Claim Missing Document
Check
Articles

Menilai Pentingnya Analisis Pemangku Kepentingan dalam Pemanfaatan Agrowisata Pekarangan di Jawa Timur Indonesia Atang Trisnanto; Rinekso Soekmadi; Hadi Susilo Arifin; Bambang Pramudya Noorachmat
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental Management) Vol 13 No 4 (2023): Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (JPSL)
Publisher : Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, IPB (PPLH-IPB) dan Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, IPB (PS. PSL, SPs. IPB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jpsl.13.4.549-560

Abstract

Pengelolaan agrowisata pekarangan di Banyuwangi telah melibatkan pemangku kepentingan dari berbagai pihak. Namun stakeholder yang ada masih belum terkelola dengan baik dan belum ada aturan yang mengatur interaksi dan peran masing-masing stakeholder. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan dan menganalisis stakeholder yang terlibat dalam program agrowisata berbasis pekarangan di Kabupaten Banyuwangi. Beberapa metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah identifikasi pemangku kepentingan, klasifikasi pemangku kepentingan, dan hubungan antar pemangku kepentingan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemangku kepentingan yang terlibat terdiri dari tiga kelompok, yaitu: kelompok pemerintah daerah (dinas pariwisata, dinas pertanian, pemerintah desa), kelompok masyarakat (pokdarwis, kelompok tani, dan masyarakat), kelompok swasta (asosiasi pelaku wisata, dan pariwisata). /pelaku usaha swasta). Pemangku kepentingan yang termasuk dalam kuadran 1 (Pemain Kunci) adalah Dinas Pariwisata, Dinas Pertanian, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa dan Pemerintah Desa. Kuadran 2 (Subjek) terdiri dari kelompok tani dan masyarakat yang berada di sekitar kawasan wisata. Sedangkan kuadran 3 (Context Setter) terdiri dari asosiasi pelaku wisata dan pemilik usaha/swasta dan kuadran 4 (Crowd) adalah perguruan tinggi dan Bappeda. Hubungan antar kelompok pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengembangan agrowisata pekarangan di Banyuwangi dapat dilihat melalui kegiatan operasional di lapangan dan dokumen resmi yang mengatur hubungan tersebut. Hubungan antar pemangku kepentingan dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu: hubungan komunikasi, koordinasi dan kerjasama.
Vertical Garden Identification and Plant Species Diversity of Urban Green Space in Banda Aceh City, Indonesia Rizka Ora Aurora Yahya; Hadi Susilo Arifin; Perdinan Perdinan
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental Management) Vol 14 No 3 (2024): Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (JPSL)
Publisher : Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, IPB (PPLH-IPB) dan Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, IPB (PS. PSL, SPs. IPB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jpsl.14.3.534

Abstract

Tren berkebun non-horizontal yang disebut “taman vertikal” menerapkan pertumbuhan tanaman pada berbagai media dinding dan/atau permukaan vertikal lainnya. Di Kota Banda Aceh, inovasi penghijauan kota ini mulai menjadi tren karena mendongkrak estetika bangunan. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur jumlah vertical garden yang terdapat di Kota Banda Aceh dan mengkaji preferensi masyarakat terhadap desain dan ragam tanaman yang diaplikasikan pada taman vertikal tersebut. Penelitian ini dilakukan di 9 kecamatan di Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, Indonesia pada bulan Januari hingga September 2022. Metode penelitian meliputi survei eksploratif ke seluruh kota dengan cara mencatat dan mendokumentasikan taman vertikal di berbagai ruang publik, organisasi swasta dan publik, perumahan penduduk, hotel, tempat ibadah, berbagai bisnis kuliner dan kafetaria. Data preferensi taman dikumpulkan dan dianalisis menggunakan metodologi deskriptif, kemudian rumus Shannon-Wiener digunakan untuk menghitung indeks keanekaragaman spesies. Dari total 166 kebun yang terdokumentasi dan 150 sampel lokasi pengamatan taman vertikal ditemukan 66 jenis spesies tanaman yang diaplikasikan. Perumahan adalah lokasi yang paling sering mengaplikasikan taman vertikal. Ficus pumilla (dollar creeper) merupakan tanaman yang paling sering digunakan oleh masyarakat, dan fasad hijau merupakan desain taman yang paling umum diterapkan. Di sembilan kecamatan, indeks keanekaragaman tertinggi terdapat di Kecamatan Syiah Kuala dengan H' 2,9 dan indeks keanekaragaman terendah terdapat di Kecamatan Kuta Raja dengan H' 1,2. Berdasarkan fungsi tumbuhan: 44 jenis tumbuhan merupakan tanaman hias, 13 jenis tanaman berbunga, 7 jenis tanaman berbuah, dan 3 jenis tanaman herba.
Sustainable Scientific Tourism Development Planning Using Micmac-Mactor In Bogor City Wasissa Titi Ilhami; Hadi Susilo Arifin; Bambang Pramudya; Nandi Kosmaryandi
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental Management) Vol 14 No 4 (2024): Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (JPSL)
Publisher : Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, IPB (PPLH-IPB) dan Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, IPB (PS. PSL, SPs. IPB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jpsl.14.4.757

