Claim Missing Document
Check
Articles

Peningkatan Nilai Tambah dan Strategi Pengembangan Usaha Pengolahan Salak Manonjaya Hepi Hapsari; Endah Djuwendah; Tuti Karyani
Agrikultura Vol 19, No 3 (2008): Desember, 2008
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (129.282 KB) | DOI: 10.24198/agrikultura.v19i3.1005

Abstract

Pengolahan buah salak Manonjaya dapat meningkatkan nilai jual buah dan pandapatan produsen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) nilai tambah pengolahan salak, 2) faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi usaha pengolahan salak, dan 3) strategi pengembangan pengolahan salak. Metode yang digunakan adalah survei deskriptif. Responden penelitian adalah para pengrajin dan pedagang produk olahan salak di Tasikmalaya. Data dianalisis dengan  analisis nilai tambah, rasio penerimaan terhadap biaya, dan analisis faktor internal-ektenal. Hasil menelitian menunjukkan bahwa produksi dodol, manisan dan keripik salak menciptakan nilai tambah sebesar masing-masing Rp 6.234,65/kg, Rp 10.443,23/kg dan Rp 2.297,33/kg. Faktor internal kekuatan dan kelemahan usaha pengolahan buah salak, dan juga faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancamannya telah diinventarisasi. Strategi untuk mengembangkan usaha pengolahan buah salak di Manonjaya adalah mempertahankan dan memelihara penetrasi pasar serta diversifikasi  produk olahan.
STRATEGI PENGEMBANGAN DAERAH TERTINGGAL DI KABUPATEN GARUT Endah Djuwendah; Hepi Hapsari; Eddy Renaldy; Zumi Saidah
Sosiohumaniora Vol 15, No 2 (2013): SOSIOHUMANIORA, JULI 2013
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (268.95 KB) | DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v15i2.5744

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas ekonomi yang dapat dikembangkandi wilayah Kabupaten Garut bagian selatan dan strategi dalam pembangunan daerah tertinggal di GarutSelatan.Metode yang digunakan adalah survey deskriptif dengan menggunakan data primer dan dataskunder dengan unit analisisnya 16 kecamatan. Teknis analisis menggunakan indek produktivitasrelatif (IPR)dan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kabupaten Garut bagian selatanmemiliki sumberdaya alam yang berciri sektor pertanian,perikanan, peternakan pertambangan dan energiserta pariwisata. Terdapat lima strategi utama untuk pengembangan daerah tertinggal di wilayah GarutSelatan yaitu dengan cara memadukan pembangunan sektoral dan kewilayahan yang berbasis potensisumberdaya lokal melalui : (a) Peningkatan akses kerjasama berbagai sektor pemerintah, swasta danperguruan tinggi untuk mengatasi keterbatasan dana pembangunan berkelanjutan (b) pengembanganekonomi berbasis potensi lokal dengan cara pengembangan komoditas unggulan spesifik lokasi danproduk olahan melalui teknologi tepat guna dan perluasan pemasaran, (c) optimalisasi peran pusatpelayanan dengan cara melengkapi ketersediaan sarana dan prasarana serta keterkaitan sosial ekonomidengan daerah pelayanannya, (d) peningkatan kualitas SDM dan pemberdayaan masyarakat melaluipendidikan/pelatihan dan pembinaan kelembagaan berbasis pedesaan, (e) optimalisasi peran kabupatengarut sebagai daerah penyangga Jawa barat melalui efektifitas penggelolaan tata ruang kawasan lindungdan budidaya dengan mempertimbangkan kawasan rawan bencana alam. 
PEMANFAATAN PELAYANAN INFORMASI PASAR OLEH PETANI DAN PEDAGANG KUBIS BUNGA : Kasus di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Hepi Hapsari; Ronnie S. Natawidjaja; Yuni Astuti
Sosiohumaniora Vol 11, No 2 (2009): SOSIOHUMANIORA, JULI 2009
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (362.401 KB) | DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v11i2.5416

