Claim Missing Document
Check
Articles

Dermatitis Suppurative Mengikuti Infeksi Tungau Demodeks dan Sarcoptes pada Anjing Kampung di Jalanan Kota Denpasar Ida Bagus Oka Winaya; Ida Bagus Windia Adnyana; I Ketut Berata; Ida Ayu Pasti Apsari
Jurnal Veteriner Vol 23 No 3 (2022)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/jveteriner.2022.23.3.328

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab dermatitis dan kerontokan rambut pada anjing jalanan di Kota Denpasar. Dilakukan pencatatan terhadap identitas 75 ekor anjing yang meliputi umur, ras, tipe rambut dan lokasi lesi pada permukaan tubuh. Sampel biopsi kulit dengan ukuran 6 mm diambil dari lesi kulit yang paling parah dengan tanda klinis hiperemia, gatal, adanya krusta, bersisik/scaling, kebotakan/alopecia. Pengambilan sampel biopsi dilakukan dengan terlebih dulu memberikan injeksi anestetik lokal dan dilanjutkan dengan pemberian spraying antiseptik setelah pengangkatan jaringan biopsi. Sampel jaringan kulit kemudian difiksasi dalam larutan neutral buffered formalin 10%. Setelah 24-48 jam dalam cairan NBF jaringan diembedding dalam blok paraffin dengan metode standar. Sedian dengan ketebalan 5 mikron selanjutnya diwarnai dengan hematoksilin-eosin (HE). Pemeriksaan histopatologi terhadap tujuh ekor anjing penderita dermatitis dan kerontokan rambut umur di bawah satu tahun ditemukan kumpulan tungau demodek di beberapa folikel bulu. Eksudat radang netrofil dan eritrosit juga ditemukan pada permukaan epidermis yang nekrosis. Pada pemeriksaan terhadap 26 ekor anjing penderita dermatitis dan kerontokan bulu umur di atas satu tahun ditemukan 24 ekor anjing murni terinfeksi tungau demodeks dan dua ekor terinfeksi tungau demodeks dan sarcoptes. Ditemukan juga adanya larva tungau demodeks di luar folikel rambut. Larva tungau perifolikel terlihat dikelilingi oleh netrofil pada area dermis nekrosis, sedangkan pada anjing yang terinfeksi oleh dua jenis tungau hanya ditemukan respons radang ringan di sekitar folikel rambut.
Histopatologi Hati Tikus yang Terpapar Logam Berat Timbal Elisabeth Karina; I Ketut Berata; Ni Luh Eka Setiasih
Buletin Veteriner Udayana Vol. 15 No. 1 February 2023
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/bulvet.2023.v01.i01.p01

Abstract

Timbal merupakan salah satu bahan pencemar udara yang sangat berbahaya. Toksisitas logam berat Pb dapat menimbulkan dampak yang berat, salah satunya pada organ hati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui histopatologi hati pada tikus yang terpapar logam berat timbal dengan dosis yang berbeda. Penelitian ini menggunakan tikus putih jantan dengan strain Wistar, umur 2 bulan dan berat badan 250-300 g. Tikus yang digunakan 20 ekor dibagi atas empat kelompok perlakuan yaitu kontrol (P0), Pb asetat 0,5 ppm (P1), Pb asetat 1,0 ppm (P2), dan Pb asetat 2,0 ppm (P3) selama 30 hari. Pada hari ke 31 dilakukan nekropsi lalu organ hati diambil dan dimasukkan ke dalam netral buffer formalin 10%. Setelah organ hati difiksasi, dilakukan pembuatan preparat histopatologi menggunakan pewarnaan Hematoksilin dan Eosin. Pemeriksaan histopatologi dilakukan meliputi tiga variabel lesi yaitu kongesti, degenerasi melemak, dan nekrosis. Tingkat keparahan lesi tersebut dibuat skoring yaitu 0, 1, 2 dan 3 masing-masing apabila normal, lesi ringan, sedang dan berat. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan uji non parametik Kruskal-Wallis dan Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian logam timbal dengan kandungan 0,5 ppm, 1,0 ppm, dan 2,0 ppm menyebabkan lesi histopatologi hati tikus berupa kongesti dan nekrosis yang signifikan dibandingkan kontrol, kecuali lesi degenerasi melemak.
Histopatologi Ginjal Tikus yang Terpapar Logam Berat Timbal Kevin Dominika; I Ketut Berata; Ni Luh Eka Setiasih
Buletin Veteriner Udayana Vol. 15 No. 1 February 2023
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/bulvet.2023.v01.i01.p06