Abstract

Bogor merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki beragam potensi objek wisata ilmiah, seperti bangunan bersejarah, lembaga pendidikan, dan lembaga penelitian. Meskipun keberadaannya selalu dibutuhkan oleh berbagai pihak sebagai referensi pembelajaran, namun objek tersebut belum dikelola secara optimal dalam sebuah sistem yang terintegrasi, sehingga tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap kegiatan pariwisata di Kota Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis variabel apa saja yang mempengaruhi perencanaan pariwisata dan pola hubungan antar aktor untuk membangun strategi keberlanjutan wisata ilmiah di Kota Bogor. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Micmac dan Mactor. Hasil penelitian menunjukkan enam variabel penting untuk mengembangkan pariwisata ilmiah berkelanjutan di Kota Bogor, yaitu infrastruktur, sumber daya pariwisata, promosi, investasi, regulasi dan kebijakan, kemudian lembaga penelitian dan pendidikan. Sementara itu, Pemerintah, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Pertanian, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) merupakan lembaga/aktor penting dalam pengembangan wisata ilmiah berkelanjutan. Penelitian ini telah memberikan gambaran mengenai variabel kunci dan peran aktor yang paling berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan wisata ini di masa depan dan memberikan dasar bagi para pengambil kebijakan untuk menjadikannya sebagai prioritas dalam menyusun strategi pengembangan wisata ilmiah di Kota Bogor.
REKOMENDASI KEBIJAKAN UNTUK PENGEMBANGAN PEKARANGAN PRODUKTIF DAN BERKELANJUTAN Fadila, Aisyah Nur; Arifin, Hadi Susilo; Nurhayati, Nurhayati; Munandar, Aris
RISALAH KEBIJAKAN PERTANIAN DAN LINGKUNGAN Rumusan Kajian Strategis Bidang Pertanian dan Lingkungan Vol 11 No 2 (2024): Agustus
Publisher : Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (PSP3)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jkebijakan.v11i2.56940

Abstract

Potensi pekarangan Kota Metro berkontribusi pada ketahanan pangan, keberlanjutan lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat di era pasca pandemi Covid-19. Pekarangan Kota Metro memiliki beragam jenis tanaman yang memberikan banyak manfaat, termasuk sumber pangan segar dan sehat bagi rumah tangga. Studi ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepedulian terhadap pekarangan yang memiliki daya lentur dalam menyesuaikan diri dengan perubahan, sehingga mampu menerima, pulih, dan siap menghadapi segala bentuk gangguan yang mungkin terjadi di masa mendatang. Ukuran pekarangan umumnya ditemukan berukuran luas (417˗899 m2) dan tentunya berpotensi untuk dikembangkan sistem agroforestri kompleks. Rekomendasi kebijakan yang dapat dilakukan adalah 1) kampanye pendidikan sadar lingkungan, 2) pemberian insentif dan bantuan teknis, 3) integrasi pengelolaan pekarangan dalam pembangunan perkotaan, dan 4) sitem pemantauan dan evaluasi pekarangan. Perlu diperhatikan untuk mempertahankan jenis tanaman yang ditemukan pada 50% pekarangan, yaitu hias (Aglaonema commutatum Schott, Sansevieria trifasciata Prain, Dieffenbachia seguine (Jacq.) Schott, dan Adenium obesum (Forssk.) Roem. & Schult.), buah (Carica papaya L., Musa paradisiaca L., dan Persea americana Mill.), sayuran (Capsicum frutescens L. dan Allium fistulosum L.), dan penghasil pati (Manihot glaziovii Muell.Arg). Hal ini menunjukkan ketertarikan sebagian besar masyarakat pada tanaman tersebut dan didukung dengan lingkungan tumbuh yang sesuai.
REKOMENDASI STRATEGI PENGELOLAAN LANSKAP PUBLIK RUANG TERBUKA HIJAU DAN BIRU DI KOTA BOGOR Al Ayyubi, M Shalahuddin; Arifin, Hadi Susilo; Kaswanto, Regan Leonardus
RISALAH KEBIJAKAN PERTANIAN DAN LINGKUNGAN Rumusan Kajian Strategis Bidang Pertanian dan Lingkungan Vol 11 No 2 (2024): Agustus
Publisher : Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (PSP3)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jkebijakan.v11i2.57137

