p-Index From 2020 - 2025
9.805
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan Psikologika : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi Jurnal Ergonomi Indonesia (The Indonesian Journal of Ergonomic) Sosiohumaniora Jurnal Psikologi Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora CALYPTRA : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Humanitas: Indonesian Psychological Journal Jurnal Psikologi Psikodimensia: Kajian Ilmiah Psikologi JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Psikohumaniora: Jurnal Penelitian Psikologi Jurnal Psikologi Integratif Gadjah Mada Journal of Psychology Jurnal Psikologi Perseptual Jurnal Sains Psikologi Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia Jurnal Teknik Industri: Jurnal Keilmuan dan Aplikasi Teknik Industri Holistik Jurnal Kesehatan Humaniora Insight: Jurnal Ilmiah Psikologi Journal Psikogenesis Jurnal Ilmiah Psyche Santhet: (Jurnal Sejarah, Pendidikan Dan Humaniora) ANIMA Indonesian Psychological Journal SUNDERMANN: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan STT BNKP Sundermann PREPOTIF : Jurnal Kesehatan Masyarakat INTEGRITAS : Jurnal Pengabdian Jurnal Komunitas: Jurnal Pengabidian Kepada Masyarakat Psikosains: Jurnal Penelitian dan Pemikiran Psikologi Bulletin of Counseling and Psychotherapy Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Jurnal Penelitian Pendidikan, Psikologi Dan Kesehatan (J-P3K) Jurnal Adat dan Budaya Indonesia Keluwih: Jurnal Sosial dan Humaniora Nautical: Jurnal Ilmiah Multidisiplin Indonesia Psycho Idea Psychological Research on Urban Society Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada EduInovasi: Journal of Basic Educational Studies Engagement: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Claim Missing Document
Check
Articles

PENGASUHAN RESPONSIF AYAH DAN KUALITAS PERTEMANAN REMAJA Winata Tjandra; Darmawan Muttaqin; Marselius Sampe Tondok
Jurnal Psikologi Integratif Vol 8, No 2 (2020): Psikologi Integratif
Publisher : UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/jpsi.v8i2.1911

Abstract

Pertemanan memiliki kontribusi terhadap perkembangan remaja tidak terkecuali perkembangan sosioemosional khususnya relasi interpersonal dengan teman sebaya. Kemampuan menjalin relasi pertemanan dengan teman sebaya tidak dapat dipisahkan dari pengalaman remaja ketika berelasi dengan orang tuanya. Mayoritas masyarakat di Indonesia masih memosisikan ibu sebagai pengasuh utama padahal ayah juga memiliki peran dalam pengasuhan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara pengasuhan responsif ayah dengan kualitas pertemanan. Partisipan penelitian merupakan 362 remaja berusia 12-21 tahun yang sedang berada pada tahap remaja awal, tengah, dan akhir. Penelitian ini menggunakan alat ukur Friendship Qualities Scale dan sub skala Responsiveness dari Parenting Style yang digunakan untuk mengukur kualitas pertemanan dan pengasuhan responsif ayah. Hasil analisis korelasi menemukan bahwa pengasuhan responsif ayah memiliki hubungan positif dengan kualitas pertemanan. Selain itu, ditemukan perbedaan kualitas pertemanan ditinjau dari jenis kelamin dan kelompok usia. Temuan penelitian ini mengindikasikan bahwa keterlibatan ayah dalam pengasuhan secara responsif berkaitan dengan kemampuan remaja dalam menjalin relasi pertemanan yang berkualitas dengan teman sebayanya. Karakteristik yang berbeda antar jenis kelamin dan kelompok usia dapat menyebabkan perbedaan kualitas pertemanan.
Brief Mindfulness-Based Intervention (Brief MBI) dalam Mengurangi Impulsivitas Reaksi Emosi Pada Orang dengan Bipolar (ODB) Ni Luh Kade Nadia Rastafary; Marselius Sampe Tondok
Bulletin of Counseling and Psychotherapy Vol. 4 No. 1 (2022): Bulletin of Counseling and Psychotherapy
Publisher : Kuras Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51214/bocp.v4i2.183

