Pujiono Wahyu Purnomo
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Departemen Sumberdaya Akuatik Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Published : 98 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

KELIMPAHAN BULU BABI (SEA URCHIN) PADA EKOSISTEM TERUMBU KARANG DAN EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PULAU PANJANG, JEPARA Setyawan, Bani; Sulardiono, Bambang; Purnomo, Pujiono Wahyu
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (453.63 KB)

Abstract

Perairan pulau Panjang  memiliki beberapa biota echinodermata salah satunya bulu babi. Bulu babi tersebar di ekosistem padang lamun dan terumbu karang. Keberadaan bulu babi berpengaruh pada terumbu karang, karena dapat mejadi kontrol bagi perkembangan mikroalga dan meningkatnya bulu babi akan berdampak negatif bagi ekosistem lamun. Tujuan penelitian ini dalah untuk mengetahui kelimpahan bulu babi dan hubungan karakteristik bulu babi dengan ekosistem terumbu karang dan padang lamun. Metode yang digunakan dalam pengambilan data penutupan karang adalah line transek dengan skala sepanjang 50 meter sejajar garis pantai dengan jarak antar line transek yaitu 10 meter. Pengambilan data kerapatan lamun menggunakan kuadran transek dengan ukuran 1 x 1 meter. Kelimpahan bulu babi pada ekosistem terumbu karang dan padang lamun menggunakan kuadran transek dengan ukuran 5 x 5 meter. Penutupan substrat dasar pada lingkungan ekosistem terumbu karang di Pulau Panjang didominasi oleh pecahan karang dengan persentase sebesar  36,19%, karang mati 30,53%, pasir 30,14% dan karang hidup 3,15%. Sedangakan kerapatan lamun di Pulau Panjang sebesar 67 ind/ m². Kelimpahan bulu babi di Pulau Panjang menyebar baik di lingkungan terumbu karang dan lingkungan padang lamun dengan jenis Diadema setosum dan Echinothrix calamaris kelimpahan total di lingkungan terumbu karang sebesar 86 individu dan  lingkungan padang lamun sebesar 26 individu. Lingkungan dengan tingkat bahan organik tinggi lebih disukai oleh bulu babi. Analisis isi lambung bulu babi Diadema setosum yaitu algae 65,72% dan bahan anorganik 34.28%, sedangakan jenis bulu babi Echinothrix calamaris yaitu bahan anorganik 60.24% dan algae 39.76%. Panjang island waters has some echinoderms one of the sea urchins. Sea urchins are scattered in the seagrass ecosystems and coral reefs. The existence of sea urchins affect on coral reefs, because it can control for the development of our main mikroalga and the increasing of sea urchins will negatively affect seagrass ecosystems. The purpose of this research was to determine the abundance of sea urchins and the relation of sea urchins abundance  with the characteristics of habitat. The sampling method used in the coral cover data retrieval was line transec to the scale along the 50 metere parallel to the shoreline with transek line spacing 10 meters. Seagrass density data collection use 1 x 1 m quadrant transect. The abundance of sea urchins on coral reef ecosystems and the seagrass used the quadrant transek with the size of 5 x 5 meters. The cover of the base substrate on coral reef ecosystem environment in panjang island is dominated by a rublbe with the percentage of 36,19%, dead coral 30,53%, sand 30, 14%, living coral and 3,15%. The seagrass density of 67 ind/m². The abundance of sea urchins in Panjang Island spread environmental either on coral reefs and seagrass pasture environment with this type of Diadema setosum and Echinothrix calamaris total abundance in coral reef environments of 86 individuals and the environment the seagrass of 26 individuals. Environment with high levels of organic materials preferred by sea urchins. Stomach contents analysis of sea urchins Diadema setosum is algae 65,72% and inorganic materiall 34.28%, while the type of sea urchins Echinothrix calamaris is inorganic materials 60.24% and algae 39.76%.
PENYEBARAN BULU BABI (Sea Urchins) DI PERAIRAN PULAU MENJANGAN KECIL, KEPULAUAN KARIMUNJAWA, JEPARA Afifa, Fitria Hersiana; Supriharyono, Supriharyono; Purnomo, Pujiono Wahyu
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 6, No 3 (2017): MAQUARES
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (983.681 KB)

