Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Biji Pepaya (Carica papaya L.) terhadap Jumlah Sel Epitel Mukosa Tuba Fallopii Tikus Putih Betina (Rattus norvegicus) Galur Wistar Dian Sutarini, Ni Luh Gede; Norahmawati, Eviana; Jannah, Miftahul
-
Publisher : Journal of Issues in Midwifery

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.JOIM.2020.004.03.2

Abstract

Kontrasepsi hormonal pil dan suntik merupakan metode kontrasepsi populer di Indonesia, namun memiliki dropout rate tertinggi akibat efek samping penggunaannya. Biji pepaya diduga memiliki senyawa antifertilitas sebagai kontrasepsi alternatif dengan efek samping yang relatif lebih ringan. Tujuan penelitan adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol biji pepaya terhadap jumlah sel epitel mukosa tuba fallopii tikus putih betina. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2019-Januari 2020 menggunakan desain true experimental dengan Randomised Post Test Only Control Group Design. Sampel penelitian menggunakan tikus putih betina sejumlah 32 ekor yang dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan yaitu: kelompok kontrol (tanpa pemberian ekstrak biji pepaya), perlakuan 1 (0,1mg/g BB), perlakuan 2 (0,2mg/g BB), dan perlakuan 3 (0,3mg/g BB). Perlakuan diberikan selama 20 hari, pada hari ke-21 tikus diterminasi pada fase proestrus lalu dilakukan pemeriksaan histopatologi tuba fallopii dengan pewarnaan Hematoxylin-Eosin yang diamati dengan mikroskop Dot Slide Olympus BX 51 pembesaran 400x dengan aplikasi Olyvia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan struktur dan jumlah sel epitel mukosa tuba fallopii pada setiap kelompok perlakuan seiring dengan peningkatan dosis pemberian. Kesimpulan penelitian adalah ekstrak etanol biji pepaya berpengaruh menurunkan jumlah sel epitel mukosa tuba fallopii dengan dosis optimal pada kelompok perlakuan 3, namun analisis statistik belum menunjukkan perbedaan yang signifikan (p>0.05). 
PERBEDAAN EKSPRESI PROTEIN CYCLIN D1 ANTARA ADENOMA DAN ADENOKARSINOMA KOLOREKTAL, SERTA KORELASINYA DENGAN GRADING DAN STADIUM TUMOR Rosidah, Aris; Norahmawati, Eviana; Anita, Kenty Wantri; Rasyid, Harun Al
Majalah Kesehatan FKUB Vol 7, No 3 (2020): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.majalahkesehatan.2020.007.03.1

Abstract

Sebagian besar karsinoma kolorektal adalah adenokarsinoma, dan lebih dari 95% karsinoma kolorektal diawali oleh lesi prekursor yaitu adenoma. Risiko suatu adenoma berubah menjadi suatu karsinoma akan lebih tinggi pada adenoma dengan ukuran lebih dari 1 cm, tipe villous, dan disertai displasia high grade. Telah diketahui bahwa grading dan stadium merupakan faktor prognostik penting baik pada adenoma maupun adenokarsinoma. Perkembangan adenoma menjadi adenokarsinoma melibatkan peran banyak gen dan protein, salah satunya cyclin D1 yang berperan meningkatkan proliferasi sel, angiogenesis dan invasi sel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan ekspresi cyclin D1 antara adenoma dan adenokarsinoma kolorektal, serta hubungannya dengan grading dan stadium tumor. Lalu, ditentukan 30 sampel untuk masing-masing adenoma dan adenokarsinoma yang diambil dari Instalasi Patologi Anatomi RS. dr. Saiful Anwar Malang. Keseluruhan sampel dilakukan pulasan imunohistokimia dengan antibodi cyclin D1 kemudian dihitung persentase ekspresinya, dan dianalisis hubungan antara cyclin D1 tersebut dengan grading pada adenoma dan grading serta stadium pada adenokarsinoma. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan ekspresi cyclin D1 yang bermakna  antara kelompok adenoma dan adenokarsinoma dengan p < 0,01. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara ekspresi cyclin D1 dengan grading adenoma serta grading dan stadium adenokarsinoma (p > 0,05). Kesimpulan penelitian ini adalah ekspresi cyclin D1 dapat digunakan untuk membedakan antara adenoma dan adenokarsinoma, tetapi ekspresi tersebut tidak berhubungan dengan grading dan stadium tumor. 
PROFIL KLINIKOPATOLOGI ADENOKARSINOMA PROSTAT DI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG PERIODE TAHUN 2015 - 2019: SEBUAH PENELITIAN RETROSPEKTIF Ulfaningtyas, Kiki; Norahmawati, Eviana; Anita, Kenty Wantri; Angelina, Aina; Seputra, Kurnia Penta
Majalah Kesehatan FKUB Vol 8, No 2 (2021): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.majalahkesehatan.2021.008.02.4