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui karakteristik informasi yang dibutuhkan petani dan pedagang kubis bunga. Penelitian menggunakan metode survei dengan analisis data secara deskriptif dan uji Augmented Dickey-Fuller (ADF). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber, isi, media dan frekuensi penyampaian informasi PIP sesuai dengan keinginan petani dan pedagang. Namun informasi harga yang disajikan PIP tidak dimanfaatkan oleh petani dan pedagang. Petani menggunakan informasi harga dari pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul memperoleh informasi dari pedagang besar. Pedagang besar memperoleh informasi dari loper (pengecer). Informasi harga PIP cenderung lebih tinggi dari harga faktual yang terjadi di pasar. Faktor-faktor yang mempengaruhi petani dan pedagang tidak menggunakan informasi harga PIP karena (1) kesenjangan harga PIP dengan harga pasar faktual, (2) publikasi melalui papan harga dan surat kabar sudah tidak ada lagi, (3) kurangnya pengetahuan petani dan pedagang tentang PIP.
PERILAKU KOMUNIKASI “SADAR PANGAN DAN GIZI” PADA AKSEPTOR KB LESTARI (Kasus di Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang) Hepi Hapsari
Sosiohumaniora Vol 9, No 1 (2007): SOSIOHUMANIORA, MARET 2007
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v9i1.5374

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku komunikasi “Sadar Pangan dan Gizi” akseptor KB Lestari. Perilaku komunikasi meliputi perilaku mencari dan menyampaikan informasi dilihat dari aspek kuantitas (frekeuensi) dan kualitas (level komunikasi), terpaan media massa dan kontak dengan nara sumber informasi. Metode penelitian survey deskriptif dengan pengambilan contoh acak sederhana. Analisis data dengan deskriptif kualitatif berdasarkan tabulasi frekuensi. Informasi Pangan dan Gizi yang diminati dan banyak dikomunikasikan responden meliputi makanan yang beragam dan bergizi untuk keluarga sehat, ibu hamil, BBBLC, produktivitas ASI, pertumbuhan bayi dan balita, serta kecerdasan anak-anak. Informasi Pangan dan Gizi yang kurang diminati dan kurang dikomunikasikan responden meliputi makanan yang beragam dan bergizi untuk produktivitas kerja, kebugaran jasmani, umur panjang, dan ketahanan tubuh. Level komunikasi berada dalam rentang : hanya sekedar bicara ringan (level 1) sampai mampu berempati dengan lawan bicara (level 3). Responden mendapatkan informasi Pangan dan Gizi dari PLKB, PPL, petugas Puskesmas, kader PKK-Posyandu, bidan desa, aparat desa, dokter/bidan swasta. Media massa cetak maupun elektronik tidak digunakan sebagai sumber informasi Pangan dan Gizi, namun lebih berfungsi sebagai media hiburan. Kata kunci : Perilaku Komunikasi, Pangan-Gizi, Keluarga Berencana
KARAKTERISTIK PETANI DAN PROFIL USAHATANI UBI JALAR DI KECAMATAN ARJASARI, KABUPATEN BANDUNG Hepi Hapsari; Elly Rasmikayati; Bobby Rachmat Saefudin
Sosiohumaniora Vol 21, No 3 (2019): SOSIOHUMANIORA, NOPEMBER 2019
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4569.684 KB) | DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v21i3.21288