Abstract

Pandemi Covid-19 membatasi ruang gerak dan aktivitas masyarakat. Hal ini menimbulkan kejenuhan dan kebosanan karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial. Dalam situasi ini, ruang publik yang berupa ruang terbuka hijau dan ruang terbuka biru memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai sarana meningkatkan imunitas dan kesehatan masyarakat. Di masa pasca-pandemi, keberlanjutan dan ketersediaan ruang terbuka hijau publik menjadi semakin penting. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun strategi pengelolaan ruang terbuka hijau dan ruang terbuka biru sebagai lanskap publik di Kota Bogor. Metode yang digunakan meliputi survei lapangan dan Analytical Hierarchy Process. Hasil analisis menunjukkan fungsi utama ruang terbuka hijau publik adalah sebagai estetika lanskap, dengan pembagian wilayah untuk segmen atas berfokus pada fungsi produksi, sedangkan segmen tengah dan segmen bawah sebagai fungsi penyerap dan penyimpanan karbon. Strategi pengelolaan diarahkan pada wisata pertanian dan pengaturan iklim mikro perkotaan.
Analysis of Soil Fertility on Revegetated Land after Nickel Mining in Tanjung Buli, East Halmahera Drakel, Arman; Arifin, Hadi Susilo; Mansur, Irdika; Sundawati, Leti
Agrikan Jurnal Agribisnis Perikanan Vol. 14 No. 1 (2021): Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Maluku Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Soil fertility in land after nickel mining has a change in soil texture that changes both the profile color and the soil irregularity. Stable soil fertility can support plant growth. Damage to the physical properties of the soil due to the loss of the soil interest (solum) by the ongoing washing of the soil. This results in the loss of some cations in soil colloids, resulting in low acidity (pH) of the soil becoming acidic. Cation Exchange Capacity (CEC) as the amount of charge of cations absorbed by soil colloids at a certain pH. Another factor in the decline in CEC is the decreasing number of cation nutrients that can be exchanged. The relationship with reclaimed and revegetated land is influenced by climatic factors with rainfall intensity. Soil fertility on revegetated land with CEC value and C-organic content was very low. Such soil fertility conditions are found in the revegetated zone with large leaf acacia (A. mangium) vegetation; sengon (P. falcataria); ketapang (T. catappa) and waru (H. tiliaceus). Soils that have low soil nutrient content are characterized by low organic matter content, very low available P content, and low cation exchange capacity.
Analysis of Soil Fertility on Revegetated Land after Nickel Mining in Tanjung Buli, East Halmahera Drakel, Arman; Arifin, Hadi Susilo; Mansur, Irdika; Sundawati, Leti
Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan Vol 14, No 1 (2021)
Publisher : Sangia Research Media and Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29239/j.agrikan.14.1.125-134

Abstract

Soil fertility in land after nickel mining has a change in soil texture that changes both the profile color and the soil irregularity. Damage to the physical properties of the soil affects the soil nutrients needed by plants. Several physical and chemical properties of soil are influenced by texture including soil plasticity, soil permeability, ease of cultivation, lack of soil fertility and productivity. Stable soil fertility can support plant growth. Damage to the physical properties of the soil due to the loss of the soil interest (solum) by the ongoing washing of the soil. This results in the loss of some cations in soil colloids, resulting in low acidity (pH) of the soil becoming acidic. Cation Exchange Capacity (CEC) as the amount of charge of cations absorbed by soil colloids at a certain pH. Another factor in the decline in CEC is the decreasing number of cation nutrients that can be exchanged. The relationship with reclaimed and revegetated land is influenced by climatic factors with rainfall intensity. Soil fertility on revegetated land with CEC value and C-organic content was very low. Such soil fertility conditions are found in the revegetated zone with large leaf acacia (A. mangium) vegetation; sengon (P. falcataria); ketapang (T. catappa) and waru (H. tiliaceus). Soils that have low soil nutrient content are characterized by low organic matter content, very low available P content, and low cation exchange capacity.
Urban agriculture as ecosystem services provider: A review Fauzia, Assyifa; Frimawaty, Evi; Arifin, Hadi Susilo
Holistic: Journal of Tropical Agriculture Sciences Vol. 2 No. 1: (July) 2024
Publisher : Institute for Advanced Science, Social, and Sustainable Future

