Claim Missing Document
Check
Articles

Found 37 Documents
Search

PEMANFAATAN LIMBAH SAYURAN SEBAGAI PAKAN TERNAK DALAM UPAYA PENGUATAN EKONOMI DI MASA COVID PADA PETUGAS KEBERSIHAN DI LINGKUNGAN SMAN 4 KOTA BENGKULU neli definiati; Lezita Malianti; Nurhaita Nurhaita
Jurnal Pengabdian Masyarakat Bumi Raflesia Vol. 4 No. 2 (2021): Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Bumi Raflesia
Publisher : Universitas Muhammadiyah Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36085/jpmbr.v4i2.1846

Abstract

Budidaya ikan lele termasuk salah satu jenis usaha yang sangat potensial untuk dikembangkan karena Permintaan pasar yang tinggi, kondisi lingkungan yang mendukung serta memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap pakan lokal alternatif yang  banyak tersedia. Kelompok petugas kebersihan Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Kota Bengkulu ini mempunyai peluang yang cukup besar untuk terlibat dalam pemanfaatan limbah sayuran sebagai pakan ternak dalam upaya penguatan ekonomi di masa pandemic covid 19, beberapa diantara anggota kelompok pernah memiliki usaha sampingan beternak ikan lele namun harus gulung tikar dikarenakan harga pakan yang terus meningkat. Kegiatan PKM ini bertujuan mengatasi permasalahan ekonomi dan pengolahan limbah, memanfaatkan limbah sayuran pasar sebagai bahan pakan ternak lele yang murah dan ramah lingkungan merupakan solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan mitra. Dengan adanya kegiatan ini dapat mendorong Kelompok Petugas Kebersihan SMAN 4 Kota Bengkulu yang tangguh dan mandiri karena dalam usaha dilengkapi dengan teknologi pemanfaatan limbah sayuran, serta manajemen usaha yang baik. Bentuk kegiatan yang akan dilaksanakan adalah pelatihan pembuatan pelet ikan lele berbahan limbah sayuran pasar; pelatihan penyusunan ransum ternak lele; pembuatan demplot dilokasi yang sudah disiapkan oleh kelompok, pelatihan manajemen kolam. Adapun indikator dari kegiatan ini adalah Terlaksananya kegiatan PKM secara lancar, diaplikasikannya teknologi pembuatan pellet ikan lele, teknologi penyusunan ransum ternak lele, banyaknya anggota yang mengikuti kegiatan, meningkatnya motivasi berwirausaha serta dihasilkanya pellet ikan lele yang memiliki kualitas nutrisi yang baik.Keyword : Limbah Sayuran Pasar, Pelet Ikan Lele
PEMANFAATAN LIMBAH PELEPAH SAWIT SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI PADA KELOMPOK PEMUDA TANI TUNAS MUDA Nurhaita Nurhaita; Neli Definiati; Suliasih Suliasih
DHARMA RAFLESIA Vol 14, No 1 (2016): JUNI
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/dr.v14i1.4282

Abstract

The prevalent problem of partnership is the difficulty of supplying green feed. Palm oil frond was the most available palm oil waste for feed utilization by partnership because both partners were located in palm oil plantation area. For optimum feed utilization, palm oil frond was to undergo particular process through ammoniation with urea and fermentation with MOL (local microorganism) from cow manure. The objective of this activity was to introduce the processing technology of palm oil frond by ammoniation and fermentation in partner groups. The variables of this activity were palm oil frond ammoniation, fermented palm oil frond, and mol from cow manure. This social service activity was conducted by extension method, training and demonstration, as well as group supervision and partnership. The result of this event demonstrated that partner groups were able and skillful in processing palm oil frond through ammoniation and fermentation, as well as creating MOL from cow feces as fermentation starter. Ammoniation palm oil was characterized by ammoniac smell and intact green texture. Good quality fermented palm oil frond was tapai- like fragrant, moldless and mucus-free yellowish green. Ammoniation and fermented palm oil frond had good palatability as observed from the response of cow’s immediate intake on the first administration without necessarily long adaptation. Conclusion: Processing technology of palm oil frond was well accepted and applicable in partner groups as solution to green feed problem. Keywords: ammoniation, fermentation, mol cow manure, palm oil frond, cattle feed  
Efek suplementasi tepung kulit jengkol pada pelepah sawit fermentasi terhadap profil mikroba rumen dan produksi gas metan in vitro Nurhaita Nurhaita; Nur Hidayah; Neli Definiati
Livestock and Animal Research Vol 19, No 1 (2021): Livestock and Animal Research
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (279.587 KB) | DOI: 10.20961/lar.v19i1.41898