Abstract

ABSTRAK Echinodermata merupakan salah satu phylum yang memiliki peranan penting di perairan terumbu karang, seperti ditemukan di Perairan Pulau Menjangan Kecil. Peranan Bulu Babi di ekosistem terumbu karang berkaitan dengan pengendalian ekspansi algae. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 19 dan 20 November 2016, dengan tujuan untuk mengetahui penyebaran Bulu Babi serta kelimpahan Bulu Babi pada kedalaman dan antar lokasi yang berbeda. Metode yang digunakan adalah metode eksplanatif. Stasiun pengukuran terdapat di zona muka dan belakang pulau yang terdapat terumbu karang, masing-masing stasiun dengan kedalaman yang berbeda. Pola penyebaran Bulu Babi dapat diketahui menggunakan formula ID= S2/  , berdasarkan rumus tersebut diketahui nilai ID (indeks dispersion) tiap kedalaman di dua lokasi yang berbeda. Hasil ID pada Lokasi A berbeda pada kedalaman 0-90cm dan 90-140cm ID < 1, sedangkan kedalaman 140-170cm dan >170cm ID > 1. Hasil ID lokasi B pada empat kedalaman yang berbeda yaitu ID>1. Berdasarkan hasil ID tersebut dapat diketahui bagaimana pola penyebaran. Hal ini menunjukkan bahwa Bulu Babi di Pulau Menjangan Kecil sebagian besar hidup mengelompok pada kedalaman yang ekosistem terumbu karang masih cukup baik. Kata Kunci: Pulau Menjangan Kecil; Penyebaran; Kelimpahan; Bulu Babi ABSTRACT Echinoderm is one of the phylum that has an important role in the waters of the coral reefs, as found in the waters of the Menjangan Kecil Island. The role of the sea urchins in the coral reef ecosystem is related to the control of algae expansion. The study was conducted in 19th  and 20th  November 2016, with the objective of knowing the spread abundance of sea urchins at different depths and locations. The method that used was explanative method. The measuring stations are located in the back and forth zones of coral reefs, each with different depths. Spread pattern of sea urchins can be known using the formula ID = S2 / x ̅, based on the formula is known value of ID (dispersion index) each depth at two different location. Result ID at Location A at 0-90 cm and 90-140 cm is ID <1, while at 140-170 cm and > 170 cm is ID> 1. The result of location ID B on four different depths is ID> 1. Based on the ID results can be known how the pattern of dissemination. This indicates that the sea urchins in Menjangan Kecil Island live mostly in groups at the depths of which coral reef ecosystems are still quite good. Keywords: Menjangan Kecil Island; Dispersal patterns; Abundanc;  Sea Urchins
KOMPOSISI LARVA IKAN DI KAWASAN KOSERVASI MANGROVE DUSUN SENIK, DESA BEDONO, KECAMATAN SAYUNG, DEMAK Rinaldi, Rexa Kurnia; Widyorini, Niniek; Purnomo, Pujiono Wahyu
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 6, No 2 (2017): MAQUARES
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (849.937 KB)

Abstract

ABSTRAK Stadia larva merupakan fase pertumbuhan awal ikan. Distribusi dan Kelimpahan larva ikan di Ekosistem Mangrove merupakan proses rekruitmen alami. Kawasan Konservasi Mangrove Dusun Senik Desa Bedono merupakan daerah asuhan dan daerah mencari makan bagi larva ikan, saat ini daerah tersebut terkena abrasi. Hilangnya sebagian besar daratan memberikan pengaruh terhadap distribusi dan kelimpahan larva ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis, kelimpahan, dan sebaran larva ikan di kawasan konservasi mangrove Desa Bedono. Penelitian dilakukan di Kawasan Konservasi Mangrove Desa Bedono bulan September - Oktober 2016.  Metode penelitian yang digunakan adalah survei dengan penentuan titik sampling secara purposive. Hasil yang diperoleh jumlah larva ikan yang tertangkap sebanyak 20.320 individu/150m3 yang terdiri dari 12 famili yaitu: Mugilidae (1.120 ind/150m3), Chanidae (20 ind/150m3), Gerreidae (60 ind/150m3), Apogonidae (17.360 ind/150m3),  Scatophagidae (40 ind/150m3), Gobiidae (180 ind/150m3), Belonidae (40 ind/150m3), Ambassidae (20 ind/150m3), Lutjanidae (620 ind/150m3), Engraulidae (60 ind/150m3), Nemipteridae (40 ind/150m3), dan Oryziatidae (760 ind/150m3). Nilai kelimpahan larva ikan pada titik I sebesar 393 ind/150m3, titik II sebesar 607 ind/150m3, titik III sebesar 800 ind/150m3, titik IV sebesar 1.687 ind/150m3, titik V sebesar 1.633 ind/150m3, titik VI sebesar 607 ind/150m3, titik VII sebesar 235 ind/150m3, titik VIII sebesar 793 ind/150m3. Berdasarkan indeks morisita, pola sebaran larva ikan adalah acak. Kesimpulan yang dapat diambil adalah famili Apogonidae mendominasi dengan persentase 85,43%, nilai kelimpahan tertinggi terdapat pada titik IV, dan pola distribusi larva ikan menyebar secara acak yaitu keberadaan spesies tidak memiliki kecenderungan untuk hidup berkoloni dan dapat bertahan hidup di mana saja pada suatu ekosistem. Kata Kunci : Larva ikan; Komposisi; Kelimpahan; Pola Distribusi; Kawasan Konservasi Mangrove ABSTRACT Larval stage is the early growth phase of fish. Distribution and abundance of larval fish in mangrove ecosystem is a natural recruitment process. Mangrove Conservation Area at Senik hamlet Bedono village is the breeding and feeding areas for fish larvae, now the area is damaged by abrasion. The loss of the most mainland affects to the distribution and abundance of fish larvae. This study aims to determine the type, abundance and distribution of fish larvae in mangrove conservation area at Bedono village. The study was conducted in Bedono village Mangrove Conservation Area in September-October 2016. The research method that is used is a survey with purposive sampling point determination. The results obtained, the number of fish larvae caught are 20.320 individuals/150m3 consisting of 12 families, namely: Mugilidae (1.120 ind/150m3), Chanidae (20 ind/150m3), Gerreidae (60 ind/150m3), Apogonidae (17.360 ind/150m3), Scatophagidae (40 ind/150m3), Gobiidae (180 ind/150m3), Belonidae (40 ind/150m3), Ambassidae (20 ind/150m3), Lutjanidae (620 ind/150m3), Engraulidae (60 ind/150m3), Nemipteridae (40 ind/150m3), and Oryziatidae (760 ind/150m3). The value abundance of fish larvae in point I is 393 ind/150m3, in point II is 607 ind/150m3, in point III is 800 ind/150m3, point IV is 1.687 ind/150m3, point V is 1.633 ind/150m3, point VI is 607 ind/150m3, point VII is 235 ind/150m3, point VIII is 793 ind/150m3. Based on morisita index, the distribution pattern of fish larvae is random. The conclusion of this research are family Apogonidae dominates by percentage 85.43%, the highest abundance values is contained in point IV, and the  distribution pattern of fish larvae randomly spread, means that the species does not live in colonies and can survive anywhere in an ecosystem. Keywords     : Fish Larvae; Composition; Abundance; Distribution; Mangrove Conservation Area
PROFIL VERTIKAL BAHAN ORGANIK DASAR PERAIRAN DENGAN LATAR BELAKANG PEMANFAATAN BERBEDA DI RAWA PENING Putri, Mutia Novenda; Purnomo, Pujiono Wahyu; Soedarsono, Prijadi
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (379.659 KB)

