Claim Missing Document
Check
Articles

Laju Penempelan Teritip pada Media dan Habitat yang Berbeda di Perairan Kalianda Lampung Selatan M. Awaluddin Fajri; Heron Surbakti; Wike Ayu Eka Putri
Maspari Journal : Marine Science Research Vol 3, No 2 (2011): Edisi Juli
Publisher : UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (239.756 KB) | DOI: 10.36706/maspari.v3i2.1322

Abstract

Barnacle is one of destructive organism of onshore buildings made from wood.  Research of “attached rate of barnacle with different media and habitat in kalianda waters,South Lampung” was held at April until May 2010. The aim of this research are to know the attached rate of barnacle at timber, iron and cement, and to know the influence of habitat against the attachment rate of barnacle with different media. Data were analyzed using ANOVA to test the average of 2 or more samples that differ significantly or not. The results showed that the most media who attached barnacles are timber with average attached rate of 230 barnacles/2 months and the most habitat overgrown with barnacles are habitat of seaweed with average attached rate of 656 barnacles/2 months.   Key word : Barnacle, media, habitat, Kalianda Waters   ABSTRAK Teritip merupakan salah satu penyebab kerusakan pada bangunan pantai, terutama yang terbuat dari kayu. Penelitian mengenai Laju Penempelan Teritip Pada Media dan Habitat yang Berbeda di Perairan Kalianda, Lampung Selatan telah dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Mei 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui laju penempelan teritip pada media kayu, besi dan semen, serta mengetahui pengaruh jenis habitat terhadap laju penempelan teritip pada media yang berbeda-beda. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan ANOVA untuk menguji rata-rata dua sampel atau lebih yang berbeda secara signifikan atau tidak. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa media yang paling banyak ditempeli teritip adalah media kayu dengan rata-rata laju penempelan sebanyak 230 teritip/2 bulan dan habitat yang paling banyak ditumbuhi oleh teritip adalah habitat rumput laut dengan laju penempelan sebanyak 656 teritip/2 bulan.   Kata kunci : Teritip, Media, Habitat, Perairan Kalianda
Kandungan Logam Berat Pb dalam Muatan Padatan Tersuspensi dan Terlarut di Perairan Pelabuhan Belawan dan sekitarnya, Provinsi Sumater Utara Lidya Grace; Tengku Zia Ulqodry; Wike Ayu Eka Putri
Maspari Journal : Marine Science Research Vol 2, No 1 (2011): Edisi Januari
Publisher : UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (216.872 KB) | DOI: 10.36706/maspari.v2i1.1158

Abstract

The study of Pb content in suspended solid and dissolved in the waters of Belawan Port was conducted on September until October 2009. Analysis of Pb content in suspended solid was measured at Health Clinic Laboratory, North Sumatra and Pb dissolved analyzing was done at the Palembang Research and Industry Standaritation Laboratory in South Sumatra. Pb content in suspended solid at high tide ranged from <0.02 to 0.05 mg / l and at low tide ranged from 0.02 to 0.07 mg / l. The content of dissolved Pb at high tide ranged from 0.235 to 0.676 mg / l and at low tide ranged from 0.287 to 0.748 mg / l. Content of Pb in the waters of Belawan has passed quality standard of the Minister of Environment of Republic Indonesia that means the Harbour area is polluted and improper for drinking water as well as for fish cultivation.   Key words : Pb content, Suspended Solid, Water of Belawan Port     ABSTRAK Penelitian kandungan logam berat Pb dalam Muatan Padatan Tersuspensi dan terlarut di Perairan Pelabuhan Belawan ini dilakukan pada bulan September sampai dengan Oktober 2009 pada saat pasang dan surut. Analisis dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dan di Laboratorium Balai Riset dan standardisasi Industri Palembang Provinsi Sumatera Selatan. Hasil kandungan logam berat Pb dalam Muatan Padatan Tersuspensi saat pasang berkisar antara < 0,02 – 0,05 mg/l dan saat surut berkisar antara 0,02 – 0,07 mg/l. Kandungan logam berat Pb terlarut saat pasang berkisar antara 0,235 – 0,676 mg/l dan saat surut berkisar antara 0,287 – 0,748 mg/l. Kandungan logam berat Pb di Perairan Pelabuhan Belawan sudah melewati batas baku mutu menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 yaitu 0,05 mg/l yang berarti bahwa Perairan Pelabuhan Belawan sudah tercemar dan tidak layak dipergunakan untuk air baku air minum maupun untuk kegiatan pembudidayaan ikan.   Kata Kunci : Kandungan logam berat Pb, Muatan Padatan Tersuspensi, Perairan Pelabuhan Belawan
Komposisi dan Sebaran Fitoplankton di Perairan Muara Sungai Way Belau, Bandar Lampung Fitri Meiriyani; Tengku Zia Ulqodry; Wike Ayu Eka Putri
Maspari Journal : Marine Science Research Vol 3, No 2 (2011): Edisi Juli
Publisher : UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (300.818 KB) | DOI: 10.36706/maspari.v3i2.1321