Abstract

Lead is a non-essential heavy metal which is toxic to kidney, carcinogenic, and teratogenic if get inside animal or even human’s body. The research aims to determine the histopatologic view of rat’s kidney which was exposed to lead with different doses. The research uses 20 of 2 months old Wistar strain white rat with 250-300 g body weight. The research uses completely randomized design with 4 treatments, which is control (P0), 0.5 ppm lead acetate (P1), 1.0 ppm lead acetate (P2), and 2.0 lead acetate (P3). Treatment were given daily for 30 days and on day 31 euthanation and necropsy was performed then the kidney tissue was removed and put into 10% neutral buffer formalin. Then histopathologic preparation with hematoxilyn eosin stain was made. Kidney histopathology changes that were examined were bleeding, necrosis, and inflammation. Severity of the lesion was made into scoring wiith mild category of it was focal, moderate if it was multifocal, and severy if it was diffuse. The Kruskal-Wallis test of the histopathologic examination result of rat’s kidney which was exposed to lead acetate shows a significant bleeding, necrosis and even nephritis (inflammation) lesion compared to without the exposure to lead acetate (control). The Mann-Whitney test shows a significant result which varies between bleeding, necrosis, even nephritis (inflammation) lesion. with a It can be concluded that the administration of lead acetate with the dose of 0.5 ppm, 1.0 ppm, even 2.0 ppm can cause bleeding, necrosis even nephritis compared to control and the administration of 2.0 ppm dose shows the most severe lesions. There needs to be a continued research regarding the effects of lead with higher doses.
Pengaruh Ekstrak Kayu Secang Terhadap Gambaran Hispatologi Jantung Mencit Jantan Pasca Paparan Asap Rokok Konvensional Franky Samuel Milenyano Chandra; I Ketut Berata; I Made Merdana
Buletin Veteriner Udayana Vol. 15 No. 4 August 2023
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/bulvet.2023.v15.i04.p20

Abstract

Exposure to cigarette smoke can increase the risk of coronary heart disease due to the free radicals generated. One of the plants in Indonesia that contains antioxidants is sappan wood. The purpose of this study was to determine the effect of giving secang wood extract (Caesalpinia sappan Linn) on the histopathological picture of male mice (Mus musculus) after exposure to conventional cigarette smoke. This study used 24 samples of adult male mice aged 35-45 days with body weight between 30-35 grams obtained from a mouse farm in Gianyar, Bali. The sample was divided into 4 treatments with 6 replications, namely negative control without sappan extract treatment and exposure to cigarette smoke, positive control with 2 cigarette smoke exposure a day, 2 cigarette smoke exposure a day and 30 mg/head dose of sappan wood extract. and the treatment was exposed to cigarette smoke as much as 2 cigarettes a day and administration of sappan wood extract at a dose of 60 mg/head, for 30 days. On the 31st day, the experimental animals were sacrificed to take heart muscle and processed into histopathological preparations. The examination was carried out based on the presence of congestion and inflammation lesions. The severity of the lesions was scored as mild, moderate and severe. Observational data were analyzed using the Kruskal-Wallis non-parametric statistical test and continued with the Mann-Whitney test if there was a significant difference. The results showed that there was a significant difference (p<0.05) between mice exposed to cigarette smoke and mice given sappan wood extract after exposure to cigarette smoke. It can be concluded that the administration of sappan wood extract at a dose of 30mg/mouse and 60mg/mouse can improve the heart lesions of male mice after exposure to conventional cigarette smoke. Further research is needed on the use of sappan wood extract with different doses in order to obtain more comprehensive results in treating heart damage after exposure to cigarette smoke.
ASPEK PATOLOGIS INFEKSI PARVOVIRUS PADA ANAK ANJING DI KOTA DENPASAR Ida Bagus Oka Winaya; I Ketut Berata; AAA Mirah Adi; I Made Kardena
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 8, No 2 (2014): September
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (364.083 KB) | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v8i2.2619

