Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search
Journal : Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya

PENERAPAN MOSEHE DALAM PENYELESAIAN KONFLIK OLEH MASYARAKAT TOLAKI DAN MASYARAKAT PENDATANG DI KABUPATEN KONAWE PROVINSI SULAWESI TENGGARA Hafid, Abdul; Raodah, Raodah
Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 9, No 1 (2018)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (316.213 KB) | DOI: 10.36869/wjsb.v9i1.20

Abstract

Penelitian ini mendeskripsikan tentang mosehe sebagai salah satu hukum adat orang Tolaki yang masih tetap dipatuhi dan dijalankan oleh orang Tolaki, terkhusus buat mereka yang tinggal di Kabaupaten Konawe. Tulisan ini bersifat deskriptif kualitatif, dengan teknik pengumpulan data melaui wawancara mendalam, studi pustaka, pengamatan, dan dokumentasi. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa mosehe merupakan sebuah ritual yang telah berlangsung secara turun-temurun hingga sekarang sebagai bentuk penghormatan terhadap Dewa (Sangia), agar Tuhan Yang Maha Kuasa (Ombu) berkenan menerima upacara tersebut. Bagi orang Tolaki, mosehe berfungsi untuk kepentingan keselamatan dan kemaslahatan orang banyak. Selain itu, eksistensi mosehe merupakan salah satu bentuk penyelesaian konflik/sengketa bagi masyarakat Tolaki, yang awalnya dilatarbelakangi oleh peristiwa di masa lampau dan terjadi secara turun temurun oleh generasi orang Tolaki hingga sekarang. Peristiwa-peristiwa tersebut dapat berupa perkataan sumpah, sikap, dan tindakan oleh nenek moyang orang Tolaki yang berimbas pada kehidupan generasi orang Tolaki hingga sekarang.
MAKNA SIMBOLIK TRADISI RITUAL MASSORONG LOPI-LOPI OLEH MASYARAKAT MANDAR DI TAPANGO, KABUPATEN POLMAN, PROVINSI SULAWESI BARAT Hafid, Abdul; Raodah, Raodah
Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 10, No 1 (2019)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (306.48 KB) | DOI: 10.36869/wjsb.v10i1.37

Abstract

Tulisan ini merupakan hasil penelitian tentang upacara massorong lopi-lopi pada masyarakat Mandar di Desa Tapango, Kabupaten Polman, Provinsi Sulawesi Barat. Tradisi ritual ini merupakan agenda tahunan yang dilaksanakan oleh masyarakat sebagai penolak bala, agar kampung mereka terhindar dari mara bahaya. Di samping itu, tradisi ritual ini juga merupakan ajang silaturahmi antarmasyarakat, baik yang bertempat tinggal di Desa Topango maupun di perantauan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam tradisi ritual massorong lopi-lopi terkandung makna simbolik dari lopi-lopi yang digunakan sebagai alat ritual, begitu pula sesajen yang dihidangkan, serta peralatan yang digunakan. Masyarakat di Desa Tapango meyakini bahwa dengan melaksanakan ritual massorong lopi-lopi, segala bencana dan wabah penyakit yang akan menimpa mereka akan hanyut dan hilang terbawa arus air, sedangkan perahu-perahu tersebut dimaknai sebagai bahtera yang membawa masyarakat ke tempat yang sejahtera, selamat, dan sentosa.
MAKNA SIMBOL UPACARA MAMMANUSANG LOPI-LOPI OLEH MASYARAKAT MANDAR DI KABUPATEN POLMAN, PROVINSI SULAWESI BARAT Hafid, Abdul
Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 7, No 1 (2016)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36869/wjsb.v7i1.91

Abstract

Upacara mammanusang lopi-lopi merupakan tradisi ritual atau budaya lokal yang mencerminkan karakter dan jati diri masyarakat pendukungnya, khususnya masyarakat di Desa Padang Timur, Kabupaten Polman, Provinsi Sulawesi Barat. Upacara mammanusang lopi-lopi berarti menghanyutkan perahu-perahu di sungai atau di laut dengan membawa sesajian yang dibuat beramai-ramai oleh masyarakat Padang Timur. Upacara tersebut berfungsi untuk menyucikan kampung dan menolak bala agar tehindar dari bencana alam dan wabahpenyakit. Tulisan ini bertujuan untuk menggambarkan prosesi pelaksanaan upacara mammanusang lopi-lopi dan menggali makna simbolis yang terkandung dalam setiap tahap pelaksanaannya. Upacara mammanusang lopi-lopi dilaksanakan pada bulan syawal dan dipimpin oleh salah seorang dukun (sando banua). Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah pengamatan, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upacara mammanusang lopi-lopi mengandung makna simbolik bahwa segala bencana dan wabah penyakit yang akan menimpa masyarakat Padang Timur hanyut dan hilang terbawa arus air. Kemudian, perahu-perahu tersebut dimaknai sebagai bahtera yang membawa masyarakatke tempat yang sejahtera, selamat, dan sentosa.
PERAN “RUMAH KECAPI” DALAM MELESTARIKAN BUDAYA LOKAL DI KABUPATEN MAROS Hafid, Abdul
Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 7, No 2 (2016)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36869/wjsb.v7i2.137