Abstract

Phytoplankton are microscopic plants that live floating in the waters and the movement is highly dependent on the flow and have chlorophyll to make photosynthesis.The research about composition and distribution of phytoplankton in the Way Belau Estuary of Bandar Lampung had been held in June to August 2010. The purpose of this research was to get information about the composition, abundance community structure and distribution patterns of phytoplankton in the Way Belau Estuary and also analyzed conditions of water quality and their effects on phytoplankton abundance. Phytoplankton sampling was using plankton nets with 20 μm meshsize. Identification of phytoplankton used microscope and the abundance calculation by using Sedgwick Rafter Counting Cell. The results showed that the composition of phytoplankton consisted of 6 classes of phytoplankton, these are Bacillariophyceae, Cyanophyceae, Euglenophyceae, Chlorophyceae, Desmidiaceae and Dinoflagellate. The abundance of phytoplankton was between 47 ind/l to 955 ind/l. The Shannon’s index  diversity (H') ranged from 0.41 to 2.15, The Eveness index (E) ranged from 0.41 to 0.93 and the dominance index (C) ranged from 0.27 to 0.84. Discriminant analysis between phytoplankton abundance relationship with water parameters showed that the nitrate and DO  had more significance influence on the abundance of phytoplankton (P <0.05) compared with the parameters of temperature, visibility, salinity, pH and phosphate (P> 0.05). Simak Baca secara fonetik Keywords: Phytoplankton, Estuary, Way Belau   ABSTRAK Fitoplankton adalah tumbuhan renik yang hidup melayang di perairan dan pergerakannya sangat tergantung pada arus serta memiliki klorofil untuk melakukan fotosintesis. Penelitian tentang komposisi dan sebaran fitoplankton di Perairan Muara Sungai Way Belau Bandar Lampung telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2010. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan informasi tentang komposisi, kelimpahan jenis, struktur komunitas dan pola sebaran fitoplankton di muara sungai Way Belau serta menelaah kondisi kualitas air dan pengaruhnya terhadap kelimpahan fitoplankton. Sampel fitoplankton diambil menggunakan jaring plankton dengan ukuran mata jaring 20 µm dan di identifikasi dengan bantuan mikroskop serta perhitungan kelimpahan menggunakan Sedgwick Rafter Counting Cell. Hasil penelitian menunjukkan komposisi fitoplankton tersusun atas 6 kelas yaitu Bacillariophyceae, Cyanophyceae, Euglenophyceae, Chlorophyceae, Desmidiaceae dan Dinoflagellata. Kelimpahan fitoplankton  berkisar antara 47 ind/l sampai 955 ind/l. Indeks Keanekaragaman Shannon  (H’) berkisar antara 0,41 – 2,15, Indeks keseragamaan Evennes (E) berkisar antara 0,41 – 0,93 dan Indeks dominasi Simpson (C) berkisar antara 0,27 – 0,84. Analisis diskriminan untuk melihat hubungan antara kelimpahan fitoplankton dengan parameter perairan menunjukkan bahwa nitrat dan DO merupakan parameter perairan yang memiliki pengaruh lebih nyata terhadap kelimpahan fitoplankton (P < 0,05) dibandingkan parameter suhu, kecerahan, salinitas, pH dan fosfat (P > 0,05).   Kata Kunci : Fitoplankton, Kualitas air, Muara Sungai Way Belau
BIODIVERSITAS POLYCHAETA DI PERAIRAN MUARA SUNGAI MUSI, DESA SUNGSANG SUMATERA SELATAN Widiya Nopita Sari; Melki ,; Wike Ayu Eka Putri
Maspari Journal : Marine Science Research Vol 14, No 1 (2022)
Publisher : UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/maspari.v14i1.16701

