Claim Missing Document
Check
Articles

EKSISTENSI BRAHMAVIHARA ARAMA SEBAGAI DESTINASI WISATA EDUKASI DAN SPIRITUAL DI DESA BANJAR TEGEHA, KECAMATAN BANJAR, KABUPATEN BULELENG Putu Sabda Jayendra; I Nyoman Sudiarta
Jurnal Ilmiah Hospitality Management Vol 11 No 1 (2020)
Publisher : Institut Pariwisata dan Bisnis Internasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (353.719 KB) | DOI: 10.22334/jihm.v11i1.176

Abstract

Brahmavihara Arama yang berlokasi di Desa Banjar Tegeha, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng merupakan vihara Buddha terbesar di Bali. Vihara ini merupakan tempat suci yang diperuntukkan bagi umat Buddha yang didirikan sejak tahun 1969. Brahmavihara Arama merupakan salah satu destinasi wisata bernuansa religi, edukatif, dan spiritual yang banyak dikunjungi wisatawan mancanegara. Keberadaan vihara ini sangat unik dan menarik karena berada di tengah-tengah komunitas masyarakat Hindu Bali. Terlebih arsitektur vihara tersebut tidak sama dengan vihara yang bercorak kebudayaan Tiongkok, namun lebih dominan menggunakan arsitektur Bali. Fenomena ini tentu memiliki aspek historis dan filosofis yang sarat akan muatan edukatif. Fenomena lainnya adalah adanya aktivitas pelatihan meditasi yang melibatkan wisatawan mancanegara secara terstruktur yang terpusat di vihara ini. Hal tersebut menarik dan penting untuk dikaji lebih jauh, sehingga penelitian ini akan berfokus pada permasalahan materi edukasi yang disosialisasikan kepada wisatawan, serta aktivitas implementasi spiritualitas yang terjadi di Brahmavihara Arama. Penelitian ini mempergunakan Teori Interaksionisme Simbolik dan Teori Fungsionalisme Struktural dalam menganalisis permasalahannya. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa aspek-aspek edukatif yang didapat wisatawan adalah toleransi (respect) dan filosofi pendakian spiritual melalui tahapan-tahapan dalam tiap struktur bangunan suci vihara yang dikunjungi. Sedangkan pola spiritualitas yang diterapkan pada wisatawan yang memang ingin mempelajari meditasi dilakukan secara bertahap. Tahap pertama adalah pengenalan ajaran Metta (kasih sayang universal), kemudian Samatha, yaitu melatih ketenangan melalui anapanasati, yaitu pengaturan napas. Setelah pengaturan napas dan posisi tubuh telah dikuasai barulah lanjut ke tahap Vipassana.
IDENTIFIKASI NAMA TOKOH PEWAYANGAN DALAM IKON KRISNA OLEH-OLEH BALI YANG MASIH EKSIS DI TENGAH PANDEMI COVID 19 Gusti Ngurah Yoga Semadi; Putu Sabda Jayendra
VIDYA WERTTA : Media Komunikasi Universitas Hindu Indonesia Vol. 5 No. 2 (2022): Vidya Wertta: Media Komunikasi Universitas Hindu Indonesia
Publisher : FAKULTAS ILMU AGAMA DAN KEBUDAYAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32795/vw.v5i2.3415

