Claim Missing Document
Check
Articles

STUDI PENENTUAN DRAFT DAN LEBAR IDEAL KAPAL TERHADAP ALUR PELAYARAN (STUDI KASUS: ALUR PELAYARAN BARAT SURABAYA) Bujana, Putu Angga; Yuwono, Yuwono
GEOID Vol. 10 No. 1 (2014)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS) merupakanalurpelayaran yang menghubungkankapal-kapal yang akan berlabuh di PelabuhanTanjung Perak dariLaut Utara Jawa. Seringnya lalu lintas kapal di daerah ini memerlukan penelitian mengenai pasang surut, topografi dasar laut, serta bobot kapal yang melintas untuk memastikan kapal-kapal yang akan berlabuh di Pelabuhan Tanjung Perak aman dari kemungkinan kecelakaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keselamatan navigasi kapal yang akan berlabuh di Pelabuhan Tanjung Perakserta memberikan informasi mengenai draft dan lebar kapal yang ideal untuk melintas denga naman dalam keadaan tersurut di sepanjang Alur Pelayaran Barat Surabaya, serta kapal yang bias melintas dengan aman saat keadaan sarat muatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk kapal yang memiliki lebar sampai 15 meter bisa melintas dengan draft maksimal 6,2 meter dan kapal yang memiliki lebar maksimal 30 meter, bisa melintas dengan draft sebesar 5,5 meter. Semua draft tersebut sudah dihitung sampai keadaan Low Water Spring, serta kapal dengan bobot terbesar yang bisa lewat saat sarat muatan adalah jenis Kapal Penumpang dengan bobot 15.000 GRT.
STUDI APLIKASI MULTIBEAM ECHOSOUNDER DAN SIDE SCAN SONAR UNTUK MENDETEKSI FREE SPAN PADA SALURAN PIPA BAWAH LAUT Nugraha, I Made Dwifa Satya; Yuwono, Yuwono
GEOID Vol. 10 No. 1 (2014)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Saluran pipa bawah laut sebagai salah satu sistem distribusi dalam industri minyak dan gas harus selalu diperhatikan kondisinya agar terhindar dari risiko kerugian material maupun dampak terhadap lingkungan. Salah satu yang harus diperhatikan yakni bentang bebas (free span) atau bagian pipa yang tidak tertumpu. Informasi panjang dan tinggi free span dapat diperoleh melalui survei inspeksi dengan memanfaatkan instrumen hidroakustik, seperti Multibeam Echosounder dan Side Scan Sonar. Ditemukan sebanyak 119 indikasi free span pada citra Side Scan Sonar. Akan tetapi, terdapat selisih posisi horisontal pipa dengan yang terlihat pada data Multibeam Echosounder. Analisis dilakukan terhadap ini dan diketahui bahwa posisi horisontal yang dapat diandalkan adalah posisi pipa dari Multibeam Echosounder. Hal ini disebabkan perambatan kesalahan yang sangat mungkin terjadi pada sistem towing yang diterapkan pada Side Scan Sonar. Di sisi lain, untuk memperoleh informasi dimensi free span, data yang digunakan adalah citra Side Scan Sonar dikarenakan mampu memberikan informasi kenampakan permukaan dasar laut yang cukup jelas sehingga sangat baik digunakan untuk interpretasi panjang dan tinggi free span..
IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN POTENSI BAHAYA SEKITAR TITIK PENGEBORAN MENGGUNAKAN MULTIBEAM ECHOSOUNDER DAN MAGNETOMETER (STUDI KASUS: SELAT MAKASSAR, KALIMANTAN TIMUR) Drakel, Moh Gema Perkasa; Yuwono, Yuwono
GEOID Vol. 11 No. 1 (2015)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Konstruksi lepas pantai adalah struktur dan fasilitas di lingkungan laut, digunakan untuk produksi dan mentransmisi listrik, minyak, gas dan sumber daya lainnya. Pembangunan lepas pantai melibatkan ekstraksi energi dalam bentuk minyak atau gas. Hal ini berhubungan dengan pembangunan Bangunan Lepas Pantai. Survei batimetri telah dimaksudkan untuk memperoleh data Kedadalam, topografi dasar laut, dan morfologi dasar laut termasuk lokasi berbahaya dan benda-benda lainnya. Penelitian ini membahas tentang perencanaan pembangunan konstruksi lepas pantai dengan menggunakan beberapa instrumen seperti Multibeam Echo Sounder dan Magnetometer. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang kondisi morfologi dan medan magnet atau benda-benda logam yang tertanam di dasar laut sekitar titik pengeboran yang dapat membahayakan proyek itu sendiri. Multibeam Echo Sounder digunakan untuk mendapatkan gambaran dari fitur dan morfologi dasar laut pada sekitar titik pengeboran dan Magnetometer digunakan untuk mendapatkan gambaran jika ada pipa atau medan magnet di dasar laut sekitar titik pengeboran. Semua instrumen ini dapat saling mendukung dengan kelebihan dan kekurangan mereka dalam rangka untuk menunjukan peta potensi bahaya dari morfologi dan medan magnet untuk mendukung Kegiatan konstruksi lepas pantai.
ANALYSIS OF RELATIONSHIP BETWEEN TIDAL SEA WITH SEDIMENTATION (Case Study: Port Container Wharf Surabaya) Yuwono, Yuwono; Qhomariyah, Lailatul
GEOID Vol. 11 No. 2 (2016)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesian archipelagohas a high necessity of sea transportationtosupport the trade activities andmobility between one island and another. The harbor security is an important factortoensure the safety ofthe ships which are being leant there, therefore the sedimentation is neededto be observed in order to find out the changes of sedimentationso that theshipwould notrun aground. The formation ofsedimentationinthe dockis influencedby several factors, one of them istidal.Domesticdockcontainer portof Surabayais onethe docks that facilitatesdockshipsat the jettyport inEastJava. To observe the influence ofthe tides to thedock sedimentation, it is necessary to knowthe changesofsedimentation, so thesecurity of the shipsthat willbe dock could be guaranteed.The results of this study was finding theimpacts of tidal phenomena to the sediment formed in the domestic dock container port Surabaya we can conclude that when the Formzahl number is greater than the previous year, the sedimentation volume will also increase. The sedimentation volume in 2011 amounted to 9,460 m3 with Formzahl numbers of 0.662 is used as the reference to a sedimentation volume increasing in 2012 amounted to 49,537 m3 with formzahl number of 0.819. The increasing formzahl numbers which also means increase in the phenomenon of ebb and flow of sea water, has shown a difference of sedimentation volume from 2011 to 2012 amounted to 40,077 m3. And In the sedimentation volume in 2013 amounted to 14,306 m3 with a formzahl number of 0.722 is used as the reference to an increase in sedimentation volume in 2014 amounted to 35,102 m3 with formzahl number of 0.758. The increasing formzahl numbers which also means an increase in the phenomenon of ebb and flow of sea water which has resulted in a difference of sedimentation volume from 2013 to 2014 amounted to 20,796 m3.
ANALISIS KOMPONEN HARMONIK PENGAMATAN PASANG SURUT MENGGUNAKAN ALAT PENGAMAT PASANG SURUT BERBASIS SENSOR ULTRASONIK (Studi Kasus: Desa Ujung Alang, Kampung Laut, Cilacap) Yuwono, Yuwono; Kurniawan, Dedy; Faisal, Nazib
GEOID Vol. 12 No. 1 (2016)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tide observations done using two method, simple ways and automatics ways using sensors [4]. Currently in Indonesia there is agency that provider tidal observations data automatically, the Geospatial Information Agency which has 128 observation stations (Geospatial Information Agency, 2016). But the observation stations are only located in major ports and several beaches in Indonesia. While 2/3 of Indonesia is waters that would require mapping bathymetry and tide observations when it will construction, so required for alternative instrumens of automated tidal observers that more flexible and inexpensive. This study aims to determine the analysis of the harmonic components generated by the automatic tide observations using ultrasonic sensors.Tide observations made during the 15 days. The locations were situated in the waters of Ujung Alang, which is part of Segara Anakan river located in Cilacap, Central Java.The Observations data are used to define mean sea level and 9 harmonic components (K1, O1, P1, M2, S2, N2, K2, M4 and MS4). The calculation of Fomzahl value produce type of tides in mix semidiulnal with F= 0,557.
