Claim Missing Document
Check
Articles

KELIMPAHAN ZOOXANTHELLAE PADA Acropora sp. BERDASARKAN KEDALAMAN PERAIRAN DAN NAUNGAN YANG BERBEDA DI PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU JAKARTA Rauf, Khaslinda Pratiwi; Supriharyono, -; Purnomo, Pujiono Wahyu
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (394.14 KB)

Abstract

Zooxanthellae merupakan mikroalga yang hidup bersimbiosis dengan karang. Acropora sp. merupakan salah satu jenis karang yang dapat hidup dan berkembang mulai dari rataan terumbu (reef flat) hingga tubir (slope), baik dalam keadaan ternaung maupun tidak. Tipe naungan akan mempengaruhi simbiosisnya dengan zooxanthellae. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sebaran karang Acropora sp. yang ada di pulau Pari Kepulauan Seribu Jakarta, dan menganalisis perbedaan kelimpahan zooxanthellae karang Acropora sp. berdasarkan kedalaman dan tipe naungan yang berbeda. Penelitian ini dilakukan di 3 stasiun selatan pulau Pari, berlangsung antara 20-23 Juni 2014. Pada Penelitian ini diukur penutupan terumbu karang khususnya Acropora sp yang hidup, kualitas air dan kelimpahan zooxanthellae. Analisis perbedaan kelimpahan zooxanthellae menggunakan uji chi-kuadrat. Persentase penutupan Acropora sp. di selatan pulau Pari mendominasi jenis karang hidup dengan persentase 30,6 % sampai dengan 41,6 % di reef flat dan 29,5 % sampai dengan 50,1 % di slope. Kelimpahan zooxanthellae pada tipe naungan non-shading lebih tinggi dan terdapat perbedaan yang sangat nyata dibandingkan tipe naungan shading. Berdasarkan kedalaman perairan yang berbeda, kelimpahan zooxanthellae yang ditemukan pada level kedalaman reef flat lebih tinggi dan terdapat perbedaan yang sangat nyata daripada level kedalaman slope. Kelimpahan zooxanthellae berdasarkan stasiun menunjukkan bahwa kelimpahan tertinggi terdapat pada staiun I kemudian stasiun III dan yang terendah pada stasiun II, hal ini terjadi dikarenakan kondisi lingkungan antar stasiun yang berbeda.  Zooxanthellae is a microalga lived inside the coral’s tissue by symbiotic system. Acropora sp. is one of those species that can live and develop from the reef flat to slope, both in shading or not. The difference of shading will affect the symbiotic between coral and zooxanthellae. The purposes of this study were to determine the distribution of Acropora sp. in Pari Island and analyze the differences abundance of zooxanthellae inside Acropora sp based on depth  and  shading’s type. This research had been carried out in three stations in south of Pari island from 20 to 23 June 2014. This study measured the covering of living coral especially Acropora sp., water quality and zooxanthellae's abundance. Analysis for differences of zooxanthellae's abundance used chi-square test. Percentage of coral cover, Acropora sp., in the south of Pari Island was dominated by living coral species, at 30.6-41.6% in the reef flat area and 29.5-50.1% in the slope area. Zooxanthellae's abundance on non-shading part was highly significant higher than shading part. As well based on the depth, the abundance of zooxanthellae on reef flat was highly significant higher (P > 0.01) than on  the slope. Abundance of zooxanthellae based on station showed that the highest abundance found in station I, station III and the lowest one appeared at station II, because the environmental condition in every stations were different.
PRODUKSI DAN LAJU DEKOMPOSISI SERASAH MANGROVE BERDASARKAN TINGKAT KERAPATANNYA DI DELTA SUNGAI WULAN, DEMAK, JAWA TENGAH Widhitama, Sena; Purnomo, Pujiono Wahyu; Suryanto, Agung
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) VOLUME 5, NOMOR 4, TAHUN 2016
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (148.243 KB)