Abstract

Ubi jalar merupakan salah satu sumberdaya hayati unggulan yang berdaya saing industri karena permintaan untuk ekspor yang tinggi. Namun demikian, kajian agribisnis ubi jalar dari sudut pandang sosial ekonomi di tingkat petaninya belum banyak diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Menganalisis karakteristik individu petani ubi jalar; dan 2) Memahami karakteristik usahatani ubi jalar ditinjau dari penggunaan benih ubi jalar, status kepemilikan lahan, pola tanam ubi jalar, penggunaan pupuk dan pestisida serta hasil produksi dan sistem pemasaran ubi jalar.Penelitian ini berlokasi di Kec. Arjasari, Kab. Bandung. Metode penelitian menggunakan metodesurveydengan teknik Simple Random Sampling. Alat análisis data yang digunakan adalah descriptive statistics analysis yang diperkaya denganhasil Focus Discussion Group (FGD). Hasil penelitian didapatkan bahwa petani ubi jalar di Kec. Arjasari, rata-rata berusia 51 tahun dengan pekerjaan utamanya adalah bertani ubi jalar. Mayoritas petani ubi jalar memiliki tingkat pendidikan rendah (SD dan tidak tamat SD) dengan kepemilikan lahan seluas 0,11-0,5 Ha yang merupakan warisan turun-temurun. Petani menanam ubi jalar varietas kuningan putih (AC Putih) dan ubi ungu. Pemupukan biasanya hanya dilakukan sekali yaitu pada saat tanaman berusia sekitar 2 bulan dengan sistem pembukaan tanah. Rata-rata produksi ubi jalar petani adalah 250-300 kg /100 m2. Tujuan pasar petani responden yakni bandar dengan sistem pembayaran tunai maupun tebasan. Kegiatan pascapanen seperti penyortiran dilakukan oleh petani dan bandar bersamaan saat berlangsungnya transaksi. 
OPTIMALISASI MANAJEMEN USAHA LEBAH MADU UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA Hepi Hapsari
Dharmakarya Vol 7, No 1 (2018): Maret
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1432.713 KB) | DOI: 10.24198/dharmakarya.v7i1.11878

Abstract

Kelompok Tani lebah madu Sunda Mukti di Manglayang Bandung baru dibentuk tahun 2014. Kelompok ini belum terampil dalam budidaya lebah madu, terkendala mahalnya biaya pelatihan, harga kotak lebah (stup) dan harga bibit (koloni lebah), serta peralatan yan terbatas. Kelompok ini juga belum tahu cara mengelola usahatani yang baik. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pendapatan petani melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan budidaya lebah dan manajemen usaha.  Metode yang digunakan adalah pemberdayaan secara partisipatif, yang meliputi pelatihan, pendampingan, monitoring evaluasi, bantuan bahan dan alat.  Pelatihan meliputi :  (1) analisis ketersediaan pakan, (2) teknik budidaya lebah madu, (3) workshop pembuatan kotak lebah (stup), (4) manajemen koloni lebah, (5) pencatatan usaha dan dinamika kelompok. Bantuan bahan untuk membuat kotak lebah, bibit (koloni) lebah, pakan lebah, dan peralatan budidaya. Evaluasi dilakukan setelah pelatihan, selama pendampingan dan menjelang kegiatan pengabdian berakhir. Aspek yang dievaluasi meliputi : partisipasi, pengetahuan, keterampilan, dan pelaksanaan kegiatan.  Hasil kegiatan : (1) partisipasi petani 100 %, (2) pengetahuan dan keterampilan meningkat, (3) pelaksanaan kegiatan sesuai dengan perencanaan. Pendapatan petani terkendala musim kering panjang (6 bulan) menyebabkan pakan lebah di alam berkurang dan produksi madu rendah. Petani mengganti dengan memberi pakan gula pasir hanya untuk mempertahankan koloni lebah, Pakan alami menurun menyebabkan hasil madu sedikit sehingga belum ada yang dapat dipasarkan. 
PERSEPSI KONSUMEN USAHA (RUMAH MAKAN PADANG) TERHADAP KUALITAS DAN HARGA CABAI UNPAD CK5 DI KOTA BANDUNG Rasyad T Munir; Yayat Sukayat; Hepi Hapsari
AGRIVET JOURNAL Vol 6, No 1 (2018)
Publisher : UNIVERSITAS MAJALENGKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

