Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

Unlocking Mangrove Potential: Sustainable Crab Fisheries in Selindung Sub-watershed, Bangka Island – Indonesia Adibrata, Sudirman; Wahidin, La Ode; Franto, Franto; Komarullah, Umam; Perangin-angin, Robet; Simanjuntak, Hengki; Aisyah, Liastiana
Coastal and Marine Journal Vol. 2 No. 2 (2024)
Publisher : Yayasan Serumpun Karang Konservasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61548/cmj.v2i2.36

Abstract

The identification of mangroves thriving around river estuaries is essential for managing natural resource potential in the Selindung Sub-Watershed. This study evaluates the mangrove resource potential and the livelihoods of crab trap fishermen in the Selindung Sub-Watershed, part of the Baturusa Watershed. Conducted from June to November 2024 in Pagarawan Village, Merawang District, Bangka Regency, this research employed a mixed-method approach, integrating qualitative and quantitative analyses, to identify mangrove species and assess the mangrove crab (Scylla spp.) fishery. The results revealed significant natural resource potential in the Selindung Sub-Watershed, encompassing 349 hectares of mangrove forests with dense canopy cover (≥80%), classified as high-quality habitat. Ten mangrove species were identified, including dominant taxa such as Bruguiera gymnorrhiza, Rhizophora mucronata, and Sonneratia alba. The mangrove crab fishery represents a vital livelihood for local fishermen, who supply their catch to Fish Farming Groups (Pokdakan) for fattening purposes. The sustainability of this fishery is closely tied to the health of the mangrove ecosystem. To ensure the long-term preservation of mangroves and their associated resources, sustainable management policies are required, supported by adequate budget allocation, law enforcement, capacity building, equitable supply chain advocacy, stakeholder engagement, and community education. These measures are critical for fostering ecosystem resilience while supporting the socio-economic well-being of local communities.
Inisiasi Usaha Agromaritim dengan Penggemukan Kepiting Bakau (Scylla Sp) dan Budidaya Tanaman Buah Adibrata, Sudirman; Wahidin, La Ode; Guskarnali, Guskarnali
Abdimas Galuh Vol 7, No 1 (2025): Maret 2025
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/ag.v7i1.16961

Abstract

Pemberdayaan kelompok pembudidaya ikan melalui penggemukkan kepiting bakau (Scylla sp.) dan budidaya pepaya California (Carica papaya L.) di Sub-DAS Selindung berpotensi dapat meningkatkan kesejahteraan pembudidaya. Kegiatan ini bertujuan untuk menginisiasi usaha agromaritim melalui penggemukkan kepiting bakau dan budidaya tanaman buah pepaya California yang berkelanjutan. Kegiatan ini dimulai bulan Juni hingga November 2024, bertempat di Kelompok Pembudidaya Ikan Kulong Kelat Sukses (Pokdakan KKS) Desa Pagarawan, Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka. Kegiatan ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif termasuk sosialisasi dan diseminasi. Hasil menunjukkan bahwa degradasi ekosistem mangrove dapat menurunkan populasi kepiting bakau sehingga dibutuhkan upaya pengelolaan agar eksploitasinya menjadi terkendali. Inisiasi usaha agromaritim memberikan keuntungan yaitu adanya peluang pasar terhadap ukuran kepiting bakau yang belum layak jual untuk digemukkan oleh pokdakan. Teknologi probiotik Probio_FmUBB terbukti efektif dalam meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan usaha budidaya kepiting bakau dan budidaya pepaya California. Beberapa tantangan pemberdayaan diantaranya perubahan iklim, fluktuasi pakan ikan rucah, ketersediaan bibit kepiting bakau, kualitas air, dan kualitas tanah. Kepiting bakau yang gemuk akan mengalami molting sehingga ukurannya menjadi lebih besar. Sub-DAS Selindung mempunyai potensi yang besar untuk pengembangan ke arah penangkapan dan budidaya kepiting bakau. Pendampingan yang dilakukan UBB memberi contoh inisiasi dan inovasi penanaman bibit pepaya California di media tanah langsung dan di planterbag. Kondisi cuaca yang panas ekstrim sangat mempengaruhi pertumbuhan pohon pepaya sehingga membutuhkan pemeliharaan intensif untuk menghasilkan buah yang baik. Implementasi konsep agromaritim melalui kegiatan sosialisasi, edukasi, dan diseminasi dapat meningkatkan nilai tambah ekonomi dalam pengelolaan sumberdaya secara berkelanjutan di Sub DAS Selindung.
POTENSI SOLUSI DAN PELUANG IMPLEMENTASI KONSEP AGROMARITIM MELALUI PENGGEMUKKAN KOMODITAS KEPITING BAKAU (SCYLLA SP.) DI SUB-DAERAH ALIRAN SUNGAI SELINDUNG BANGKA BELITUNG Adibrata, Sudirman; Wahidin, La Ode; Astuti, Rufti Puji
Jurnal Abdi Insani Vol 12 No 2 (2025): Jurnal Abdi Insani
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/abdiinsani.v12i2.2265