Abstract

Sedimentasi di Rawa Pening berlangsung secara intensif dan selalu meningkat sehingga menyebabkan pendangkalan akibat pertumbuhan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) yang tidak terkendali. Penumpukan bahan organik akibat Eceng Gondok di dasar perairan perlu diteliti pengaruhnya bagi lingkungan perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil kandungan bahan organik secara vertikal pada zonasi pendangkalan di kawasan tutupan Eceng Gondok dan perairan terbuka serta untuk mengetahui hubungan potensi bahan organik dengan sediaan nutrien nitrogen dan fosfor. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan metode sampling menggunakan purposive sampling. Lokasi penelitian terdiri dari 2 stasiun yaitu kawasan tutupan Eceng Gondok dan perairan terbuka. Data yang diukur meliputi bahan organik, N Total, P Total, pH tanah, tekstur tanah, kedalaman kecerahan, arus, suhu, dan DO. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan bahan organik, N Total dan P Total pada semua segmen tidak memiliki pola. Bahan organik tergolong sangat tinggi dengan kisaran 61,99% - 74,82%. P Total tergolong tinggi sedangkan N Total tergolong rendah sampai sedang. Kontribusi nutrien ini tergolong rendah sampai sedang terhadap perairan akibat DO dan pH yang rendah.
DISTRIBUSI LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) DAN CADMIUM (Cd) DI SEDIMEN, AIR DAN BIVALVIA DI LINGKUNGAN MUARA SUNGAI WISO JEPARA Partogi, Martin Arianto; Purnomo, Pujiono Wahyu; Suryanti, -
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (689.869 KB)

