Claim Missing Document
Check
Articles

Found 37 Documents
Search

The Role of the Dutch East Indies Government in Building Pontianak City Center Andang Firmansyah; Edwin Mirzachaerulsyah
Santhet: (Jurnal Sejarah, Pendidikan Dan Humaniora) Vol 7 No 2 (2023): Santhet : Jurnal Sejarah, Pendidikan dan Humaniora
Publisher : Proram studi pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universaitas PGRI Banyuwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36526/santhet.v7i2.3260

Abstract

This research aims to discuss the role of the Dutch East Indies Government in developing the Tanah Seribu area which is now known as Pontianak Kota District. Pontianak Kota District is currently the center of Pontianak City because of the infrastructure that the Dutch built. Dutch heritage buildings contain history that people have begun to forget due to the times. This research method uses a historical method which consists of five stages, namely topic selection, source collection, verification, interpretation and writing. The results of this research reveal the history of buildings left by the Indies government as evidence that the Dutch played a role in forming the center of Pontianak City. Several Dutch heritage buildings were very useful for the Pontianak City Government in the early days of Indonesian independence. Indonesia's unstable conditions do not allow the government to build facilities, so the City Government utilizes Dutch heritage buildings. Some of the buildings are still in use today, and have even become Pontianak City Cultural Heritage because they contain historical significance. This determination shows that the Dutch East Indies Government also left good things for Indonesia.
Workshop Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas Untuk Pengembangan Diri Guru-Guru di SMAN 10 Pontianak Ika Rahmatika Chalimi; Haris Firmansyah; Astrini Eka Putri; Edwin Mirzachaerulsyah; Andang Firmansyah; Hadi Wiyono
Digulis: Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol 1, No 1 (2023): Maret (2023)
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/djpkm.v1i1.66197

Abstract

Tujuan umum dari kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini diharapkan dapat meningkatnya pengembangan diri guru melalui penyusunan laporan hasil penelitian tindakan kelas. Dalam kegiatan ini yang menjadi sasaran yang strategis adalah guru-guru di SMAN 10 Pontianak. Penentuan masyarakat sasaran yang direkrut berdasarkan kelompok kerja guru di Kota Pontianak. Khalayak sasaran pada kegiatan workshop penyusunan laporan penelitian tindakan kelas untuk pengembangan guru-guru SMAN 10 Pontianak adalah guru-guru di SMAN 10 Pontianak. Dengan jumlah guru yang menjadi sasaran sebanyak 20 orang. Penentuan masyarakat sasaran yang direkrut berdasarkan kelompok kerja guru di Kota Pontianak. Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan selama 4 jam dengan sistem blok waktu yakni 2 jam teori dan 3 jam praktikum (pendampingan penulisan proposal). Adapun metode yang digunakan dalam PKM ini adalah worsshop yang dibagi dalam beberapa kegiatan yakni pemberian materi, pendampingan dan evaluasi kegiatan PKM untuk guru SMAN 10 Pontianak. Adapun mekanisme pelaksanaan kegiatan dibagi dalam 2 (dua) sesi yakni: Sesi Pertama, mencakup penyampaian teori prosedur PTK; dan Sesi Kedua, mencakup teori dan praktik pembuatan proposal PTK; Mendampingi guru dalam menyelesaikan permasalahan yang ditemui saat melaksanakan PTK serta mengisi sistematika laporan PKM yang telah disediakan.
Workshop Edu-History Games Pada Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SMA Widya Pratama Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat Edwin Mirzachaerulsyah; Efriani Efriani; Jagad Aditya Dewantara; Andang Firmansyah
Digulis: Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol 1, No 1 (2023): Maret (2023)
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/djpkm.v1i1.66198

Abstract

Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SMA Widya Pratama Kubu Raya menjadi salah satu wadah penanaman nilai kesejarahan dimana ternyata dalam beberapa agenda kegiatan OSIS belum tertaut kegiatan yang mencerminakan nilai-nilai tersebut. Berdasarkan pengalaman tersebut diatas maka tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Untan bermaksud membuat kegiatan workshop yang dapat memberikan pengalaman bermakna. Produk tersebut diberi nama history edu games yang bersifat non digital. Peserta pelatihan merupakan anggota aktif OSIS yang berjumlah 11 orang. Peserta telah dibagi kedalam beberapa kelompok dan menyiapkan alat dan bahan. Produk yang dihasilkan yakni games teka teki silang sejarah dan tebak rempah games. Produk kemudian diimplementasikan kepada peserta sesuai dengan sintak yang berlaku yakni sintak pembelajaran outdoor learning.
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Pada Hasil Belajar Sejarah Siswa Kelas X IPS SMAN 1 Pulau Maya Kayong Utara Riyo Susanto; Nuraini Astriati; Astriani Eka Putri; Maria Ulfa; Edwin Mirzachaerulsyah
Jurnal Dunia Pendidikan Vol 4 No 1 (2023): Jurnal Dunia Pendidikan
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Olahraga dan Kesehatan Bina Guna

