Claim Missing Document
Check
Articles

Analisis Pola Persebaran dan Keterjangkauan Fasilitas Kesehatan Kawasan Perkotaan Di Kabupaten Minahasa Utara Mandang, Pretty; Warouw, Fela; Takumansang, Esli
Fraktal : Jurnal Arsitektur, Kota dan Sains Vol. 9 No. 1 (2024): Vol 9, No 1 (2024): Volume 9 Nomor 1, Maret 2024
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/fraktal.v9i1.56748

Abstract

Healthcare facilities play a crucial role in maintaining community welfare, including handlingaccidents. Throughout 2023, there were 148,307 recorded accidents in Indonesia, with a significantincrease in North Minahasa Regency, reaching 399 cases from 301 cases in 2022. This regency israpidly developing, with the population increasing from 200,217 people in 2017 to 229,368 people in2022, and built-up areas expanding from 3% in 2011 to 10% in 2019. This growth underscores theurgent need for adequate and accessible healthcare facilities, especially considering its strategic locationbetween Manado City and Bitung City, which increases traffic and accident risks. The methods used inthis study are spatial and descriptive. Spatial methods include Nearest Neighbour Analysis to identifythe distribution pattern of healthcare facilities, as well as Buffering and Network Analysis to determinehealthcare accessibility. Descriptive methods are used to explain the results of the spatial analysis. Thestudy results show that the distribution pattern of healthcare facilities in North Minahasa Regency israndom. Each sub-district already has healthcare facilities, although they are not evenly distributed. Interms of accessibility, Kalawat, Airmadidi, and Kauditan sub-districts are well-served and have quicktravel times to healthcare facilities. Conversely, Kema sub-district is not fully served and has relativelylong travel times.Keywords: Distribution Pattern, Accessibility, Healthcare Facilities
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS MASYARAKAT DI JALAN PEDESTRIAN KOTA MANADO DENGAN PENDEKATAN ACTIVE LIVING Rengkung, Samuel Triberto; Warouw, Fela; Malik, Andy A.M.
MEDIA MATRASAIN Vol. 20 No. 2 (2023): MEDIA MATRASAIN
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/matrasain.v20i2.53912

Abstract

Secara sederhana, active living berarti berusaha untuk tetap aktif secara fisik setiap hari tanpa harus melakukannya, seperti penggunaan transportasi aktif untuk berjalan kaki atau bersepeda di jalur pedestrian. Menurut Government of Western Australia (2015), hal ini memiliki faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang sehingga active living memberikan dampak triple-bottom-line baik dalam menghidupkan lingkungan pedestrian yang merupakan salah satu upaya mewujudkan healthy city. Tujuan penelitian ini memfokuskan faktor utama yang paling mempengaruhi seseorang untuk bergerak aktif sepanjang jalur pedestrian Laksda John Lie berdasarkan teori triple-bottom-line, berlokasi di Kawasan komersial terbesar Kota Manado serta usulan dalam menaikan tingkat minat masyarakat terhadap active living. Metode yang digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif, observasi lapangan dan kuisioner bersifat tertutup, pengumpulan sampel data menggunakan teknik purposive. Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa secara umum masyarakat setuju tentang pentingnya active living dan faktor utama seseorang untuk bergerak aktif dalam sebuah lingkungan komersial adalah faktor lingkungan. Kata kunci – active living, bergerak aktif, pedestrian In simple terms, active living means trying to stay physically active every day without having to do so, such as the use of active transportation for walking or cycling on pedestrian paths. According to the Government of Western Australia (2015), this has factors that influence a person's behavior so that active living has a triple-bottom-line impact in reviving the pedestrian environment which is one of the efforts to realize a healthy city. The purpose of this research is to focus on the main factors that most influence a person to move actively along the Laksda John Lie pedestrian path based on the triple-bottom-line theory, located in the largest commercial area of Manado City and suggestions in increasing the level of public interest in active living. The methods used are qualitative and quantitative, field observations and closed questionnaires, data sample collection using purposive techniques. The results of this study suggest that in general people agree about the importance of active living and the main factor for a person to move actively in a commercial environment is environmental factors. Keywords – active living, move actively, pedestrian
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS MASYARAKAT DI JALAN PEDESTRIAN KOTA MANADO DENGAN PENDEKATAN ACTIVE LIVING Rengkung, Samuel Triberto; Warouw, Fela; Malik, Andy A.M.
MEDIA MATRASAIN Vol. 20 No. 2 (2023): MEDIA MATRASAIN
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/matrasain.v20i2.53912