Abstract

ABSTRAK Salah satu proses pada ekosistem mangrove yang memberikan kontribusi  besar terhadap kesuburan perairan adalah proses dekomposisi atau penghancuran serasah mangrove. Penghancuran serasah merupakan bagian dari tahap proses dekomposisi, yang dapat menghasilkan nutrient  penting dalam rantai makanan, melalui produktivitas perairan disekitarnya, sebagaimana yang terjadi di Delta Sungai Wulan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui produksi serasah mangrove dan laju dekomposisinya berdasarkan tingkat kerapatan mangrove.Metode yang digunakan adalah metode survai hal ini dilakukan dalam tiga titik sampling, yang dikelompokkan pada tiga kategori kerapatan mangrove yaitu rendah, sedang dan tinggi.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan januari sampai maret 2016. Hasil penelitian  menemukan  tiga spesies mangrove yaitu Rhizopora mocrunata, Rhizopora apiculata, dan Avicennia marina. Jumlah serasah yang diperoleh pada kerapatan mangrove rendah adalah 701.51 gram, mangrove kerapatan sedang berjumlah 837.94 gram dan mangrove kerapatan tinggi berjumlah 1276.85 gram. Laju dekomposisi dalam 30 hari pengamatan dengan laju tertinggi berada pada mangrove kerapatan tinggi dengan persentase 29 – 30 %, sedangkan kerapatan mangrove rendah dan kerapatan mangrove sedang dengan persentase 28%. Kata kunci : Delta Sungai Wulan;Produksi Serasah;Laju Dekomposisi ABSTRACTOne of the processes at mangrove ecosystem which contributes greatly to the fertility waters is the process of decomposition or destruction of mangrove manure. Destruction of Manure is a part of the decomposition process, can produce an important nutrient in the food chain, by means of  productivity of the surroundings waters, as happened in Delta Wulan. The purpose of this study was to find out the mangrove manure production and the rate of decomposition is based on the density of mangrove. The method used is a survey method  to divide the three point sampling, which grouped in three categories mangrove density, low, medium and high. This research was conducted in January to March 2016. The result of research to found  three species of mangrove that Rhizopora mocrunata, Rhizophora apiculata and Avicennia marina. The amount of manure that is obtained at a low density is 701.51 grams, medium density amounted to 837.94 grams and high density mangrove amounted to 1276.85 grams. The rate of decomposition in the 30 days of observation by the highest rates are in the high density mangrove with a percentage of 29% - 30%, meanwhile low density mangrove and mangrove medium density with a percentage of 28%. Keywords : Delta Wulan River;Manure production;Decomposition rate
TROPHIC STATE INDEX (TSI) DI HABITAT RAJUNGAN (Portunus pelagicus Linnaeus, 1758) PANTAI BETAHWALANG, KABUPATEN DEMAK Latifah, Lulu Adilla; Afiati, Norma; Purnomo, Pujiono Wahyu
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (278.839 KB)

Abstract

Perairan Betahwalang di desa Betahwalang, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak merupakan perairan habitat rajungan (Portunus pelagicus Linnaeus, 1758) dengan intensitas penangkapan sepanjang tahun. Sebagai habitat rajungan, perairan Betahwalang direncanakan menjadi kawasan lindungan laut daerah yang dikelola masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu, perlu dievaluasi status trofik perairannya dalam rangka pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya hayatinya. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui status kesuburan perairan di habitat rajungan berdasarkan metode Trophic State Index (TSI) Carlson (1977) dan Kepmen LH No. 115/ 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air dan Kepmen LH No. 51/2004 tentang Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut. TSI Carlson menggunakan 3 komponen utama, yaitu total fosfor, klorofil a, dan kecerahan air untuk menduga status trofik perairan. Metode deskriptif dengan teknik penentuan lokasi sampling bersifat purposive random digunakan dalam penelitian ini. Hasil yang diperoleh dari analisis TSI Carlson (1977), berkisar antara 60-68, sementara skor status mutu air dari analisis Kepmen LH No.115/2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air dan Kepmen LH No. 51/2004 tentang Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut adalah -20. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pantai Betahwalang berada pada status eutrofik sedang dan termasuk kategori perairan tercemar sedang untuk biota air laut. Betahwalang aquatic water in Betahwalang village, Bonang district, Demak Regency, is a blue swimming crab (Portunus pelagicus Linnaeus, 1758) habitat with fishing intensity throughout the year. Accordingly, trophic status of the water in Betahwalang needs to be evaluated for sustainable management of the crab. The purpose of this study is to determine the fertility status of the water in blue swimming crab habitat based on Trophic State Index (TSI) Carlson (1977) and Decree of the Minister of Environment of The Republic Indonesia (Kepmen LH) No.115/2003 regarding Guideline for the Determination of Water Quality Status and Decree of the Minister of Environment of The Republic Indonesia (Kepmen LH) No.51/2004 regarding the Standard Quality of Sea Water for Marine Biota. TSI by Carlson (1977, 2005) applying three main components, i.e. total phosphorus, chlorophyll-a, and water transparency to assess trophic status of the water. Descriptive method is used in this study, for which sampling location was determined by using purposive random. The result from the analysis of TSI Carlson (1977) is among 60-68, while the score of water quality status analysed using Decree of the Minister of Environment of The Republic Indonesia (Kepmen LH) No.115/2003 about Guideline for the Determination of Water Quality Status and Decree of the Minister of Environment of The Republic Indonesia (Kepmen LH) No.51/2004 about the Standard Quality of Sea Water for Marine Biota is -20. Based on the results of this research, it is concluded that Betahwalang beach is on medium eutrophic status and categorized as medium polluted water for marine biota.
HUBUNGAN ANTARA SEDIMEN ORGANIK TERHADAP PERUBAHAN KOMUNITAS PERIFITON DI PERAIRAN PULAU PANJANG JEPARA Haekal, Mohamad; Muskananfola, Max Rudolf; Purnomo, Pujiono Wahyu
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (650.369 KB)