Abstract

This study aims to see the effect of the Brief Mindfulness-Based Intervention (Brief MBI) to reduce the impulsivity of emotional reactions in people with bipolar disorder (ODB). This study uses a mixed method design with interviews, observations, Mood Disorder Questionnaire (MDQ), Decision Tree for Elevated or Expansive Mood, Decision Tree for Depressed Mood and Graphic Tests (WZT, DAP, BAUM, HTP). The participant is a 27-year-old woman and has been diagnosed with Bipolar disorder. The symptoms that appear are difficulty in regulating mood to the point of disrupting daily routines, periods of excessive mood elevation and periods of significant mood decline. The MBI Brief is held in four sessions, each session lasting two hours. The results of the intervention showed that the participants experienced an increase in the ability to control themselves before displaying the emotional reactions they felt.
Well-Being dan Happiness Pengemis Jalanan di Surabaya Putri Purnamasari; Ananta Yudiarso; Marselius Sampe Tondok
Keluwih: Jurnal Sosial dan Humaniora Vol. 1 No. 2 (2020): Keluwih: Jurnal Sosial dan Humaniora (October)
Publisher : Direktorat Penerbitan dan Publikasi Ilmiah, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24123/soshum.v1i2.3106

Abstract

Abstract - The phenomenon of street beggars to be one of the problems in Surabaya city. Life in the city, will bring psychological burden such as dissatisfaction, loss of life spirit, inner problems and problems to others, etc. Consequences received as street beggars can also elicit other psychological problems. This study is a descriptive study that aims to know the picture of well- being and happiness on street beggars in Surabaya. Sampling was done by snowball sampling and obtained the number of samples of 80 subjects. Data were taken using a questionnaire from the adaptation scale of Ryff's Scale of Psychological Well-Being (PWB) and the adaptation scale of Oxford Happiness Questionnaire (OHQ). The results showed that the well-being of street beggars tends to be high as much as 34%, 60% tends to be moderate and 6% tends to be low.. Street beggars have a high well-being because most of them are able to realize the purpose of life according to their standard of living. The joy of street beggars is known amongst them; quite happy (31%), feeling happier or happier (34%), and feeling unhappy (35%).Keywords: well-being, happiness, street beggars. Abstrak - Fenomena pengemis jalanan menjadi salah satu permasalahan di kota Surabaya. Kehidupan di kota memunculkan beban psikologis seperti ketidakpuasan, kehilangan semangat hidup, masalah batin dan masalah terhadap orang lain. Konsekuensi yang diterima sebagai pengemis jalanan juga dapat memunculkan permasalahan psikologis lainnya. Penelitian ini merupakan studi deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran well-being dan happiness pada pengemis jalanan yang ada di Kota Surabaya. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan snowball sampling dan diperoleh jumlah sampel sebanyak 80 subjek. Data diambil menggunakan kuesioner dari skala adaptasi dari Ryff’s Scale of Psychological Well-Being (PWB) dan skala adaptasi dari Oxford Happiness Questionnaire (OHQ). Hasil penelitian diketahui well-being yang dimiliki pengemis jalanan cenderung tinggi sebanyak 34%, cenderung sedang 60% dan cenderung rendah 6%. Pengemis jalanan memiliki well-being yang tinggi dikarenakan kebanyakan dari mereka mampu merealisasikan tujuan hidup sesuai dengan standar hidup mereka masing- masing. Kebahagiaan pengemis jalanan diketahui diantaranya; cukup bahagia (31%), merasa lebih bahagia atau bahagia (34%), serta merasa tidak bahagia (35%).Kata kunci: kesejahteraan, kebahagiaan, pengemis jalanan
Dangerous Worldview dan Keyakinan Konspirasi Terhadap Kepercayaan Pada Hoaks Mengenai Pemerintah Dalam Penanganan COVID-19 Annisa Zaenab Nur Fitria; Marselius Sampe Tondok
Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol. 11 No. 2 (2022)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jish.v11i2.44488