STUDI TENTANG PEMBANGUNAN PELABUHAN CILAMAYA DITINJAU DARI ASPEK TEKNIS (Studi Kasus : Pelabuhan Cilamaya Karawang) Yuwono, Yuwono; Sidad, Balya Farras
GEOID Vol. 12 No. 2 (2017)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Cilamaya port is a commercial port located in Karawang regency. Currently the Port Cilamaya is still in the first stage of construction process. Information about bathymetry and sea bottom sediments is needed to support post-development shipping lines. This research aims to provide information about bathymetry and define the depth of shipping lines. This research was carried out on March - 2015 in Cilamaya port area. The data used for the research are sounding data recorded by Singlebeam echosounder Kongsberg EA400, tide data, and sediment sample of Cilamaya waters , and the data was processed using software Caris Hips and Sips 8.1, Surfer 12, AutoCad Land Desktop 2007 and ArcGIS 10.1. The results showed that Cilamaya waters of Cilamaya Port is categorized into shallow waters with the depth on survey location ranged from 0.615 m - 10.684 m. Sea bottom morphology was flat with average slope 0.76% and it was categorized flat to almost flat. Sea bottom sediments is dominated by muddy sand. shipping lanes currently used by general cargo (General Cargo) and tankers ship with DWT value (Death Weight Tonnage) 5000 with minimum depth of 6.1 m and width of 130 m. Shipping lane plans for container ship with 10000 maximum value of DWT (Dead Weight Tonnange) was required minimum depth of 10.3 m. To optimize shipping line planning required capital dredge for shipping line area which have a depth of less than 10.3 m.
ANALISIS DAERAH PENANGKAPAN IKAN PADA MASA PERALIHAN I DAN II MENGGUNAKAN DATA ALTIMETRI (STUDI KASUS: SELAT BALI) Yuwono, Yuwono; Su'udi, Firdaus Amirullah
GEOID Vol. 13 No. 1 (2017)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Potensi perikanan di Indonesia sangat besar karena hal ini didukung oleh wilayah Indonesia yang hampir dua pertiganya berupa laut. Salah satu wilayah yang kaya akan perikanannya adalah di Selat Bali. Oleh karena itu, diperlukan metode yang dapat digunakan sebagai acuan untuk mengidentifikasi persebaran dan Daerah Penangkapan Ikan (ZPPI). Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode pemodelan numerikal menggunakan data altimetri yaitu data arus geostropik dan data tinggi muka laut absolut yang ditumpang susun sehingga identifikasi daerah penangkapan ikan dapat dilakukan. Selain itu juga diperlukan data tambahan dari parameter oseanografi lainnya untuk meningkatkan keakuratan Daerah Penangkapan Ikan di wilayah Selat Bali. Dari hasil penelitian didapatkan kecepatan arus geostropik Tanggal 11 April 2012 memiliki kecepatan minimum 0,001 m/s dan kecepatan maksimum 1,122 m/s sedangkan Kecepatan arus geostropik Tanggal 09 Oktober 2012 memiliki kecepatan minimum 0,004 m/s dan kecepatan maksimum 0,670 m/s. Tinggi muka laut pada Tanggal 11 April 2012 minimum 0,852 m dan maksimum 1,094 m sedangkan tinggi muka laut pada Tanggal 09 Oktober 2012 minimum 0,737 m dan maksimum 0,840 m. Anomali tinggi muka laut pada Tanggal 11 April 2012 mempunyai nilai tinggi minimum -0,082 m dan tinggi maksimum 0,160 m, sedangkan anomali tinggi muka laut pada Tanggal 09 Oktober 2012 nilai tinggi minimum -0,038 m dan tinggi maksimum 0,065 m. Korelasi antara Kecepatan arus geosptropik dan anomali tinggi muka laut pada Tanggal 11 April 2012 mempunyai nilai sebesar 0,664 m, sedangkan pada Tanggal 09 Oktober 2012 mempunyai nilai 0,697 m.Terdapat pergeseran antara Daerah Penangkapan ikan pada masa peralihan I dan II. Hal ini dikarenakan tinggi muka laut yang semakin menurun dari bulan April hingga Oktober 2012. Oleh karena itu, diperlukan survei primer ke Selat Bali untuk mendapatkan validasi data jenis ikan yang berada di Zona yang dianggap sebagai ZPPI.