Abstract

Krisna Oleh-Oleh Bali sudah tidak asing lagi dikalangan wisatawan terutama wisatawan domestik, sehingga terkesan ada motto, kalau wisatawan berkunjung ke Bali belumlah lengkap jika belum mengunjungi Krisna Oleh-Oleh Bali. Krisna Oleh-Oleh Bali memiliki property yang tersebar di beberapa kabupaten, seperti Badung, Denpasar, Gianyar, dan Buleleng. Dalam perkembangannya Krisna Oleh-oleh Bali juga mengalami pasang surut terutama di saat suasana pandemi bulan Maret tahun 2020 lalu. Namun demikian pemilik Krisna Oleh-oleh Bali yakni Gusti Ngurah Anom yang dikenal dengan panggilan Ajik Cok sangat optimis bahwa pariwisata Bali pasti bangkit kembali dengan selalu berinovasi. Saat suasana masih pandemi ini Bali sebagai barometer pariwisata sudah mulai bangkit dengan kunjungan ke Krisna Oleh-Oleh Bali yang sudah mulai meningkat dan airport Ngurah Rai sudah mulai ramai dengan kedatangan khususnya wisatawan domestik. Melihat dari hal tersebut tujuan penelitian ini adalah (1) Faktor-faktor yang menjadikan ikon nama Krisna Oleh-oleh Bali, dan (2) strategi yang dilakukan oleh Krisna Oleh-Oleh Bali sehingga masih eksis dan bisa bertahan di masa Pandemi Covid-19. Identifikasi nama Krisna Oleh-Oleh Bali penting dilakukan mengingat bahwa nama Krisna diakui merupakan inspirasi dari tokoh pewayangan yang menjadikan motivasi owner dan juga seluruh karyawan Krisna Oleh-Oleh Bali dalam berinovasi, berkarya, dan sukses bertahan dalam masa pandemi Covid-19.
KAJIAN ETNOMEDISIN LIRIK PUPUH PUCUNG DAN AKTUALISASINYA PADA PERILAKU SOSIO-RELIGIUS MASYARAKAT HINDU BALI Putu Sabda Jayendra; Gusti Ngurah Yoga Semadi; I Wayan Dauh
Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan Vol 22 No 2 (2022): Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
Publisher : Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32795/ds.v22i2.3394

Abstract

Pupuh Pucung merupakan salah satu bentuk kearifan lokal Bali yang berbentuk nyanyian tembang atau gending. Masyarakat Bali juga lazim mengenalnya dengan istilah “gending Bibi Anu” dan tergolong dalam kelompok Sekar Alit. Lirik Pupuh Pucung ini dalam pemahaman mayoritas masyarakat Hindu di Bali dikait-kaitkan dengan tuntunan hidup, pembentukan karakter, serta membentuk manusia yang sejati dan utama. Namun lirik dalam Pupuh Pucung juga memiliki makna lain dalam perspektif ilmu kesehatan. Lirik tersebut mengandung petunjuk (clue) tentang dasar pencegahan penyakit. Hal ini karena apabila dikaitkan dengan kehidupan sosio-religius masyarakat Hindu Bali, sarana yang disebutkan dalam lirik tersebut berupa mesui dan bawang sangat lumrah digunakan dalam berbagai ritual keagamaan dan perlindungan dalam aspek magis. Dengan kata lain, berbagai ritual yang menggunakan sarana yang disebut secara tersurat dalam lirik Pupuh Pucung tersebut sesungguhnya merupakan pola-pola etnomedisin. Etnomedisin merupakan pola-pola tindakan yang berhubungan dengan pengobatan medis dengan unsur-unsur budaya. Oleh sebab itu, perilaku religius yang berpedoman pada lirik Pupuh Pucung tersebut sesungguhnya bukan tindakan yang berdasar mitos semata, namun dapat dikaji kebenarannya secara ilmiah.
IMPLEMENTASI KONSEP CATUR MARGA SEBAGAI KONSTRUKSI PROFESIONALISME KERJA BAGI MAHASISWA ON THE JOB TRAINING: STUDI DI INSTITUT PARIWISATA DAN BISNIS INTERNASIONAL DENPASAR Putu Sabda Jayendra
Jurnal Pendidikan Agama Vol 2 No 01 (2022)
Publisher : UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (260.946 KB) | DOI: 10.25078/japam.v2i01.694

Abstract

Konsep asli ajaran Catur Marga adalah jalan spiritualitas berdasarkan empat tingkatan untuk mendekatkan diri pada Tuhan, yakni; 1) Bhakti Marga, 2) Karma Marga, 3) Jnana Marga, dan 4) Raja Marga. Esensi dari Bhakti Marga adalah jalan ketaatan dan loyalitas pengabdian pada Tuhan, Karma Marga adalah jalan perbuatan untuk memupuk karma baik, Jnana Marga adalah jalan pengetahuan, dan Raja Marga adalah jalan pengendalian diri dan pengekangan hawa nafsu. Namun sesungguhnya ajaran Catur Marga juga dapat diadaptasi menjadi sebuah pola konstruksi karakter dan penguasaan profesionalisme berbagai perspektif keilmuan. Salah satunya mengkonstruksi profesionalisme bidang industri perhotelan. Studi yang dilakukan pada mahasiswa Institut Pariwisata dan Bisnis Internasional (IPBI) yang melaksanakan On the Job Training (OJT) menemukan bahwa pada hakikatnya pola Catur Marga telah diimplementasikan secara hakiki dalam membentuk profesionalisme di bidang industri perhotelan. Implementasi tersebut meliputi; 1) Bhakti Marga, yaitu membentuk ketaatan, rasa hormat dan disiplin serta loyalitas terhadap swadharma dan industri tempat bekerja atau magang, 2) Karma Marga, yaitu melatih inisiatif dalam berbuat dan pelayanan tanpa pamrih, 3) Jnana Marga, yaitu melatih skill dan knowledge, dan 4) Raja Marga, yaitu melatih kendali diri untuk menjadi wise person dan low profile. Kata kunci: Catur Marga, Profesionalisme, On the Job Training
KONSTRUKSI LEVEL PENGETAHUAN METAKOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN AGAMA HINDU Putu Sabda Jayendra
Guna Widya: Jurnal Pendidikan Hindu Vol 5 No 2 (2018): Volume 5, Nomor 2, Tahun 2018
Publisher : Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2327.059 KB) | DOI: 10.25078/gw.v5i2.1624