Abstract

Tersebarnya hoaks mengenai peran pemerintah dalam penanganan COVID-19 menyumbang kegelisahan di lubuk hati masyarakat. Fenomena ini memancing beragam persepsi mulai dari positif hingga negatif. Persepsi negatif menenggelamkan motivasi masyarakat untuk bertahan di era pandemi, sehingga memantik masyarakat untuk mempercayai konspirasi dan menganggap dunia adalah tempat yang mengancam (dangerous worldview). Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan peran dangerous worldview dan keyakinan konspirasi sebagai anteseden kepercayaan pada hoaks mengenai pemerintah akan penanganan COVID-19. Dengan menggunakan rancangan survei cross sectional dan sampel penelitian (N = 441) yang dipilih secara accidental sampling. Dangerous worldview, keyakinan konspirasi dan kepercayaan hoaks diukur menggunakan kuesioner, sedangkan hipotesis penelitian dianalisis menggunakan regresi berganda. Hasil menunjukkan bahwa dangerous worldview dan keyakinan konspirasi berperan signifikan dalam menjelaskan kepercayaan hoaks mengenai pemerintah (R= 0,746; R2= 0,556; F= 274,536; p<0,001 ) dengan kontribusi relatif dangerous worldview dan keyakinan konspirasi masing-masing sebesar 35% dan 77%. Hasil dan implikasi penelitian dibahas secara rinci. Implikasi teoritis dari penelitian ini adalah dangerous worldview dan keyakinan konspirasi berperan sebagai anteseden atau collective symbolic coping terhadap kepercayaan hoaks mengenai pemerintah.
The Role of Sexual Self-Control as Moderator between Sexual Desire and Premarital Sexual Behaviors Chindy Kencana Sari; Marselius Sampe Tondok; Darmawan Muttaqin
Jurnal Psikologi Vol 47, No 1 (2020)
Publisher : Faculty of Psychology, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (599.47 KB) | DOI: 10.22146/jpsi.41159

Abstract

Sexual desire can be one of the antecedents for individual premarital sexual behavior. Otherwise, sexual self-control can prevent individuals from engaging premarital sexual behavior. This study aimed to examine the role of self-control in moderating the relationship between sexual desire and premarital sexual behavior. This study involved 209 emerging adults (18-25 years old) who were dating and not undergoing a long-distance relationship. The current study used Premarital Sexual Permissiveness measurement, dyadic sexual desire subscale from Sexual Desire Inventory-II, general sex-drive and stimulus-elicited sex-drive subscales from Perceived Sexual Control to measure premarital sexual behavior, sexual desire, and sexual self-control respectively. Results of regression analysis showed that sexual self-control did not moderate the relationship between sexual desire and kissing (∆R2 = 0.006, p > 0.05), as well as sexual desire and petting (∆R2 = 0.001, p > 0.05). However, self-control could be a moderator in the relationship between sexual desire and intercourse (∆R2 = 0.027, p < 0.01).
Indonesian Students’ Prejudice Against Homosexuals: Religious Fundamentalism and Intergroup Threat as Predictors Jessica Chandra; Marselius Sampe Tondok; Soffy Balgies
Humaniora Vol. 13 No. 3 (2022): Humaniora
Publisher : Bina Nusantara University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21512/humaniora.v13i3.8346

Abstract

The research aimed to examine and explain the relationship between religious fundamentalism and intergroup threats toward undergraduate students’ prejudice against gays and lesbians. Bhinneka Tunggal Ika, a slogan about tolerance, is supposed to protect and enhance diversity in Indonesia. On the contrary, sexual minority groups, gays and lesbians, often accept stereotypes, prejudices, and discrimination from the majority of Indonesian because they are considered against the religious values and morality of Indonesian. The research used a cross-sectional survey design with accidental sampling methods. The research subjects were students aged 18 to 24 years who studied at universities in Surabaya, identified as heterosexuals, and with diverse religious backgrounds (N = 414). The instruments used were the Attitudes Towards Lesbians and Gay Men (ATLG), the Revised Religious Fundamentalism Scale (RFS-12), and the Perceived Threat of Homosexuals (PTHS) Scale. Multiple regression analysis shows that religious fundamentalism and intergroup threat plays a significant role in explaining prejudice against gays and lesbians (R = 0,872; R² = 0,761; F = 654,817; p < 0,001). The role of intergroup threat as a predictor of prejudice against gays and lesbians is higher than religious fundamentalism.Additional analysis shows that academic discipline, contact, empathy, religion, and university characteristics affect students’ prejudice. 
Perceived Discrimination sebagai Mediator Hubungan antara Akulturasi dan Kesejahteraan Psikologis pada Mahasiswa Etnis Tionghoa Gosyen Lazero Annan; Marselius Sampe Tondok
Keluwih: Jurnal Sosial dan Humaniora Vol. 3 No. 1 (2022): Keluwih: Jurnal Sosial dan Humaniora (April)
Publisher : Direktorat Penerbitan dan Publikasi Ilmiah, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24123/soshum.v3i1.5224

