Claim Missing Document
Check
Articles

Found 38 Documents
Search

Gambaran Elektrolit dan Gula Darah Pasien Kejang Demam yang Dirawat di Bangsal Anak RSUP Dr. M. Djamil Periode Januari 2010 - Desember 2012 Khairunnisa Imaduddin; Iskandar Syarif; Rahmatini Rahmatini
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 2, No 3 (2013)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v2i3.146

Abstract

AbstrakKejang demam merupakan kelainan neurologik yang paling sering dijumpai pada anak. Kejang demam merupakan bangkitan kejang yang terjadi pada saat anak demam akibat proses ekstrakranial. Kejang demam terjadi pada suhu rektal >38 C. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran elektrolit dan gula darah pada pasien kejang demam yang dirawat di bangsal anak RSUP Dr. M. Djamil. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan metode retrospektif dengan mengambil data dari bagian rekam medis RSUP Dr. M.Djamil. Sampel penelitian adalah seluruh pasien kejang demam yang dirawat di bangsal anak RSUP Dr. M. Djamil periode Januari 2010 - Desember 2012 yang memenuhi kriteria inklusi. Dari 173 kasus kejang demam, terdapat 51 kasus yang memenuhi kriteria sampel penelitian. Sebagian besar sampel merupakan kejang demam pertama (76,5%). Kejang demam kompleks didapatkan sebesar 64,7%. Kasus kejang demam terbanyak terjadi pada kelompok usia ≥6 bulan < 2 tahun yaitu sebesar 51%. Kejang demam lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan perbandingan 1,4:1. Penelitian menunjukkan penurunan nilai natrium serum (n=46, 80,4%), dan kalsium serum (n=30, 63,3%), nilai kalium serum normal (n=46, 76,1%), dan peningkatan nilai gula darah sewaktu (n=45, 57,8%). Pada pasien kejang demam ditemukan penurunan nilai natrium dan kalsium serum, nilai kalium serum normal, dan peningkatan nilai gula darah sewaktu. Diharapkan penelitian yang akan datang memiliki jumlah sampel yang lebih besar untuk mengetahui gambaran elektrolit dan gula darah pada pasien kejang demam.Kata kunci: kejang demam, natrium serum, kalium serum, kalsium serum, gula darah sewaktuAbstractFebrile seizure is the most common neurological disorder found in children. Febrile seizure is seizure that occurs while the children have fever caused by extracranial process. It occurs in rectal temperature >38 C. This research aim to describe the electrolytes and blood glucose in patients with febrile seizure who were treated at the pediatric's ward of Dr. M. Djamil general hospital. From 173 cases of febrile seizures, there are 51 cases that meet the criterias of the research sample. Most of the research samples are first febrile seizure (76.5%). Complex febrile seizure occurred in 64.7%. Most cases of febrile seizures occurred in the age group ≥ 6 months - <2 years, about 51%. Febrile seizures are more common in males than females with the ratio 1.4:1. The research shows decrease serum sodium (n = 46, 80.4%), and serum calcium (n = 30, 63.3%), normal serum potassium (n = 46, 76.1%), and increase non-fasting blood glucose level (n = 45, 57.8%). The patients with febrile seizure show decrease serum sodium and calcium, normal serum potassium, and increase non-fasting blood glucose level. Expected future studies have a lot of samples in determining the electrolytes and blood glucose in patients with febrile seizure.Keywords: febrile seizures, serum sodium, serum potassium, serum calcium, non-fasting blood glucose level
Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Biji Rambutan (Nephelium lappaceum L.) sebagai Larvasida Alami pada Larva Nyamuk Aedes aegypti Zulhar Riyadi; Julizar Julizar; Rahmatini Rahmatini
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v7i2.807