Abstract

Rumah Kecapi merupakan sentra industri pembuatan alat musik tradisional yang berlokasi di Kabupaten Maros Propinsi Sulawesi Selatan. Industri kerajinan alat musik tradisional ini tetap eksis berproduksi, walaupun peminat alat musik tradisional hanya sebagian kecil dibanding peminat alat musik modern. Pemasaran hasil produksi kerajinannya sudah sampai kemancanegara, namun usaha industri ini masih sulit mengembangkan usahanya, karena terkendala dengan modal usaha dan peralatan produksi.Artikel ini bertujuan untuk mendeskrepsikan kerajinan alat musik tradisional hasil usaha industri Rumah Kecapi Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif, teknik pengumpulan data melalui pengamatan, wawancara dan dokumentasi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa Rumah Kecapi adalah usaha kerajinan yang memproduksi alat musik tradisional berupa kecapi, keso-keso, suling dan gambus, yang dilakukan secara manual dengan peralatan yang masih sederhana. Selain sebagai industri kerajinan alat musik, Rumah Kecapi juga adalah lembaga seni yang berperan aktif dalam melestarikan budaya lokal melalui pementasan di berbagai event dengan simponi kecapinya.
PENYELESAIAN PELANGGARAN ADAT TERHADAP PENGRUSAKAN DAN PENCURIAN DALAM HUTAN DI KAWASAN ADAT KAJANG, KABUPATEN BULUKUMBA Hafid, Abdul
Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 11, No 1 (2020)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36869/wjsb.v11i1.74

Abstract

Tulisan ini mendeskripsikan tentang Tatacara penyelesaian pelanggaran adat terhadap pengrusakan dan pencurian dalam hutan keramat di kawasan adat Kajang di Kabupaten Bulukumba, yang bertujuan untuk mengungkapkan sejauh mana peranan Ammatoa dalam menyelesaikan berbagai pelanggaran adat yang terjadi dalam hutan keramat pada masyarakat adat  Kajang. Tulisan ini bersifat deskriptif  kualitatif, dengan teknik pengumpulan data berupa;  studi pustaka, observasi, dokumentasi dan wawancara kepada pemimpin adat di Kajang yang digelar dengan sebutan Ammatoa,  dan sejumlah perangkat-perangkat adatnya serta pemerintah setempat seperti kepala desa dan sebagainya. Hasil tulisan ini menunjukkan bahwa dalam melaksanakan peranannya sebagai Ammatoa beserta sejumlah perangkat adat lainnya dibekali aturan yang merupakan pegangannya, yaitu Pasang (aturan tidak tertulis) yang telah diturunkan secara turun –temurun sejak Ammatoa Mariolo (Ammatoa pertama).  Keberadaan Pasang tersebut senantiasa dipatuhi oleh masyarakat adat Kajang, yang diimplementasikan dalam segala aktivitas kehidupan mereka. Jika masyarakat adat Kajang melanggar Pasang, maka akan menanggung sanksi, baik sanksi sosial maupun sanksi hukum adat berupa denda.  Oleh karena itu, peranan Ammatoa baik terhadap pelestarian lingkungan alam (hutan) maupun terhadap penyelesaian pelanggaran adat yang terjadi dalam borong karamaka, akan memegang peranan penting untuk terus menerus memelihara, melestarikan lingkungan alam dan mempertahankan tidak akan terjadi pelanggaran adat dalam hutan keramat (borong karamaka).            
ATURAN ADAT DALAM TRADISI “SIREMPEK API” DI DESA PONGKA KECAMATAN TELLU SIATTINGNGE KABUPATEN BONE Hafid, Abdul
Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 8, No 1 (2017)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36869/wjsb.v8i1.102