Abstract

Kanker prostat adalah penyebab keganasan ke-5 pada pria di Indonesia. Atas dasar ini, dilakukan penelitian yang bertujuan  untuk  mengetahui  profil klinikopatologi pasien yang terdiagnosis adenokarsinoma  prostat  di Laboratorium Patologi Anatomi RSUD Dr. Saiful Anwar (RSSA) Malang. Penelitian ini dilakukan secara deskriptif retrospektif dengan data diperoleh dari rekam medis pada Laboratorium Patologi Anatomi RSUD Dr. Saiful Anwar Malang tahun 2015-2019. Kriteria inklusi sampel penelitian adalah semua kasus yang terdiagnosis adenokarsinoma prostat secara histopatologis. Sedangkan spesimen dengan kecurigaan adenokarsinoma prostat yang masih harus dilakukan pemeriksaaan imunohistokimia dikeluarkan dari penelitian. Penelitian menunjukkan penderita adenokarsinoma prostat di Laboratorium Patologi Anatomi RSSA Malang periode tahun 2015-2019 sebanyak 84 (7,58%) kasus, memiliki rentang umur 52-88 tahun, dengan rata-rata usia 68 tahun.  Paling banyak terdiagnosis dari spesimen kerokan, sebanyak 48 (57,14%) kasus.  Sebagian besar diagnosis klinis sesuai dengan hasil pemeriksaan histopatologinya yakni 55 (65,48%) kasus. Derajat diferensiasi yang terbanyak adalah poorly differentiated sebanyak 46 (54,76%) kasus dan prognostic Gleason group grade terbanyak didapatkan grade 4 sebanyak 25 (29,76%) kasus. Dapat disimpulkan kasus adenokarsinoma prostat  rata-rata terjadi pada usia 68 tahun, paling banyak didiagnosis pada bahan kerokan. Sebagian besar kasus memiliki kesesuaian antara diagnosis klinis dan diagnosis histopatologi.  Kasus yang didiagnosis umumnya termasuk dalam kategori poorly differentiated dan prognostic Gleason group grade  4.
Cowpea (Vigna unguiculata) Extract Reduce Malondialdehyde Levels and Prevent Aortic Endothelial Cell Decline in Ovariectomized Rats Ni Putu Sri Haryati; Elisa Danik Kurniawati; Tanti Tri Lestary; Eviana Norahmawati; I Wayan Arsana Wiyasa; Dwi Yuni Nur Hidayati; Tatit Nurseta
Medical Laboratory Technology Journal Vol. 7 No. 2 (2021): December
Publisher : Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Jurusan Analis Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (484.221 KB) | DOI: 10.31964/mltj.v0i0.402