Abstract

Sungsang merupakan salah satu kawasan pemukiman yang terdapat di pesisir  Banyuasin. Banyaknya aktivitas manusia di sekitar kawasan dapat menyebabkan perubahan kualitas perairan. Polychaeta merupakan salah satu hewan bentik yang akan mengalami perubahan komposisi akibat adanya tekanan lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi jenis polychaeta, menganalisis struktur komunitas dan hubungan antara kandungan bahan organik sedimen dengan kepadatan polychaeta di Perairan Muara Sungai Musi Desa Sungsang, Sumatera Selatan. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari 2021, sampel yang diambil berupa sampel polychaeta, sampel sedimen untuk analisa bahan organik, dan pengukuran parameter fisika kimia perairan secara langsung. Hasil penelitian menemukan, jenis polychaeta yang terdapat di Perairan Muara Sungai Musi, terdiri atas famili Lumbrineridae (Lumbrineris sp) dan Nereididae (Nereis sp). Kepadatan polychaeta berkisar antara 1.054-2.831 ind/m2, dengan indeks keanekaragaman berkisar antara 0-68, indeks keseragaman 0-0,32, dan indeks dominansi berkisar antara 0,51-1. Hasil analisis regresi linear menunjukkan bahan organik memiliki pengaruh sebesar 29,76% terhadap kepadatan polychaeta.  Analisis PCA digunakan untuk mengetahui hubungan kepadatan dan struktur komunitas polychaeta dengan parameter fisika-kimia perairan didapatkan variabel pencirinya yaitu suhu, pH, DO, kepadatan, keanekaragaman, keseragaman dan dominansi.
PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT Eucheuma spinosum DENGAN PERLAKUAN ASAL THALLUS DAN BOBOT BERBEDA DI TELUK LAMPUNG PROVINSI LAMPUNG Mardian Candra Kurniawan; Riris Aryawati; Wike Ayu Eka Putri
Maspari Journal : Marine Science Research Vol 10, No 2 (2018): Edisi Juli
Publisher : UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (318.572 KB) | DOI: 10.36706/maspari.v10i2.5900

Abstract

Rumput laut merupakan tanaman yang tidak memiliki daun, batang dan akar sejati. Rumput laut memiliki thallus sebagai pengganti peran ketiga bagian (daun, batang dan akar) tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan rumput laut dari asal Thallus dan perbedaan bobotnya. Penelitian ini dilakukan pada 31 Agustus – 5 Oktober 2017 di Teluk Lampung, Provinsi Lampung. Pengamatan pertumbuhan rumput laut dilakukan selama 42 hari. Parameter lingkungan yang diukur data menggunakan desain rancangan RAL (rancang acak lengkap) yang kemudian dianalisis menggunakan uji One way anova dengan menggunakan bantuan software SPSS 16.0. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan thallus ujung E.spinosum dengan kombinasi berat 150 gr menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Faktor lingkungan seperti lemahnya pergerakan air dan timbulnya penyakit ice-ice diduga mempengaruhi pertumbuhan E.spinosum pada lokasi budidaya.
ISOLASI DAN PURIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN PADA DAUN MANGROVE Avicennia alba DARI KAWASAN MUARA SUNGAI MUSI KABUPATEN BANYUASIN M. Yosi Prasetyo; Muhammad Hendri; Wike Ayu Eka Putri; Riris Aryawati
Maspari Journal : Marine Science Research Vol 14, No 1 (2022)
Publisher : UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/maspari.v14i1.16978