Abstract

Secara sederhana, active living berarti berusaha untuk tetap aktif secara fisik setiap hari tanpa harus melakukannya, seperti penggunaan transportasi aktif untuk berjalan kaki atau bersepeda di jalur pedestrian. Menurut Government of Western Australia (2015), hal ini memiliki faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang sehingga active living memberikan dampak triple-bottom-line baik dalam menghidupkan lingkungan pedestrian yang merupakan salah satu upaya mewujudkan healthy city. Tujuan penelitian ini memfokuskan faktor utama yang paling mempengaruhi seseorang untuk bergerak aktif sepanjang jalur pedestrian Laksda John Lie berdasarkan teori triple-bottom-line, berlokasi di Kawasan komersial terbesar Kota Manado serta usulan dalam menaikan tingkat minat masyarakat terhadap active living. Metode yang digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif, observasi lapangan dan kuisioner bersifat tertutup, pengumpulan sampel data menggunakan teknik purposive. Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa secara umum masyarakat setuju tentang pentingnya active living dan faktor utama seseorang untuk bergerak aktif dalam sebuah lingkungan komersial adalah faktor lingkungan. Kata kunci – active living, bergerak aktif, pedestrian In simple terms, active living means trying to stay physically active every day without having to do so, such as the use of active transportation for walking or cycling on pedestrian paths. According to the Government of Western Australia (2015), this has factors that influence a person's behavior so that active living has a triple-bottom-line impact in reviving the pedestrian environment which is one of the efforts to realize a healthy city. The purpose of this research is to focus on the main factors that most influence a person to move actively along the Laksda John Lie pedestrian path based on the triple-bottom-line theory, located in the largest commercial area of Manado City and suggestions in increasing the level of public interest in active living. The methods used are qualitative and quantitative, field observations and closed questionnaires, data sample collection using purposive techniques. The results of this study suggest that in general people agree about the importance of active living and the main factor for a person to move actively in a commercial environment is environmental factors. Keywords – active living, move actively, pedestrian
Urban Stream Buffer Kawasan Sempadan Sungai Bailang Di Kota Manado Londa, Kyrei K; Sela, Rieneke L.E; Warouw, Fela
Sabua : Jurnal Lingkungan Binaan dan Arsitektur Vol. 10 No. 2 (2021): SABUA : JURNAL LINGKUNGAN BINAAN DAN ARSITEKTUR
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/sabua.v10i2.37542

Abstract

Sungai Bailang merupakan salah satu sungai besar di Kota Manado, makin pesatnya kebutuhan ruang dan ketersediaan ruang yang tidak sebanding, sehingga menyebabkan terjadinya konversi penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peraturan yang ada. Hal ini menyebabkan banyak ruas sungai yang mulai mengalami penyempitan (bottle neck) dan semakin meningkatnya indensitas penggunaan lahan. Oleh karenan itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kawasan yang dapat dijadikan daerah Urban Stream Buffer (USB). Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi kondisi eksisting penggunaan lahan pada kawasan sempadan sungai Bailang, mengidentifikasi kesesuaian lahan pada kawasan sempadan sungai Bailang berdasarkan 3 zona USB, dan merekomendasi USB kawasan sempadan sungai bailang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode analisis sistem informasi geografi dan pengindraan jauh menggunakan bantuan perangkat lunak ArcGis. Hasil penelitian berdasarkan kondisi eksisting penggunaan lahan sempadan sungai bailang terdapat 5 jenis penggunaan lahan yaitu; penggunaan lahan perkebunan, penggunaan lahan permukiman, penggunaan lahan semak belukar, penggunaan lahan tanah kosong dan penggunaan lahan tegalan/ladang. Adapun kesesuain lahan pada sempadan sungai bailang berdasarkan ketentuan 3 zona urban stream buffer, terdapat beberapa kawasan yang tidak sesuai dengan parameter 3 zona USB maka perlu adanya rekomendasi agar sempadan sungai Bailang sesuai dengan 3 zona USB. Kata kunci: Urban Stream Buffer; Sempadan Sungai; Sungai Bailang.
Perencanaan Ruang Terbuka Sebagai Ruang Evakuasi di Kota Manado Pormes, Lona; Moniaga, Ingerid L; Warouw, Fela
Sabua : Jurnal Lingkungan Binaan dan Arsitektur Vol. 10 No. 2 (2021): SABUA : JURNAL LINGKUNGAN BINAAN DAN ARSITEKTUR
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/sabua.v10i2.37544