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55081/jurdip.v4i1.1437

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model kooperatif Make a Macth terhadap hasil belajar Sejarah siswa kelas X SMAN 1 Pulau Maya Kayong Utara. Metode yang di gunakan dalam adalah penelitian eksperimen. Bentuk penelitian yang di gunakan adalah model pra eksperimen Design. Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik intact group random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X IPS 1 yang berjumlah 36 orang dan kelas X IPS 2 yang berjumlah 32 orang. Teknik pengumpulan data dengan alat ukur berupa test hasil belajar. Analisis data yang digunakan adalah analisis butir tes dan Analisis Statistik Deskriptif. Hasil dari rata-rata kelas kontrol adalah 64,44 dan kelas eksperimen rata-rata adalah 81,25. Perolehan data tersebut terlihat peningkatan yang cukup signifikan, dari rata-rata 64,44 meningkat menjadi 81,25 atau naik 16,84 %. Setelah diketahui ada perbedaan hasil nilai post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol maka dilanjutkan dengan effect size. Effect size diperoleh sebesar 0,80 yaitu 2,345216069 atau Es > 0,80 yaitu 2,345216069. Berdasarkan kriteria yang berlaku nilai effect size termasuk dalam kategori tinggi sebesar 0,80. Sehingga di simpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada hasil belajar sejarah siswa kelas X IPS SMAN 1 Pulau Maya Kayong Utara.
Introduction and Preservation of Cultural Heritage Along the Kapuas River in Pontianak for History Teachers and Students Mohammad Rikaz Prabowo; Andang Firmansyah; Ika Rahmatika Chalimi; Haris Firmansyah; Astrini Eka Putri; Edwin Mirzachaerulsyah
Bubungan Tinggi: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 6, No 4 (2024)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/btjpm.v6i4.12103

Abstract

History learning requires teachers to contextualize the material by utilizing the environment where students live as interrelated learning material. For example, with its historical journey, integrating the potential of natural wealth in Pontianak, such as the Kapuas River, can be used for educational purposes. Community service activities aim to introduce past cultural heritage, most of which is located around the banks of the Kapuas River. There were 32 participants in this activity, consisting of teachers and students. Through this activity, it is hoped that teachers will have an overview of cultural heritage, which can be used as a historical learning resource to contextualize or link to learning material. The method used is Participatory Action Research (PAR), which involves providing materials and visits to cultural heritage sites to provide participants with an overview of the history of Pontianak and its cultural heritage. Among others are the Pontianak Sultanate area, namely the Kadriyah Palace and the Jami Mosque. Visitors can build communication and get material directly from resource persons on duty at the location. The activity results showed that after visiting one of the locations, participants felt emotional closeness and actively explored independently, building discussions with resource persons to enrich their knowledge. Participants also felt satisfied with the information provided by the resource person, thereby increasing their knowledge and insight about the cultural heritage on the banks of the Kapuas River, Pontianak. As evaluation material, this activity can be held again with a different theme and include more literature related to the sites visited.
Pengaruh Penggunaan Mode Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) Terhadap Kemampuan Berfikit Kritis Siswa Kelas XI IPS Pada Mata Pelajaran Sejarah Di SMA Negeri 2 Sanggau Winda Laraswati*; Maria Ulfah; Edwin Mirzachaerulsyah; Ika Rahmatika Chalimi
JIM: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah Vol 8, No 4 (2023): Agustus, Social Religious, History of low, Social Econmic and Humanities
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jimps.v8i4.28153

Abstract

Pengaruh Penggunaan Mode Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) Terhadap Kemampuan Berfikit Kritis Siswa Kelas XI IPS Pada Mata Pelajaran Sejarah Di SMA Negeri 2 Sanggau
Analisis Kemampuan Berfikir Historis Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Sejarah kelas XI IPS 2 SMA IT Al-Fityan Kubu Raya Rini Puspita Sari*; Rustiyarso Rustiyarso; Edwin Mirzachaerulsyah; Andang Firmansyah
JIM: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah Vol 8, No 4 (2023): Agustus, Social Religious, History of low, Social Econmic and Humanities
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jimps.v8i4.28163