Abstract

Masuknya Logam berat Pb dan Cd di dalam perairan sungai Wiso yang berlokasi di Jepara Jawa Tengah bersumber dari pembuangan limbah domestik dan industri. Logam berat yang terlarut dalam badan air (bentuk ion) maupun yang mengendap di dasar perairan (sedimentasi), masuk ke dalam tubuh hewan air, baik melalui insang, bahan makanan, ataupun melalui difusi yang kemudian akan terakumulasi di dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persebaran dan distribusi logam berat di sekitar lingkungan muara sungai Wiso pada air dan bivalvia, perpindahan logam berat pada badan air ke dalam sedimen, serta perpindahan logam berat pada sedimen ke dalam bivalvia. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga April 2014. Metode yang dipakai pada penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pengumpulan data primer menggunakan metode observasi dan pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling.  Kemudian analisis kandungan logam berat dalam sampel menggunakan instrument Atomic Absorbtion Spectrophotometer (ASS) sesuai dengan SNI. Berdasarkan hasil laboratorium menunjukkan bahwa perairan muara Sungai Wiso telah tercemar logam berat Pb dan Cd berdasarkan baku mutu air laut menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Tahun 2014 dan baku mutu sedimen Reseau National d’Observation (RNO) Tahun 1981. Tetapi pada daging bivalvia masih berada di bawah Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Pangan SNI No. 7387 Tahun 2009. Berdasarkan hasil uji regresi didapatkan nilai Significance F sebesar 0,9302 dan 0,7062 yang menunjukkan bahwa logam berat Pb dan Cd pada sedimen tidak berhubungan erat dengan yang terdapat pada badan air. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kadar logam berat dalam badan air di perairan Sungai Wiso lebih rendah dibandingkan dalam sedimen yang menunjukkan adanya akumulasi logam berat dalam sedimen.  The entry of heavy metals Pb and Cd in the river waters Wiso located in Jepara, Central Java sourced from domestic and industrial waste disposal. Heavy metals dissolved in the water body (form ions) or settles in the bottom waters (sedimentation), entered into the animal's body, either through the gills, food, or through diffusion which will then accumulate in the body. This study aims to determine the spread and distribution of heavy metals in the environment around river estuary Wiso on water and bivalves, the movement of heavy metals in water bodies into the sediment, and the transfer of heavy metals in sediments in the bivalves. The research was conducted in February 2014 until April 2014. The method used in this research is descriptive method, with the collection of primary data using the method of observation and sampling conducted with a purposive sampling method. Then the analysis of heavy metal content in the samples using Atomic Absorption Spectrophotometer instrument (ASS) according with SNI. Based on laboratory results indicate that the waters Wiso estuary has been polluted heavy metals Pb and Cd based on the sea water quality standards according to the Decree of the Minister of Environment in 2014 and sediment quality standardsReseau National d'Observation (RNO) 1981. But the flesh bivalves still under the Limit for Heavy Metal Contamination in Food SNI No.7387 in 2009.Based on test results obtained regression Significance F value of 0.9302 and 0.7062 which indicates that heavy metals Pb and Cd in sediments are not closely related to those of the water body so that it can be concluded that the levels of heavy metals in water bodies in the waters of the River Wiso more lower than in the sediments indicate the presence of heavy metal accumulation in the sediments.
PERBANDINGAN NILAI HUE PADA BEBERAPA JENIS KARANG BERDASARKAN STATUS PENUTUPANNYA DI PULAU KARIMUNJAWA Larosa, Erick Setiawan; Purnomo, Pujiono Wahyu; Subiyanto, -
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (457.914 KB)

Abstract

Terumbu karang merupakan Ekosistem pantai yang produktif dan kaya akan keanekaragaman hayati. Karimunjawa merupakan suatu kepulauan dengan berbagai ekosistem seperti mangrove, lamun dan terumbu karang. Daerah tersebut merupakan kawasan konservasi, salah satunya adalah ekosistem terumbu karang. Untuk memantau kondisi terumbu karang, Selain menghitung penutupan karang, dapat juga dilakukan dengan menghitung nilai hue. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan nilai hue pada beberapa jenis karang berdasarkan status penutupannya dan mengetahui hubungan nilai hue antar kedalaman pada berberapa jenis karang. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2014 di pulau Karimunjawa. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling dengan deskriptif analitis sebagai desain penelitiannya. Desain ini bertujuan untuk mendeskripsikan penutupan karang dengan nilai hue beserta perameter kualitas air pada dua kedalaman berbeda di tiga stasiun (Nyamplungan, Batu Topeng dan Tanjung Gelam). Analisis perbedaan nilai hue menggunakan uji varian dan uji beda nyata terkecil. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa nilai hue pada beberapa jenis karang menunjukkan adanya perbedaan. Dimana nilai hue dari Porites lobata sebesar 39 0 - 44 0, Acropora formosa sebesar 53 0 - 68 0 dan Acropora palifera sebesar 40 0 - 57 0. Perbedaan tersebut dikarenakan adanya perbedaan  warna pada setiap jenis  karang. Selain itu, nilai hue dari beberapa jenis karang di kedalaman berbeda juga menunjukan adanya perbedaan. Dimana nilai hue porites lobata pada kedalaman pertama di  stasiun I sebesar 39,6 0, stasiun II sebesar 47,2 0 dan sebesar III sebesar 35,8 0, sedangkan pada kedalaman kedua di stasiun I sebesar 41,6 0, stasiun II sebesar 530 dan stasiun III sebesar 55 0. Perbedaan tersebut dikarenakan nilai TSS yang lebih tinggi di kedalaman kedua dibandingkan dengan kedalaman pertama. Nilai hue pada beberapa jenis karang tidak memiliki hubungan dengan nilai penutupan karang. Nilai hue cenderung lebih tinggi pada kedalaman kedua dibandingkan pada kedalaman pertama. Coral reefs are the ecosystem of shore that are productive and rich of biodiversity. Karimunjawa is an archipelago with having various ecosystem such as mangrove, sea grass and coral reefs. That area is a conserved area, one of them is the ecosystem of coral reefs. To monitoring the condition of coral reefs, beside counting the coral cover, it can be also done by counting hue value. The purpose of this research was to compare hue value of some coral species by covers status, and to determine the relationship of hue value with depth at some coral species. This research conducted in November 2014 at the island of Karimunjawa. The method used in this research was purposive sampling with descriptive analitycal as research design. This design purposed to describe coral covers with the hue value along with the parameters of water quality at two different depths of three stations (Nyamplungan, Batu Topeng and Tanjung Gelam). Analysis for differences of hue values used variant test and least significant difference test. The research result showed that there were significan defferent of hue value among coral reef species. Where hue value of Porites lobata at 39 0 - 44 0, Acropora formosa at 53 0 - 68 0 and Acropora palifera at 40 0 - 57 0. It was caused by defference of color in every coral species. Moreover, hue value of some coral species at defferent depth also showed that there is a defference, where hue value of Porites lobata in the first depth at station I at 39,6 0, station II at 47,2 0 and station III at 35,8 0, whereas in the second depth at station I at 41,6 0, station II at 530 and station III at 55 0. It was caused by TSS value which is higher in the first depth than the second depth. Hue values of some coral species did not have the relationship with coral cover. Hue value at second depth was higher than first depth.
KEANEKARAGAMAN JENIS BAKTERI PERAIRAN DASAR BERDASARKAN TIPE TUTUPAN PERMUKAAN PERAIRAN DI RAWA PENING Apriliana, Riska; Rudiyanti, Siti; Purnomo, Pujiono Wahyu
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (431.972 KB)