Abstract

Pemberdayaan kelompok pembudidaya ikan melalui penggemukkan kepiting bakau (Scylla sp.) di Sub-DAS Selindung berpotensi dapat meningkatkan kesejahteraan pembudidaya. Oleh karena itu, diperlukan implementasi budidaya kepiting bakau berupa penggemukkan. Hal ini dapat menjadi mata rantai dari nelayan penangkap kepiting bakau, dengan rantai pasok perantara yaitu Pokdakan Kulong Kelat Sukses untuk menuju ke konsumen. Kegiatan ini bertujuan untuk mengimplementasikan konsep agromaritim melalui penggemukkan kepiting bakau yang berkelanjutan. Kegiatan ini dimulai bulan Juni hingga November 2024, bertempat di Kelompok Pembudidaya Ikan Kulong Kelat Sukses (Pokdakan KKS) Desa Pagarawan, Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kegiatan ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif termasuk diseminasi dan implementasi penggemukkan komoditi kepiting bakau. Hasil menunjukkan bahwa implementasi konsep agromaritim dapat dilakukan melalui budidaya pepaya California dan penggemukkan kepiting bakau dibantu suplemen teknologi probiotik “Probio_FmUBB”. Penggunaan suplemen probiotik terbukti efektif dalam efisiensi pakan, pertumbuhan kepiting, dan hasil produksi kepiting bakau organik, serta dapat menjadi bagian integral dari implementasi konsep agromaritim. Probiotik ini dicampurkan pada pakan ikan selanjutnya diberikan ke bibit kepiting bakau di kolam. Bibit kepiting bakau ukuran 8 – 10 ekor/kg berasal dari nelayan bubu kepiting terdekat di Desa Pagarawan. Pengukuran kualitas air yang penting terutama adalah DO, pH, suhu, nitrat, fosfat dan amonia. Penggemukkan kepiting selama 2 bulan mencapai ukuran 4 – 5 ekor/kg dan dipanen secara bertahap. Penerapan suplemen teknologi probiotik perlu terus disosialisasikan dan didukung melalui program-program pemerintah yang fokus pada pengembangan sektor perikanan dan maritim. Implementasi konsep agromaritim dapat menjadi solusi model pemberdayaan yang berkelanjutan khususnya di Sub-DAS Selindung.
PENERAPAN PROBIOTIK DAN TEKNOLOGI IOT UNTUK PEMBERDAYAAN KELOMPOK PEMBUDIDAYA BERBASIS AGROMARITIM DI POKDAKAN MINA BERKAH MANDIRI, PULAU BANGKA Wahidin, La Ode; Gustomi, Andi; Astuti, Rufti Puji
Jurnal Abdi Insani Vol 12 No 4 (2025): Jurnal Abdi Insani
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/abdiinsani.v12i4.2384