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan kemampuan berfikir historis pada mata pelajaran sejarah siswa kelas XI IPS 2 SMA IT Al-Fitiyan Kubu Raya. Metode yang digunakan ialah metode deskriptif dengan jenis penelitian kualitatif. sumber data terdiri dari enam orang informan yang terbagi atas satu guru sejarah dan lima peserta didik kelas XI IPS 2. Teknik dan alat pengumpulan data menggunakan observasi langsung dengan panduan observasi, teknik momunikasi langsung dengan panduan wawancara, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan ialah reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan (1) Kemampuan berfikir historis peserta didik kelas XI IPS 2 pada mata pelajaran sejarah di SMA IT Al-Fitiyan Kubu raya sangat kurang karna peserta didik kurang memahami materi yang diberikan oleh guru. (2) Pemahaman peserta didik pada mata pelajaran sejarah kelas XI IPS 2 SMA IT Al-Fitiyan Kubu RayaPeserta didik belum mampu untuk manganalisa suatu kejadian yang terjadi pada materi yang di sampaikan, peserta didik juga tidak memiliki wawasan yang luas terhadap materi yang di sampaikan oleh guru mata pelajaran. (3) Kemampuan peserta didik dalam menganalisa materi pada mata pelajaran sejarah kelas XI IPS 2 SMA IT Al-Fitiyan Kubu Raya sangat kurang menurut guru mata pelajaran sejarah peserta didik cenderung hanya menerima materi yang diberikan oleh guru mata pelajaran sejarah tanpa mencari tau lagi mengenai materi yang di berikan.
PENGEMBANGAN MUSEUM VIRTUAL PRAAKSARA INDONESIA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN SEJARAH FKIP UNTAN Robbani, Muhammad Iqbal; Chalimi, Ika Rahmatika; Mirzachaerulsyah, Edwin
Jurnal Pendidikan Sejarah Indonesia Vol 7, No 2 (2024)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um0330v7i2p269-288

Abstract

Abstract: This research aims to develop the Indonesian Prehistoric Virtual Museum as a learning medium for students of the History Education Study Program at FKIP UNTAN. Geographical barriers are one of the reasons why the development of this virtual museum is necessary. This study employs a research and development method that adapts from the Allesi and Trollip model, consisting of the stages of Product Planning, Product Design, Product Development, Product Validation, and Product Testing. Based on the analysis of needs, students require an interactive platform that facilitates access to various types of Indonesian prehistoric collections. Adjustments to the design according to user needs resulted in a virtual museum design that includes features such as: Multiplayer, 3D Object Display, Voice Chat, Text Chat, Character Customization, Profile Customization, Graphic Settings, Audio Settings, Audio Description, Third Person POV, First Person POV, Quiz, and Puzzle. Feasibility testing was conducted through expert validation and group trials with positive results: Media Expert 81%, Content Expert 80 percent, Small Group Test 82 percent, and Large Group Test 81 percent. Based on the results of expert validation and group trials, this museum meets the feasibility requirements as a medium that facilitates access and has features aligned with user needs. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Museum Virtual Praaksara Indonesia sebagai media pembelajaran untuk mahasiswa Prodi Pendididkan Sejarah FKIP UNTAN. Hambatan geografis menjadi salah satu alasan pengembangan museum virtual ini perlu dilakukan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan yang mengadaptasi dari model Allesi and Trollip, yang terdiri dari tahapan Perencanaan Produk, Desain Produk, Pengembangan Produk, Validasi Produk, Uji coba Produk. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan mahasiswa membutuhkan platform interaktif yang memudahkan akses ke berbagai jenis koleksi praaksara Indonesia. Penyesuaian desain terhadap kebutuhan pengguna memperoleh desain museum virtual yange memiliki fitur: Multiplayer, 3D Object Display, Voice Chat, Text Chat, Character Customization, Profile Customization, Graphic Settings, Audio Settings, Audio Settings, Audio Description, Third Person POV, First Person POV, Quiz, dan puzzle. Uji kelayakan dilakukan melalui validasi ahli dan uji coba kelompok dengan hasil positif: Ahli Media 81 persen, Ahli Materi 80 persen, Uji Kelompok Kecil 82 persen, dan Uji Kelompok Besar 81 persen. Berdasarkan hasil validasi ahli dan uji coba kelompok museum ini memenuhi kelayakan sebagai media yang memudahkan akses dan memiliki fitur-fitur sesuai dengan kebutuhan pengguna.
The Growth of Islamic Schools in Singkawang in the Colonial Era Prabowo, Mohammad Rikaz; Firmansyah, Andang; Mirzachaerulsyah, Edwin
AT-TURATS Vol 18, No 2 (2024)
Publisher : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24260/at-turats.v18i2.3210