Abstract

Rawa Pening merupakan danau air tawar di Jawa Tengah yang mengalami masalah penurunan kualitas air karena peningkatan jumlah Eceng Gondok. Tujuan penelitian untuk identifikasi bakteri dan membedakan serta menghubungkan antara jenis bakteri perairan dasar dengan kandungan hidrogen sulfida (SNI 6989.70.2009)  serta bahan organik total (SNI 06-6989.22.2009) di perairan  tertutup dan tidak tertutup Eceng Gondok di Rawa Pening. Penelitian dilakukan pada bulan November 2013 hingga Januari 2014, menggunakan metode penelitian deskriptif dan metode sampling sistematis. Pengambilan sampel dilakukan di 6 titik lokasi sebanyak 3 ulangan di perairan dasar dan permukaan untuk aspek kualitas air. Sampel untuk identifikasi bakteri tanpa ulangan di perairan dasar. Hasil menunjukkan bahwa bakteri di perairan tidak tertutup dan tertutup Eceng Gondok terdapat 6 spesies. Kesimpulan dari penelitian ini adalah jenis bakteri perairan dasar di perairan tertutup  dan  tidak tertutup Eceng Gondok adalah Aeromonas hydrophyla, Bacillus megaterium, Citrobacter freundii, Kurthia zopfii, Listeria monocytogenes, dan Micrococcus nishinomiyaensis. Bakteri C. freundii merupakan bakteri patogen sistem pencernaan hewan berdarah panas yang secara khas hanya terdapat di perairan tidak tertutup Eceng Gondok. Oleh karena itu, C. freundii dapat diasumsikan bahwa perairan tidak tertutup Eceng Gondok tercemar dengan limbah patogenik feses hewan berdarah panas atau manusia. Kandungan bahan organik total tidak memiliki perbedaan yang signifikan antara perairan tertutup (12,33 – 18,53 mg/l) dengan tidak tertutup Eceng Gondok (12,73 – 15,93 mg/l), namun kandungan hidrogen sulfida perairan tertutup (0,077 – 0,117 ppm) lebih tinggi dibanding tidak tertutup Eceng Gondok (0,020 – 0,076 ppm). Analisis regresi menunjukan R2 = 0,502 (perairan tidak tertutup Eceng Gondok) dan R2 = 0,078 (perairan tertutup Eceng Gondok), sehingga kandungan bahan organik total dengan hidrogen sulfida memiliki hubungan yang rendah di perairan tertutup Eceng Gondok dan kuat di perairan tidak tertutup Eceng Gondok. Rawa Pening is the langest in Central Java. Which experiences a decline in water quality as marked by fast increasing number of water hycinth in near bottom. The purpose of this to study identify the near bottom bacteria and to assess the relationship between the near bottom bacteria for to the content of hydrogen sulfide (SNI 6989 70.2009) as well as to the total organic matter (SNI 06-6989 22.2009). This analysis were conducted for water covered with water hycinth compared to the open waters in Rawa Pening. This study conducted in November 2013 until January 2014, using descriptive research methods combined with systematic sampling method. Triplicate was conducted at 6 points in the bottom and surface water for environmental aspect. Sampling for identification of near bottom bacteria was concucted only once in at each point. The results found 6 spesies near bottom bacteria covered and opened waters. Based on the results of the study, it can be concluded that the types of bottom waters bacteria that found in the waters covered with water hycinth and open waters i.e Aeromonas hydrophyla, Bacillus megaterium, Citrobacter freundii, Kurthia zopfii, Listeria monocytogenes and Micrococcus nishinomiyaensis. In this study C. freundii only found in open waters. This bacteria is spesific in the digestive tract of homothermic animals, including human being, therefor by presence C. Freundii this study assumed that sampling locations in open waters in Rawa Pening injured get polluted from fecal materials of homothermic animals and human being. Total content of organic material has no signification difference between the open waters (12,73 – 15,93 mg/l)  with covered water hyacinth (12,33 – 18,53 mg/l), but the content of hydrogen sulphide is higher in water covered with water hyacinth (0,077 – 0,117 ppm) compared with  open water (0,020 – 0,076 ppm), Regression analysis showed R2 = 0.502 (open waters ) and R2 = 0.078 (covered with water hycinth ), therefor total organic matter content with hydrogen sulfide has a low correlation in covered with water hycinth and the strong correlation in open waters.
STRATEGI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA PANTAI BOOM TUBAN BERDASARKAN POTENSI SOSIAL, EKONOMI DAN EKOLOGI (Development Strategy of Object Tour Tubans Boom Beach by Potency of Economic, Social and Ecology) Lestari, Hima Desy; Purnomo, Pujiono Wahyu; Purwanti, Frida
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 6, No 4 (2017): MAQUARES
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (684.128 KB)