Abstract

Metode pengendalian vektor yang sering digunakan hingga saat ini adalah larvasida sintetik temephos. Saat ini di beberapa daerah telah terjadi resistensi larva Aedes aegypti terhadap temephos, sehingga diperlukan larvasida alami sebagai alternatif. Ekstrak etanol biji rambutan (Nephelium lappaceum L.) mengandung senyawa flavonoid yang bersifat racun pernafasan sehingga dapat membunuh larva Aedes aegypti. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektivitas ekstrak etanol biji rambutan sebagai larvasida terhadap larva Aedes aegypti. Jenis penelitian ini adalah eksperimental dengan rancangan Post Test Only Group Design. Populasi dalam penelitian adalah larva Aedes aegypti instar III atau IV yang diperoleh dari telur yang dikoleksi dari rumah warga di Kelurahan Jati Kecamatan Padang Timur. Data penelitian dianalisis menggunakan uji Kruskal wallis dan uji signifikansi Mann-whitney, serta analisis probit untuk mendapatkan LC50 dan LC90. Hasil penelitian menunjukkan (1) konsentrasi terendah ekstrak etanol biji rambutan yang efektif membunuh larva Aedes aegypti adalah konsentrasi 4%, (2) LC50 dan LC90 dari ekstrak etanol biji rambutan adalah 0,975% dan 3,473%, (3) persentase kematian larva setelah dipaparkan temephos 0,012 mg/L adalah 83,75%. Simpulan penelitian ini adalah ekstrak etanol biji rambutan (Nephelium lappaceum L.) 4% terbukti lebih efektif dibandingkan dengan temephos 0,012 mg/L terhadap kematian larva Aedes aegypti di Kelurahan Jati, Kecamatan Padang Timur, Kota Padang.
Karakteristik Pasien Hipertensi di Bangsal Rawat Inap SMF Penyakit Dalam RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2013 Bagus Sedayu; Syaiful Azmi; Rahmatini Rahmatini
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v4i1.192

Abstract

AbstrakHipertensi merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Sekitar 95% hipertensi adalah hipertensi primer dan 5% adalah hipertensi sekunder. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pasien hipertensi di bangsal rawat inap SMF penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2013. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan observasional. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder berupa rekam medik periode 1 Januari sampai31 Desember 2013. Pengambilan sampel dilakukan dengan total sampling dan didapatkan 143 sampel. Dari hasil penelitian, didapatkan 97.9% adalah pasien hipertensi primer dan sisanya hipertensi sekunder. Persentase kelompok usia ≥ 60 tahun didapatkan paling banyak, yaitu 37.1%. Dari jenis kelamin, wanita lebih banyak dari pria, yaitu 64.3%.59.4% hipertensi adalah derajat II dan sisanya hipertensi derajat I. Amlodipin merupakan obat antihipertensi yang sering digunakan dengan persentase 31.6%. Gagal jantung merupakan komplikasi yang paling sering didapat dengan persentase 36,1%. Kesimpulan penelitian ini adalah sebagian besar pasien hipertensi adalah hipertensi primer, kelompok terbanyak usia ≥ 60 tahun, wanitalebih banyak daripada pria, hipertensi derajat II lebih banyak, amlodipin paling banyak digunakan, dan gagal jantung merupakan komplikasi yang paling seringKata kunci: hipertensi, karakteristik hipertensi, gagal jantungAbstractHypertension is one of the non-communicable disease that grow health problems in Indonesia. Approximately 95% of hypertension is essential hypertension and 5% is secondary hypertension. The objective of this research was to investigate characteristic of hypertensive patient in hospitalization ward functional medical staff internal medicine department of RSUP Dr. M. Djamil Padang in 2013. The research methods used was descriptive with observational approach. Sample collection was conducted by using secondary data from medical records period January 1st until December 31th, 2013. Sampling was conducted with a total sampling and obtained 143 samples.From the research, obtained that 97.9%is patient with primary hypertension and the rest is secondary hypertension. The percentage of the agegroup ≥ 60 years is earned the most,that is 37.1%. By gender, women is more than men is 64.3%. 59.4% hypertension is stage II and the rest is stage I hypertension. Amlodipine is antihypertensive drugs that often used with a percentage of 31.6%. Heart failure is a complication that is the most often obtained with a percentage of 36.1%.The conclusion of this research is majority of hypertensive patients is primary hypertension, group age ≥ 60 years is the most, women is more than man, more stage II hypertension, amlodipin is the most used, and heart failure is he most often complication.Keywords: hypertension, characteristic of hypertension, heart failure
Profil Sindrom Stevens Johnson pada Pasien Rawat Inap di RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari 2010 sampai Desember 2011 Amelia Rahayu; Rina Gustia; Rahmatini Rahmatini
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 3, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v3i2.42