Abstract

Abstract—The purpose of this research wastoexamine the relationship between acculturation and the psychological well-being of ethnic Chinese students with perceived discrimination as a mediator. This study used quantitative methods, with a cross-sectional survey design. The respondents (N=97) were ethnicChinese students studying at public universities, selected using purposive sampling. The data was collected online using the Vancouver Index Acculturation (VIA), Brief Perceived Ethnic Discrimination Questionnaire-Community Version (Brief PEDQ-CV), and Psychological Well-Being Questionnaire (PWB-42). The results of the mediation test showed that perceived discrimination was a full mediator in the relationship between acculturation and the psychological well-being of ethnic Chinese students studying at public universities (z=-1.988; p <0.05).This finding revealed that as a minority, ethnic Chinese students accepted or adapted to the majority culture to reduce discrimination and this mechanism could improve their psychological well-being.The theoretical and practical implications of this research are discussed further. Keywords: acculturation, psychological well-being, perceived discrimination, chinese ethnicity Abstrak—Penelitian bertujuan menguji hubungan antara akulturasi dengan kesejahteraan psikologis mahasiswa etnis Tionghoa dengan perceived discrimination sebagai mediator. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dengan design cross sectional survei. Partisipan penelitian (N= 97) merupakan mahasiswa etnis Tionghoa yang berkuliah di perguruan tinggi negeri. Metode sampling yang digunakan yaitu purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan tiga skala yaitu Vancouver Index Acculturation, Brief Perceived Ethnic Discrimination Questionnaire-Community Version (Brief PEDQ-CV), danPsychological Well-Being Questionnaire (PWB-42). Hasil uji hipotesis dengan uji mediasi menunjukkan bahwa perceived discrimination menjadi mediator full terhadap hubungan antara akulturasi dengan kesejahteraan psikologis mahasiswa etnis Tionghoa yang berkuliah di perguruan tinggi negeri(z=-1.988; p <0.05).Temuan ini menunjukkan bahwa sebagai minoritas, mahasiswa etnis Tionghoa melakukan penerimaan atau adaptasi terhadap budaya mayoritas untukmenurunkandiskriminasi yang dihadapinya dan mekanisme ini dapat meningkatkan kesejahteraan psikologisnya. Implikasi teoritis dan praktis penelitian ini, didiskusikan lebih lanjut. Kata kunci: akulturasi, kesejahteraan psikologis, diskriminasi yang dirasakan, etnis tionghoa
Prasangka terhadap Homoseksual: Peran Fundamentalisme Agama dan Identitas Sosial Veronica Rakel Rahardjo; Marselius Sampe Tondok
Keluwih: Jurnal Sosial dan Humaniora Vol. 3 No. 1 (2022): Keluwih: Jurnal Sosial dan Humaniora (April)
Publisher : Direktorat Penerbitan dan Publikasi Ilmiah, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24123/soshum.v3i1.5226