Abstract

Metacognitive knowledge is an aspect in achieving the highest level of abstraction skill in knowledge. It is also the highest level in Revised Bloom Taxonomy. The knowledge construction of metacognitive level is the ability to know and realize oneself, including the skill of cognitive strategy through multi-perspective and multi-dimensional thinking. The construction of metacognitive knowledge in Hindu as subject has the urgency in order to create the character of an individual learner which do not influenced by dogmatic thinking, wise, and is able to actualize the religious order and harmonic sosio-cultural people.
Praktik Raja Yoga dalam Rangkaian Pementasan Barong Brutuk di Desa Terunyan, Kintamani, Bangli: Studi Teologi Hindu dalam Terminologi Kearifan Lokal Putu Sabda Jayendra
Jurnal Yoga dan Kesehatan Vol 1 No 2 (2018): Volume 1 No.2 Tahun 2018
Publisher : UHN IGB Sugriwa Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (573.87 KB) | DOI: 10.25078/jyk.v1i2.335

Abstract

Raja Yoga is a method to connect one’s self to the almighty God (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) through the means of tapa, brata, yoga, semadhi. This method is conceptualized in Astangga Yoga passed down by Rsi Patanjali. Terminologically, the practice of Raja Yoga is covered in local genius existed in Terunyan village, Bangli regency. It is done by the so called Teruna (a group of teenagers) as a part of sacred procession of Barong Brutuk dance. Essentially, Raja yoga can be seen in the Makemit process for 42 days with a set of rules, prohibition, and ritual they call Tirtha Kayan Teruna. The success of the Raja Yoga according to local condition is when the teruna achieves niyasa, or a condition where the body and soul become one with God in its system, not overtaking the trance as other sacred dances do in Bali.
Marine tourism development strategy as a main priority in sanur tourism area Ni Wayan Maryuni Erawati; I Wayan Kiki Sanjaya; Putu Sabda Jayendra
Enrichment : Journal of Management Vol. 12 No. 6 (2023): February: Management Science And Field
Publisher : Institute of Computer Science (IOCS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35335/enrichment.v12i6.1178

Abstract

This research will examine fwhat factors attract tourists to carry out marine tourism activities in the Sanur Tourism Area. Using a qualitative approach, which in this study also intends to understand the phenomenon that actually occurs in increasing tourist visits with marketing strategies in Sanur. Selection of informants is based on position, knowledge possessed and data obtained from sources by describing phenomena related to the topic. In research using purposive sampling method. Where the results of this study are empirical reality showing that the tourism object in the Sanur area as a tourist resort still has a charismatic attraction (taksu) for all visitors from the homeland (archipelago tourists) and visitors from all over the world (foreign tourists). Attraction Factors, Amenities
Analisis Pengembangan Akomodasi Wisata Homestay di Desa Kenderan, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar I Gusti Ayu Eka Suwintari; Anita Swantari; Putu Eka Wirawan; Putu Sabda Jayendra; I Gede Ferry Restiawan
Jurnal Ilmiah Pariwisata Vol 28 No 1 (2023): Jurnal Ilmiah Pariwisata
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30647/jip.v28i1.1644