Abstract

Antioksidan adalah suatu senyawa kimia yang dapat melindungi sel tubuh dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas. Antioksidan berdasarkan sumbernya terbagi menjadi dua, yaitu antioksidan alami yang berasal dari tumbuhan dan antioksidan sintetis yang terbuat dari bahan kimia. Antioksidan alami diperoleh dari tumbuhan seperti daun mangrove dan menjadi alternatif yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai pengganti antioksidan sintetik. Kawasan Muara Sungai Musi didominasi oleh hutan mangrove salah satunya adalah mangrove Avicennia alba karena letaknya yang berada di pertemuan antara air tawar dan air laut sehingga salinitas di sekitarnya cukup tinggi dan tergolong ekosistem estuaria (perairan payau). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis potensi aktivitas senyawa antioksidan secara kualitatif dan kuantitatif ekstrak kasar dan setelah isolasi dari daun mangrove A. alba. Metode pengujian akivitas antioksidan menggunakan reduksi DPPH, sedangkan metode isolasi yang digunakan adalah kromatografi kolom (KKG) dan kromatografi lapis tipis (KLT). Hasil aktivitas antioksidan dari beberapa konsentrasi uji secara kualitatif pada ekstrak kasar dan isolat terjadi perubahan warna dari ungu menjadi kuning sehingga memiliki potensi antioksidan. Sedangkan hasil analisis secara kuantitatif ekstrak kasar memiliki potensi yang tinggi pada ekstrak metanol berdasarkan nilai IC50 dengan 78 ppm dan setelah diisolasi ekstrak metanol tersebut menunjukkan potensi antioksidan yang sangat kuat pada fraksi 9 dengan nilai IC50 sebesar 40 ppm.Kata kunci: Antioksidan, A. alba, Muara Sungai Musi, IC50.
Potensi Ekstrak Rumput Laut Halimeda renchii dan Euchema cottonii Sebagai Antibakteri Vibrio sp Rahmad Purnama; melki .; Wike Ayu Eka Putri; Rozirwan .
Maspari Journal : Marine Science Research Vol 2, No 1 (2011): Edisi Januari
Publisher : UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (244.736 KB) | DOI: 10.36706/maspari.v2i1.1290

Abstract

The research about Changing of Mangrove Area by Using Remote Sensing in Sembilang National Park, South Sumatera, had been conducted on October 2009 until Januari 2010. The aim of the researches was to know the changing of mangrove in 2003-2009 period by using images data Landsat-7 ETM+ and SPOT 2 2009. Monitoring of condition mangrove in the field, used quadrat plot which the sizes 30 x 30 m and processing of images used algorithm NDVI (Normalize Difference Vegetation Index) with supervised classification. The result of the research showed that mangrove area in 2003 was about 91.679,45 ha, area mangrove in 2009 have decreased becoming 83.447,23 ha. Changing of mangrove area for 6 years (2003-2009) was 8.232, 29 ha or around 9,86%. Mangrove density in 2003 consist of rare mangrove (11.079,36 ha), medium mangrove (31.441,61 ha), and dense mangrove (49.158,48 ha). Mangrove density in 2009 in 2009 had changed for each classes were, 10.695 ha, 28.545,16 ha and 44.206,53 ha for rare, medium, dense mangrove respectively. The compotition of true mangrove vegetation consisted of four families and twelve species which dominated by genus of Avicenia, Ceriops, Sonneratia, and, Xylocarpus. Key Words : Mangrove, Remote Sensing, Landsat-7 ETM+, SPOT 2, Sembilang National Park. ABSTRAK Rumput laut Halimeda renchii dan Euchema cottonii merupakan salah satu bahan alami yang tidak menimbulkan resistansi untuk mengatasi vibriosis karena memiliki metabolit sekunder yang dapat membunuh bakteri. Tujuan penelitian ini adalah Melakukan ekstraksi Halimeda renchii dan Eucheuma cottonii yang diduga mempunyai senyawa bioaktif  sebagai antibakteri, Menentukan zona hambat pertumbuhan bakteri Vibrio sp dari ekstrak Halimeda renchii dan Eucheuma cottonii,  Membandingkan zona hambat yang paling baik antara Halimeda renchii dan Eucheuma cottonii untuk menghambat pertumbuhan bakteri Vibrio sp, Menentukan konsentrasi  hambatan minimum  (KHM) ekstrak Halimeda renchii dan Eucheuma cottonii terhadap pertumbuhan bakteri Vibrio sp. Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2010. Pembuatan ekstrak rumput laut dengan menggunakan metode maserasi sedangkan pengujian aktifitas antibakteri dengan menggunakan metode difusi agar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ekstrak Halimeda renchii yang diujikan terhadap Vibrio parahaemolitycus, Vibrio Alginolyticus, dan Vibrio charcariae memiliki zona hambat tertinggi terhadap Vibrio parahaemolyticus sebesar 16,7 mm.  Ekstrak Euchema cottonii yang diujikan terhadap Vibrio parahaemolitycus, Vibrio Alginolyticus, dan Vibrio charcariae memiliki zona hambat tertinggi terhadap Vibrio parahaemolyticus yaitu sebesar 24,1 mm. Diantara kedua ekstrak yang diujikan ekstrak yang memiliki aktivitas zona hambat paling baik adalah ekstrak Euchema cottonii.  Konsentrasi hambat minimum ekstrak Halimeda renchii terhadap ketiga jenis bakteri Vibrio sp adalah pada konsentrasi 0,05%. Konsentrasi hambat minimum ekstrak Euchema cottonii terhadap bakteri Vibrio alginolyticus dan Vibrio parahaemolyticus adalah pada konsentrasi 0,05% sedangkan ekstrak Euchema cottonii terhadap Vibrio charcariae adalah pada konsentrasi 1%.   Kata kunci : Antibakteri, Halimeda renchii, Euchema cottonii, Vibrio sp,  Konsentrasi hambat minimum.
Kajian Kualitas Air Muara Sungai Musi Sumatera Selatan Wike Ayu Eka Putri; Melki Melki
Journal of Marine and Aquatic Sciences Vol 6 No 1 (2020)
Publisher : Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/jmas.2020.v06.i01.p05