ANALISA PENENTUAN BATAS LAUT ANTARA PROVINSI DKI JAKARTA DAN PROVINSI BANTEN BERDASARKAN UU NOMOR 23 TAHUN 2014 (Studi Kasus : 22 Pulau di Kepulauan Seribu) Yuwono, Yuwono; Rahmayunita, Deasy Rosyida
GEOID Vol. 13 No. 1 (2017)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Batas wilayah definitif sesuai dengan ketetapan hukum berperan penting dalam suatu pemerintahan daerah untuk tata kelola pemerintahan, pertahanan, keamanan, perijinan, pengelolaan sumberdaya alam, dan lain-lain. Dikenal ada dua batas untuk wilayah, yaitu darat dan laut. Penetapan batas laut daerah diperlukan agar tidak terjadi sengketa antar dua daerah atau lebih akibat terjadinya tumpang tindih kewenangan daerah. Terdapat beberapa perubahan dalam peraturan penentuan batas wilayah pengelolaan laut daerah yaitu mengenai penentuan garis pantai sebagai acuan dasar penentuan batas wilayah pengelolaan laut daerah. Dalam undang-undang sebelumnya yaitu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tidak dijelaskan acuan garis pantai yang digunakan, sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dijelaskan bahwa garis pantai yang digunakan adalah garis pantai berdasarkan pasang tertinggi air laut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan batas wilayah pengelolaan laut daerah antara Provinsi DKI Jakarta dengan Provinsi Banten terkait klaim Provinsi Banten terhadap 22 pulau di Kepulauan Seribu. Hasil penelitian ini adalah analisis pengelolaan laut daerah antara Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Banten dengan berbagai alternatif penarikan batas sesuai dengan pedoman penegasan batas secara kartometrik dengan menggunakan prinsip equidistance dan median line. Hasil penelitian ini terdapat empat alternatif penarikan batas, yaitu penarikan batas laut jika 22 pulau dianggap tidak ada, penarikan batas laut jika 22 pulau dianggap masuk Provinsi DKI Jakarta, penarikan batas laut jika pulau dianggap masuk Provinsi Banten, dan penarikan batas laut jika 22 pulau dibagi menjadi dua bagian. Sehingga kejelasan kepemilikan 22 pulau di Kepulauan Seribu dan kejelasan batas administrasi laut sangat dibutuhkan karena berpengaruh terhadap pengelolaan laut daerah antara Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Banten.
ANALISIS KETELITIAN AZIMUT PENGAMATAN MATAHARI DAN GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) (Studi Kasus : Kampus ITS Sukolilo, Surabaya) Yuwono, Yuwono; Murtadlo, Mohammad Luay
GEOID Vol. 13 No. 1 (2017)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam melakukan penentuan posisi, selalu dibutuhkan azimut. Padahal, pekerjaan-pekerjaan yang menyangkut kemampuan disiplin ilmu geodesi membutuhkan suatu penentuan azimut. Prinsip dalam menentukan azimut ada beberapa cara, antara lain dengan cara melakukan pengamatan benda -benda langit atau dengan dua titik pengukuran yang sudah diketahui koordinatnya. Pada penelitian ini cara yang digunakan adalah dengan pengamatan matahari dan pengamatan dengan GPS (Global Positioning System) . Untuk pengamatan matahari, metode yang digunakan adalah tinggi matahari, sedangkan untuk pengamatan dengan GPS digunakan metode diferensial yang diikatkan di titik CORS (Continuously Operating Reference Stations) ITS. Metode tinggi matahari dipilih karena memiliki keunggulan pengamatannya dapat dilakukan saat waktu pagi dan sore, sedangkan metode diferesial dipilih karena memiliki keunggulan dapat mengeliminir atau mereduksi pengaruh dari beberapa kesalahan dan bias (Abidin,2007). Dari hasil perhitungan tiga nilai azimut dari pengamatan matahari memberikan rata – rata ketelitian sebesar 4 menit 48,5 detik dan hasil dari pengamatan Global Positioning System (GPS) memberikan nilai rata – rata ketelitian sebesar 7,24 detik terhadap tiga nilai azimut dari dua titik BM referensi. Nilai azimut pengamatan GPS lebih teliti daripada pengamatan tinggi matahari yang dibandingkan terhadap nilai azimut dari dua titik BM referensi.