Abstract

This study aims to analyze the development of homestay tourist accommodation in Kenderan Village, Tegalalang District, Gianyar Regency. This study uses a qualitative approach. In this study, the data were analyzed and presented descriptively. The data collection used non-participant observation, structured interviews, literature studies, and document studies. The technique SWOT analysis used for data analysis. Based on the results of the research that has been done, it is evident that each homestay has strengths, weaknesses, opportunities and challenges in managing it. In general, the strength of these seven homestays is the strong family atmosphere which is characteristic of each form of homestay. Then there is a weakness of the seven homestays, namely inadequate management due to limited human resources. The existence of culture and nature that are still beautiful is an opportunity for the seven homestays in Kenderan Village. Therefore, it is necessary to utilize existing resources so that they can be used as the main factor that attracts the attention of tourists to settle down. Next, regarding the challenges, those are generally experienced by the seven homestays are increasingly fierce and growing market competition. Keywords: Homestay, Tourism Village, Management, SWOT Analysis
ESENSI ETIKA DAN MORALITAS DALAM KITAB NITI SATAKA Putu Sabda Jayendra; Gusti Ngurah Yoga Semadi
Kalangwan Jurnal Pendidikan Agama, Bahasa dan Sastra Vol. 9 No. 2 (2019)
Publisher : Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (482.669 KB) | DOI: 10.25078/kalangwan.v9i2.1612

Abstract

Kitab Niti Sataka berisi tentang 100 buah sloka yang ditulis oleh Raja Bhartrihari sekitar dua ribu silam. Beliau adalah raja yang sangat pandai memimpin dan disayangi rakyatnya, disamping itu beliau juga ahli dalam filsafat dan bahasa Sansekerta. Kitab Niti Sataka mengandung ajaran tentang nilai-nilai etika dan moralitas yang sangat bermanfaat di dalam kehidupan, terlebih di zaman modern ini. Namun esensi etika dan moralitas dalam kitab Niti Sataka belum dikenal secara umum oleh umat Hindu. Ajaran yang terkandung di dalamnya sesungguhnya merupakan ajaran-ajaran susila (etika dan moralitas) dengan ungkapan-ungkapan bahasa kekinian yang mudah dicerna oleh masyarakat umum, serta dapat diaplikasikan dalam upaya pembentukan karakter sejak dini.
Pengembangan Kualitas Local Champion melalui Pelatihan Bahasa Inggris Travel Storytelling Ni Kadek Santi Dwi Mayani; Ida Ayu Putu Adrina Nareswari; Putu Sabda Jayendra; I Ketut Muliadiasa
Jurnal Abdi Masyarakat Vol. 3 No. 2 (2023): Jurnal Abdi Masyarakat
Publisher : Institut Pariwisata dan Bisnis Internasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22334/jam.v3i2.53

Abstract

Pengabdian masyarakat merupakan kolaborasi antara perguruan tinggi dan masyarakat desa untuk mengembangkan potensi wisata di desa tersebut. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan pemberdayaan kelompok karang taruna di Desa Carangsari. Selain itu, pengabdian masyarakat ini juga bertujuan menjadi awal dari kegiatan pengembangan dan pendampingan desa wisata serta kegiatan lainnya antara IPB Internasional dan Desa Adat Carangsari, Petang, Badung. Pencapaian tujuan tersebut dilakukan dengan menggunakan metode diskusi, pelatihan, dan pendampingan. Model pendekatan yang telah dilakukan meliputi, model Participatory Rural Appraisal (PRA), Model Knowledge Transfer, dan Business model innovation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pengabdian masyarakat sudah berlangsung dengan baik dan lancer. Program ini mampu memberikan motivasi kepada karang taruna Desa Carangsari dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam berbahasa Inggris. Adapun saran yang dapat diajukan dari hasil kegiatan pengabdian masyarakat, bagi karang taruna diharapkan memiliki motivasi dan senantiasa meningkatkan kepercayaan diri dalam berbahasa Inggris.   Community service is a collaboration between universities and village communities to develop tourism potential in the village. This community service activity aims to increase the capacity and empowerment of the youth group in Carangsari Village.Apar from that, this community service also aims to be the start of development and assistance activities for tourism villages and other activities between IPB International and the Carangsari Traditional Village, Petang, Badung. The achievement of these objectives is carried out using the method of discussion, training, and mentoring. The model approach that has been carried out includes, model Participatory Rural Appraisal (PRA), Model Knowledge Transfer, and Business model innovation. The results of the study show that community service activities have been going well and smoothly. This program is able to provide motivation to the youth organizations of Carangsari Village in increasing their knowledge and skills in English. As for suggestions that can be submitted from the results of community service activities, youth organizations are expected to have motivation and always increase confidence in speaking English.