Claim Missing Document
Check
Articles

SIKAP MASYARAKAT TENTANG TERBENTUKNYA DESA WISATA DI JATIGEDE (ANALISIS RAPID RURAL APRAISAL DENGAN PENDEKATAN SURVEY) Arifin, Hadi Suprapto; Hadisiwi, Purwanti; Widyowati, Weny; Fuady, Ikhsan; Adiputra, Andika Vinianto
JP2N : Jurnal Pengembangan Dan Pengabdian Nusantara Vol. 1 No. 3 (2024): JP2N: Mei - Agustus 2024
Publisher : Yayasan Pengembangan Dan Pemberdayaan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62180/v37n3580

Abstract

Pembentukan desa wisata merupakan hal penting dalam peningkatan kesejahteraan Masyarakat desa. Hal yang penting dalam pembentukan desa wisata adalah pemetaan akan potensi desa serta sikap, dan kesiapana masyarkat dalam pembentukan desa wisata. Pengabdian pada masyarkat ini adalah tahapan pemetaan desa dengan pendekatan RRA yang dikaukan dengan metode survey. Survey ini untuk mengevaluasi sikap dan intensi Masyarakat terhadap pembentukan desa wisata di jatigede. Metode pemetaan dilakukan dengan metode survey untuk menggambarkan sikap dan intensi Masyarakat dalam pembentukan desa wisata. Hasil analisis menunjukkan sikap Masyarakat dalam pembentukan desa wisata terkategori sangat positif. sebanyak 73,1 persen responden menilai sangat senang dengan pembentukan desa wisata, 43, 5 persen menilai pembentukan desa wisata dijatigede adalah hal yang bijak, dan 43,5 persen menilai desanya sangat bagus dijadikan desa wisata. untuk intensi sebanyak 69,6 persen akan mendukung pembentukan desa wisata, 56,5 akan berencana berpartisipasi aktif dalam pembentukan desa wisata serta tertarik untuk pembentukan desa wisata sebanyak 39,1 persen. Kata kunci: Sikap, Intensi, Desa Wisata
Communications Experiences For Covid-19 Survivals Who Perform “Isolasi Mandiri” In Bandung Kemalasari, Gyska; Hadisiwi, Purwanti; Prasanti, Ditha
Jurnal Komunikasi Vol. 14 No. 2 (2022): Jurnal Komunikasi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jk.v14i2.13547

Abstract

This study aims to find out: 1) Self-understanding of Covid-19 survivors; 2) Experience internal communication of Covid-19 survivors with family; 3) Experience external communication of Covid-19 survivors with environments outside the family. The method used in the research is qualitative method with phenomenological approach. The data collection technique in this study used in-depth interviews to five Covid-19 survivors who conducted self-isolation in Bandung. The theory used is the theory of symbolic interaction. The results of this study showed that the self-meaning of Covid-19 survivors who conducted self-isolation in this study was categorized as follows: a) fear; b) uncomfortable feeling and distrust others; c) feel sad to be temporarily separated from the family; d) feel bad for others; e) feel loved and cared for by others. Then the experience of internal communication of Covid-19 survivors with family, namely: a) maintaining physical distance and always using masks; b) communicate with electronic devices; c) communicate by shouting; d) communicate using the bell; e) given helpness in order to fulfill daily needs. As well as the experience of external communication of Covid-19 survivors with environments outside the family, namely: a) keeping a distance and tending to stay away physically; b) communicate with electronic devices; c) given helpness in order to meet the daily needs.
Penggunaan Terminologi dan Komunikasi Kesehatan dalam Pemberitaan #HIVAIDS Lartutul, Xavery Alberto; Mulyana, Deddy; Hadisiwi, Purwanti
Ranah: Jurnal Kajian Bahasa Vol 14, No 2 (2025): Ranah: jurnal Kajian Bahasa
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/rnh.v14i2.8377

Abstract

The issue of HIV and AIDS is not only a health concern but also a social one, heavily influenced by how the media communicates it to the public. This study aims to examine the use of terminology and health communication practices in news coverage about HIV and people living with HIV on the online platform harianjogja.com during the period of February 2024 to June 2025. The research employs a qualitative approach using Norman Fairclough’s Critical Discourse Analysis model. Data were collected through documentation of news texts published within the specified period, then analyzed by examining the three dimensions of Fairclough’s framework: text, discourse practice, and social practice. The findings reveal that the news coverage remains dominated by terminology inconsistent with the UNAIDS Terminology Guidelines 2015, such as “AIDS sufferers” and “deadly virus.” The language used in the news texts tends to frame people living with HIV as objects of suffering or sources of moral threat. Editorial practices are frequently driven by considerations of audience appeal and clickbait dynamics, which in turn undermine empathetic perspectives and a human rights oriented framework.Such reporting potentially reinforces stigma, weakens public empathy, and hinders progress toward achieving the global Three Zero HIV 2030 targets. This study underscores the urgency of transforming health journalism toward a more humanistic, inclusive, and equitable approach through cross-sectoral collaboration, including with affected communities. Abstrak Isu HIV dan AIDS tidak hanya menjadi permasalahan kesehatan, tetapi juga isu sosial yang sangat dipengaruhi oleh cara media mengkomunikasikannya kepada publik. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penggunaan terminologi dan praktik komunikasi kesehatan dalam pemberitaan mengenai HIV dan orang yang hidup dengan HIV di media daring harianjogja.com selama periode Februari 2024 hingga Juni 2025. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode Analisis Wacana Kritis model Norman Fairclough. Data dikumpulkan melalui dokumentasi teks berita yang dipublikasi pada periode tersebut, kemudian dianalisis dengan menelaah tiga dimensi analisis Fairclough: teks, praktik wacana, dan praktik sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberitaan masih didominasi oleh istilah yang tidak sesuai dengan pedoman UNAIDS Terminology Guidelines 2015, seperti penderita AIDS dan virus mematikan. Bahasa yang digunakan dalam teks berita cenderung membingkai orang yang hidup dengan HIV sebagai objek penderitaan atau sumber ancaman moral. Praktik redaksional sering dibentuk oleh orientasi pada daya tarik publik dan logika klikbait, sehingga mengorbankan perspektif empatik dan pendekatan berbasis hak asasi manusia. Pemberitaan semacam ini berpotensi memperkuat stigma, melemahkan empati publik dan menghambat pencapaian target global Three Zero HIV 2030. Penelitian ini menegaskan urgensi transformasi jurnalisme kesehatan menuju pendekatan yang lebih humanistik, inklusif, dan adil melalui kolaborasi lintas sektor, termasuk komunitas terdampak.