Abstract

Objective: This research was aimed to evaluation the effect of supplementation jengkol peel powder in fermented oil palm fronds on rumen microbes profile and methane production on in vitro.Methods: The used design was factorial randomized block design with four treatments supplementation of jengkol peel powder at 0, 2, 4, and 6% and four groups as replications. The observed variables were rumen microbes profile (population of total bacteria, cellulolytic, and protozoa), methane production, partial volatile fatty acid (VFA) proportion and acetate/propionate (A/P) ratio. The data were analyzed using ANOVA and different among treatments means examined by Duncan Multiple Range Test (DMRT).Results: The result showed that supplementation of jengkol peel powder at 6% substrate increased (P<0.05) total and cellulolytic bacteria population. Jengkol peel powder supplementation as much as 4 and 6% decreased (P<0.05) protozoa population, methane production, acetate proportion and A/P ratio. Supplementation of jengkol peel powder at 2% increased (P<0.05) propionate production.Conclusions: In conclusion, fermented oil palm fronds can be substituted with jengkol peel powder at 2% substrate that did not disturb rumen microbes profile, decreased methane production, acetate proportion, A/P ratio and increased propionate production on in vitro.
Fermentasi Bagase Tebu Dengan Neurospora sitophila dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Gizi dan Kecernaan Secara in Vitro Nurhaita Nurhaita; N Definianti; R Zurina
Jurnal Embrio Vol 5 No 01 (2012): Jurnal embrio
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Tamansiswa Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (140.865 KB) | DOI: 10.31317/embrio.v5i01.127

Abstract

This study aimed to evaluate the effect of fermentation on the nutritional value and digestibility of sugarcane bagase. Research is using completely randomized design with 4 treatments and 4 replications. The treatments tested were several levels of inoculum Neurospora sitophila ie A = 0%; Neurospora sitophila; B = 2% Neurospora sitophila; C = 4% Neurospora sitophila and D = 6% Neurospora sitophila. Parameters measured were 1. Nutritional value of sugarcane bagase fermentation (dry matter, crude protein, crude fiber and crude fat) and 2. The content of the fiber fraction (NDF, ADF, cellulose, hemicellulose and lignin) 3. In-vitro digestibility of dry matter and organic matter. The results showed that the inoculum level of Neurospora sitophilla on the fermentation significantly improve the quality of sugarcane bagase, this is reflected in the increase in crude protein content of 2.34% to 3.52%, a decrease in crude fiber content of 39.92% to 31, 25%. Lignin content of fermented sugar cane decrease from 8.74% to 7.20%. This matter caused increased on in-vitro digestibility of dry matter from 46.48% to 56.46% and the digestibility of organic matter increased from 48.19% to 56.32%. From this study it can be concluded that fermentation with Neurospora sitophilla can enhance the nutritional value and digestibility of sugarcane bagase. The best inoculum level of Neurospora sitophilla is 6%.
Pelatihan Pengolahan Limbah sayuran Menjadi Pakan Ternak Pada Masyarakat Desa Pematang Donok Kecamatan Kabawetan Nurhaita Nurhaita; Neli Definiati; Suliasih Suliasih; Lezita Malianti
SINAR SANG SURYA Vol 6, No 2 (2022): Agustus 2022
Publisher : UM Metro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24127/sss.v6i2.2225