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61511/hjtas.v2i1.2024.785

Abstract

Background: Urban agriculture’s role in mitigating the urban environment deterioration as ecosystem services provider. Urban agriculture adds various functions to different landscape scales, providing numerous benefits if managed correctly. This paper aims to study the role of urban agriculture as ecosystem services provider in mitigating urban environment deterioration. Method: The method that will be used in this article is literature review from articles related to urban agriculture and ecosystem services from provisioning, regulating, services, and culture. The review is compiled from urban agriculture’s function as ecosystem services provider, such as biodiversity conservation, microclimate regulation, aesthetic function, and food production. Result: In essence, urban agriculture is a diverse and vital solution for cities, and it takes various forms, from private gardens to community plots, addressing challenges like limited public funding and promoting greening initiatives. Urban agriculture plays a key role in biodiversity conservation, contributing to enhanced environmental benefits and the preservation of local habitats. Another crucial role in regulating the complex dynamics of the urban microclimate, offering ecological benefits such as reduced Urban Heat Island effects, wind protection, and pollutant absorption. Beyond its ecological impact, urban agriculture adds aesthetic value to urban spaces, creating visually appealing landscapes and promoting cultural integration. Moreover, it serves as a multifaceted strategy for sustainable urban development, addressing food security, resilience, and well-being. Conclusion: Amidst challenges, such as the threat to urban biodiversity and the need for proper green space management, urban agriculture emerges as a holistic approach, contributing to the visual, cultural, and environmental fabric of cities. Novelty/Originality of this article: This study offers a new perspective on urban agriculture as a multifunctional solution to address urban environmental degradation. By integrating agriculture into the urban landscape, the study reveals the transformative potential for creating greener, more resilient and sustainable cities.
Strategi Mitigasi Urban Heat Island (UHI) di Kawasan Metropolitan Sari, Dyah Lukita; June, Tania; Hidayat, Rahmat; Perdinan; Hanggoro, Wido; Arifin, Hadi Susilo
Policy Brief Pertanian, Kelautan, dan Biosains Tropika Vol 6 No 2 (2024): Policy Brief Pertanian, Kelautan dan Biosains Tropika
Publisher : Direktorat Kajian Strategis dan Reputasi Akademik IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/agro-maritim.0602.838-843

Abstract

Kekhawatiran terhadap paparan suhu tinggi dalam jangka waktu lama yang dapat berdampak serius terhadap kesehatan manusia, produktivitas dan infrastruktur terjadi di banyak negara berkembang terutama yang terletak di wilayah tropis. Kawasan metropolitan menghadapi risiko tambahan akibat dampak UHI ini dikarenakan kondisi kepadatannya, dan desain pemukiman yang tidak terencana. Sementara itu, penduduknya kurang mempunyai kemampuan finansial untuk memitigasi dampak. Kemampuan untuk menghindari, mengelola dan membangun ketahanan terhadap dampak UHI di masa depan akan tergantung pada keputusan yang diambil saat ini. Policy brief ini menyoroti peluang-peluang utama untuk mitigasi UHI dalam bidang perencanaan kota, energi, dan penghijauan diantaranya dengan instalasi permukaan reflektif (cool roof, cool pavement, dan cool wall) serta infrastruktur hijau (green roof dan kanopi tanaman). Desain perkotaan dan investasi infrastruktur, kesenjangan sosial ekonomi, dan risiko perubahan iklim harus dikelola secara bersamaan. Tindakan yang diperlukan termasuk mereformasi standar bangunan, melakukan tinjauan kerentanan, dan berinvestasi pada infrastruktur yang dibangun untuk menahan serta meminimalkan paparan panas guna mewujudkan “cool city”, kota yang lebih sejuk.
Synergy of Environmental Education Programs at The Bodogol Nature Conservation Education Center, Complementing The Independent Curriculum at Junior High Schools Aprilia, Hapriza; Soekmadi, Rinekso; Arifin, Hadi Susilo
Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen (JABM) Vol. 10 No. 3 (2024): JABM, Vol. 10 No. 3, September 2024
Publisher : School of Business, Bogor Agricultural University (SB-IPB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17358/jabm.10.3.757