Abstract

The Musi River Downstream filled with a variety of activities that potential to cause degradation of environmental quality. This condition can be seen from the color of the waters that tend to be cloudy. This condition can be an indicator that there has been polluted. This study was aimed to explore information about the quality waters of Musi River Estuary from several chemical parameters. Water sampling was conducted in July 2011 at the Musi River Estuary which was divided into 7 research stations. The results showed that nitrate concentrations during tides and lows ranged from 0.01-0.0.9 mg / L, phosphate 0.13-0.14 mg L-1, TSS 30-185 mg L-1, ammonia 0.03-0, 11 mg L-1, TOM 9,48-18,96 mg L-1 and dissolved oxygen 3,32-11,60 mg L-1. Ammonia, dissolved oxygen and TOM parameters are still good and feasible for organism while nitrate, phosphate and TSS have exceeded the permissible threshold for marine life.
Accumulation of Heavy Metals (Cu and Pb) In Two Consumed Fishes from Musi River Estuary, South Sumatera Wike Ayu Eka Putri; Dietriech G Bengen; Tri Prartono; Etty Riani
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 21, No 1 (2016): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (474.451 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.21.1.45-52

Abstract

Fish is one of the protein sources for humans which its existence is susceptible to the contamination, one of which is the heavy metal. The lack of information regarding the content of heavy metal in the edible fish in South Sumatera makes this study important to be done. This study was aimed to analyze the concentration of heavy metal in two species of edible fishes at Musi River Estuary site. The study was conducted in the estuary section of Musi River from September to November 2014. The heavy metals of Cu and Pb in the water and in the fish organs were analyzed using AAS with a type of SpektrA A-20 Variant Plus using a mixture of Air-Acetylene flame. The result showed the variation of Cu and Pb concentrations in each of species and three organs observed. The concentration of Cu and Pb in the liver was higher than in the gills and the muscle (liver>gills>muscle). The concentration of Cu and Pb in the muscle of all fish species were not exceed the safe limit for consumption. Keywords: Cu and Pb, consumed fish, Musi River estuary
Polisiklik Aromatik Hidrokarbon (PAH) Di Sekitar Muara Sungai Musi Sumatera Selatan Wike Ayu Eka Putri; Anna Ida Sunaryo Purwiyanto; Fitri Agustriani; Fauziyah Fauziyah; Lilik Maslukah; Yulianto Suteja
Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 3 (2021): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v10i3.27267