Abstract

Pantai Boom merupakan bekas pelabuhan Internasional pada zaman Kerajaan Majapahit yang dimanfaatkan oleh pemerintah Kabupaten Tuban untuk menjadi obyek wisata pantai. Adanya aspek historis tersebut menjadikan potensi sosial, ekonomi dan ekologi sangat berpengaruh terhadap potensi wisata. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi potensi sosial, ekonomi, ekologi, kelembagaan dan posisi nilai faktor internal dan eksternal, serta menyusun strategi pengembangan obyek wisata. Metode penelitian bersifat deskriptif analitis, dimana data dikumpulkan dengan survei dan wawancara terhadap 100 responden pengunjung, 30 penyedia jasa dan 4 pengelola. Data diolah secara deskriptif menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan matriks IFAS dan EFAS, juga dengan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan potensi sosial terbesar berada pada kondisi sarana informasi sejarah, potensi ekonomi berada pada biaya wisata, potensi ekologi berada pada kondisi air bersih dan potensi kelembagaan berada pada upaya pengembangan obyek wisata yang telah dilakukan oleh pemerintah/pengelola; Nilai faktor internal dan eksternal berada pada posisi mendukung strategi ofensif, yaitu memanfaatkan potensi dan peluang yang ada untuk pengembangan obyek wisata, selisih nilai untuk faktor internal adalah  0,3;1,29;1,12, dan untuk faktor eksternal adalah 1,45;0,8;1,8, dengan kekuatan dan ancaman terbesar berada pada aspek ekonomi, sedangkan kelemahan dan peluang berada pada aspek ekologi. Strategi pengembangan obyek wisata dilakukan dengan menjalin kerjasama antara Pemerintah Daerah dengn paguyuban penyedia jasa untuk mengadakan kegiatan pengembangan penyedia jasa; meningkatkan peran aktif pengelola obyek wisata terhadap keberadaan penyedia jasa dengan menyediakan toko/kios dan meningkatkan upaya perlindungan sumberdaya alam di lokasi wisata. Boom Beach is formaly an International port at the Majapahit Kingdom which used by the government of Tuban Regency to become coastal tourism attractions. The existence of these historical aspects make the social, economic and ecological potential influence tourism potential. The study aims to identify potency of economy, ecological, institutional and to evaluate value position  of  internal and external factors, and to arrange tourism development strategy. The research method is analytical descriptive, in which data were collected by survey and interview to 100 respondents, 30 service providers and 4 staff. Data were analysed using qualitative and quantitative through IFAS and EFAS matrix as well as SWOT analysis. The results showed that the largest social potency is the condition of historical information facilities, the economic potency  is the cost of tourism, and the ecological potentcy is the cleaness water conditions and the institutional potency is the development efforts of tourism that has been done by the government/manager; The values of internal and external factors are in a position to support offensive strategy, that is utilizing the potential and opportunities that exist for the development of tourism object, in sequence the different value of internal factors are 0.3;1.29;1.12, while the external factors are 1.45;0.8;1.8, with the greatest strength and threat being on the economic aspect, while the weaknesses and opportunities on the ecological aspect. Tourism development strategy are done by establishing cooperation between local government with service provider association conduct development activities of service provider; enhancing the active role of tourism managers to the existence of service providers by providing shops/kiosks and increasing the effort to protect the natural resources at tourisn sites.
TINGKAT PRODUKTIVITAS PRIMER DAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON BERDASARKAN WAKTU YANG BERBEDA DI PERAIRAN PULAU PANJANG, JEPARA Yulianto, Dwi; Muskananfola, Max Rudolf; Purnomo, Pujiono Wahyu
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (461.694 KB)