 Cabai besar sebagai tanaman hortikultura yang memiliki nilai ekonomi dan permintaan yang cukup tinggi,selalu dihadapkan kepada berbagai permasalahan, diantaranya rentan terhadap penyakit,seperti penyakit Antharknos yaitu penyakit (bercak daun) yang berpengaruh pada rendahnya, sehingga berpengaruh terhadap harga di tingkat pasar. Adanya fenomena ini menjadi tantangan bagi peneliti,termasuk peneliti Unpad untuk melakukan rekayasa genetika cabai tahan penyakit. Cabai Keriting 5 (CK5) merupakan hasil rekayasa yang secara laboratorium dan lapangan (di Kawali Ciamis dan Taraju Tasikmalaya) memiliki produksi yang baik, dan  tahan terhadap penyakit Antharknos. Cabai yang baik tidak hanya adaptif pada tataran proses produksi, di laboratorium dan lapangan tapi juga di tingkat pasar agar sesuai kebutuhan konsumen (Plant Breeding Partisipation). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran persepsi konsumen terhadap produk cabai Unpad CK5. Wawancara di lakukan kepada juru masak rumah makan padang di Kota Bandung yang dianggap memiliki pengalaman dalam memilih cabai yang berkualitas. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kualitas cabai Unpad CK5 dari segi fisik memiliki warna cerah, tidak ada tanda busuk, minimal residu pestisida, dan segar. Sedangkan dari segi harga yang ditawarkan masih terjangkau untuk konsumen usaha seperti rumah makan padang, namun lebih tinggi dari harga cabai yang biasa digunakan. 
Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Kemandirian Petani Mangga Gedong Gincu Dina Dwirayani; Hepi Hapsari; Tuhpawana P.Sendjaja
AGRIVET JOURNAL Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : UNIVERSITAS MAJALENGKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pemeliharaan pohon mangga oleh petani mangga di Kabupaten Majalengka belum intensif sehingga jumlah dan mutunya tidak stabil salah satunya adalah rendahnya tingkat adopsi teknologi. Proses pemberdayaan terhadap petani menjadi penting dilakukan sehingga menjadikan petani berdaya dan memiliki kemandirian menjadi faktor penting untuk dikaji dan ditindak lanjuti.                Lokasi penelitian yaitu Desa Pasirmuncang dan Desa Cijurey, Kecamatan Panyingkiran Kabupaten Majalengka. Metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan jumlah sampel 60 dengan cara stratified random sampling serta dianalis dengan analisis jalur.                Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kemandirian petani mangga gedong gincu di Majalengka berada pada kategori rendah. Faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kemandirian ini adalah faktor keberdayaan dan kepemimpinan lokal. Faktor keberdayaan menjadi faktor yang paling berpengaruh.Kata Kunci : kepemimpinan lokal, keberdayaan, kemandirian
KEPUTUSAN PETANI DALAM PENGEMBANGAN STEVIA DI DAERAH PANGKUAN HUTAN (Kasus pada Kelompok tani Mulyasari Desa Cibodas Kecamatan Pasir Jambu Kabupaten Bandung) Yayat Sukayat; Hepi Hapsari; Pandi Pardian; Dika Supyandi; Rani Andriani BK
AGRIVET JOURNAL Vol 6, No 1 (2018)
Publisher : UNIVERSITAS MAJALENGKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kebutuhan gula pasir pada tingkat nasional menempati posisi kedua setelah beras (Maria, 2009).  Tahun 2016 kebutuhan gula pasir alami yang bersumber dari tanaman tebu (Sacharum Oficinarum L) untuk konsumsi dan industri mencapai 5,7 juta ton. Kebutuhan konsumsi sebanyak  2,7 juta ton jauh lebih banyak dari produksi nasional yang hanya mencapai 2,2 juta ton (Kemendag, 2017).  Masih di Tahun 2017, Pemerintah  membuka kran impor gula pasir sebanyak 3,22 juta ton untuk memenuhi kekurangan tersebut. Namun tetap masih kurang, sehingga ada indikasi industri makanan /minuman menggunakan gula sintetis. Alternatifnya dikembangkan pemanis alami berkalori rendah , berupa tanaman stevia (Budiarso,2008).  Suseno Amin dkk (2015)  melakukan rekayasa genetika stevia melalui induksi mutasi sinar gama, produksi daun basah di laboratorium dan dilapangan mencapai 0,08 kg per pohon atau 10 ton /ha setiap panen, yang bisa di penen 6 kali pertahun. Jawa Barat merupakan sentra pengembangan  Stevia, namun dari tahun 1984  sampai dengan tahun 2017 luasnya baru mencapai 10 Ha. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan  keputusan petani menanam stevia dan Faktor sosial ekonomi yang mendukungnya. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif , desain kuantitatif dengan teknik survey. Hasil dari penelitian ini hanya 15 % petani yang ikut mengembangkan stevia, sisanya (85%) tidak dan keuntungan ekonomi yang menjadi pertimbangan.
PARTISIPASI PETANI DALAM PEMULIAN STEVIA (Kasus di Kelompok tani Mulyasari Ciwidey Kabupaten Bandung) Yayat Sukayat; Hepi Hapsari; Pandi Pardian; Dika Supyandi
Agricore: Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian Unpad Vol 3, No 1 (2018): Agricore: Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian
Publisher : Departemen Sosial Ekonomi Faperta Unpad