Abstract

Mitigasi bencana merupakan hal yang penting untuk kota manado yang berada di Wilayah Sulawesi dikepung oleh lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia dengan jumlah penduduk tahun 2018 menurut BPS adalah 430.133 jiwa membuat Kota Manado menjadi rawan bencana, selain itu dari data BMKG tahun 1845-2014, Kota Manado dilanda puluhan gempa bumi dan juga memiliki resiko bencana tsunami. Untuk itu, diperlukan mitigasi bencana, salah satu mitigasi bencana di Indonesia adalah dengan menambah ruang Terbuka (Open Space). Secara umum ruang terbuka terdiri dari ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non-hijau yang berfungsi sebagai konektor antar ruang permukiman yang bertujuan memudahkan saat evakuasi bencana sehingga dapat meminimalkan jatuhnya korban. RTRW Kota Manado telah mengatur ruang evakuasi pada titik tertentu, namun belum ada detail khusus bencana gempa bumi dan tsunami, untuk itulah maka perlu dilakukan penelitian dengan tujuan secara umum yaitu untuk melengkapi dokumen RTRW Kota Manado tentang ruang terbuka berbasis mitigasi bencana terutama bencana gempa bumi dan tsunami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, ruang-ruang terbuka di Wilayah penelitian sudah mencukupi sebagai ruang evakuasi bencana Gempa Bumi namun untuk bencana Tsunami, ruang-ruang terbuka yang ada belum memenuhi syarat sebagai ruang evakuasi sehingga kebutuhan ruang evakuasi untuk bencana tsunami masih perlu ditambah Kata kunci: Ruang Terbuka;Ruang Evakuasi; Kota Manado
Karakteristik Kriminalitas Di Kawasan Permukiman Kota Manado (Studi Kasus: Kawasan Permukiman Kumuh Kecamatan Tuminting) Yura, Mikha A; Warouw, Fela; Lakat, Ricky S.M
Sabua : Jurnal Lingkungan Binaan dan Arsitektur Vol. 10 No. 2 (2021): SABUA : JURNAL LINGKUNGAN BINAAN DAN ARSITEKTUR
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/sabua.v10i2.37547

Abstract

Kawasan permukiman yang adalah tempat dimana masyarakat tinggal dan beraktivitas tentunya diharapkan menjadi tempat yang aman dan nyaman termasuk aman dari kriminalitas bagi penghuninya. Salah faktor satu penyebab terjadinya kriminal adalah kepadatan penduduk yang tentunya memiliki efek samping terkait masalah kependudukan antara lain adalah kawasan permukiman kumuh dengan lingkungan dan bangunan yang belum sepenuhnya layak bagi penghuninya untuk di tinggali, tingginya kompetisi kerja, menurunnya kualitas lingkungan dan terganggunya stabilitas keamanan. Salah satu kecamatan yang memiliki kawasan kumuh adalah Kecamatan Tuminting yang terletak di beberapa kelurahan yaitu kelurahan Sindulang 1, Maasing, Mahawu dan Sumompo. Berbagai tindak kejahatan yang terjadi tentunya di sebabkan oleh berbagai hal mulai dari latar belakang pelaku kejahatan, kualitas permukiman dan aspek defensible space kawasan permukiman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Mengidentifikasi jenis kriminalitas dan pola sebaran pada kawasan permukiman di Kecamatan Tuminting dan Menganalisis karakteristik permukiman yang rawan kriminalitas berdasarkan aspek defensible space. Dengan menggunakan metode penelitian pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif dari penelitian ini dapat mendiskripsikan dan memahami karakteristik kriminalitas di kawasan permukiman. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa karakteristik kriminalitas yang terjadi di kawasan permukiman kumuh Kecamatan Tuminting adalah sebagian besar di sebabkan oleh pengaruh minuman keras (miras) yang menjadi pemicu terjadinya tindak kriminalitas lainya dan juga rendahnya penerapan aspek defensible space di kawasan permukiman kumuh Kecamatan Tuminting. Kata Kunci: Kriminalitas; Permukiman Kumuh; Defensible Space
Analisis Kebutuhan dan Potensi Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Di Kota Bitung Berdasarkan Indeks Hijau Biru Indonesia (IHBI) Prantiono, Femando; Warouw, Fela; Sembel, Amanda S
Sabua : Jurnal Lingkungan Binaan dan Arsitektur Vol. 13 No. 1 (2024): SABUA : JURNAL LINGKUNGAN BINAAN DAN ARSITEKTUR
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/sabua.v13i1.59181