Abstract

Pulau Panjang merupakan pulau kecil yang terletak 3,2 km sebelah barat pantai kota Jepara. Hampir seluruh perairan di sekitar pulau ditumbuhi terumbu karang. Ekosistem yang terdapat di Pulau Panjang diduga tidak hanya suatu habitat yang mandiri, tidak berhubungan dengan ekosistem lainnya, tetapi sesungguhnya terdapat keterkaitan satu ekosistem dengan yang lainnya. Keterkaitan tiga ekosistem khas wilayah pantai antara Mangrove, Lamun dan Terumbu Karang telah dibuktikan dengan terdapatnya ketergantungan antar ekosistem dalam membesarkan biota laut dalam siklus hidupnya. Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas perifiton yang ada di perairan sekitar Pulau Panjang; berdasarkan kelimpahan, dominansi, keanekaragaman dan keseragamannya menurut sedimen. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Oktober 2013 di perairan Pulau Panjang, Jepara. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sedimen yang tertangkap pada sedimen trap dan perifiton yang menempel di porselin. Materi tersebut secara periodik diambil sebagai basis data untuk menjawab tujuan yang hendak dicapai. Lokasi sampling ditentukan berdasarkan tipe ekosistem yang ada di Pulau Panjang. Berdasarkan hasil pengamatan, jenis perifiton yang paling banyak ditemukan pada ketiga stasiun di bagian selatan, utara dan timur adalah kelas diatom (Bacillariophyceae). Jika dilihat dari karakteristik biologi Bacillariophyceae merupakan komponen yang paling penting sebagai sumber makanan bagi zooplankton. Hasil regresi antara bahan organik dengan kelimpahan perifiton di stasiun 1 (SPP) memperoleh nilai koefisien determinasi 0,913, di stasiun 2 (UPP) memperoleh nilai koefisien determinasi 0,941 dan di stasiun TPP memperoleh nilai koefisien determinasi 0,968. Nilai ini menunjukkan hubungan yang erat antara kelimpahan perifiton dengan bahan organik di sedimen. Pulau Panjang is a small island which located 3,2 km west of the coastal town of Jepara. Almost all the waters around the island was overgrown by coral reefs. Utilization of Pulau Panjang coastal areas were potentially changing the balance of island ecosystem. Ecosystems in the Pulau Panjang thought to be only a self-contained habitats, not related to other ecosystem, but surely there was an interconnectedness of the three typical coastal ecosystems between mangrove, seagrass and coral reefs have been demonstrated with there was a dependency between the ecosystems in raising sea life in the cycle of life. The purpose of this research is to know the community structure of periphyton in the waters around Pulau Panjang; based on abundance, dominance, diversity and density according to sediment. This research was carried out in June to October 2013 in Pulau Panjang waters, Jepara. The material used in this research was the sediment which deposited in sediment trap and periphyton which attached in porcelain. The material periodically taken as database to answer the purpose to achieved. The sampling location was determined based on the type of ecosystem in Pulau Panjang. In Based on the observations, the most periphyton type found on the three stasions were diatoms (Bacillariophyceae) class. Based on biological characteristics of Bacillariophyceae was the most important component as a food source of zooplankton. The result of regerssion between organic matters with abundance of periphyton at the station 1 (SPP) obtained the value of the coefficient of determination 0.913, in station 2 (UPP) obtained the value of the coefficient of determination 0.941 and station 3 (TPP) station obtained the value of the coefficient of determination 0.968. These values indicate a close relations between abundance of periphyton with organic matter in the sediment. 
ANALISIS LOGAM BERAT CU DAN PB PADA AIR DAN SEDIMEN DENGAN KERANG HIJAU (P. VIRIDIS) DI PERAIRAN MOROSARI KABUPATEN DEMAK Falah, Suudul; Purnomo, Pujiono Wahyu; Suryanto, Agung
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 7, No 2 (2018): MAQUARES
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (410.587 KB) | DOI: 10.14710/marj.v7i2.22545