Abstract

Indonesia memiliki potensi besar di sektor perikanan dan pertanian, terutama melalui pendekatan agromaritim yang mengintegrasikan kedua sektor tersebut. Namun, pembudidaya ikan skala kecil menghadapi tantangan seperti keterbatasan akses terhadap teknologi dan manajemen pasar. Program pengabdian masyarakat ini bertujuan mengimplementasikan probiotik Probio_FmUBB dan teknologi IoT dalam budidaya lele di Pokdakan Mina Berkah Mandiri, Desa Balunijuk. Dengan mengintegrasikan inovasi dalam akuakultur, program ini meningkatkan produktivitas, diversifikasi pendapatan, dan keberlanjutan, serta mendukung indikator kinerja perguruan tinggi. Kegiatan ini bertujuan memberdayakan Pokdakan Mina Berkah Mandiri, Desa Balunijuk, Pulau Bangka, melalui penerapan probiotik Probio_FmUBB dan teknologi Internet of Things (IoT) untuk meningkatkan efisiensi budidaya ikan lele berbasis agromaritim. Latar belakang kegiatan adalah tantangan pembudidaya ikan skala kecil dalam mengakses teknologi dan mengelola usaha secara optimal, sehingga diperlukan solusi berbasis teknologi modern. Metode pelaksanaan kegiatan meliputi sosialisasi, pelatihan, dan pendampingan partisipatif yang berfokus pada pengenalan probiotik serta instalasi dan penggunaan alat IoT untuk pemantauan kualitas air. Hasil menunjukkan peningkatan kapasitas mitra dalam mengelola budidaya, dengan adanya efisiensi pakan dan pengendalian parameter air seperti suhu dan pH menjadi lebih efektif melalui sistem IoT. Selain itu, probiotik Probio_FmUBB mendukung pertumbuhan ikan yang optimal dan mengurangi biaya operasional. Kesimpulannya, penerapan probiotik dan teknologi IoT berhasil meningkatkan produktivitas, keberlanjutan usaha, dan memberdayakan masyarakat lokal dengan pendekatan berbasis teknologi yang dapat direplikasi.
KAJIAN SOSIAL EKONOMI BUDAYA MASYARAKAT PESISIR DI PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Bidayani, Endang; Wahidin, La Ode; Priyambada, Agung; Umroh, Umroh; Akhriyanti, Irma; Syari, Indra Ambalika; Gustomi, Andi; Arizona, Mohammad Oka; Batubara, Geothani Harapan Putera; Pamungkas, Aditya; Astrida, Nikki; Bayyan, Muhammad Miftahul; Anggoro, Aji Wahyu
Jurnal Perikanan Unram Vol 15 No 4 (2025): JURNAL PERIKANAN
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jp.v15i4.1583

Abstract

Wilayah pesisir di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki biodiversitas mangrove tinggi dengan luas 67.386 Ha. Tujuan penelitian adalah mengkaji sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat di pesisir Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Metode penelitian ini adalah survei. Pengumpulan data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara mendalam (indepth interview) kepada informan yang berjumlah 129 orang dari 13 desa pesisir yang ditentukan secara purposive di Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Pengumpulan data primer menggunakan alat bantu kuesioner, observasi dan dokumentasi. Data sekunder diperoleh dari kantor desa dan dinas tekait. Hasil penelitian, kondisi sosial masyarakat meliputi sumber listrik PLN, sumber air utama masyarakat adalah air sumur, jalur transportasi adalah transportasi darat, fasilitas umum meliputi masjid, mushola, lapangan bola, lapangan volley, perpustakaan desa dan tower sinyal utamanya Telkomsel dan Indosat. Agama yang dianut mayoritas masyarakat adalah Islam. Jenis pekerjaan masyarakat desa pesisir yang terdata terdiri dari tenaga pendidik, tenaga medis, bidan, pedagang, nelayan, wiraswasta, pengangguran dan lainnya. Kondisi ekonomi meliputi PDRB kabupaten/kota, yakni nilai PDRB tertinggi di Kabupaten Bangka tahun 2023 sebesar Rp 11.756.196 juta dan terendah di Kabupaten Belitung Timur sebesar Rp 6.211.049 juta. Kearifan lokal atau kebudayaan di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung diantaranya: Maulid, Ruahan, Isra miraj, nisfu syaban, Satu Muharram, Rebo kasan, Peh Cun dan Perang Ketupat. Persepsi masyarakat terhadap keberadaan hutan mangrove dan tambang inkonvensional di wilayah pesisir pada kategori Baik, sedangan partisipasi masyarakat terhadap rehabilitasi/ perlindungan mangrove dan Preferensi masyarakat pesisir terkait perekonomian yang ingin dikembangkan pada kategori Sedang. Preferensi perekonomian yang ingin dikembangkan adalah budidaya ikan, udang dan kepiting, pengolahan ikan seperti kemplang dan terasi, kerajinan nipah dan wisata mangrove.
ECONOMIC VALUATION OF THE DIRECT BENEFITS OF CAPTURE FISHERIES AND THE CONTRIBUTION OF MANGROVES FOR FISHERMEN OF BATU ITAM VILLAGE, BELITUNG Yolanda, Yolanda; Umroh, Umroh; Wahidin, La Ode
Jurnal Perikanan Unram Vol 15 No 4 (2025): JURNAL PERIKANAN
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jp.v15i4.1632