Abstract

Abstrak Penelitian ini menganalisis kebutuhan RTH dan potensi pengembangan RTH di kota Bitung dengan menggunakan metode perhitungan IHBI. IHBI (Indeks Biru Hijau Indonesia) merupakan metode untuk menilai kualitas RTH berdasarkan fungsi ekologi dan sosial dengan memberikan bobot (persentase) yang melibatkan Faktor Hijau-Biru Indonesia (FHBI) dan elemen bonus terbuka hijau. Kota Bitung, sebagai salah satu kota di Indonesia, masih belum mencapai standar minimum tersebut. Perkembangan pesat di Kota Bitung, seperti perubahan lahan menjadi kawasan perumahan, industri, dan perdagangan, menyebabkan berkurangnya RTH di wilayah ini. Kekurangan RTH di Kota Bitung berdampak pada masalah lingkungan, seperti penurunan produksi oksigen, berkurangnya air tanah, ketidakstabilan iklim, menurunnya interaksi sosial, serta penurunan estetika kawasan perkotaan. Dengan memanfaatkan data spasial dan analisis geografis, penelitian ini mengidentifikasi kawasan yang memerlukan pengembangan ruang terbuka hijau. Metode IHBI berpotensi dalam meningkatkan ketersediaan RTH sebagai pengembangan RTH dengan menambahkan luasan jumlah bonus elemen pada setiap RTH yang tersebar. Hasil analisis menunjukkan bahwa kecamatan yang belum mencapai target 30% RTH dapat meningkatkan ketersediaannya dengan penerapan metode IHBI. Kata kunci'. Pengembangan RTH. Ruang Terbuka Hijau. Indeks Hijau Biru Indonesia Abstract This research analyzes the need for green open space and the potential for green open space development in the city of Bitung using the IHBI calculation method. IHBI (Indonesian Blue Green Index) is a method for assessing the quality of green open space based on ecological and social functions by giving weights (percentages) involving the Indonesian Green-Blue Factor (FHBI) and green open bonus elements. Bitung City, as one of the cities in Indonesia, has still not reached this minimum standard. Rapid development in Bitung City, such as changing land into residential, industrial and commercial areas, has resulted in a reduction in green open space in this area. The lack of green open space in Bitung City has an impact on environmental problems, such as decreased oxygen production, reduced groundwater, climate instability, decreased social interaction, and decreased aesthetics of urban areas. By utilizing spatial data and geographic analysis, this research identifies areas that require the development of green open spaces. The IHBI method has the potential to increase the availability of green open space as a green open space development by increasing the number of bonus elements in each spread of green open space. The results of the analysis show that sub-districts that have not reached the target of 30% green open space can increase its availability by implementing the IHBI method. Keyword: Development of green open space, Green Open Space, Indonesian Blue Green Index (IHBI)
Analisis Daya Dukung dan Daya Tampung Lahan Untuk Pariwisata di Pulau Bangka Kecamatan Likupang Timur Minahasa Utara Berutu, Yunus C.; Malik, Andy A. M.; Warouw, Fela
Sabua : Jurnal Lingkungan Binaan dan Arsitektur Vol. 13 No. 2 (2024): SABUA : JURNAL LINGKUNGAN BINAAN DAN ARSITEKTUR
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/sabua.v13i2.59295