Abstract

Kawasan perairan Morosari mempunyai jarak yang dekat dengan Teluk Semarang yang dicirikan dengan adanya pelabuhan, kegiatan industri disekitar perairan, irigasi dari kegiatan perkotaan dan limbah kegiatan pertanian. Wilayah ini terindikasi pencemaran logam berat. Kadar logam berat pada perairan dan sedimen dapat dapat berpengaruh pada biota yang hidup di dalamnya terutama Perna viridis L. yang dibudidayakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas dari perairan morosari dan status pada perairan, sedimen dan biota (P.viridis). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi yang didesain dalam bentuk survey. Data yang diamati adalah logam Cu dan Pb, suhu, salinitas, pH, arus, kedalaman, kecerahan yang diambil dari 3 titik yang berbeda dan dilakukan sebanyak 2 kali pengulangan di masing-masing titik. Hasil analisis menunjukkan kandungan logam berat pada perairan adalah berkisar antara dari 0,016 - 0,063 mg/l untuk Cu dan 0,224 - 0,351 mg/l untuk Pb, kedua logam tersebut telah melebihi ambang batas aman atau sudah tercemar. Logam berat pada P.viridis untuk Cu berkisar antara 3,761 ­- 30,167 mg/kg sedangkan logam Pb memiliki kisaran nilai 2,790 - 26,667 mg/kg, hasil pengukuran tersebut menunjukan bahwa kandungan logam berat pada kerang hijau bervariasi mulai dari dibawah baku mutu hingga melebihi ambang batas baku mutu.    The Morosari waters area has close range to Semarang Bay which is characterized by the harbor, industrial activities around the water, irrigation of urban activities and agricultural waste. This region is indicated by heavy metal contamination. Heavy metal concentrations in waters and sediments can have an effect on the living biota, especially the cultured Perna viridis L. This study means to determine the water quality, sediment and green sheal of morosari. The method used in this research is description method designed by survey. The observed data are Cu and Pb metals, temperature, salinity, pH, current, depth, brightness taken from 3 different points and performed 2 repetitions at each. The results showed that the heavy metal content in the waters was in the range of 0.016-0.063 mg/l for Cu and 0.224 0.351 mg/l for Pb, both metals had exceeded the safe or contaminated threshold. Heavy metals in P.viridis for Cu ranged from 3.761 30.167 mg / kg whereas metal Pb has a range of values 2,790 26,667 mg/kg, the measurement results show that the heavy metal content in green shells varies from below to exceed the quality standard threshold. 
STUDI TENTANG POTENSI MANGROVE DESA TAMBAKBULUSAN BERDASARKAN HUBUNGAN ANTARA SEBARAN TINGKAT KERAPATAN, C/N RATIO DAN TOTAL BAKTERI Hutama, Yuwananda Perwira; Purnomo, Pujiono Wahyu; Nitisupardjo, Mustofa
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (220.443 KB)

Abstract

Desa Tambakbulusan merupakan salah satu wilayah Kabupaten Demak yang memiliki ekosistem mangrove cukup luas. Mangrove di Tambakbulusan mempunyai peran penting sebagai penahan abrasi pantai dan penyedia nutrien bagi lingkungan perairan pantai. Pertumbuhan mangrove yang baik di suatu pesisir pantai berkaitan dengan proses dekomposisi dari bahan organik yang dihasilkan oleh serasah daun mangrove. Proses dekomposisi berkaitan dengan jumlah dari bahan organik, rasio C/N dan jumlah total bakteri yang terdapat pada substrat pohon mangrove di wilayah pantai desa Tambakbulusan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sebaran dan kerapatan mangrove Desa Tambakbulusan serta mempelajari hubungan antara kerapatan mangrove dengan rasio C/N dan jumlah total bakteri pada sedimen di kawasan mangrove Desa Tambakbulusan. Penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2015. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survey yang dilakukan terhadap sekumpulan obyek yang diteliti telah mewakili daerah yang diamati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa vegetasi mangrove Desa Tambakbulusan tersebar dalam 3 blok, blok I seluas 15 ha dengan kerapatan 5859,3 pohon/ha, rasio C/N 21 - 22,5; total bakteri 4,5 x 104 Cfu/ml. blok II seluas 12 ha, kerapatan 7292,6 pohon/ha, Rasio C/N 21,5 – 22; total bakteri 7 x 104 Cfu/ml – 11,6 x104 Cfu/ml. Blok III seluas 3,3 ha, kerapatan 5859,3 pohon/ha, rasio C/N 21 – 21,75; total bakteri 4 x 104 – 4,5 x 104 Cfu/ml. Nilai C/N dan total bakteri dari ketiga blok mangrove di desa Tambakbulusan tidak berbeda, berdasarkan garis linier pada uji statistik regresi korelasi terdapat kecenderungan bahwa semakin meningkat kerapatan mangrove maka rasio C/N dan total bakteri juga semakin meningkat. Tambakbulusan village is one of area in the Demak Sub district which has a fairly extensive mangrove ecosystem. Mangrove in Tambakbulusan has an important role as a provider anchoring coastal erosion and and supplier nutrients for coastal area. Growth of mangrove have relation with to the decomposition process of organic material that produced by mangrove leaf litter. The decomposition process related to the amount of organic material, C / N ratio and the total number of bacteria that present on mangrove tree’s substrate in the coastal areas of Tambakbulusan village. This research aims to determine the distribution and density of Tambakbulusan village’s mangrove, learning the connection between the density of mangrove with C / N ratio and the total number of bacteria in the sediment on mangrove areas Tambakbulusan village. This research was conducted in May until June 2015. The method used in this research was survey on a set of objects that represented observed area. The results showed that the mangrove vegetation at Tambakbulusan village spread over 3 blocks, the first block of 15 ha with a density of 5859.3 trees / ha, C / N ratio from 21 to 22.5; total bacteria 4.5 x 104 CFU / ml. Block II of 12 ha, density of 7292.6 trees / ha, C / N ratio from 21.5 to 22; total bacteria 7 x 104 CFU / ml - 11.6 x 104 CFU / ml. Block III area of 3.3 ha, the density of 5859.3 trees / ha, C / N ratio from 21 to 21.75; total bacterial 4 x 104 to 4.5 x 104 CFU / ml. The value of C / N and total bacteria of the third block of mangrove in Tambakbulusan is not different, based on a linear line regression test correlation there is a tendency that increased the density of the mangrove, the C / N ratio and total bacteria also increased. 
NILAI HUE DAN DENSITAS ZOOXANTHELLAE PADA KARANG Acropora sp. DI EKOSISTEM TERUMBU KARANG PULAU KARIMUNJAWA ‘Ishmah, Amalina Zata; Purnomo, Pujiono Wahyu; Rudiyanti, Siti
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (595.473 KB)