Abstract

Estrogen has anti-oxidative and anti-inflammatory properties, but its levels decrease in postmenopausal women who can trigger oxidative stress. One of the most damaging effects of ROS is lipid peroxidation, and the end product is Malondialdehyde (MDA). Similarly, aging endothelium has increased oxidative stress and endothelial cell sensitivity to apoptosis. This study aimed to determine the effect of cowpea extract on serum MDA levels, aortic endothelial cell counts, and brain MDA levels in the ovariectomy model. Cowpea extract can be used as an alternative to prevent and overcome the effects that occur during menopause, such as cardiovascular problems, decreased bone mineral density, and dementia. The study used 15-month-old female Rattus norvegicus, divided into six groups (OVX, SHAM, OVX+estradiol, OVX+Vu 1.25; 2.5; and 5 mg/kg BW/day). Serum and brain MDA levels were examined by ELISA method, while the number of aortic endothelial cells were examined on histopathological preparations with Hematoxylin & Eosin (HE) staining. The mean value of serum and brain MDA levels decreased with an increase in the dose given (p-value 0.016). The mean value of aortic endothelial cells between the dose groups did not significantly differ. However, the mean value showed an increasing trend as the dose of cowpea extract was given. The results of this study indicate that the extract of cowpea has the potential as an antioxidant to reduce serum and brain MDA levels, prevent a decrease in the number of aortic endothelial cells. As prevention, cowpea extract can be used as an antioxidant and consumed since premenopause to minimize problems that occur during postmenopause.
PENGARUH EKSTRAK MASERASI TEH HIJAU TERHADAP APOPTOSIS SEL GRANULOSA FOLIKEL OVARIUM PADA RATTUS NORVEGICUS YANG DIPAJAN MSG Endah Wijayanti; Tatit Nurseta; Eviana Norahmawati
MMJ (Mahakam Midwifery Journal) Vol 4 No 1 (2019): Volume 4 No. 1 Mei 2019
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (510.154 KB) | DOI: 10.35963/midwifery.v4i1.121

Abstract

Abstract Monosodium glutamate is one of the additives used a food flavoring and is widely known by society. The consumption of MSG in large quantities leads to the lesions of the hypothalamus nucleus, leading to some changes in the reproductive system. The aim of this study is to find out the influence of green tea extract against Apoptosis cells Granulose ovarian follicle Rattus norvegicus Dipajan MSG. The research method of using a true experimental research approach post test only control group Design. The sample used was a female white rat (Rattus norvegicus) the number of 25 tails divided into 5 groups. Exposure of monosodium glutamate administered at a dose of 0.7 mg/grBB per oral and green tea extract a variety of doses administered 2 hours thereafter during 30 days after the rats were obtained in the Proestrus phase. Apoptosis examination uses In Situ Cell Death Detection Kit, POD catalog number 11684817910 of Roche brand with Tunnel method. Data were analyzed using the One Way ANOVA test. Results showed that the lowest average apoptosis rate was seen in the MSG Administration treatment group and green tea extract dose 1.4 mg/tail/day (18,686 ± 2,247) but increased again on the group's MSG administration treatment and green tea extract dose 2.8 mg/tail/day (23,752 ± 3,206). So the administration of green tea extract of varying doses can decrease apoptosis in the Rattus norvegicus that is Dipajan MSG. Keywords: green tea extract, monosodium glutamat, Apoptosis Abstrak Monosodium glutamat, merupakan salah satu zat aditif yang digunakan sebagai penyedap makanan dan dikenal secara luas oleh masyarakat. Konsumsi MSG dalam jumlah besar menyebabkan lesi bagian nucleus arkuata hipotalamus sehingga menimbulkan beberapa perubahan pada sistem reproduksi. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh ekstrak teh hijau terhadap Apoptosis Sel Granulosa Folikel Ovarium Rattus norvegicus yang dipajan MSG. Metode Penelitian menggunakan penelitian true eksperimental pendekatan post test only control group design. Sampel yang digunakan adalah tikus putih betina (Rattus norvegicus) sejumlah 25 ekor yang terbagi menjadi 5 kelompok. Paparan monosodium glutamat diberikan dengan dosis 0,7 mg/grBB per oral dan ekstrak teh hijau berbagai dosis diberikan 2 jam setelahnya selama 30 hari setelah didapatkan tikus berada pada fase proestrus. Pemeriksaan Apoptosis menggunakan In Situ Cell Death Detection Kit, POD nomor katalog 11684817910 merk Roche dengan metode Tunel. Data dianalisis menggunakan uji One Way Anova. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Nilai rerata apoptosis terendah tampak pada kelompok perlakuan pemberian MSG dan ekstrak teh hijau dosis 1,4 mg/ekor/hari (18.686± 2.247) namun meningkat lagi pada kelompok perlakuan pemberian MSG dan ekstrak teh hijau dosis 2,8 mg/ekor/hari (23.752± 3.206). Sehingga pemberian ekstrak teh hijau berbagai dosis dapat menurunkan apoptosis pada Rattus norvegicus yang dipajan MSG Kata Kunci : ekstrak teh hijau, monosodium glutamat, dan Apoptosis
Endoglin Expression and the Level of Tgf-Î’ Are Increased In the Placental Tissue and Correlated with Low Fetal Weight in Malaria Infected Mice sujarot dwi sasmito; Adilah Ulfiati; Ardhian Wardana; Fitriana Nugraheni; Nur Fahma Pradiptasari; Zakiyah Zulaifa; Eviana Norahmawati; Teguh Wahju Sardjono; Loeki Enggar Fitri
Journal of Tropical Life Science Vol. 5 No. 1 (2015)
Publisher : Journal of Tropical Life Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11594/jtls.5.1.%x

