Risky sexual behavior is any form of vaginal or anal sexual activity with a sexual partner that makes individuals more vulnerable to contracting sexually transmitted infections (STIs), including HIV, unwanted pregnancy, violence, and abortion. Men are at high risk of contracting and transmitting STIs by not using protection during sex, having multiple sexual partners, and having sex with strangers, such as sex with sex workers. This study applies a qualitative phenomenological approach with in-depth interviews analyzed using interpretive phenomenological analysis (IPA), aiming to explore the meaning of the experiences of risky sexual perpetrators. The snowball sampling technique was applied to recruit eight participants with the following criteria: sexually active men aged 19-40 years and having sex at an early age. This study obtained key findings, namely the description, factors, and impact of risky sexual behavior in men indicated by HIV. The description of risky sexual behavior includes sex at an early age, inconsistent condom use, multiple sexual partners, and sex with strangers. Factors of risky sexual behavior include watching pornography, sensation seeking, addiction, sexual satisfaction, and self-esteem. The impact of risky sexual behavior includes contracting STIs and regret over previous behavior. The implications of this research are that safe and healthy sexual behavior can be a method for preventing sexually transmitted infections, unwanted pregnancies, and violence. The health status of sexual partners can be identified early, thus preventing further transmission.Perilaku seks berisiko merupakan segala bentuk aktivitas seksual vaginal atau anal bersama pasangan seks sehingga menempatkan individu menjadi lebih rentan terjangkit penyakit menular seksual termasuk HIV, kehamilan tidak diinginkan, melakukan kekerasan, dan aborsi. Pria berisiko tinggi tertular dan menularkan dengan tidak memakai pengaman saat melakukan seks, berganti-ganti pasangan seks, seks bersama orang asing seperti seks bersama pekerja seks. Studi ini menerapkan pendekatan kualitatif fenomenologi dengan wawancara mendalam yang dianalisis menggunakan interpretative phenomenological analysis (IPA), bertujuan menggali makna pengalaman dari pelaku seks berisiko. Teknik snowball sampling diterapkan untuk merekrut partisipan yang berjumlah delapan partisipan dengan kriteria; pria seks aktif 19 – 40 tahun dan melakukan seks di usia dini. Penelitian ini memperoleh temuan utama yaitu gambaran, faktor, dan dampak perilaku seks berisiko pria yang terindikasi HIV. Gambaran perilaku seks berisiko berupa seks di usia dini, inkonsisten pemakaian kondom, berganti – ganti pasangan seks, dan seks dengan orang asing. Faktor perilaku seks berisiko yaitu menonton tayangan porno, pencarian sensasi, ketagihan, kepuasan seksual, dan harga diri. Dampak perilaku seks berisiko seperti terjangkit penyakit menular seksual dan penyesalan atas perilaku terdahulu. Implikasi penelitian ini merupakan perilaku seks aman dan sehat sebagai metode pencegahan penyakit menular seksual, kehamilan tidak diinginkan, dan melakukan kekerasan. Status kesehatan pasangan seks dapat diketahui lebih dini sehingga dapat mencegah penularan lebih lanjut.