Abstract

Wilayah pantai merupakan wilayah yang kompleks dimana di dalamnya terjadi interaksi dari beberapa ekosistem. Dalam hal ini terdapat komponen ekosistem biotik dan abiotik. Salah satu komponen biotik yang sangat berperan dalam ekosistem adalah fitoplankton. Selain sebagai produsen primer, fitoplankton juga dijadikan sebagai bioindikator kualitas air yang memiliki sifat kosmopolit yakni dapat hidup di beragam jenis perairan atau dengan kata lain pola penyebarannya sangat luas, yang berarti penyebaran plankton bervariasi dari satu tempat ke tempat lain karena kualitas airnya berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas primer, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan indeks dominasi fitoplankton pada waktu yang berbeda. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 di perairan Pulau Panjang, Jepara. Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan pada dua ekosistem yang berbeda. Stasiun Pertama didominasi oleh biota karang, sedangkan pada stasiun B didominasi oleh biota Lamun. Metode yang digunakan untuk menentukan Produktivitas perairan adalah dengan menggunakan metode botol gelap terang Winkler, sedangkan untuk kelimpahan digunakan sampling pasif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat produktivitas primer di perairan Pulau Panjang berkisar antara 25 – 75 mgC/m3/jam, dengan nilai produktivitas tertinggi sebesar 75 mgC/m3/jam yang didapatkan pada pukul 10.00 WIB. Nilai Produktivitas terendah didapat pada pukul 06.00 WIB sebesar 25 mgC/m3/jam. Kelimpahan Fitoplankton terendah sebanyak 13053 ind/l didapatkan pada pukul 06.00 WIB, sedangkan kelimpahan tertinggi didapatkan sebanyak 23040 ind/l pada pukul 10.00 WIB. Nilai indeks keanekaragaman pada penelitian yaitu berkisar antara 1,53 – 1.84. Nilai indeks keseragaman yaitu berkisar antara 0,48  – 0,55 dan nilai indeks dominansi 0 < D < 0,5. Maka dapat disimpulkan perairan tersebut memiliki nilai indeks keanekaragaman yang rendah, tingkat keseragaman sedang dan tidak terjadi dominansi spesies.  Coastal region is a complex zone where there are interactions occur between some ecosystems, between biotic and abiotic ecosystems component. One of the most important component that take role in those ecosytems is Phytoplankton. Phytoplankton, not only as a primary producer, it also has different use as bioindicator for water quality that have cosmopolite characteristic. It means that phytoplankton distribute with many different variations based on the water quality in each area. The main purpose of this research was to know primary productivity, index of diversity, index of similarity, and  index of phytoplankton domination at different time. This research was held in June, 2013 in Panjang Island, Jepara. Descriptive methodology was used during the sampling of this research. For collecting sample did on two different station. First station was dominated by coral and second station was dominated by seagrass. The method that used for primary productivity measurement was Winkler method, while for phytoplankton diversity use passive sampling measurement. The results show that primary productivity in Panjang Island was about 25 – 75 mgC/m3/hour, with 75 mgC/m3/hour as the highest productivity value, and the peak time was at 10.00. The lowest productivity value was 25 mgC/m3/ at 06.00. The lowest Phytoplankton diversity was 23.040 ind/l at 10.00. Diversity index value approximately 1,53 - 1,84. Similarity index value approximately 0,48 - 0,55 and domination index value is 0 < D < 0,5. Based on those data, it is concluded that Panjang Island has low diversity index value, average similarity index value and no species was dominating this area.
EVALUASI KUALITAS AIR SEBELUM DAN SESUDAH MEMASUKI WADUK JATIGEDE, SUMEDANG Subarma, Urni Nurani; Purnomo, Pujiono Wahyu; Hutabarat, Sahala
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (332.115 KB)