Abstract

Muara Sungai Musi dan Pulau Payung adalah kawasan bagian hilir Sungai Musi yang menerima banyak masukan limbah dan bahan pencemar akibat aktifitas di sepanjang aliran sungai. Polisiklik aromatik hidrokarbon (PAH) adalah salah satu komponen pencemar organik yang keberadaannya mengancam kehidupan biota perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keberadaan senyawa PAH pada sampel air laut dan sedimen yang berasal dari Muara Sungai Musi dan sekitar Pulau Payung. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Juli 2019. Contoh air laut diambil dengan water sampler pada 5 stasiun penelitian dan contoh sedimen diambil menggunakan ekman grab pada 8 stasiun penelitian. Kadar PAH dianalisa dengan High Performance Liquid Chromatography (HPLC), cara kerja merujuk pada APHA (2017) 6440 B divalidasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan PAH total dalam sampel air Muara Sungai Musi dan sekitar Pulau Payung berkisar antara batas minimum deteksi alat (<0,004)-0,0,62 ppb. Adapun kandungan PAH total dalam sampel sedimen berkisar antara 11,92-558,41 ppb. Secara keseluruhan terlihat bahwa kandungan PAH dalam sampel air dan sedimen yang berasal dari Sungai Musi dan sekitar Pulau Payung masih aman bagi organisme. Musi River Estuary and Payung Island are the downstream areas of the Musi River which receive a lot of inputs of waste and pollutants due to activities along the river flow. Polycyclic aromatic hydrocarbons (PAHs) is one component of organic pollutants which dangerous for the aquatic organism. This study aims to identify the PAHs compounds in seawater and sediment samples from the Musi River Estuary and around Payung Island. Sampling was carried out in July 2019. Seawater samples were taken with a water sampler and sediment samples were taken using ekman grab at 7 research stations. PAH levels were analyzed by High Performance Liquid Chromatography (HPLC), the method refers to APHA (2017) 6440 B. The results showed that the PAH content in the Muara River Musi water samples and around Payung Island ranged from under detection limit(<0,004)-0.62 ppb. The PAH content in sediment samples ranged from 11.92-558.41 ppb. Overall PAHs content in water and sediment samples from the Musi River and around Payung Island are still good for the aquatic organism.
Co-Authors Ade Siswanto Akdhia Besta Sari Amelia Fitriani, Amelia Ananta, Dio Alif Andrian Saputra Andrian Saputra Ani Haryati, Ani Anna Ida Sunaryo Purwiyanto Anna Ida Sunaryo Purwiyanto Anna Ida Sunaryo Purwiyanto Anna Ida Sunaryo Purwiyanto Anna Ida Sunaryo Purwiyanto Anna Ida Sunaryo Purwiyanto Annisa Agustina Kurnia Putri Apon Zaenal Mustopa Aranxa, Virly Barus, Beta Susanto Berliana Iksy Della Beta Susanto Barus Beta Susanto Barus Che Abd Rahim Mohamed De Karo, Fransiskus Dianysah, Gusti Dietriech Geoffrey Bengen Dika Ardila Elyakim Sitorus Etty Riani Fajri, M. Awaluddin Fauziyah FAUZIYAH Fauziyah Fauziyah Fauziyah Fauziyah Fauziyah Fauziyah Fauziyah Fauziyah Fikriyya, Nabela Fitri Agustriani Fitri Meiriyani Gusri, Ariqoh Athallah Gusti Diansyah Gusti Diansyah Gusti Diansyah Gusti Diansyah Gusti Diansyah Harahap, Diny Novita Sari Hartoni Hartoni Hartoni HEDI INDRA JANUAR Heron Surbakti Ida Riyanti Indra Yustian Isnaini Isnaini . Isnaini Isnaini Khotimah, Nadila Nur Kurniawan, Mardian Candra Latupeirissa, Cherokee Mikha-El Lestari, Ning Intan Lidya Grace Lidya Grace Lilik Maslukah M. Andrian Putra Pratama M. Awaluddin Fajri M. Hendri M. Yosi Prasetyo Mardian Candra Kurniawan Mei Ida Susanti Meiriyani, Fitri Meiyerani, Jeni Melki Melki , Melki Melki Melki Melki Melki Melki Moh. Muhaemin Moh. Muhaemin Mohamed, Che Abd Rahim Muhammad Hendri Muhammad Hendri Muhtadi Muhtadi Muhtadi Nadila Nur Khotimah Nadila Nur Khotimah Nidia Nova Riena Ningsih, Ellis Nurjuliasti Novi Anggraini Novi Angraini Novitasari, Tri Ayu Prihatiningsih, Isnaini Rahmad Purnama Rahmad Purnama, Rahmad Raihan, Muhammad Ramadhian, M. Zalfa Ramses Redho Yoga Nugroho Rezi Apri Ria Ariana Riena, Nidia Nova Riris Aryawati Rozirwan . RR. Ella Evrita Hestiandari Santeri, Tiara Sarno . Siddik, Judistira Sitorus, Rijal Suai Batul Aslamiah Tengku Zia Ulqodry Tengku Zia Ulqodry Tjahjo Winanto, Tjahjo Tri Prartono Wahyudi Wahyudi Widiya Nopita Sari Winarta, Yoga Yuanita Windusari Yulianto Suteja Yundari, Yundari Yusni Ikhwan Siregar