Abstract

Background: The global environmental crisis needs fundamental changes in people's attitudes and behaviors towards sustainability. The Bodogol Nature Conservation Education Center (PPKAB) in Gunung Gede Pangrango National Park has significant potential to support environmental education but remains underutilized due to a lack of integration with school curricula. The research problem is that PPKAB’s programs are not fully integrated, leading to suboptimal use and stagnant development. Purpose: This study aims to develop a synergy between PPKAB’s environmental education programs and the Independent Curriculum for junior high schools. Design/Methodology: The Study is a quantitative and descriptive qualitative. Utilizing the Analysis of Operational Areas and Natural Tourism Objects and Attractions (ADO-ODTWA) method, and involving ten including academics, business, community, government and media, the study assessed the feasibility and developed a synergy matrix. Findings/Result: The findings indicated a feasibility score of 76,3%, suggesting suitability for developing educational programs. The research recommends developing two environmental education synergy programs, namely School Visit Synergy and School Visits, to complement the independent curriculum at junior high school (SMP). Conclusion: As a conclusion, it is highly advised integrating PPKAB’s programs with school curricula to improve environmental education quality at the junior high level. This research produced significant results in environmental education.Originality/Value (State of the art): The added value of this research is that it emphasizes the business potential of ecotourism in supporting local economies and conservation efforts through strategic partnerships and innovative program development. Keywords: ecotourism, environmental education, independent curriculum, program synergy, the bodogol nature conservation education center
Co-Authors , Sudradjat . Nurhayati Ahyar Ismail Al Ayyubi, M Shalahuddin Alfred A Antoh Alfred Jansen Sutrisno Ali, Muhammad Saddam Amarizni Mosyaftiani Amarizni Mosyaftiani Andry Indrawan Anggi Pangestu Annisaa Farah Fitriana Aprilia, Hapriza Arief Nugroho Nur Prasetyo Arief Sabdo Yuwono Arief Sabdo Yuwono Aris Munandar Arkham HS Arman Drakel Arman Drakel, Arman Asnath Maria Fuah, Asnath Maria Astrini Widiyanti Atang Trisnanto Atang Trisnanto Azka Lathifah Zahratu Azra Bambang Hero Saharjo Bambang Pramudya Bambang Pramudya Bambang Pramudya Noorachmat, Bambang Pramudya Basuki Wasis Budi Indra Setiawan Cecep Kusmana Darkono Tjawikrama Dwi Retno Hapsari, Dwi Retno Dyah Lukita Sari, Dyah Lukita Dyah Retno Panuju Edrian Junarsa Eka Intan Kumala Putri Endes N. Dahlan Endes N. Dahlan Eriyatno . Erlinda Faradilla Erliza Noor Erni Yuniarti Ersyad Perdana Perdana Etty Riani Evi Frimawaty Fadila, Aisyah Nur Fariz Harindra Syam Fatimah Ahmad Fatimah Ahmad Fauzia, Assyifa Fazali, Muhamad Fahad Al Febrian Miandy Fitriyati, Novia Fittria Ulfah I Gusti Agung Ayu Rai Asmiwyati I Wayan Susi Dharmawan Ida Ayu Putu Sri Widnyani Indarti Komala Dewi, Indarti Komala Irdika Mansur Ismayadi Samsoedin Kholil Kholil Kiki Yulia Laeli Fadloli Leti Sundawati Lili Dahliani M. A. Chozin MADE ASTAWAN Marimin Marimin Marinus Kristiadi Harun Mayda Susana Meiske Widyarti Meiske Widyarti Melana Effendi Meti Ekayani Mieske Widyarti Mirza Shahreza Muaz Haris Muhammad Haekal Syawie Muhammad Ramdhan Muhammad Yanuar Purwanto Muji Listyo Widodo Mustofa Nafidzah Qisthina Nana Mulyana Arifjaya Nandi Kosmaryandi Ni Made Santi Nofi Yendri Sudiar Nur Hidayat Nurfaida Nurfaida Nurhayati Nurhayati Nurhayati Arifin Nurhayati H.S. Arifin Nurhayati HS Arifin Nurhayati Nurhayati Nurhayati Nurhayati P. Perdinan Pipin Noviati Sadikin Pipin Noviati Sadikin Rachman kurniawan Rahmad Fauzi Rahmat Hidayat Rahmatika, Aghnina Ray March Syahadat Regan Leonardus Kaswanto Rinekso Soekmadi Rizka Ora Aurora Yahya Salundik Santun R.P. Sitorus Septian, Dwi Ekky Sobri Effendy Sobry Effendy Sofyan Hadi Lubis Sri Mulatsih Sulistyo Ariebowo Djajusman Supartini, Novi Supriyanto Supriyanto Suria Darma T Surjono H sutjahjo Syaiful Anwar Syartinilia . Tania June Titim Rahmawati Wahyu Catur Adinugroho Wahyu, Khairunnisa Wizdjanul Wasissa Titi Ilhami Wido Hanggoro Wonny Ahmad Ridwan Yadi Setiadi Yonny Koesmaryono Yuli Suharnoto Yulia Dwi Kurniasari Yulius Budi Prastiyo Yulius Hero