Abstract

Malaria infection during pregnancy can cause accumulation of infected-red blood cells in placental intervillous space and induces placental tissue inflammation and hypoxia. This condition triggers endoglin expression, and release of soluble endoglin which can interfere TGF-β binding to its receptor. The aim of this study was to investigate the correlation between placental endoglin expression and TGF-β level with low fetal weight (LFW) in malaria-infected mice. Nine pregnant mice infected with Plasmodium berghei on the day 9th post mating (malaria infected group) and eight normal pregnant mice (non-infected group) were used in this study. The mice were sacrificed on the day 18th post mating, and all fetal body weights were measured by analytical scale. Enzyme Link Immunosorbent Assay (ELISA) was done to determine the level of placental TGF-β while immunohistochemical staining was performed to examine endoglin expression in placental tissue. The mean of fetal body weights of malaria infected group was significantly lower than non-infected group (p=0,002), while the expression of placental endoglin in malaria infected group was significantly higher than non-infected group (p=0.003). The level of placental TGF-β in malaria infected group was also higher than non-infected group but the difference was not significant (p=0.064). Pearson correlation test showed that there were significant negative correlations between fetal body weights with the level of placental TGF-β (p=0.017, r=-0.568) and the expression of placental endoglin (p=0.002, r=-0.694). Malaria infection in pregnant mice will increase both TGF- β and endoglin in placenta tissue and correlate with low fetal weight.   
Survival Analysis of Clinicopathology Profile, Risk Factor, and Prognostic Factor in Cervical Carcinomas with Chemoradiation Irwanto, Yahya; Permatasari, Ineke; Patricia, Aliesya; Ganisia, Ainun; Norahmawati, Eviana
Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol 7, No S1 (2022): Suplement 1
Publisher : Universitas Aisyah Pringsewu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (938.982 KB) | DOI: 10.30604/jika.v7iS1.1187