Abstract

ABSTRAK Kecamatan Kabawetan merupakan sentra produksi sayuran dan palawija di Propinsi Bengkulu. Sebagai sentra pertanian daerah ini menghasilkan produk pertanian sekaligus juga Limbah sayuran. Produksi Limbah sayuran dan palawija di daerah ini cukup melimpah yaitu 754,57-ton BK/ tahun, limbah ini potensial dijadikan pakan ternak karena memiliki nilai gizi yang cukup baik, namun sayangnya limbah   pertanian sampai saat ini belum termanfaatkan, sementara disisi lainnya masyarakat justru merasakan kesulitan mendapatkan rumput sebagai pakan ternak setiap hari sehingga berdampak terhadap produktifitas ternak. Pelatihan pengolahan Limbah sayuran bertujuan untuk memperkenalkan teknologi pengolahan Limbah sayuran dan pemanfaatannya untuk pakan ternak. Pelatihan ini merupakan kegiatan pengabdian DPL KKN di Desa Pematang Donok Kecamatan Kabawetan Kab. Kepahiang Pengolahan limbah dilakukan secara fermentasi dengan menggunakan MOL dari isi rumen. Target kegiatan meningkatnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam mengolah Limbah sayuran menjadi pakan ternak.  Hasil fermentasi Limbah sayuran sangat bagus dengan ciri bau yang wangi seperti tape, pH 3,5- 4,2 rasa asam tidak berjamur, tidak berlendir. dan palatabilitasnya tinggi karena ternak langsung mau mengkonsumsi produk hasil fermentas. Dampak yang diberikan bahwa teknologi pengolahan Limbah sayuran yang diajarkan dapat diterima dengan baik dan telah diaplikasikan oleh masyarakat Pematang Donok.  Pakan limbah fermentasi dapat menjadi solusi dalam masalah kesulitan pakan hijauan dan ternak sapi cukup menyukai pakan ini.Abstrak: Limbah Sayuran, Pakan TernakABSTRACT Kabawetan District is a production center for vegetable and secondary crops in Bengkulu Province. As a result, this area produces relatively abundant amount of agricultural waste and secondary crops, namely 754.57 tons BK/year. This waste has the potential to be used as animal feed because it has a reasonably good nutritional value. Unfortunately, this waste has not been utilized while the community have difficulty getting grass which results in productivity degradation. The agricultural waste treatment training aims to introduce agricultural waste treatment technology and its use for animal feed to the community. This training is a dedication for DPL KKN in Pematang Donok Village, Kabawetan District, Kab. Kepahiang. The waste treatment is carried out by fermentation using MOL from rumen contents. The fermentation results are very good with the characteristics of a fragrant smell resembling tape, pH 3.5-4.2, sour taste, not moldy, not slimy, and high palatability because livestock immediately consumed the product given. From this activity, it can be concluded that the training is well received and applied by the community. The fermented product can be one of the solutions to the scarcity problem of forage feed because cattle are relatively fond of this new feed.Abstrack: Vegetable Waste, Animal Feed
PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG AZOLLA MICROPHYLLA DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMAN BURUNG PUYUH Nurhaita Nurhaita
Jurnal Embrio Vol 15 No 1 (2023): Jurnal Embrio
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Tamansiswa Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31317/embrio.v15i1.890

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan tepung azolla microphylla dalam ransum terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, dan konversi ransum burung puyuh. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang diuji adalah penggunaan tepung azolla microphylla yaitu, A= 0%, B= 2%, C= 4%, D= 6%, dan E=8%. Pakan yang digunakan terdiri dari jagung giling kuning, dedak padi, kosentrat ayam pedaging, tepung azolla microphylla, dan top-mix, dengan kandungan protein 23% dan energi metabolisme 2800 kkal/kg. Percobaan membutuhkan 200 ekor burung puyuh umur 15 hari, setiap unit percobaan berisi masing – masing dengan 10 ekor puyuh. Parameter yang diamati adalah konsumsi ransum (gram/ekor/hari), pertambahan bobot badan (gram/ekor/hari), dan konversi ransum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tepung azolla microphylla dalam ransum burung puyuh berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, dan konversi ransum. Konsumsi ransum berkisar antara 16,45 sampai 16,79 (gram/ekor/hari), pertambahan bobot badan berkisar antara 3,73sampai 3,75 (gram/ekor/hari) dan konversi ransum berkisar antara 4,38 sampai 4,49. Hal ini menunjukkan pakan memiliki kualitas gizi dan palatabilitas yang hampir sama. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan tepung azolla microphylla sampai level 8% dalam ransum tidak mempengaruhi performan burung puyuh.
PROFIL USAHA PETERNAKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN MUARA BANGKAHULU KOTA BENGKULU Tito Wijaya; Nurhaita Nurhaita; Rita Feni
Jurnal Inspirasi Peternakan Vol. 1 No. 1 (2021): Jurnal Inspirasi Peternakan
Publisher : Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Muhammadiyah Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36085/jinak.v1i1.1419