Abstract

Sungai Cimanuk sebagai sungai utama bagi Waduk Jatigede perlu di monitor dan dievaluasi. Monitoring dan evaluasi tersebut merupakan faktor penting dalam pengelolaan kualitas air. Penelitian bertujuan untuk mengetahui jenis fitoplankton, kandungan nitrat, fosfat, klorofil-a sebelum dan sesudah memasuki Waduk Jatigede. Lokasi pengamatan pertama terdiri dari 3 stasiun di Sungai Cimanuk sebelum memasuki waduk, lokasi pengamatan kedua terdiri dari 3 stasiun di dalam area rencana penggenangan. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu metode survey sedangkan metode dalam pengambilan sample yaitu metode purposive sampling. Fitoplankton yang ditemukan  sebanyak 23 genus. Genus yang mendominasi adalah Oscillatoria, Tabellaria, Thallasionema dan Nitzschia. Kandungan nitrat sebelum memasuki waduk yaitu 2,23 - 4,19 mg/L tergolong kategori sedang (mesotrofik) dan sesudah memasuki area rencana genangan waduk berkisar 1,46 - 2,78 mg/L tergolong kategori sedang (mesotrofik). Kandungan fosfat sebelum memasuki waduk yaitu 1,305 - 4,94 mg/L tergolong kategori tinggi (eutrofik), sesudah memasuki area rencana penggenangan waduk berkisar 0,665 - 1,535 mg/L tergolong kategori tinggi (eutrofik). Kandungan klorofil-a sebelum memasuki Waduk Jatigede adalah 0,845 - 3,127 µg/L tergolong kategori sedang (meso-oligotrofik), sesudah memasuki area rencana penggenangan waduk berkisar 0,462 - 1,151 µg/L tergolong kategori rendah (oligotrofik).Cimanuk River is a major river that flows into the area of Jatigede reservoir, that need to be monitored and evaluated. Monitoring and evaluation is an important factor in the management of water quality. The purpose of research is determine the composition of phytoplankton, the concentration of nitrate, phosphate, chlorophyll-a before and after entering the Jatigede Reservoir. The first location is in river stream before it enters the reservoir area which consists of 3 observation stations .The second is in after entering the reservoir inundation area plan  which consists of 3 location observation. The method used in the research is a survey method and the method of sampling is purposive sampling. Phytoplanktons are found as many as 23 genera. Genera which dominate are Oscillatoria, Tabellaria, Thallasionema and Nitzschia. Concentration of nitrate before entering the reservoir is 2,23 – 4,19 µg/L were classified as mesotrofik  and after entering the reservoir inundation area plan ranged from 0,46 - 2,78 µg/L were classified as mesotrofik. Concentration of phosphate before entering the reservoir ranged from 1.305 – 4,94 µg/L were classified as eutrofik, after entering the reservoir inundation plans area of Jatigede reservoir ranged from 0,665 – 1,535 µg/ L were classified as eutrofik. Concentration of chlorophyll-a before entering Jatigede Reservoir ranged from 0,845 – 3,125 µg/L were classified as meso-oligotrofik , after entering the reservoir inundation plans area of Jatigede reservoir ranged from 0,462 -1,528 µg/L were classified as oligotrofik.
Co-Authors - Revika, - - Ruswahyuni - Subiyanto - Supriharyono A’in, Churun Abdul Ghofar Ade Apriliana Adhitya Wijayanto, Adhitya Afifa, Fitria Hersiana agung Suryanto Agus Hartoko Alep Amaliyah Amanah Raras Nawang Kinasih, Amanah Raras Nawang Andriyanto, Wulan Oktaviasari Anhar Solichin Aninditia Sabdaningsih Anugrah Dwi Fahreza Arif Rahman Arif, Gunarso Assyifa, Siti Fatma ‘Ishmah, Amalina Zata Bambang Sulardiono Bani Setyawan Boedi Hendrarto Chiesa, Francesco Te Churun Ain Churun A’in Claudya Yolanda Iswanto, Claudya Yolanda Daud Aruan, Daud David Nugroho Desty Wahyuni Ginting Devi Kristi Purba Dewi Pertiwi Nusantara DIAH AYUNINGRUM Diah Ayuningrum, Diah Dika Nugraini Pancawati Djoko Suprapto Dwi Kritiyasari Dwi Santi Putri Dwi Tasha Maulida, Dwi Tasha Dwi Yulianto Erick Setiawan Larosa, Erick Setiawan Erviana, Renanda Nur Fajrin, Alifia Nirwana Falah, Suudul Farid, Moch Febriyanti, Leti Frida Purwanti Griselda, Adinda Putri Khairunnisa Gultom, Christine Rosaline Gustilah, Lillah Haeruddin Haeruddin Hana Nisau Shalihah Hikmah, Nur Hikmah Himatul Aliyah Febriana Himatul Aliyah Febriana, Himatul Aliyah Iin Rahmawati Kharisma Aji Winarto Khaslinda Pratiwi Rauf Kitarake, Yopi Sondy Kritiyasari, Dwi Laila, Qadarina Nur Lakastri, Lavia Lestari, Hima Desy Lulu Adilla Latifah, Lulu Adilla Luvitasari, Ayu Maro, Jahved Ferianto Martin Arianto Partogi Maslahah, Nur Hikmah Mazroatum Max Rudolf Muskananfola Megawati Arsita Putri Meliala, Elvina Gianina Melina Setya Ayuningsih Mia Arista Sari Mohamad Haekal Mulia Delvi, Betlin Indriani Mulyani, Maya Sri Mustofa Nitisupardjo Mutia Novenda Putri Niniek Widyorini Norma Afiati Novitasari, Diva Triza Nugraha, Bagas Aditya Nugroho, Restu Wahyu Nur Hidayah Nur Latifah Khuzma, Nur Latifah Nurannisa Isnaeni, Nurannisa Nurhuda, Izza Siti Nurul Khaqiqoh Oktavianto Eko Jati Pratama, Hanif Huda Prijadi Soedarsono Purnami, Adelia Puspita, Like Viantika Jala Putra, Muchamad Iqbal Widiansyah Rinaldi, Rexa Kurnia Rio Januardi, Rio Riska Apriliana Rizka Alifianita Saputri Rudolf Muskananfola, Max Ruswahyuni - Ryanditama Ardiannanto Sa’diyah, Halimatus Sahala Hutabarat Satrio, Budi Sefanya Roswaty Sena Widhitama, Sena Septian Budi Sulaksono Siahaan, Sahala Bonardo Silitonga, Yohana T. E. Siti Nur Hidayah, Siti Nur Siti Rudiyanti Slamet Budi Prayitno Supriharyono Supriharyono Supriharyono Supriharyono Suradi Wijaya Saputra Suryanti Suryanti - Sutrisno Anggoro Suwandana, Achmad Fuad Tjatur Wulandari, Tjatur Ulfitasari, Nia Urni Nurani Subarma Veithzal Rivai Zainal Wicaksono, Anangga Rifqi Yundari, Yundari Yusrianti Purwandari Yusty Amelia Yuwananda Perwira Hutama, Yuwananda Perwira Zulfana Fikru Sifa