Abstract

Telah dilakukan penelitian mengenai aspek patologis infeksi parvovirus pada anak anjing di Denpasar. Sebanyak 80 ekor anak anjing telah diperiksa pada Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana periode tahun 2011- 2012. Enam belas ekor diantaranya menunjukkan gejala klinis berak darah, depresi, anoreksia, dan dehidrasi. Sinyalemen mengenai umur, jenis kelamin, dan ras juga dicatat. Perubahan patologi anatomi secara signifikan berupa enteritis haemorrhagis et necrotican dapat ditemukan pada semua anak anjing penderita. Kongesti dan nekrosis ditemukan pada epikardium. Gambaran yang bersifat anemia ditemukan pada jaringan limpa, ginjal, hati, sedangkan paruparu mengalami hiperemia. Secara mikroskopis, pada usus halus mengalami hiperemia disertai dengan infiltrasi limfosit, villi terlihat atropi dan nekrosis pada kripta Lieberkuhn. Nekrosis limfosit (limfositolisis) ditemukan pada folikel limpa. Kongesti dan nekrosis pada otot jantung namun intranuclear inclusion bodies hanya ditemukan pada satu anak anjing penderita. Penebalan ditemukan pada septa alveoli sedangkan pada hati dan ginjal hanya ditemukan peradangan ringan. Secara klinis bentuk enteritis hemorhagis et necrotican selalu ditemukan pada anak anjing terinfeksi parvovirus di Kota Denpasar. ________________________
PERUBAHAN HISTOLOGIS DAN RESPONS IMUNITAS SAPI BALI YANG DIBERIKAN PAKAN CAMPURAN KONSENTRAT I ketut Berata; Ida Bagus Oka Winaya; I Made Kardena
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 6, No 2 (2012): September
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (310.275 KB) | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v6i2.307

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui perubahan histologis dan respons kekebalan sapi bali yang diberikan pakan campuran konsentrat. Sebanyak 12 ekor sapi bali betina berumur 2 tahun, dibagi secara acak atas 3 kelompok perlakuan yaitu kelompok I diberi pakan rumput, kelompok II diberi pakan campuran 2 bagian rumput dan 1 bagian konsentrat, dan kelompok III diberi pakan campuran 1 bagian rumput dan 1 bagian konsentrat. Sebelum diberi perlakuan, dilakukan uji respons kekebalan seluler dengan teknik uji methylthiazol tetrazolium (MTT). Uji respons kekebalan dilakukan kembali pada bulan ke-3 dan sesaat sebelum dilakukan nekropsi. Pada bulan ke-10 dilakukan nekrosi terhadap 2 ekor sapi dari masing-masing kelompok perlakuan. Sisa sapi dari masing-masing kelompok perlakuan dilanjutkan diberi perlakuan untuk penelitian lanjutan. Sapi yang dinekropsi diambil jaringan pencernaan yaitu usus, untuk selanjutnya diproses dalam pembuatan sediaan histologis. Sediaan histologis diwarnai dengan hematoksilin eosin (HE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan struktur histologis usus antara ketiga kelompok perlakuan sedangkan respons kekebalan seluler tertinggi pada kelompok yang diberi pakan konsentrat yang lebih banyak.
Patological Changes in Liver and Gall Bladder Of Bali Cattle Infected by Fasciolosis I Made Kardena; Ida Bagus Oka Winaya; Anak Agung Ayu Mirah Adi; I Ketut Berata; Ida Bagus Windia Adnyana; I Made Sukada; Kadek Karang Agustina; Putu Agus Trisna Kusuma Antara
Journal of Veterinary and Animal Sciences Vol 1 No 1 (2017)
Publisher : Institute for Research and Community Service, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JVAS.2017.v01.i01.p02