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui kareteristik peternak, pengalaman beternak, sistem pemeliharaan, sistem pemberian pakan, dan pengetahuan kesehatan ternak. Penelitian ini di laksanakan pada Mei – Juli 2013 di peternak sapi potong Kecamatan Muara Bangkahulu, Kota Bengkulu. Penelitian ini menggunakan metode survei. Pengumpulan data primer dengan melakukan tanya jawab dengan peternak, data diambil secara langsung dengan mewancarai peternak dan menggunakan kuisioner, yang terdiri dari 52 peternak dan 341 ekor ternak sapi potong. penelitian menunjukkan bahwa peternak di Kecamatan Muara Bangkahulu rata-rata masih dalam usia produktif, peternak memiliki pekerjaan yang lain, dan beternak hanya sebagai pekerjaan sampingan. Fungsi dan peran ternak adalah sebagai tabungan, dimana ternaknya akan dijual disaat peternak membutuhkan biaya. Rata-rata pengalaman peternak masih di bawah 5 tahun dan sistem  manajemen pemeliharaannya masih turun temurun.  Sistem pemeliharaan ternaknya 100 % masih tradisional dan masih digembalakan. Peternak tidak pernah memberikan pakan tambahan seperti konsentrat, rumput unggul dan pakan tambahan seperti rumput yang diariti oleh peternak. Dalam pengobatan, rata-rata peternak masih menggunakan obat tradisional. Kata Kunci : peternak, ternak, sapi potong, survei
PENGARUH KOSENTRASI ASAP CAIR DAN UMUR SIMPAN TERHADAP KANDUNGAN GIZI DAN pH TELUR ITIK TALANG BENIH Hari Aprian Joze; Rita Zurina; Nurhaita Nurhaita
Jurnal Inspirasi Peternakan Vol. 1 No. 2 (2021): Jurnal Inspirasi Peternakan
Publisher : Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Muhammadiyah Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36085/jinak.v1i2.1817

Abstract

ABSTRAKTelur merupakan salah satu bahan makanan yang hampir sempurna karena mengandung zat gizi lengkap antara lain protein, lemak, vitamin dan mineral. Telur memiliki kelemahan yaitu sifatnya cepat rusak, mempunyai daya simpan yang pendek. Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui bagaimana pengaruh kosentrasi asap cair dan umur simpan terhadap kandungan gizi dan nilai pH telur itik talang benih. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2020 di laboraturium Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 4 x 4 perlakuan dan 3 ulangan dimana satu unit perlakuan berisi 4 telur. Perlakuan dalam penelitian ini adalah perendaman telur itik talang benih dengan kosentrasi yaitu A1 : 0%, A2 : 2,5%,  A3 : 5%,  A4 : 7,5% dan masa simpan yaitu B1 :7, B2 :14, B3 :21, B4:28 hari. Telur yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 192 butir itik talang benih. Parameter yang di ukur adalah kadar protein, lemak dan pH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kosentrasi asap cair faktor (A) tidak berpengaruh nyata terhadap kadar protein  telur berkisar 12,09%-14,81%, putih telur berkisar 5,18%-6,51%, lemak kuning telur berkisar 26,21%-28,13% dan pH berkisar 7,62-10,24 keasaman. Tetapi masa simpan faktor (B) berpengaruh nyata terhadap kadar protein kuning telur 13,19%-14,47%, putih telur 5,33%-6,36%, lemak kuning telur 26,32%-27,83% dan pH naik 7,73-10,18 keasaman. Semakin lama di simpan semakin menurun kadar protein kuning, putih telur, lemak kuning telur dan semakin meningkat nilai pH. Tidak terdapat interaksi antara dosis asap cair dengan masa simpan terhadap kadar protein kuning, putih telur, lemak kuning telur dan pH. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dosis asap cair tidak berpengaruh terhadap nilai gizi dan pH telur itik talang benih. Lama simpan yang baik adalah sampai umur 21 hari, dengan nilai gizi dan pH yang masih layak untuk telur konsumsi.Kata kunci    :  Asap cair, Lemak, Protein, pH, Telur Itik Talang Benih, Umur Simpan
PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG DENGAN POLA PENGGADUHAN SISTEM BAGI HASIL (Studi Kasus di Kelompok Tani Tunas Harapan, Desa Sumber Arum, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Seluma) Zul Efendi; Nurhaita Nurhaita; Erpan Ramon; Andi Ishak
Jurnal Inspirasi Peternakan Vol. 1 No. 2 (2021): Jurnal Inspirasi Peternakan
Publisher : Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Muhammadiyah Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36085/jinak.v1i2.1818