Abstract

Abstract—Indonesian society, which generally adheres to the notion of heteronormativity, views homosexuals as contrary to social norms.This beliefpromptedprejudice toward homosexuals. Various factors that encourage prejudice include religious fundamentalism and social identity.This study aimed to examine the role of religious fundamentalism and social identity towardhomosexuals’ prejudiceamong college students in Surabaya. The design of this study used a cross-sectional survey, with participant (N=384) students aged 18-25 years and heterosexual oriented, obtained through accidental sampling technique. Data were collected using RFS-12, A Three-factor Model of Social Identity Scale, and the Attitudes Toward Lesbian and Gay Men(ATLG) Scale. Results of multiple linear regression analysis showed that religious fundamentalism and social identity played a significant role in explaining prejudice against homosexuals(R=0.576; F=94,433; p<0.001). Meanwhile, the partial analysis revealed that religious fundamentalism could significantly explain the prejudice toward homosexuals (t=13.306; p<.001), while social identity could not(t=0.087; p=0.931). Additional analysis showed that prejudice toward homosexuals differed based on gender, type of university, presence or absence of contact, the quantity of contact, and quality of contact. The implications of this study were discussed in the context of Indonesia's contemporary society. Keywords: homosexual, prejudice, religious fundamentalism, social identity Abstrak—Masyarakat Indonesia, yang umumnya menganut paham heteronormativitas, memandang homoseksual bertentangan dengan norma sosial. Paham ini mendorong terjadinya prasangka terhadap homoseksual. Terdapat berbagai faktor yang membentuk prasangka diantaranya, fundamentalisme agama dan identitas sosial. Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran fundamentalisme agama dan identitas sosial terhadap prasangka homoseksual pada mahasiswa yang berkuliah di Surabaya. Desain penelitian ini menggunakan cross sectional survey, dengan partisipan (N=384) mahasiswa berusia 18-25 tahun, dan berorientasi heteroseksual, yang didapat melalui teknik accidental sampling. Data dikumpulkan menggunakan RFS-12, A Three-factor Model of Social Identity Scale, dan Attitudes Toward Lesbian and Gay Men(ATLG) Scale. Hasil analisis regresi linear bergandamenunjukkan bahwa fundamentalisme agama dan identitas sosial berperan signifikan dalam menjelaskan prasangka terhadap homoseksual (R= 0.576; F= 94.433; p < 0.001). Selanjutnya, analisis korelasi parsial menunjukkan bahwa fundamentalisme agama berhubungan secara signifikan dengan prasangka terhadap homoseksual(t=13.306; p<.001), namun tidak dengan identitas sosial(t=0.087; p=0.931). Analisis tambahan menyatakan bahwa prasangka terhadap homoseksual berbeda berdasarkan jenis kelamin, jenis universitas, ada tidaknya kontak, kuantitas kontak, serta kualitas kontak. Implikasi dari hasil penelitian ini didiskusikan lebih lanjut dalam konteks masyarakat Indonesia saat ini. Kata kunci: fundamentalisme agama, homoseksual, identitas sosial, prasangka
Kecemasan Antaretnis Sebagai Mediator Kontak Antaretnis Dengan Prasangka Etnis Pada Mahasiswa Ni Nyoman Shantti Triana S. M. Wantera; Marselius Sampe Tondok
Jurnal Ilmiah Psyche Vol 17 No 1 (2023): Jurnal Ilmiah Psyche
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Bina Darma Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33557/jpsyche.v17i1.2511

Abstract

Ethnic diversity in Indonesia often causes interethnic conflict, including among students of different ethnicities. Stereotypes and prejudices can lead to conflict. In intergroup relations based on social identity, there are several factors that influence prejudice, including intergroup contact and intergroup anxiety. This study aims to determine the relationship between interethnic contact and interethnic prejudice mediated by interethnic anxiety in Javanese students towards ethnic students from NTT. This research was conducted using a cross-sectional survey design with a total of 386 students in the city of Surabaya as participants who were obtained by accidental sampling technique. There are three measurement tools used to collect data, namely the General Intergroup Contact Quantity and Quality (CQCQ) scale, the Intergroup Anxiety Scale (IAS), and the RIVEC Prejudice Scale which all have been adapted according to the context of this study. The data analysis technique used is the mediation test. The results showed that interethnic anxiety acted as a partial mediator in the relationship between interethnic contact and interethnic prejudice. Nonetheless, it was found that the mediating function of interethnic anxiety exerts a greater influence than the direct effect of interethnic contact on ethnic prejudice. The findings of this study can become the basis for the development of research and interventions to reduce intergroup prejudice.
PREJUDICE TOWARD PAPUAN STUDENTS: THE ROLE OF INTERGROUP ANXIETY, BELIEF, CONTACT QUANTITY, AND SOCIAL IDENTITY Yenny Meliana; Marselius Sampe Tondok
Sosiohumaniora Vol 25, No 2 (2023): Sosiohumaniora: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial dan Humaniora, JULY 2023
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v25i2.38300