Abstract

Fascioliosis is a parasitic disease that infects ruminants and the disease is widely spread in the world. Fascioliosis caused by Fasciola hepatica and Fasciola gigantica that can cause macroscopic and microscopic lesions in the liver and gall bladder of bali cattle. Samples of bali cattle in Pesanggaran slaughter house that infected with fasciolosis were used in this study. The pathological macroscopic and microscopic changes of the liver and gall bladder were observed. The parasite found in the liver and gall bladder, thickening of bile duct mucous were observed on macroscopic examination. However, in microscopic observation found infiltration of inflammatory cells, fibrosis, necrosis, and degeneration of hepatocytes. In the gall bladder, necrosis was found in epithelial mucosal bile duct, infiltration of collagen fibers, inflammatory cells, hypertrophy and hyperplasia of the bladder epithelium were occurred.
ASPEK PATOLOGIS INFEKSI PARVOVIRUS PADA ANAK ANJING DI KOTA DENPASAR Ida Bagus Oka Winaya; I Ketut Berata; AAA Mirah Adi; I Made Kardena
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 8, No 2 (2014): September
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v8i2.2619

Abstract

Telah dilakukan penelitian mengenai aspek patologis infeksi parvovirus pada anak anjing di Denpasar. Sebanyak 80 ekor anak anjing telah diperiksa pada Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana periode tahun 2011- 2012. Enam belas ekor diantaranya menunjukkan gejala klinis berak darah, depresi, anoreksia, dan dehidrasi. Sinyalemen mengenai umur, jenis kelamin, dan ras juga dicatat. Perubahan patologi anatomi secara signifikan berupa enteritis haemorrhagis et necrotican dapat ditemukan pada semua anak anjing penderita. Kongesti dan nekrosis ditemukan pada epikardium. Gambaran yang bersifat anemia ditemukan pada jaringan limpa, ginjal, hati, sedangkan paruparu mengalami hiperemia. Secara mikroskopis, pada usus halus mengalami hiperemia disertai dengan infiltrasi limfosit, villi terlihat atropi dan nekrosis pada kripta Lieberkuhn. Nekrosis limfosit (limfositolisis) ditemukan pada folikel limpa. Kongesti dan nekrosis pada otot jantung namun intranuclear inclusion bodies hanya ditemukan pada satu anak anjing penderita. Penebalan ditemukan pada septa alveoli sedangkan pada hati dan ginjal hanya ditemukan peradangan ringan. Secara klinis bentuk enteritis hemorhagis et necrotican selalu ditemukan pada anak anjing terinfeksi parvovirus di Kota Denpasar. ________________________
PERUBAHAN HISTOLOGIS DAN RESPONS IMUNITAS SAPI BALI YANG DIBERIKAN PAKAN CAMPURAN KONSENTRAT I ketut Berata; Ida Bagus Oka Winaya; I Made Kardena
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 6, No 2 (2012): September
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v6i2.307

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui perubahan histologis dan respons kekebalan sapi bali yang diberikan pakan campuran konsentrat. Sebanyak 12 ekor sapi bali betina berumur 2 tahun, dibagi secara acak atas 3 kelompok perlakuan yaitu kelompok I diberi pakan rumput, kelompok II diberi pakan campuran 2 bagian rumput dan 1 bagian konsentrat, dan kelompok III diberi pakan campuran 1 bagian rumput dan 1 bagian konsentrat. Sebelum diberi perlakuan, dilakukan uji respons kekebalan seluler dengan teknik uji methylthiazol tetrazolium (MTT). Uji respons kekebalan dilakukan kembali pada bulan ke-3 dan sesaat sebelum dilakukan nekropsi. Pada bulan ke-10 dilakukan nekrosi terhadap 2 ekor sapi dari masing-masing kelompok perlakuan. Sisa sapi dari masing-masing kelompok perlakuan dilanjutkan diberi perlakuan untuk penelitian lanjutan. Sapi yang dinekropsi diambil jaringan pencernaan yaitu usus, untuk selanjutnya diproses dalam pembuatan sediaan histologis. Sediaan histologis diwarnai dengan hematoksilin eosin (HE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan struktur histologis usus antara ketiga kelompok perlakuan sedangkan respons kekebalan seluler tertinggi pada kelompok yang diberi pakan konsentrat yang lebih banyak.
UMUR SAPI BALI BERPENGARUH PADA RESPON KEKEBALAN SELULER TERHADAP VIRUS PENYAKIT JEMBRANA PASCA VAKSINASI BERATA, I KETUT
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 12 No 3 (2009)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (55.282 KB)