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agricore.v3i1.18193

Abstract

ABSTRAKKebutuhan gula pasir yang bersumber dari tanaman tebu (Sacharum oficinarum L) untuk konsumsi rumah tangga dan industri pada tingkat nasional menempati posisi kedua setelah beras. Ketidakmampuan produksi nasional memaksa pemerintah membuka kran impor gula pasir untuk memenuhi kekurangan. Namun tetap saja kurang, sehingga ada indikasi industri makanan/minuman menggunakan gula sintetis. Oleh karenanya, tumbuh keinginan masyarakat untuk mencari alternatif pemanis alami berkalori rendah. Salah satu sumber pemanis tersebut adalah tanaman stevia (Stevia rebudiana). Namun hingga saat ini, pengembangan stevia nasional terkendala oleh ketersediaan benih. Peneliti dan pemulia Unpad melakukan rekayasa genetika stevia melalui induksi mutasi sinar gama dalam rangka menjawab kebutuhan tersebut. Agar komoditas ini adaptif dan sesuai dengan kebutuhan pengguna, pemulia melibatkan masyarakat dalam pengembangannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan keterlibatan/partisipasi pengguna dalam pengembangan benih stevia hasil rekayasa tim Unpad, mengkaji faktor-faktor yang ada hubungannya dengan partisipasi petani dalam pengembangan stevia, dan menelaah faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam penggunaan benih stevia Unpad. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi petani dalam pengembangan benih stevia adalah dalam bentuk ide/gagasan, kontribusi fisik dan kontribusi finansial. Partisipasi tidak terlepas faktor dukungan koperasi yang berfungsi sebagai penampung hasil, kelompok sebagai tempat belajar, dan petani anggota sebagai pelaku yang menjaga kuantitas dan kualitas produksi. Penggunaan benih stevia Unpad dipertimbangkan jika secara teknis stevia yang dikembangkan berumur pendek, memiliki rendemen gula yang tinggi, adaptif terhadap lingkungan, serta memiliki cabang yang cukup banyak. Kata kunci: pemuliaan stevia, partisipasi petaniABSTRACTThe need for sugar sourced from sugar cane (Sacharum oficinarum L) for household and industrial consumption at the national level occupies the second position after rice. The inability of national production forced the government to import sugar in order to meet the shortage. Import has not solved the problem, even there is an indication that food/beverage industries used synthetic sugar. Hence, desire of the community to find alternative natural low-calorie sweeteners has been growing. One of the sources of sweetener is stevia (Stevia rebudiana). Unpad researchers and breeders genetically modified stevia through induction of gamma rays in order to answer these needs. In order for this commodity to be adaptive and in accordance with the needs of users, breeders involved the community in its development. The purposre of this study was to describe the