Abstract

Cervical carcinoma causes several problems like pain and suffering at least death. However, it is the most preventable, curable, and high survival type of cancer. This study aims to analyze the survival of cervical cancer patients based on factors that are considered influential, such as clinicopathological profiles, risk factors, and prognostic factors to order the effectiveness of therapy and improve the quality of life in patients receiving chemoradiation. In an analytical observational retrospective cohort design study, using secondary data, samples contain all patients diagnosed with cervical cancer who received chemoradiation therapy from January to December 2017 which is 151 patients. This study revealed that the 5year survival rate is 57.6%. The lowest Person Time is 3 months and the longest is 60 months, average 45.80 months, standard deviation 18.179 months. There was a significant influence on the clinicopathological profile including Age (0.002), Histopathology (0.012), and Stage (0.000). Risk factors: parity (0.000), Education (0.007), Number of Marriages (0.025), Menstrual Disorders (0.021), Contraception (0.004), Cancer History (0.000), Body Mass Index (0.022), Area of residence (0.009). Prognostic factors: chemoradiation type (0.002), chemotherapy type (0.000), radiation type (0.001), radiation technique (0.007). The results indicate that the survival rate of cervical cancer patients with chemoradiation still has to be concern. Abstrak: Karsinoma serviks menyebabkan masalah kesakitan, penderitaan dan menjadi penyebab kematian. Akan tetapi, juga merupakan jenis kanker yang paling dapat dicegah, disembuhkan dan memiliki kesintasan hidup tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kesintasan hidup pasien karsinoma serviks berdasarkan faktor yang dinilai berpengaruh yaitu profil klinikopatologi, faktor risiko, dan faktor prognostik guna menilai efektivitas terapi demi peningkatan kualitas hidup pada pasien yang menerima kemoradiasi. Penelitian ini merupakan studi analisis observasional dengan desain retrospective cohort, menggunakan data sekunder, sampel dalam penelitian ini mencakup semua pasien dengan diagnosa karsinoma serviks yang menerima terapi kemoradiasi dari bulan Januari hingga Desember 2017 sejumlah 151 pasien. Pada penelitian ini didapatkan data 5 tahun kesintasan sebesar 57.6%. Person Time terendah 3 bulan dan terlama 60 bulan dengan nilai rata-rata 45,80 bulan, standar deviasi 18,179 bulan. Terdapat pengaruh signifikan Profil Klinikopatologi meliputi kategori Usia (0.002), Histopatologi (0.012), Stadium (0.000). Faktor Risiko meliputi kategori paritas (0.000), Pendidikan (0.007), Jumlah Pernikahan (0.025), Gangguan Menstruasi (0.021), Kontrasepsi (0.004), Riwayat Kanker (0.000), Indeks Masa Tubuh (0.022), Daerah tinggal (0.009). Faktor Prognostik meliputi Jenis Kemoradiasi (0.002), Jenis Kemoterapi (0.000), Jenis Radiasi (0.001), Teknik Radiasi (0.007). Hasil ini menunjukan bahwa kesintasan hidup pada pasien karsinoma serviks yang mendapat terapi kemoradiasi masih membutuhkan perhatian.
Profil Klinikopatologi Karsinoma Payudara di Instalasi Patologi Anatomi RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Ervina, Rita; Norahmawati, Eviana; Angelina, Aina
Jurnal Klinik dan Riset Kesehatan Vol 1 No 1 (2021): Edisi Oktober
Publisher : RSUD Dr. Saiful Anwar Province of East Java

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1871.232 KB) | DOI: 10.11594/jk-risk.01.1.3

Abstract

Kanker payudara pada wanita menempati urutan pertama kanker primer tersering, dengan tingkat kematian tinggi. Penelitian ini bertujuan memberikan data gambaran dasar profil klinikopatologi dan imunohistokimia karsinoma payudara invasif karena belum ada data profil klinikopatologi kanker payudara di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Penelitian ini observasional deskriptif, teknik total sampling, desain penelitian Cross Sectional. Menggunakan data dari rekam medis di Instalasi Patologi Anatomi RSUD Dr. Saiful Anwar Malang periode Januari 2018 - Maret 2020. Variabel yang diukur usia, lokasi payudara, jenis spesimen, histopatologi, derajat keganasan histopatolgis (grading), dan profil immunohstokimia. Hasil menunjukkan kejadian karsinoma payudara invasif terbanyak pada tahun 2019 sebanyak 270 kasus (50%), rentang usia tertinggi antara 46 - 55 tahun sebanyak 142 orang (28%). Teknik pengambilan sampel dengan cara mastektomi sebesar 316 (58%) dibandingkan biopsi sebanyak 226 (42%), lokasi tersering terjadinya karsinoma tidak didapatkan perbedaan bermakna antara payudara kanan atau kiri. Jenis histopatologi terbanyak Invasif Carcinoma of No Special Type (NST) sebesar 475 kasus (88%) dari 542 kasus karsinoma payudara invasif, derajat keganasan histopatologi terbanyak adalah grade III sejumlah 240 kasus (47%). Berdasarkan profil imunohistokimia, Luminal A merupakan kategori tebanyak sebesar 44 kasus (31%), dibandingkan Luminal B, Ekspresi HER2 ataupun kanker payudara tripel negatif. Kesimpulannya adalah usia terbanyak penderita karsinoma invasif payudara terjadi pada usia 46-55 tahun, tidak terdapat perbedaan distribusi karsinoma payudara pada payudara kanan atau kiri, jenis spesimen terbanyak diambil dari Teknik mastektomi, jenis histopatologi terbanyak yaitu invasive carcinoma of NST, derajat keganasan histopatologi terbanyak pada grade III, luminal A terbanyak pada pemeriksaan imunohistokimia karsinoma payudara invasif.
Profil Klinikopatologi Pasien Osteosarcoma di Instalasi Patologi Anatomi RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 2018–2020 prihantoro, teguh; Dewi, Rose; Norahmawati, Eviana
Jurnal Klinik dan Riset Kesehatan Vol 1 No 3 (2022): Edisi Juni
Publisher : RSUD Dr. Saiful Anwar Province of East Java