Abstract

ABSTRAKPola penggaduhan ternak sapi potong di Pedesaan umum diterapkan oleh peternak, salah satunya yaitu sistem bagi hasil untuk pengembangan populasi ternak. Penelitian ini dilakukan di Kelompok Tani Tunas Harapan Desa Sumber Arum Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma pada bulan Agustus sampai dengan September 2020 dengan tujuan  mengetahui pengaruh pola penggaduhan dengan sistem bagi hasil terhadap perkembangan populasi ternak sapi potong. Penelitian dilakukan dengan metode sensus dengan melibatkan 16 orang anggota kelompok. Disamping itu juga dilakukan konfirmasi hasil sensus melalui FGD dengan  pengurus kelompok tani. Data yang dikumpulkan adalah keragaan kepemilikan sapi potong, pola penggaduhan, keuntungan peternak dan kelompok dari system bagi hasil dan rencana pengembangan kelompok. Analisis data dilakukan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola penggaduhan dengan sistem bagi hasil mampu meningkatkan populasi ternak milik kelompok tani dan memberikan keuntungan bagi peternak dan kelompok. Rencana pengembangan kandang komunal untuk penggaduhan ternak milik kelompok dapat diterapkan, namun permasalahan kesediaan lahan menjadi kendala. Oleh karena itu diperlukan kerjasama dengan pihak lain untuk pengadaan lahan misalnya melalui  sistem sewa lahan.Kata Kunci: Sapi potong, penggaduhan dan bagi hasil
PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG Azolla microphylla DALAM RANSUM TERHADAP PERSENTASE KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST BURUNG PUYUH FASE GROWER Chintiya Rahayu; Rita Zurina; Nurhaita nurhaita; Lezita Malianti
Jurnal Inspirasi Peternakan Vol. 1 No. 3 (2021): Jurnal Inspirasi Peternakan
Publisher : Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Muhammadiyah Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36085/jinak.v1i3.2130

Abstract

Tujuan penelitian ini, untuk mengetahui pengaruh penggunan tepung azolla microphylla dalam ransum terhadap Bobot Akhir, Persentase Karkas, dan Income Over Feed Cost (IOFC) Burung Puyuh Fase Grower. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2021 yang bertempat di Jl. Ir. Rustandi, Kelurahan Kandang Mas, Kecamatan Kampung Melayu Kota Bengkulu dan analisa sampel bahan pakan yang dilakukan dilaboratorium FPIK IPB Bogor. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan  menggunakan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 10 ekor Burung Puyuh sehingga jumlah Burung Puyuh yang disiapkan sebanyak 200 ekor yang berumur 15 hari dengan tidak membedakan jantan dan betina. Perlakuan yang diuji adalah penggunaan tepung azolla microphylla yaitu, A= 0%, B=2%, C= 4%, D= 6%, dan E= 8%. Bahan pakan yang digunakan terdiri dari jagung kuning giling, dedak padi, kosentrat, tepung azolla microphylla dan top-mix, ransum disusun dengan kandungan protein 23% dan energi metabolisme 2800 Kkal/kg. Parameter yang diamati adalah bobot akhir (gr/ekor), persentase karkas (%), dan income over feed cost (Rp).Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan tepung azolla microphylla dalam ransun burung puyuh berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap berat akhir, persentase karkas dan income over feed cost (IOFC). Berat akhir puyuh pada penelitian ini berkisar 119,23 – 122,95 gr/ekor, persentase karkas puyuh berkisar 63,19 – 63,72 % dan Income Over Feed Cost (IOFC) pada puyuh berkisar Rp. 2165,19 – 2230,36. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan tepung azolla microphylla sampai level 8% tidak mempengaruhi bobot akhir, persentase karkas dan IOFC burung puyuh fase grower.Kata kunci : Tepung Azolla microphylla, Bobot Akhir, Persentase Karkas, Dan Income Over Feed Cost, Burung Puyuh.cost