Penentuan Batas Pengelolaan Laut Dengan Metode Kartometrik (Studi Kasus : Sengketa Pulau Berhala) yuwono, yuwono; Genena, Rhaisang Al Iman Taufiqul Hakim
GEOID Vol. 13 No. 2 (2018)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. dpat mendatangkan keuntungan dan juga ancaman bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salah satu ancaman yang dapat timbul adalah mengenai permasalahan batas, baik di darat maupun di laut. Salah satu permasalahan batas di laut yaitu sengketa antara Provinsi Jambi dan Provinsi Kepulauan Riau terkait dengan kepemilikan Pulau Berhala. Wilayah yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah Pulau Berhala yang berada di antara Provinsi Jambi , terletak pada 0º45’ - 2º45’Lintang Selatan dan 101º10’- 104º55’ Bujur Timur dan Provinsi Kepulauan Riau yang terletak pada 1º10 Lintang Selatan - 5º10’ Lintang Utara dan 102º50’ - 109º20’ Bujur Timur. Penarikan batas sejauh 12 mil laut untuk wilayah kewenangan provinsi sesuai dengan Permendagri Nomor 76 Tahun 2012 diperoleh dengan buffering menggunakan Arc GIS 10.2. Penarikan garis batas secara kartometrik menggunakan metode median line. Dari hasil pengolahan data dan analisa didapatkan tiga alternatif penarikan batas antara Provinsi Jambi dan Provinsi Kepulauan Riau.
Co-Authors Aan Eka Pranata Jaya, Aan Eka Pranata Abdul Hakim Adi Kurniawan Aditya, Farhan Qashidi Affandi, Abdi Rachmad Agung Budi Cahyono Akbar Kurniawan Al-Azhar, Muhammad Ilham Fahmi Anjasmara , Ira Mutiara Ariani, Reni Arisudhana, Dicky Ariyani S, Dian Asroni, Asroni Azzumardi , Ilham Alfin Baary , Ery Abdul Barata, Fausta Ari Budi Doyo, Budi Budisusanto , Yanto Cahya, Doni Muslim Chuang, Long-Ren Dhias Fajar Widya Permana Edhie Budi Setiawan, Eduard Alfian Syamsya Sijabat, Dian Artanti Arubusman, Eko Yuli Handoko Faisal, Nazib Fajar Awang Irawan Filaili , Ragfinsa Budiaski Genena, Rhaisang Al Iman Taufiqul Hakim Hillman, Ben Proyogo I Made Dwifa Satya Nugraha, I Made Dwifa Satya Indah Rahayu Lestari Iswati, Heni Khomsin Khomsin, Khomsin Kurniawan, Dedy Lailatul Qhomariyah, Lailatul Laksmiwati, Mia Marsasi, Bina Martono, Dwi Budi Moh Gema Perkasa Drakel, Moh Gema Perkasa Mulyono, Yulita Eka Rana Murtadlo, Mohammad Luay Nurjannah Nurjannah Pebriadi , Ali Permadi , Kukuh Danu Pratomo, Danar Guruh Pribadi , Cherie Bhekti Puspita, Ruri Putu Angga Bujana, Putu Angga Qur'andini, Dalinur Rahman , Alfian Sukri Rahmayunita, Deasy Rosyida Rakhmatsyah, Benyamin Rinny Meidiyustiani Rizal Sanif Rudianto, Roedy Rustham Basyar, Rustham Saleh, Agustria Z Salni Sastradinata, Irawan Sidad, Balya Farras Sindi Mandasari, Sindi Su'udi, Firdaus Amirullah Subarsyah Subarsyah Sugeng Priyanto, Sugeng Sulaiha, Fiamanati Supadiningsih, Chatarina Nurjati Surono, Bambang Sutaryono Triwani Triwani Tulloh, M. Ubayu Rizqi Rohmat Udiana Wahyu Deviantari, Udiana Wahyu Umam, Syukron Khotibul Wahyudi, Tri Cahyo Wibowo, Aufa Khoironi Tuba Yen Yen Ari Indrawijaya