Abstract

ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mempelajari umur sapi Bali yang terbaik untuk divaksinasi agar respon kekebalan selulernya optimal terhadap virus penyakit Jembrana. Penelitian ini menggunakan 3 ekor sapi Bali betina yang berumur 7, 9 dan 12 bulan. Masing-masing sapi diadaptasikan 2 minggu dan diberikan obat cacing. Pemberian pakan 3 kali sehari dan air minum secara ad libitum. Vaksinasi dilakukan dengan vaksin JD.Vacc.sp.15 (produksi BBVet Denpasar) pada masing-masing sapi sebanyak 3 ml secara intramuskuler, satu bulan kemudian dilakukan booster dengan dosis dan rute yang sama. Seminggu pasca vaksinasi booster, darah perifernya diambil untuk mengisolasi limfosit dengan teknik picoll-paque gradient. Limfosit dikultur dalam media DMEM tanpa serum untuk selanjutnya dilakukan uji MTT. Uji MTT digunakan untuk menguji respon kekebalan seluler. Mitogen yang digunakan adalah protein virus Jembrana. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan respon kekebalan seluler yang bermakna (p<0,05) antara sapi umur 7 bulan dengan 9 dan 12 bulan. Tidak terdapat perbedaan respon kekebalan seluler yang bermakna (p>0,05) antara sapi umur 9 bulan dengan 12 bulan. Hasil ini menunjukkan bahwa umur sapi 12 bulan merupakan umur tepat mulai diberikan vaksinasi, karena respon kekebalan selulernya optimal. AGE OF BALI CATTLE IS TO INFLUENCE ON THE CELLULAR IMMUNE RESPONSE AGAINST JEMBRANA DISEASE VIRUS POST VACCINATION ABSTRACT The aim of this research is to study the accuratly age of Bali cattle vaccination so that could obtained the optimal cellular immune response against Jembrana virus disease. In this research was used three Bali cattles i.e. 7, 9 and 12 month of age respectively. Each of the cattles were adapted in two weeks and were given the anthelmintic treatment. The feeding was given three times daily and the drinking water ad libitum. The vaccine was inoculated by 3 ml JD.vacc.sp.15 vaccine (BBVet Denpasar production) by intramuscular route respectively. One month after first vaccination, was conducted booster by similarly dose and route respectively. One week after the booster, from the each cattle was taken its peripheral blood cells for to isolated their lymphocytes by picoll-paque gradient method. Each of this lymphocyte cells were cultured in non serum DMEM media for the MTT assay. MTT assay was used for to determine the cellular immune response. The mitogen was used whole protein of Jembrana disease virus. Result of the research showed significantly difference (p<0,05) of cellular immune response among the age 7 month with 9 and 12 month of cattles. There were not significantly difference (p>0,05) of the response between 9 with 12 month of age. This result indicated that the cattle which 9 month of age is the good timing to start the vaccination, because its cellular immune response is optimal.