Abstract

The purpose of this study is to describe the development of Islamic schools in Singkawang during the Dutch East Indies colonial era (1901-1942). This era was marked by the transformation of Islamic education from traditional to formal, which was driven by the need to integrate general subjects. Interestingly, Islamic schools were able to exist amidst the rapid growth of Catholic Mission schools and the dominance of the Chinese community in Singkawang.Based on the results of the study through historical methods with the stages of heuristics, verification, interpretation, and historiography, it shows the following. Traditional Islamic education still dominated in the early 20th century through pengajian and alim-ulama as teachers. This practice occurred in several places around Singkawang, such as in the large mosque (Jami), surau in Selakau led by H. Muhammad As'ad, Semelagi, and other Malay villages. Driven by the development of Pan-Islamism, the existence of educated natives, and the wild school ordinance, traditional Islamic education was transformed into formal schools. Islamic schools that were once established in Singkawang during this era included the Islamiyah School in the city center, Madrasah in Semelagi Besar, Semelegi Kecil, Sungai Daun, Setapuk Besar, Madrasah Diniyah Setapuk, and Ahhadiah School Sedau. The curriculum used continued to emphasize Islamic religious studies plus general subjects in the three-year Volkschool and the five-year Standaarschool. The existence of Islamic schools in this city has encouraged the birth of the national movement with the establishment of various national movement organizations.Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan perkembangan sekolah Islam di Singkawang pada era kolonialisme Hindia-Belanda (1901-1942). Era ini ditandai dengan terjadinya transformasi pendidikan Islam dari corak tradisional ke formal, yang didorong perlunya pengintegrasian pelajaran umum. Hal ini menjadi menarik bahwa sekolah Islam mampu eksis di tengah pesatnya sekolah Misi Katolik dan dominasi masyarakat Tionghoa di Singkawang. Berdasarkan hasil penelitian melalui metode sejarah dengan tahapan heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi, menunjukkan hal berikut. Pendidikan Islam tradisional masih mendominasi pada awal abad ke-20 lewat pengajian dan alim-ulama sebagai pengajarnya. Praktik ini terjadi di beberapa tempat sekitar Singkawang, seperti di masjid besar (jami’), surau di Selakau pimpinan H. Muhammad As’ad, Semelagi, dan kampung-kampung Melayu lainnya. Didorong berkembangnya paham Pan Islamisme, keberadan bumiputera terpelajar, dan ordonansi sekolah liar, pendidikan Islam bercorak tradisional itu bertransformasi menjadi sekolah formal. Sekolah Islam yang pernah berdiri di Singkawang di era ini antara lain Islamiyah School di pusat kota, Madrasah di Semelagi Besar, Semelegi Kecil, Sungai Daun, Setapuk Besar, Madrasah Diniyah Setapuk, dan Ahhadiah School Sedau. Kurikulum yang digunakan tetap menekankan pelajaran agama Islam ditambah pelajaran umum yang ada di Volkschool tiga tahun dan Standaarschool lima tahun. Keberadaan sekolah Islam di kota ini telah mendorong lahirnya pergerakan kebangsaan dengan berdirinya berbagai organisasi pergerakan nasional.
Ikat Weaving Dayak Desa: The Meaning of Local Wisdom Values in Ensaid Panjang Village Ananda, Fransiska Yusi; Chalimi, Ika Rahmatika; Mirzachaerulsyah, Edwin
Jurnal Pendidikan Sosiologi dan Humaniora Vol 15, No 2 (2024): Edisi Oktober 2024
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/j-psh.v15i2.77491

Abstract

The Dayak tribe, as a tribe with a large number of sub-ethnic groups and a diverse culture, has one community group that still maintains a tradition passed down through generations of weaving activities, namely the Village Dayak Tribe who live in South Rentap Hamlet. The aim of this research is to determine the value of local wisdom contained in Village Dayak ikat woven fabric motifs. This research uses qualitative methods with a descriptive-ethnographic approach. Based on the research results, it shows that the process of designing Village Dayak ikat woven cloth motifs is called the ngebat process. Ngebat is a way of designing ikat woven fabric motifs by tying certain parts of several pieces together using neat rope or plastic. The local wisdom values contained in every Dayak Desa ikat woven cloth motif have very strong values and philosophies in the lives of the people in Ensaid Panjang Village. Through the motifs in ikat fabrics, people are taught how we as humans should position ourselves in social life and how we can meet various daily needs. Forms of preserving local wisdom in Dayak Desa ikat woven fabric include promoting it on social media, exhibiting it in museums, having its motifs recorded, selling it and using it at official or unofficial events.