Abstract

Evaluasi kualitas terumbu karang, selain didasarkan penutupan karang hidup maka perlu dikembangkan metode alternatif untuk mendukungnya. Penilaiann hue khususnya pada jenis Acropora sp. yang banyak mendominasi kawasan paparan terumbu karang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai hue dan densitas zooxanthellae pada kedalaman yang berbeda, mengetahui nilai hue dan densitas zooxanthellae pada stasiun yang berbeda dan mengetahui hubungan antara nilai hue dengan densitas zooxanthellae  pada Acropora sp. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif. Penelitian dilakukan di ekosistem terumbu karang Nyamplungan, Batu Topeng dan Tanjung Gelam dengan masing-masing stasiun terdapat dua titik dengan kedalaman berbeda, yaitu kedalaman 1 dan 2 di Pulau Karimunjawa. Hasil penelitian ini adalah densitas zooxanthellae dan hue pada stasiun 1 kedalaman satu 5,07.106 sel/cm2 dan  45,30, kedalaman dua 4,41.106 sel/cm2 dan 45,70. Pada stasiun 2 kedalaman satu sebanyak 5,72.106 sel/cm2  dan 35,50, kedalaman dua sebanyak 4,02.106 sel/cm2 dan 36,40. Pada stasiun 3 kedalaman satu sebanyak 12,78.106 sel/cm2 dan 35,80, kedalaman dua sebanyak 7,66. 106 sel/cm2 dan 42,90. Perbedaan nilai densitas zooxanthellae dan hue dikarenakan adanya faktor cahaya, jenis karang dan kondisi lingkungan. Densitas zooxanthellae dengan nilai hue pada stasiun 1, 2 dan 3 kedalaman 1 m dan 2 m mempunyai nilai korelasi yang tidak signifikan dimana tidak terdapat hubungan yang nyata, nilai hue mempunyai kecenderungan menurun dengan meningkatnya densitas zooxanthellae. Evaluation of a coral reefs’ quality, besides based on live coral covered, alternative methods to support should be developed. The value of hue, especially on the type of Acropora sp. that dominated the area of coral reefs. The purposes of this study are to determine the value of hue and zooxanthellae density at different depths, knowing the value of hue and density of zooxanthellae in the different stations and know the relationship between the value of hue with zooxanthellae density on Acropora sp. The method used in this research is descriptive method. The study was conducted at coral reefs’ ecosystem in Nyamplungan, Batu Topeng and Tanjung Gelam where in each station there are two points with different depths, that is depth of 1 and 2. The result of this research are the zooxanthella density and the value of hue in the stations 1 with 1 m depths are 5,07.106 cells/cm2 and 45.30 in 2 m depth are 4,41.106 cells/cm2and 45.70. In the stations 2 with 1 m depth are 5,72.106 cells/cm2 and 35,50 in 2 m depth are 4,02.106 cells/cm2  and 36,40. In the stations 3 with 1 m depth are 12,78.106 cells/cm2 and 35,80 in 2 m depth are 7.66. 106 cells/cm2 and 42,90. The difference in value is due to the factor of light, coral species and environmental conditions. Zooxanthellae density with hue value at stations 1, 2 and 3 a depth of 1 m and 2 m has correlation value that is not significant where there is no real relationship, the value of hue has tendency to decrease with the increasing of zooxanthella’s density.
TINGKAT SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI WEDUNG KECAMATAN WEDUNG, DEMAK Roswaty, Sefanya; Muskananfola, Max Rudolf; Purnomo, Pujiono Wahyu
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (803.029 KB)