Co-Authors Afrizal Choirul Umam Agnes Endang Tri H Aida Lousie Tenden Rompis Ainul - Hidayah Alviana Rizqiyah Utami Amelia, Ni Kadek Shita Anak Agung Ayu Mirah Adi Anak Agung Gde Arjana Anak Agung Gde Jaya Wardhita, Anak Agung Gde Jaya Anak Agung Gde Jaya Warditha Anak Agung Oka Anak Agung Sagung Kendran Apsari, Ni Luh Putu Nadia Ardi Sandriya Aristawati, I Dewa Agung Ayu Irma Astari, Ni Putu Widya Astini, Ni Putu Sri Ayu Aulia Insani, Aulia Ayu Prawitasari Citra Pratama Bina Ichsantya Budiartawan, I Komang Alit Damara, Doni Darmawan, I Gusti Ayu Chintya Darmayanti, Mahda Dwi Devira, Dinda Dewa Ayu Dwita Karmi Dhinar Wahyu Prasetyo Dini Hilary Manullang DORTY PRIHASTINA SALBAHAGA Duwiri, Christine Valeri DWI SURYANTO Dzikri Nurma'rifah Takariyanti Elisabeth Karina Elsa Hidayati Elti Febilani Elyda . Erwanti Siti Rabiah, Erwanti Siti Farhan Abdul Hasan, Farhan Abdul Febrianty, Ni Made Dhea Fitri Irawan Rahmawandani Franky Samuel Milenyano Chandra Gde Jasmara Muda Ginting, Regina Bonifasia Br Gunawan, Stefanus Andre Gunawati, Luh Sri Guru, Yohana Cendyka Kartika Dewi Gusti Agung Ayu Putu Adriyati, Gusti Agung Ayu Hendrina Konda M Meha, Hendrina Konda M Humaira, Sarah Husnul Khatimah I Dewa Made Adhiwitana I GEDE ENDRA KUSUMA I Gusti Bagus Sathya Dharma, I Gusti Bagus Sathya I Gusti Ketut Suarjana I Gusti Ngurah Kade Mahardika I Gusti Putu Tovan Mahottama I KETUT ELI SUPARTIKA I Ketut Eli Supartika I Ketut Eli Supartika I Ketut Puja I Ketut Sumadi I Ketut Wirata I Made Damriyasa I Made Indrayadnya Swarayana I Made Kardena I Made Merdana I Made Putra Wiadnyana I Made Sukada I N. T. ARIANA I NYOMAN ADI SURATMA I NYOMAN MANTIK ASTAWA I Nyoman Sulabda I Putu Suparman I W BUDIARSA SUYASA I Wayan Sudira I Wayan Wirata Ida Ayu Pasti Apsari Ida Bagus Kade Suardana Ida Bagus Komang Ardana Ida Bagus Made Oka Ida Bagus Oka Winaya Ida Bagus Windia Adnyana Iwan Harjono Utama Janardani, Ni Made Kunti Jayawardhita, Anak Agung Gde Kadek Karang Agustina Kadek Karina Dewi Wijayanthi Kartika, Erena Hajar Ketut Budiasa Ketut Eli Supartika Ketut Novi Kusmayani Ketut Tono Pasek Gelgel Kevin Dominika Kristi Agusti Putri, Kristi Agusti Kusuma, Putu Winatha Laila Gianita Veralyn Luh Made Sudimartini Lusiana Flora Ndagu Made Oka Adinata Made Rahayu Kusumadewi Marissa Divia Dayanti Marson, Fransiska Gratia Sonita MAS DJOKO RUDYANTO Muhamad Furkam Fadilah Muhsi, Ach Moh Abd Nesia Masniari Helena Sibarani Ni Luh Eka Setiasih Ni Nyoman Werdi Susari Nofantri, Lidia Noviriolla Maria Nugraha, Putri Oktaviandari, Putu Risma Palagan Senopati Sewoyo Pangesti, Thiara A. Pramesti, Ni Komang Lady Prista Oktafebri Yulestari Pujaswarini, Ni Made Hani Purnama, Komang Andika Purnata, I Dewa Nyoman Alit Putra, I Putu Agus Antara Putri Yuliana Mangindaan Putu Agus Trisna Kusuma Antara Putu Suastika Raharjo, Yudha Yaksa Crada Yoga Arum Rahmat Grahadi RAHMI MUSTABA Sam suri Samsuri Samsuri Sari Sartini, Sari Setianingsih, Ni Luh Eka Setyawati, Luh Gede Sewoyo, Palagan Senopati Sihotang, Tanti Fitri Sri Kayati Widyastuti Suranjaya I .Gd Tanuwijaya, Phebe Amadea Vaswani Samaria Napitupulu Wahyu Semadi Putra Waskitha, Melati Pusparini Widia Insani Wulandari, Meidi Andira Yanne Yanse Rumlaklak Yesi Veronica Sitepu Yustisia, Anggia Zumara Mufida Hidayati