analyze ulama perspectives on prayer water use based on fiqh studies and Thibbun Nabawi, explore medical personnel views on prayer water potential as complementary therapy, and identify convergence points between religious and medical approaches in using prayer water for healing. The study employed a qualitative approach with exploratory study design. Findings show significant convergence between religious and medical perspectives. Ulama provide theological foundation through QS Al-Anbiya verse 30 and Thibbun Nabawi practices, positioning prayer water as wasilah in seeking healing efforts. Medical personnel acknowledge placebo effects and psychological dimensions of prayer water through psychoneuroimmunology mechanisms. Both perspectives agree that belief and positive suggestion play important roles in healing, with prayer water functioning as complementary therapy that does not replace primary medical treatment. This integration opens opportunities for developing holistic healthcare models that accommodate spiritual values without neglecting evidence-based medicine principles.
Pandangan Ulama dan Tenaga Kesehatan di Sumedang Terhadap Kontrasepsi Permanen Tanpa Indikasi Medis Nuraeni, Selma; Hanifa, Anestia Nur; Hakim, Muhammad Naufal Lukmanul; Pratiwi, Pina Permata; Fitriani, Sandrina; Putri, Tyas Syahdina; Supriyadi, Tedi; Faozi, Akhmad
Jurnal Keperawatan Galuh Vol 7, No 2 (2025): Juli (on prosses)
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/jkg.v7i2.18979

Abstract

The use of permanent sterilization contraception, such as vasectomy and tubectomy, remains a sensitive issue among Indonesian Muslims, particularly in Sumedang Regency. This study aims to explore the views of Islamic scholars (ulama) and health workers on the practice of permanent sterilization without medical indications. This study used a qualitative case study approach with semi-structured interviews with five informants: two ulama, two health workers, and one community leader who was also a sterilization patient. The results indicate that Islamic scholars reject permanent sterilization without medical reasons because they are considered contrary to the principles of the maqasid sharia, specifically preserving offspring (hifz al-nasl). In contrast, health workers accept the procedure if accompanied by medical indications and the consent of the partner. These differing views reflect differing perspectives on sterilization, family planning, and couple readiness. This study used an educational approach and interdisciplinary dialogue between religious leaders and health workers to bridge the gap. Practical implications: education that combines sharia values with reproductive health information is crucial to help communities make informed, rational contraceptive decisions that align with local spiritual and cultural values.
Strategi Koping untuk Permasalahan Harga Diri Rendah dalam Pandangan Islam dan Medis Subagja, Reva; Kamila, Alda Humaimah; Zalianty, Revalina; Anindia, Sharfina; Nofelinda, Shelfiana; Supriyadi, Tedi; Faozi, Akhmad
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 5 No. 4 (2025): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v5i4.19661