Abstract

AbstrakPulau Bangka, sebagai kawasan pariwisata super prioritas di Indonesia, memiliki potensi besar untuk dikembangkan secara berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya dukung dan daya tampung lahan, serta potensi dan kendala pengembangan pariwisata di Pulau Bangka. Hasilnya menunjukkan bahwa Pulau Bangka memiliki daya dukung lahan tinggi dengan potensi signifikan untuk pengembangan pariwisata, meskipun beberapa area memiliki kendala yang perlu diperhatikan. Analisis juga menunjukkan bahwa desa-desa di Pulau Bangka memiliki cukup daya tampung untuk aktivitas pariwisata. Metode overlay digunakan untuk mengidentifikasi kawasan kritis dan wilayah potensial pengembangan pariwisata seluas 2454.3 ha. Penelitian ini memberikan gambaran komprehensif mengenai dinamika lingkungan dan kebutuhan pengembangan wilayah di Pulau Bangka, serta menekankan perlunya strategi evaluasi dan implementasi berkelanjutan dalam manajemen sumber daya lahan untuk mendukung pengembangan pariwisata yang efektif.Kata kunci: Daya Dukung ; Daya Tampung ; Pariwisata ; Pulau Bangka AbstractBangka Island, as a super-priority tourism area in Indonesia, holds significant potential for sustainable development. This study aims to analyze the land carrying capacity, potential, and challenges of tourism development on Bangka Island. Findings indicate that Bangka Island has a high land carrying capacity with substantial potential for tourism development, though some areas face constraints. The analysis also shows that villages on Bangka Island have sufficient capacity to accommodate tourism activities. Overlay methods were employed to identify critical areas and potential tourism development zones covering 2454.3 hectares. The research provides a comprehensive overview of environmental dynamics and development needs on Bangka Island, emphasizing the necessity for sustainable evaluation and implementation strategies in land resource management to support effective tourism development.Keyword: Carrying capacity ; Capacity ; Tourism ; Bangka Island
IDENTIFIKASI TIPOLOGI RUANG TERBUKA HIJAU STUDI KASUS: KECAMATAN SINGKIL DAN KECAMATAN TUMINTING Sengkey, Sephia; Rondonuwu, Dwight Moody; Warouw, Fela
Fraktal : Jurnal Arsitektur, Kota dan Sains Vol. 9 No. 2 (2024): Vol 9, No 2 (2024): Volume 9 Nomor 2, November 2024
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/fraktal.v9i2.59123

Abstract

Pertumbuhan penduduk yang tinggi dapat berdampak pada meningkatnya kebutuhan permukiman danmenyebabkan berkembangnya area permukiman baik terencana maupun tidak terencana, maraknya ahlifungsi lahan serta berkurangnya ruang terbuka hijau (RTH) kota. Kecamatan Singkil dan KecamatanTuminting merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk tinggi di Kota Manado dan memilikiberbagai macam permasalahn lingkungan salah satunya yaitu berpotensi besar terdampak bencana banjir.Dengan adanya ketersediaan RTH yang mencukupi pada suatu wilayah perkotaan dapat menjadi salahsatu solusi untuk mengatasi beberapa permasalahan lingkungan saat ini. Penelitian ini bertujuan untukmengkaji persebaran dan luasan dari tipologi ruang terbuka hijau di Kecamatan Singkil dan KecamatanTuminting yang mengacu pada peraturan yang baru yaitu Permen ATR/BPN No.14 Tahun 2022 tentangpenyediaan dan pemanfaatan RTH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terindentifikasi tipologiRTH yang tersebar pada 9 kelurahan di Kecamatan Singkil dan 10 Kelurahan di Kecamatan Tuminting,dimana kedua kecamatan ini sudah mencakup ketiga kelompok tipologi yang tersebar di setiapkelurahannya. Kata-kunci: Ruang Terbuka Hijau, Kepadatan Penduduk, Tipologi
KAJIAN PELESTARIAN BANGUNAN CAGAR BUDAYA MASJID HUNTO SULTAN AMAY GORONTALO Rachmadyanti, Resza; Wuisang, Cynthia E. V.; Warouw, Fela
RADIAL : Jurnal Peradaban Sains, Rekayasa dan Teknologi Vol. 12 No. 1 (2024): RADIAL : Jurnal Peradaban Sains, Rekayasa dan Teknologi
Publisher : Universitas Bina Taruna Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37971/radial.v12i1.440