involvement/participation of users in the development of stevia seeds engineered by Unpad team, to examine factors that have to do with farmer participation in the development of stevia, and to study the factors that are considered in the use of Unpad stevia seeds. This research is descriptive qualitative research with case study techniques. The results showed that farmers' participation in the development of stevia seeds was in the form of ideas, physical contributions and financial contributions. Participation cannot be separated from several factors, namely the cooperative support, which functions as a place of results, the farmer group as a place of learning, and member farmers as actors who maintain the quantity and quality of production. The use of Unpad stevia seeds is considered if technically, developed stevia is short-lived, has a high sugar yield, is adaptive to the environment, and has quite a lot of branches.Keywords: stevia breeding, farmer participation
Co-Authors Agriani Hermita Sadeli Agustina, Cherli Lukman Ahmad Choibar Tridakusumah Alifia, Salma Amelia Hendra Anjelia, Serly Anne Charina Aulia, Muhammad Haikal Rizqy Azimah Nur Rahmah Azzahra, Sheila Najwa Bambang Sunandar Bobby Rachmat Saefudin Cherli Lukman Agustina Dika Supyandi Dika Supyandi Dina Dwirayani Eddy Renaldy Eka Purna Yudha Eliana Wulandari Elly Rasmikayati Elsha Munziah Elsha Munziah Elvira Aulia Hasanah Endah Djuwendah Erna Rachmawati Erna Rahmawati Ernah Ernah Ernah Ernah Ernah Ernah Eti Suminartika Farhan Muhammad Fachri Fauziyyah, Azka Nadia Febiola, Audia Ganjar Kurnia Gema Wibawa Mukti Gloria, Jeanete Gwendelin harina, Anne Hesty Nurul Utami Indrawibawa, Diky Iwan Setiawan Iwan Setiawan Karimah, Bella Esla Lies Sulistyowati Lies Sulistyowati Lucyana Trimo, Lucyana Mahra Arari Heryanto Mohammad Irfan Ghani Muhamad Rizky Wibowo Muhamad Rizky Wibowo Muhammad Arief Budiman Nadhifa Kartika Nadhifa Kartika Putri Neni Rostini Novianda Fawaz Khairunnisa Novianda Fawaz Khairunnisa Nur Syamsiah Nur Syamsiyah Nurulhaqq Sariwibawa Ahmad Zaeni Opan S Suartapradja Pandi Pardian Putra, Harry Wiyono Putri, Nadhifa Kartika R.A. Sukma Ayu Hanipradja Rani Andriani Rani Andriani BK Rani Andriani Budi Kusumo Rani Andriani, Rani Rasyad T Munir Resa Ana Dina Riantin Hikmah Widi Riantin Hikmah Widi Risyad M. Ikhsan Ronnie S. Natawidjaja Rosadi, Osad Imron Serly Anjelia Setiawan, Perdi Shohihah, Nurun Nahdhoh Siti Mardiana Sonia Az Zahra Sri Fatimah Sri Fatimah Sri Fatimah Suhandi, Raisya Alviani Puteri Sulandjari, Kuswarini Sulistyodewi Nur Wiyono Sumadinata, Raden Fathia Nurul Fadhilah SUPYANDI, DIKA Tarya J. Sugarda Tedi Hartoyo Trimo, Lucyana Trisna Insan Noor Tuhpawana P.Sendjaja Tuti Karyani Tuti Karyani Vanya Almeira Rizkika Yayat Sukayat Yayat Sukayat Yayat Sukayat Yayat Sukayat, Yayat Yosini Deliana Yosini Deliana YUNI ASTUTI Zumi Saidah