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11594/jk-risk.01.3.2

Abstract

Pendahuluan: Osteosarcoma merupakan keganasan tulang primer tersering dan memiliki prognosis yang kurang baik. Meskipun tumor primer telah dilakukan pembedahan, pasien tetap berisiko tinggi mengalami metastasis. Sehingga angka kejadian dan karakteristik klinikopatologis osteosarcoma perlu diteliti. Tujuan: Mendapatkan data epidemiologi untuk membantu manajemen diagnosis dan tatalaksana pasien osteosarcoma. Metode: Penelitian ini dilakukan secara deskriptif retrospektif. Data didapat dari rekam medik laboratorium patologi anatomi RSU Dr. Saiful Anwar Malang tahun 2018-2020 yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Variabel yang diteliti meliputi jenis kelamin, usia, lokasi, subtipe, grade, penilaian Huvos grading. Hasil: Didapatkan 68 kasus osteosarcoma yang memenuhi kriteria. Sebanyak 23 kasus di tahun 2018, 23 kasus di tahun 2019, dan 22 kasus di tahun 2020. Didapatkan dari pemeriksaan FNA sebanyak 43, HPA sebanyak 23, dan dari IHK 2 kasus. Penderita terbanyak laki-laki (52.94%). Usia penderita mulai 8 tahun hingga 79 tahun. Dengan rata-rata usia 24,56 tahun, median usia 16 tahun, dan terbanyak pada rentang usia 11-20 tahun. Lokasi tersering pada ekstremitas inferior (82.35%). Subtipe terbanyak adalah osteosarcoma NOS (94.12%). Grade terbanyak merupakan High grade (94.12%). Dari keseluruhan kasus osteosarcoma, didapatkan 3 kasus yang dilakukan huvos grading, didapatkan 1 kasus merupakan grade 1, dan sebanyak 2 kasus merupakan grade 2. Kesimpulan: Penderita osteosarcoma terbanyak laki-laki, tersering pada rentang usia 11-20 tahun. Lokasi tersering pada ekstremitas inferior, subtipe terbanyak osteosarcoma NOS, grade terbanyak high grade. Sebagian besar kasus tidak dilakukan dilakukan huvos grading.
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BIJI PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP KETEBALAN LAPISAN OTOT POLOS TUBA FALLOPII TIKUS PUTIH BETINA GALUR WISTAR Ega Prosfera, Rahma Haryunita; Eviana Norahmawati; Miftahul Jannah
Zona Kebidanan: Program Studi Kebidanan Universitas Batam Vol 15 No 1 (2024): DESEMBER
Publisher : Universitas Batam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37776/zkeb.v15i1.1617

Abstract

Many hormonal contraceptives users are many have experienced to drop out due to the side effects, which so it made the background to use natural materials, namely plants as alternative contraception because their side effects are relatively small. Papaya seeds are one part of the plant that contains antifertility ingredients such as alkaloid, saponin, and tannin compounds which are thought to interfere with hormonal processes in the body. This study aim to determine the effect of papaya seed ethanol extract on the thickness of the fallopian tube smooth muscle layer in female white rats. This study was a true experimental design with a randomized post test only control design conducted in November 2019-January 2020 were divided into 4 treatment groups namely 1 control group (without treatment) and 3 treatment groups (dose P1 0,1 mg/g BB, P2 0,2 mg/g BB, and P3 0,3 mg/g BB).The checking method in this study by measuring the thickness of the fallopian tube smooth muscle layer on histopathology anatomy slides of fallopian tube through HE staining. The measurements using a Dot Slide Olympus BX51 Microscope with an Olyvia application. Data analysis use Saphiro Wilk test, Levene test, One Way ANOVA test, and Post Hoc test with Tukey HSD using SPSS 25. The results of this study were effect of papaya seed ethanol extract take effect to reduce the thickness of the fallopian tube smooth muscle layer in the treatment group as the dose given papaya seed ethanol extract with the optimal dose is 0,3 mg/g BW.