Abstract

Abstract: Study on the Preservation of the Cultural Heritage Building Hunto Sultan Amay Mosque in Gorontalo. This research aims to examine and identify the significance of Islamic architecture, including architectural elements that form the building's character and Islamic architectural elements, and to analyze and determine the direction of preservation for the Hunto Sultan Amay Mosque. The methods used in this research include three approaches: descriptive analysis method, evaluative method (weighting), and development method. The identification results of the significance of Islamic architecture in the Hunto Sultan Amay Mosque are based on the original plan, which measures 12 x 12 m², including elements such as the dome, mihrab, and Islamic architectural ornaments such as calligraphy, floral, and geometric patterns that form aesthetics and characteristics similar to the Nabawi Mosque in the Middle East. The preservation directions for the Hunto Sultan Amay Mosque building are classified based on low, medium, and high potential levels. Based on the potential level determination, conservation directions for the building elements are then established according to their condition. There are seven high-potential elements and four medium-potential elements. The preservation directions for the Hunto Sultan Amay Mosque building are divided into preservation directions for four elements: columns, dome, mihrab, and arches; conservation directions for six elements: doors, walls, ornaments, ceiling, roof, and minaret; and restoration direction for one element: windows.
Co-Authors , Sangkertadi A.A. Ketut Agung Cahyawan W Alhabsyi, Usman Amanda Sembel Amra, Putri H. Andy A.M. Malik, Andy A.M. Anggreny Purukan Aristotulus E. Tungka, Aristotulus E. Arnold Yan, Arnold Berutu, Yunus C. Bleskadit, Myron L. Cindy R. S. Wahongan, Cindy R. S. Claudia T. Dariwu Cynthia E. V. Wuisang, Cynthia E. V. Daun, Almer Aziz Mukmin Pratama Devy S. Sahambangun Diniati, Wiwid Duwila, Nurul Mentari Dwight M Rondonuwu, Dwight M Dwight Mooddy Rondonuwu, Dwight Mooddy Eldija , Fadillah Esli D Takumansang Esli Takumansang, Esli Eunike L. Tombokan Ewin A. Montol, Ewin A. Faizah Mastutie Gay, Faris Sasma Gladys M. F. Pinontoan, Gladys M. F. Hendriek H Karongkong Hendriek Karongkong, Hendriek Ingerid L Moniaga, Ingerid L Ingerid Moniaga Janis, Ira Wilhelmina Jefrey I. Kindangen Jessie Oley Johanes D. Lahunduitang Johannes Van Rate Joseph Rengkung Judy O. Waani Julianus A. R. Sondakh Kawulusan, Melly Kumurur, Veronika A Lakat, Ricky S.M Lautetu, Lisa Meidiyanti Leidy M. Rompas Lempoy, Elroi Lempoy, Josia O. Linda Tondobala Londa, Kyrei K Maisandrya, Riska Malik, Andy A. M. Mandang, Pretty Marietha Kidung Kristiani, Marietha Kidung Mayor, Jerylin Melisa Margareth, Melisa Mentari Ngodu, Mentari Michael M Rengkung, Michael M Mokodompis, Sonia R. Narsi, Wiwi Oroh, Alfiando Pajow, Vanesa Mariani Panduu, Rocky Radinal Papia Franklin, Papia Paputungan, Nining G. Peggy Egam Pelealu, Rodrygo H Pemani, Ingrith Pesik, Febryani Ribka Pierre H Gosal, Pierre H Pormes, Lona Prantiono, Femando Rachmadyanti, Resza Rachmat Prijadi Raintung, Vira N. Raymond Ch Tarore, Raymond Ch Rengkung, Samuel Triberto Reny Syafriny Reppi, Eygen Imanuel Richard Pontoan Rieneke L.E. Sela Rizky Yuliansar Yasin, Rizky Yuliansar Rondonuwu, Dwight Moody Sangkoy, Farly R. Sela, Rieneke L.E Sembel, Amanda S Sengkey, Sephia Silangen, Johanis K Simaela, David Heryyanto Simatupang, David Solang, Steven Solon, Thania Hanna Sonny Tilaar Soselisa, Megaelvi Stenly Y. Taaluru, Stenly Y. Surijadi Supardjo Suryono MT Sutarno, Ukhti Bayyinah Tangkau, Gryzella L. Tiwang, Juve Tonapa, Patria Rante Torar, Viyana Naomi Veren Tri R Warang, Tri R Tuwonaung, Janet Blandina Veronica A Kumurur, Veronica A Veronica A. Kumurur Veronica Kumurur Verry Lahamendu, Verry Vicky H. Makarau Waani, Judy Windy Mononimbar Winsensius S.P. Raco Wirawan, Rivaldo Restu Wuisang , Cynthia Yasinta, Afiifa Ayudiah Yogini Adriana Wulur Yohanes Y. Mantiri Yura, Mikha A