Abstract

Sirempek api merupakan tradisi pesta panen yang dilakukan pada masyarakat Bugis di Desa Pongka Kecamatan Tellu SiattingngE Kabupaten Bone. Tradisi sirempek api berupa permainan saling melempar api yang hingga saat ini masih dipertahankan . Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif, dengan menggunakan teknik wawancara mendalam dan pengamatan langsung. Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan tradisi sirempek api dan aturan-aturan adat dalam tradisi tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pelaksanaannya, tradisi sirempek api merupakan permainan tradisional yang sarat dengan unsur magis yang dimainkan oleh kaum laki-laki yang salingmelempar bola-bola api. Dalam permainan ini ada aturan-aturan adat yang mesti di patuhi agar tidak kena resiko terbakar api. Masyarakat setempat percaya bahwa keburuntungan akan datang jika tradisi sirempek api ini terlaksana dengan baik, dan mendapat berkah seperti hasil pertanian akan tumbuh subur, ketentraman kampung terjaga, serta rezeki masyarakat setempat lebih meningkat. Sebaliknya, malapetaka akan terjadi jika tradisi sirempek api ini tidak dilaksanakan dengan baik.
Co-Authors Abdul Muhid, Abdul Abdul Rahim Abdul Wafi, Abdul Abdulllah, Abdulllah Adriani ADRIANI ADRIANI Adys, Himaya Praptani Afrianto, Shadiq Taqwa Agusta Mayor, Enjelita Akbar , M. Aldrin Al-Faizin, Abdul Wahid Aldiansyah, Muh Amalia, Reska Amir Pada, Amir Andi Faharuddin Ansaar, Ansaar Antarissubhi Antarissubhi, Antarissubhi Anugrah, Riyan Anwar, Muhammad Rezky Ardiansyah, Iksan Arief, Fitriani Arifin, Arinofal Arsyad S, Muhammad Arsyad, Nursyam Asis, Sazkia Dwiyani Asmaul Djafar, Muha Idris Eko Purnomo Elly, Ridwan Entis Sutisna Farhan, Muh Firman Firzhal Arzhi Jiwantara Hafidah, Nur Hamran , Hamran Hanisah Hanafi Hatsama, Abdul Rahman Hatta, Abd Halim Hidayat, Ahmad Saeful Husnul Khatima, Husnul Ibadurrahman , Ibadurrahman Ibrahim Ira Wati Ismail Marzuki Jabar, Saiful Hidayat Abdul jauhar, Siti Jefriyanto Saud Jusniati Kaharuddin Kurniawan, Muh. Nuzul Kusmiyati Kusnandar, Efendi Lateko, Andi Abdul Halik Mafacir, A Dimas Alil Makmur Nurdin, Makmur MMSI Irfan ,S. Kom Muhaemin Muhaemin Muhammad Iqbal Muhammad Miftahul Ulum Muhyidin Muhyidin Muhyidin, Muhyidin Muhyidin Mujahidah Mujahidah Mukhbir, Muhammad Muliadi Musyahid , Ahmad Mutawakil, Abdul Hak Mutmainnah, Inayatul Muzawwir, Muhammad Dirga Nasrulloh Nasrulloh Ningsih Hidayati , Indwi Nur Rahmah Nur, Muhammad Ikram Nur, Siti Hijraini Nurmalah Nuryadi, Abd Jahman Pratama, Hengki Wahyu Rahmania Rahmania Ramadhan, Fahri Sahrul Ramlah Ramlah Raodah Raodah, Raodah Rasyid , Abdul Reza Amarta Prayoga Ridwang Ridwang, Ridwang Rosmalah Rosmalah, Rosmalah ryan, ryan Saefulah, Dian Imam sahajuddin, sahajuddin Saifuddin Saifuddin Salmia, Salmia Sari, Riska Sembiring, Rinawati Siti Helmyati Sitti Jauhar, Sitti Sritimuryati, Sritimuryati Suardi, Suardi Sudarmin Sudarmin Sudaryanto, Rahmat Sudirman Sultan , Lomba Suryani Suryani Suyanto Suyanto Syam, Andi Zulitsnayarti Mardhani Syufa’at, Syufa’at Trogea, yuliana Yuliana Ujang Nurjaman, Ujang Ulpa, Mirnawati Utomo, Jepri Veithzal Rivai Zainal Wahyuningsih, Rossy Timur Widiyana, Ende Yekwam, Elia Zainal Abidin Zuhri, Rifqi Alfian _, Nurlaela