Abstract

Pesisir Desa Batu Itam memiliki potensi sumber daya alam dan jasa lingkungan serta memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi di wilayah pesisirnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat ekonomi langsung perikanan tangkap di ekosistem mangrove, mengetahui kontribusi nilai ekonomi langsung ekosistem mangrove terhadap pendapatan rumah tangga di Desa Batu Itam. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2024. Penentuan responden dalam penelitian ini menggunakan metode snowball sampling dan sensus. Responden dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu nelayan mangrove yang berjumlah 27 responden yang ditentukan dengan metode sensus dan nelayan umum yang berjumlah 20 responden yang ditentukan dengan rumus slovin. Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer (wawancara responden) dan data sekunder (studi pustaka). Pengukuran luasan mangrove dalam penelitian ini berbasis spasial dengan menggunakan data satelit sentinel-2A. Hasil yang diperoleh yaitu nilai ekonomi langsung ekosistem mangrove di Desa Batu Itam sebesar Rp. 1.376.670.000/tahun dengan rata-rata Rp. 275.334.000/tahun, hal ini dapat terbentuk karena didukung oleh luas ekosistem mangrove sebesar 205,13 Ha. Nilai manfaat langsung dari ikan memberikan nilai manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan nilai manfaat langsung dari cumi-cumi, kepiting, udang, dan kerang. Kontribusi pendapatan dari ekosistem mangrove terhadap total pendapatan rumah tangga nelayan di Desa Batu Itam sebesar 74%.
Suitability of Coral Reef Rehabilitation Sites in the Waters of Tanjung Siangau, West Bangka Regency Adi, Wahyu; Adibrata, Sudirman; Komarullah, Umam; Dedi, Dedi; Wahidin, La Ode; Zulfakar, Zulfakar; Rachmana, Tyo
Coastal and Marine Journal Vol. 3 No. 1 (2025)
Publisher : Yayasan Serumpun Karang Konservasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61548/cmj.v3i1.53

Abstract

Land clearing for mining operations can potentially cause severe damage to coastal and marine environments. Restoration of post-mining areas can be addressed through closure and recovery efforts, particularly via coral reef rehabilitation. This study aims to determine site suitability for coral reef rehabilitation or marine reclamation in the waters of Tanjung Siangau. Conducted in August 2023, the study used a multi-parameter map overlay method to produce a suitability map for reef rehabilitation. Parameters considered include bathymetry, turbidity, current velocity, wave conditions, substrate type, reef exposure, protection status, proximity to coral donor sources, community involvement, and marine spatial zoning. Findings indicate that areas damaged by coastal and marine activities require reclamation, including coral rehabilitation. Reclamation of post-mining lands must adhere to Indonesian Law No. 3 of 2020 and the Mineral and Energy Resource Ministerial Regulation No. 26 of 2018. Overlay results revealed the highest suitability score in the southern waters of Tanjung Siangau, an area categorized as moderately damaged coral cover (<50%). Local community reports indicate that this area is not mined due to the absence of tin deposits. The recommended site for coral reef rehabilitation lies outside of any licensed mining concession and is situated within an Underwater Tourism Zone in accordance with the Coastal and Small Islands Zoning Plan (RZWP3K).
PREFERENSI MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENGEMBANGAN PERIKANAN BUDIDAYA DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Bidayani, Endang; Wahidin, La Ode; Priyambada, Agung; Umroh, Umroh; Akhriyanti, Irma; Syari, Indra Ambalika; Gustomi, Andi; Arizona, Muhammad Oka; Batubara, Geothani Harapan Putera; Pamungkas, Aditya
Journal of Aquatropica Asia Vol 10 No 1 (2025): Journal of Aquatropica Asia
Publisher : Program Studi Akuakultur, Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33019/1dh25566