Abstract

This study examined the relationship between social identity and prejudice against ethnic Papuan students with intergroup anxiety as mediators and quantity of contact and belief as moderators. This study using a quantitative cross-sectional survey design. Respondents (n=452) were students in Surabaya selected using accidental sampling. Data were collected online using Google Forms by employed several scales that were RIVEC (Rejection, Intimacy, Values, Emotions, and Culture) prejudice scale, a-three factors social identity scale, intergroup anxiety scale, contact quantity scale, and belief scale. The results of hypothesis testing showed that intergroup anxiety significantly mediates the relationship between social identity and prejudice against ethnic Papuan students (β= -0.25; p<0.001). The results also revealed the moderator roles of belief (β = -0.13; p<0.05) and quantity of contact (β = 0.07; p<0.05) in predicting prejudice. This finding can be concluded that the emotions associated with low intergroup anxiety play a role in mediated high social identity with low prejudice scores. Increased contact with outgroups did not guarantee a decrease in prejudice scores in people with high social identities. Still, the involvement of cognitive processes through positive beliefs by individuals acts as a buffer effect so that people with high social identities can decrease prejudice scores.
Co-Authors Adijanti Marheni Adityo Rohman Hafid Supratikno Agastya, Dimaz Agustin, Intan Cantika Amanda Meuthia Ramadhanty Ananta Yudiarso Anastasia Susiani Nugroho Anastasia Susiani Nugroho Anatasya Divina Andiani, Sri Andrian Pramadi Aninditya Radini Annisa Zaenab Nur Fitria Ayuni Ayuni Ayuwandani, Yosinta Bogi, Ratu C. G. Chandrika Nendy Iswara Chindy Kencana Sari Christy, Hilary Danianta, Prames Berliana Darmawan Muttaqin Dharmeswari, Made Prabhanika Rahayu Djatmiko, Grace Putri Dwiko Kusuma Indramawan Eka, Grace Eka, Ningrum Elisabeth Dina Laksmiwati Fransiska Julia Frida Adelia Rizkiani Gosyen Lazero Annan Hidayat, Widyawati Hukubun, Ester Helena Husnul Khatimah Inderasari, Annisa Puspita Indri Hapsari Irene Angela Isabella Vannessa Pranata Kandoko Ivonne Rebecca Ivory Ivy Novenatha Karolina Tambun Jessica Chandra Jessica Pramesti Pranoto Kadek Ayu Anatasya Divina Tresna Kandoko, Isabella Vannessa Pranata Khalisa Azilia Kumowal, Redualita Christy Kurniawan, Michelle Aveline Leonardo Leonardo Lithioni, Grace Veronica Lukika, Olivia Mahardika, Dimas Mahirah, Aaliya Hana Maran, Alfian Mela Maris, Stella Markus Hartono Meliana, Yenny Monique Elizabeth Sukamto Muhammad Abiyyu Nanik Nanik Natalia, Johanna Nendy Iswara, Chandrika Ni Luh Kade Nadia Rastafary Ni Nyoman Shantti Triana S. M. Wantera Nilamsari, Pranedia Nur Azizah, Kurnia Putri Olivia Lukika Pamula, Gisela Geraldine Petrick Pratama Prasetya, Eva Natalia Prayudi, Satrio Dhiaputra Pudjibudojo, Jatie K. Putri Kinanti, Ananda Dinar Putri Purnamasari Putu Ayu Onik Pratidina Raden Sungging Prabangkoro Aji Radini, Aninditya Rahma Dianti Rahmah Amaliya Ramadhanty, Amanda Meuthia Riani Dilianti Ratu Rohma, Syafira Roring , Timmy Ardian Sari, Chindy Kencana Setiana, Elgi Selis Shafa Aqiella Ikhsan Soffy Balgies Syahnufi, Chiara Hanifah Tambun, Ivy Novenatha Karolina Tannia Christyna Rumagit The, Aurelia Theresa Nagata Tjahjoanggoro, A. J. Tjahjoanggoro, Antonius Johanes Veronica Rakel Rahardjo Widayati, Irma Wijaya, Elizabeth Winata Tjandra Yasmin, Rizkina Yenny Meliana Zalki, Riki Zefanya Aditya Soekoto