Abstract

Muara sebagai penghubung antara sungai dengan laut tidak luput dari terjadinya sedimentasi karena sedimen dari hilir dan laut akan bertemu di daerah muara. Sedimentasi menjadi masalah penting bagi kehidupan manusia maupun organisme yang hidup di dalam perairan. Hal ini juga terjadi di kawasan perairan muara Sungai Wedung, Demak. Kegiatan masyarakat sekitar yang menjadikan sungai mengalami sedimentasi harus lebih disadari agar perairan sungai lebih terjaga kelestariannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola sebaran material organik dan inorganik serta nilai laju sedimentasi dan muatan padatan tersuspensi di muara Sungai Wedung. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2013 di perairan muara Sungai Wedung Kecamatan Wedung, Demak dan analisa laboratorium dilakukan pada bulan November 2013. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sedimen yang berada di dalam sediment trap dan air pada masing-masing lokasi penelitian. Metode pengambilan sampel yang dipakai adalah purposive sampling. Analisis data meliputi laju sedimentasi, tekstur sedimen, muatan padatan tersuspensi dan bahan organik total. Lokasi penelitian dibagi menjadi 4 titik yaitu titik 1 dan 2 di muara dekat daratan, titik 3 tepat di laut dekat muara dan titik 4 berada di laut dekat delta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaran material inorganik pasir (sand) lebih tinggi di kawasan laut, sebaliknya lumpur (silt) dan lempung (clay) serta bahan organik lebih tinggi di kawasan muara. Laju sedimentasi di perairan sekitar muara Sungai Wedung berkisar antara 60,839 gr/m2/minggu pada lokasi muara dan 373,242 gr/m2/minggu pada lokasi laut. Nilai TSS di perairan ini berkisar antara 1,277 mg/l pada lokasi muara dan 7,784 mg/l pada lokasi laut. Perubahan TSS berakibat meningkatkan nilai laju sedimentasi dengan peningkatan sebesar 0,0183 gr/m2/minggu setiap 1 mg/l TSS mengikuti model y = 0,0183 x + 147,88 (y = laju sedimentasi dan x = TSS). Estuary as a link between river and sea is not apart from sedimentation process because sediment derived from downstream and sea will meet in this place. Sedimentation will become important problem for human beings and organism live in estuaries. These also occured in the Wedung Estuary, Demak. Activities from the community live around Wedung River which cause of sedimentation should be stopped in order to preserve river in the future. This research aimed to know spreading pattern of organic materials and inorganic matter,  to estimate sedimentation rate and total suspended solid in Wedung Estuary. This research was carried out in 2 months, started from September-October 2013 in estuary of Wedung Subdistrict Wedung, Demak and laboratory analysis was conducted in November 2013. Materials used in this research was sediment deposited in sediment trap and sample of water taken from each location sampling. Sampling method used in this study was a purposive sampling. Data analysis comprised of sedimentation rate, sediment texture, total suspended solid, and total organic matter. Location of research was divided into 4 location i.e: point 1 and 2 located in the estuary near land, point 3 precisely in the sea near estuary and point 4 located in the sea near delta. The results showed that distribution of sand as organic material is higher in the sea. On the contrary; silt, clay and organic matter content were higher in the estuary. Sedimentation rates in the waters around Wedung River ranges between 60,839 gr/m2/week at estuary and 373,242 gr/m2/week at sea. TSS content ranges between 1,277 mg/l at estuary and 7,784 mg/l at sea. Changes in TSS cause an increase in sedimentation rate 0,0183 gr/m2/week for every 1 mg/l TSS increase following regression y = 0,0183 x + 147,88 (y = sedimentation rate and x = TSS).
DEKOMPOSISI BAHAN ORGANIK PADA SEDIMEN DI AREA MANGROVE PESISIR MOROSARI, KABUPATEN DEMAK PADA SKALA LABORATORIUM Decomposition of Organic Materials on Sediments in the Mangrove Area of Morosari Coast, Demak Regency on a Laboratory Scale Andriyanto, Wulan Oktaviasari; Purnomo, Pujiono Wahyu; Rahman, Arif
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 8, No 3 (2019): MAQUARES
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (311.441 KB) | DOI: 10.14710/marj.v8i3.24248