Abstract

Masyarakat pesisir di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagian besar menggantungkan hidupnya dengan menangkap ikan di kawasan hutan mangrove sebagai nelayan tradisional. Wilayah pesisir di provinsi ini memiliki biodiversitas mangrove tinggi dengan luas 67.386 Ha. Keberlanjutan usaha nelayan tradisional sangat bergantung pada hasil tangkapan alam. Tantangannya adalah musim paceklik, pendapatan nelayan menurun drastis. Oleh karena itu diperlukan program pemberdayaan melalui pengembangan perikanan budidaya. Tujuan penelitian adalah mengkaji preferensi masyarakat pesisir terhadap pengembangan perikanan budidaya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Metode penelitian ini adalah survei yaitu mengumpulkan informasi dari kelompok masyarakat yang mewakili populasi. Pengumpulan data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari kuesioner dan wawancara mendalam (indepth interview) kepada informan yang berjumlah 129 orang dari 13 desa pesisir yang ditentukan secara purposive di Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Pengumpulan data primer menggunakan alat bantu kuesioner, observasi dan dokumentasi. Data sekunder diperoleh dari kantor desa dan dinas tekait, seperti BPS. Hasil penelitian, preferensi masyarakat pesisir terhadap pengembangan perikanan budidaya pada kategori Baik, meliputi budidaya ikan, udang dan kepiting. Sedangkan pengembangan ekonomi lainnya yang ingin dikembangkan adalah pengolahan ikan seperti kemplang dan terasi, kerajinan nipah dan wisata mangrove.
Tradisi “Ngayah” pada Masyarakat Bali: Nilai-nilai Keberagaman dan Keberlanjutan Budaya di Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara Hasan, Hasni; Daus, Rahman; Sevita, Putu; Fauzi, Ahmad Rizky; Wahidin, La Ode
Tambo: Journal of Manuscript and Oral Tradition Vol. 3 No. 1 (2025): Tambo
Publisher : Pusat Riset Manuskrip, Literatur, dan Tradisi Lisan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55981/tambo.2025.11326

Abstract

This paper aims to describe the values contained in the "ngayah" tradition in the Balinese Community in Landono District, South Konawe Regency, and to explain the strategies for its preservation and sustainability. The Ngayah tradition is a form of mutual cooperation and selfless devotion, has strong cultural roots in the traditions of the Balinese Community in Landono District. This paper uses a multidimensional approach to understand the social, cultural, and spiritual dimensions of the ngayah tradition. This tradition shows that the values contained in the ngayah tradition include tolerance in diversity, brotherhood, and spirituality. Ngayah functions as a medium to strengthen relationships between individuals, build solidarity across religions and cultures, and create a harmonious environment. The Ngayah tradition is an inspiration for other communities in maintaining diversity and preserving cultural traditions in the modern era. This paper is expected to provide insight and recommendations for the preservation of the sustainable Ngayah Tradition.
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR MELALUI PRODUK RENGGINING KEPITING BAKAU SINGKONG DALAM RANGKA HILIRISASI AGROMARITIM Adibrata, Sudirman; Syaputra, Denny; Wahidin, La ode
Jurnal Abdi Insani Vol 12 No 9 (2025): Jurnal Abdi Insani
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/abdiinsani.v12i9.2767

Abstract

The welfare of the fish farming group of Pagarawan Village, Bangka Regency, and their wives, can be increased by utilizing natural resources maximally. Pagarawan Village situated in Baturusa Watershed Selindung Sub-Watershed, has an extensive mangrove ecosystem which feature mangrove crab (Scylla sp.) opportunity. This program is a part of efforts to strengthen the capacity of coastal women in the downstream processing of agromaritime products such as mangrove crab and renggining that is made of cassava. Activity Start Date End Date from June to July 2025 at the Kulong Kelat Sukses Fish Farming Group (Pokdakan KKS) in Pagarawan Village, Sub-District of Merawang, District of Bangka, Province of Kepulauan Bangka Belitung. The method is participatory and applied based on strengthening the women members of fish farmers’ group with local potential as an active community of women involved in household economic activities. The result of the activity showed that the training on crab and cassava based renggining processing was comprehendible and managed to improve the technical capabilities of its members in the production process of crab and cassava based renggining, the packing of renggining, as well as the selling of the product. This empowerment has translated into a higher familial income and higher status of women in household financial matters. Beyond producing economic benefits, the use of mangrove crabs has an ecological advantage by controlling the total exploitation rate of small and large mangrove crabs in the mangrove ecosystem. It also encourages an entrepreneurial mindset and solidarity among members which could evolve into a women’s economic institution. The programʼs success requires strong community participation, sustainable technology and intensive academic training. This agromaritime downstream-based empowerment model has proven to be effective, sustainable, and replicable in other coastal areas with similar characteristics, provided it is supported by cross-sector collaboration and village empowerment programs. Overall, the program strengthens the local economy, enhances the role of women, and supports the conservation of coastal resources.