Abstract

Low self-esteem is a feeling towards oneself, while problems with poor interpersonal relationships and associated with low anxiety, low affectivity, so that low self-esteem is associated with nursing can cause self-esteem in groups and acceptance of others as valuable in life. High negative self-esteem towards oneself causes loss of self-confidence, pessimism, and is not at risk of depression and schizophrenia, so that negative feelings fundamentally cause loss of self-confidence and self-esteem of individuals and self-esteem disorders (Muhith, 2016). Low Self-Esteem In Islamic teachings, self-esteem (muru'ah) has a very important meaning. Islam teaches its people to maintain self-esteem and dignity, which are considered part of faith. Some key concepts in Islam related to self-esteem include: 'Izzah (Self-Glory): Is a concept that emphasizes the importance of having dignity and honor. In Islam, one must draw closer to Allah to obtain 'izzah, which is a source of glory. Muru'ah: This refers to maintaining self-respect and commendable behavior. Imam Ghazali emphasized that muru'ah is an important attribute in personal transformation, where individuals with high muru'ah will act in accordance with good moral values. 'Iffah (self-restraint): this concept is related to self-control and commendable behavior. Maintaining 'iffah is part of an effort to maintain self-esteem. (Ministry of Religion, 2021) Riskesdas in 2018 stated that 6.7% of the Indonesian population experienced low self-esteem and the highest prevalence was in Yogyakarta with a figure of 10.4%. Research conducted by Aryanyi and Khodijah in 2023 on "The Relationship between Self Esteem and Gratitude: A Review of the Hadith Narrated by Sunan Al-Tirmidhi No. Index 2034 Psychological Perspective" explains that realizing the concept of gratitude can be an implication that individuals have high self-esteem, while individuals who do not realize the concept of gratitude have low self-esteem. Furthermore, in a study conducted by Oktaviana and Aprilliana in 2024 entitled "The Effect of Cognitive Behavioral Therapy (CBT) on Adolescents Experiencing Low Self-Esteem: a systematic review." explains that CBT has an influence in increasing self-esteem in adolescents who have low self-esteem problems. Islam offers spiritual and moral solutions, while medicine offers psychological and clinical solutions. The disciplines of Islamic and medical views provide a new perspective in dealing with the problem of low self-esteem in each individual. The purpose of this study is to describe and integrate two disciplinary views to analyze coping strategies in Islamic and medical views for patients with low self-esteem. The relevance of Islam and medicine can be integrated holistically to be applied to the problem of low self-esteem.
PERSPEKTIF ISLAM DAN PERAWAT MENGENAI SAFE AND HYGIENE TERHADAP PENGGUNAAN MENSTRUAL CUP PADA WANITA Inka Riana, Anjaeni; Maharani, Fita; Mayastika, Intan; Khansa Nabilah, Rafa; Meirizka, Raisha; Supriyadi, Tedi; Faozi, Akhmad
International Journal Mathla’ul Anwar of Halal Issues Vol. 5 No. 2 (2025): September
Publisher : Universitas Mathla’ul Anwar Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The use of menstrual cups is increasingly gaining attention as a hygienic, eco-friendly, and cost-effective alternative to conventional sanitary pads. However, acceptance among Muslim women remains relatively low due to limited health education and concerns regarding religious compatibility. This qualitative study aims to explore the perspectives of healthcare providers and Islamic scholars on the safety and hygiene aspects of menstrual cup use among women. The study involved in-depth interviews with three primary participant groups: menstrual cup users, nurses, and Islamic scholars in the Cimalaka Subdistrict. The findings indicate that, from a medical perspective, menstrual cups are considered safe and hygienic when used properly and accompanied by adequate education. From a religious perspective, scholars stated that menstrual cup use is permissible as long as it does not block the flow of menstrual blood and does not cause harm. The results also reveal that public knowledge about menstrual cups remains low, especially in areas with limited access to information. Religious views play a significant role in influencing women's decisions regarding the use of this product. This study concludes that collaborative education involving healthcare providers, religious leaders, and users is essential to enhance public understanding and acceptance. With the right approach, menstrual cups have the potential to become a widely accepted menstrual management tool that aligns with both health standards and religious values.
Co-Authors Amalia, Septy Amelia, Lienji Amelia, Zirly Anindia, Sharfina Anshori, Muhammad Sholahuddin Aprilia, Sandini Apriliyani, Lika Sheilia Asmarani, Dea Azizah, Sabrina Nurul Azzahra, Dinda Nazwa Chinara Putri SG, Akiko Dewi, Fitriani Dinata, Nur Allissa Firda Dolifah, Dewi Farhah, Hanisyah Dian fatikha, evrilia sabella Fauzi, Dadan Ahmad Fauziyah, Roro Nur Fieneyantie, Fatyah Fitri Nurhayati Fitriani, Novi Fitriani, Sandrina Hadi, Jesica Cetleya Hakim, Muhammad Naufal Lukmanul Hanifa, Anestia Nur Hanipah, Eva Hasipa, Hani Siti HERAWATI, DIANA Indriani, Silvi Inka Riana, Anjaeni Iyos Sutresna Kamila, Alda Humaimah Kanya, Dinda Gladys Karlina, Silvi Kartika Winata, Rieke Karunia, Suci Khairunnisa Khairunnisa, Siti Zakiah Khansa Nabilah, Rafa Kosasih, Gina Sabila Lestari, Rosyana Putri Lindayani, Emi Lisnawati, Intan Maharani, Fita Maolida, Nurul Mauludia, Mila Mayastika, Intan Meirizka, Raisha Nabila, Ersya Rahma Nailla Hasna, Azwaj ningrum, dedah - Nofelinda, Shelfiana Novelarosa, Syarah Fitria Nuraeni, Selma Nurjanah, Yunisha Husnul Nurulaeni, Devia Nuryani, Reni Nur’aeni, Intan Oktaviani, Tiara Dita Oktaviany, Veny Oktaviyani, Fitri Pratiwi, Pina Permata Purnama, Ahmad Putri, Dinda Indika Putri, Eznelda Julia Putri, Risma Indriani Putri, Tyas Syahdina Putria, Nurlita Dheina Rachman, Lyvia Aulia Rahmatin, Deviyanti Arlisa Ramadhani, Zakiyyah Putri Rifdah, Nur Rahidah Hana Rosadi, Nurrita Catharina Rosana, Marsha Emilia Sari, Intan Yulia Septiani, Nisya Aulia Sopiah, Popi Subagja, Putri Wulan Indah Wangi Subagja, Reva Suherman, Suherman Supriyadi, Tedi Syarifi, Putri Nazwa Taufik Hidayat Tiara, Ersa Ratmi Uyu Wahyudin Widartika Widartika Zah'ra, Tania Apriluna Zahra, Alinda Aura Zalianty, Revalina Zhahra, Hilma Zulva, Yasmin