Abstract

ABSTRAK Ekosistem mangrove di pesisir Morosari, Kabupaten Demak  merupakan salah satu  ekosistem mangrove yang berfungsi sebagai kawasan konservasi dan kawasan wisata bahari. Salah satu sumber bahan organik pada ekosistem mangrove berasal dari serasah daun mangrove yang berguguran jatuh bercampur dengan sedimen dan menghasilkan unsur hara sebagai sumber nutrien Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan konsentrasi nitrat, bahan organik, nitrit, dan total bakteri serta mengetahui perbedaan proses dekomposisi bahan organik yang terjadi di pesisir Morosari, Kabupaten Demak. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2018 di Laboratorium Biologi FPIK Universitas Diponegoro, Semarang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental di laboratorium dengan membandingkan media sedimen di dalam area mangrove dan luar area mangrove kemudian diisi air laut. Perlakuan pertama akuarium A diisi dengan sampel sedimen dari dalam area mangrove sedangkan akuarium B diisi dengan sampel sedimen dari luar area mangrove masing- masing ± setinggi 5 cm. Setelah itu sampel air laut dimasukan setinggi ± 15 cm ke dalam masing-masing akuarium dan ditambahkan aerator. Variabel yang diukur adalah nitrat, nitrit, bahan organik dan total bakteri kemudian diukur dan diamati setiap tiga hari sekali. Analisa data menggunakan metode regresi linier berganda. Hasil yang diperoleh yaitu konsentrasi nitrat berkisar antara 9,69–18,10 mg/l, nitrit 0,01–3,44 mg/l, bahan organik 10,25–21 mg/l dan total bakteri 950–24.000 CFU/ml. Hubungan nitrat dengan bahan organik dan total bakteri menunjukan terdapat hubungan yang kuat yang berpengaruh signifikan. ABSTRACT The mangrove ecosystem in Morosari coast, Demak Regency is one of the mangrove ecosystems which is a marine tourism area. One of the organic material source in the mangrove ecosystem comes from the mangrove leaf litter that falls and mixed with sediment and produces nutrients as a source of nutrition. The purpose of this study was to determine the correlation of nitrate concentration, organic matter, nitrite, and total bacteria and also to know the differences in the process of decomposition of organic matter that occurred in Morosari coast, Demak Regency. This research was conducted in December 2018 at the Biology Laboratory of FPIK, Diponegoro University, Semarang. The method used in this study was an experimental in the laboratory by comparing the types of sediment in the mangrove area and outside the mangrove area and filled with sea water. The first aquarium A treatement was filled with sediment sample from mangrove area, meanwhile aquarium B was filled with sediment sample from the outside of mangrove area with the height of ± 5cm each. Sea water samples was entered as high as ± 15 cm into each aquarium and added the aerator. The measured variable are nitrate, nitrite, organic matter and total bacteria and observed every three days. Data analysis using multiple linear regression methods.The results obtained, nitrate concentrations range from 9.69-18.18 mg/l, nitrite 0.01-3.44 mg/l, organic matter 10.25-21 mg/l and total bacteria 950-24,000 CFU ml. The correlation between nitrate and organic matter and total bacteria shows that there is a strong correlation that has a significant effect.
ANALISIS HUBUNGAN TEKSTUR SEDIMEN DENGAN BAHAN ORGANIK, LOGAM BERAT (Pb dan Cd) DAN MAKROZOOBENTOS DI SUNGAI BETAHWALANG, DEMAK Kinasih, Amanah Raras Nawang; Purnomo, Pujiono Wahyu; Ruswahyuni, -
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 4, Nomor 3, Tahun 2015
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (589.291 KB)

Abstract

Sungai Betahwalang merupakan perairan yang mendapat masukan material dan nutrient yang berasal dari kegiatan-kegiatan seperti industri rumah tangga, pertambakan, jalur pelayaran serta kegiatan pariwisata berlangsung tanpa adanya pengelolaan. Kegiatan tersebut diperkirakan berpengaruh terhadap sebaran sedimen, kandungan bahan organik, logam berat, dan kelangsungan hidup organisme di sedimen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tekstur sedimen, bahan organik, logam berat (Pb dan Cd), dan kelimpahan makrozoobentos yang terdapat pada Sungai Betahwalang. Selain itu juga untuk mengetahui hubungan antara tekstur sedimen, bahan organik, logam berat (Pb dan Cd), dan kelimpahan makrozoobentos. Metode sampling yang digunakan adalah metode purposive sampling yang dilaksanakan pada lima stasiun yang diukur selama tiga kali waktu sampling. Stasiun 1 berada didaerah pelabuhan kapal, stasiun 2 berada dilokasi yang dilewati kapal, stasiun 3 berada di pertemuan antar sungai, stasiun 4 di persimpangan sungai, dan stasiun 5 terletak di muara sungai. Hasil rata-rata konsentrasi tekstur sedimen fraksi pasir 8,65-11,53, lumpur 74,67-78,62, liat 8,17-16,62. Tekstur sedimen yang mendominasi yaitu lumpur, bahan organik yang terkandung dalam kategori sedang, logam berat (Pb dan Cd) dengan kisaran di bawah batas maksimum, dan kelimpahan makrozoobentos sebesar 86,95 – 2565,21ind/grab. Dari hasil penelitian diperoleh hubungan tekstur sedimen dengan bahan organik diduga memiliki hubungan positive adalah fraksi lumpur dengan nilai koefisien korelasi sebesar r = 0,24. Hubungan antara tekstur sedimen dengan logam berat Pb diduga memiliki hubungan positive adalah fraksi lumpur dengan nilai korelasi sebesar r = 0.03. Hubungan antara tekstur sedimen dengan logam berat Cd diduga memiliki hubungan positive adalah fraksi lumpur nilai korelasi sebesar r = 0.21. Hubungan antara tekstur sedimen dengan  kelimpahan makrozoobentos diduga memilki hubungan positive adalah fraksi lumpur dengan nilai korelasi sebesar r = 0.41. Betahwalang river is a water area that receives material and nutrient from many activities of Betahwalang estuary. The activities are home industry, aquaculture, shipping line, and tourism that continuously without a proper management., The activities is expected to affect of sedimen distribution, organic matter content,  heavy metal, and the survival of organism in the sediment. The aim of this research is to explore sediment texture, organic material, heavy metal (Pb and Cd), and macrozoobenthic abundance. We use the purposive sampling method for data collecting  at five different stations with three times of sampling. Station 1 is located at ship harbour. Station 2 is located in the area of ship track. Station 3 is located in the confluence of rivers. Station 4 is located at the intersection of rivers. And Station 5 is located at river estuary. The average concentrated results of sand, mud, and clay are 8.65-11.53, 74.67-78.62, and 8.17-16.62, respectively. Sediment texture values dominated are silt.  Organics material are in the medium category. The value of heavy metal (Pb and Cd) is less than the maximum limit. And the value of the Macrozoobenthic is in the range of 86,95 – 2565,21 ind/grab. From the results, we conclude are obtained sediment texture relationship with organic matter are thought to have a positive relationship with the sludge fraction of the value of the correlation coefficient of r = 0.24. The relationship between the texture of the sediment with heavy metals Pb is thought to have a positive relationship with the sludge fraction of the value of a correlation of r = 0:03. The relationship between the texture of the sediment with heavy metals Cd is believed to have a positive relationship sludge fraction correlation value of r = 0:21. The relationship between sediment texture with macrozoobenthic abundance is thought to have the positive relationship with the sludge fraction of the value of a correlation of r = 0:41.
Co-Authors - Revika, - - Ruswahyuni - Subiyanto - Supriharyono A’in, Churun Abdul Ghofar Ade Apriliana Adhitya Wijayanto, Adhitya Afifa, Fitria Hersiana Agry, Firdausa Putra agung Suryanto Agus Hartoko aji, muhammad tri Alep Amaliyah Amanah Raras Nawang Kinasih, Amanah Raras Nawang Andriyanto, Wulan Oktaviasari Anhar Solichin Aninditia Sabdaningsih Anugrah Dwi Fahreza Arif Rahman Arif, Gunarso Assyifa, Siti Fatma ‘Ishmah, Amalina Zata Bambang Sulardiono Bani Setyawan Boedi Hendrarto Chiesa, Francesco Te Churun Ain Churun A’in Claudya Yolanda Iswanto, Claudya Yolanda Daud Aruan, Daud David Nugroho Desty Wahyuni Ginting Devi Kristi Purba Dewi Pertiwi Nusantara DIAH AYUNINGRUM Diah Ayuningrum, Diah Dika Nugraini Pancawati Djoko Suprapto Dwi Kritiyasari Dwi Santi Putri Dwi Tasha Maulida, Dwi Tasha Dwi Yulianto Erick Setiawan Larosa, Erick Setiawan Erviana, Renanda Nur Fajrin, Alifia Nirwana Falah, Suudul Farid, Moch Febrianto, Sigit Febriyanti, Leti Frida Purwanti Griselda, Adinda Putri Khairunnisa Gultom, Christine Rosaline Gustilah, Lillah Haeruddin Haeruddin Hana Nisau Shalihah Hikmah, Nur Hikmah Himatul Aliyah Febriana Himatul Aliyah Febriana, Himatul Aliyah Iin Rahmawati Kharisma Aji Winarto Khaslinda Pratiwi Rauf Kitarake, Yopi Sondy Kritiyasari, Dwi Laila, Qadarina Nur Lakastri, Lavia Lestari, Hima Desy Lulu Adilla Latifah, Lulu Adilla Luvitasari, Ayu Maro, Jahved Ferianto Martin Arianto Partogi Maslahah, Nur Hikmah Mazroatum Max Rudolf Muskananfola Megawati Arsita Putri Meliala, Elvina Gianina Melina Setya Ayuningsih Mia Arista Sari Mohamad Haekal Mulia Delvi, Betlin Indriani Mulyani, Maya Sri Mustofa Nitisupardjo Mutia Novenda Putri Niniek Widyorini Norma Afiati Novitasari, Diva Triza Nugraha, Bagas Aditya Nugroho, Restu Wahyu Nur Hidayah Nur Latifah Khuzma, Nur Latifah Nurannisa Isnaeni, Nurannisa Nurhuda, Izza Siti Nurul Khaqiqoh Oktaviana, Clarisa Ika Oktavianto Eko Jati Pratama, Hanif Huda Prijadi Soedarsono Purnami, Adelia Puspita, Like Viantika Jala Putra, Muchamad Iqbal Widiansyah Rinaldi, Rexa Kurnia Rio Januardi, Rio Riska Apriliana Rizka Alifianita Saputri Rudolf Muskananfola, Max Ruswahyuni - Ryanditama Ardiannanto Sa’diyah, Halimatus Sahala Hutabarat Satrio, Budi Sefanya Roswaty Sena Widhitama, Sena Septian Budi Sulaksono Siahaan, Sahala Bonardo Silitonga, Yohana T. E. Siti Nur Hidayah, Siti Nur Siti Rudiyanti Slamet Budi Prayitno Supriharyono Supriharyono Supriharyono Supriharyono Suradi Wijaya Saputra Suryanti Suryanti - Sutrisno Anggoro Suwandana, Achmad Fuad Tita Elfitasari Tjatur Wulandari, Tjatur Ulfitasari, Nia Urni Nurani Subarma Veithzal Rivai Zainal Wicaksono, Anangga Rifqi Yundari, Yundari Yusrianti Purwandari Yusty Amelia Yuwananda Perwira Hutama, Yuwananda Perwira Zulfana Fikru Sifa