Abstract

AbstrakSindrom Stevens Johnson (SSJ) merupakan reaksi mukokutaneus akut yang mengancam jiwa berupa nekrosis yang ekstensif dan lepasnya epidermis. Sindrom ini mengenai kulit, selaput lendir orifisium, dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat. Meskipun kasusnya jarang terjadi, SSJ memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan masyarakat karena angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa aspek kasus SSJ pasien rawat inap di RSUP Dr. M. Djamil Padang periode Januari 2010 sampai Desember 2011. Penelitian ini dilakukan secara retrospektif dengan menganalisis data rekam medik seluruh pasien SSJ yang dirawat inap. Variabel yang diteliti meliputi jenis kelamin, umur, penyebab SSJ, gejala SSJ, lama rawatan, tingkat keparahan, angka kesembuhan, dan angka mortalitas. Data diolah, dihitung persentasenya, dan disajikan dalam bentuk tabel. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 22 kasus SSJ (0,05%) dengan perbandingan insiden pada pria dan wanita adalah 3:1. SSJ banyak terjadi pada umur >19 tahun sampai ≤59 tahun (31,81%) dengan penyebab terbanyak adalah obat (81,82%) terutama obat golongan antikonvulsan (33,33%). Semua pasien mengalami gejala prodromal dan trias kelainan SSJ. Lama rawatan pasien SSJ ≤10 hari. Sebagian besar pasien memiliki tingkat keparahan SSJ yang ringan berdasarkan nilai SCORTEN, yaitu 3,2% dan hampir semua pasien sembuh (95,46%).Kata kunci: Sindrom Stevens Johnson, SCORTENAbstractStevens-JohnsonSyndrome (SJS) is acute life-threatening mucocutaneous reactions characterized by extensive necrosis and detachment of the epidermis. SSJ comes to the skin, mucous membrane, and the eyes with varies of general state from mild to severe. Although this case is rare, it has a significant public health impact because of high mortality and morbidity. The aim of this study is to know some aspects of SJS cases toward hospitalized patients in Dr. M. Djamil Padang Hospital during January 2010 until December 2011.This study is conducted a retrospective study by analyze the medical record of hospitalized patients with SJS. Variables that were evaluated covered gender, age, causes of SJS, clinical manifestation of SJS, treatment time, the severity, cure rate, and mortality rate. The data were processed, counted the percentage, and presented in tabular form.The result showed there were 22 SJS cases (0,05%) with incidence ratio between male and female was 3:1. SJS most happened in >19 and ≤59 years age group (31,81%) with the most causes was drugs (81,82%) especially anticonvulsant group of drugs (33,33%). All of the patients showed prodromal symptoms and triage abnormalities of SJS. Treatment time for the patients was ≤10 days. A total of 81,82% patients had mild severity based on SCORTEN values, i.e. 3,2% and almost all the patients recovered from SJS (95,46%).Keywords:Stevens-Johnson Syndrome, SCORTEN
Perbandingan Efektivitas Obat Kumur yang Mengandung Chlorhexidine dengan Povidone Iodine terhadap Streptococcus Jeanne Mervrayano; Rahmatini Rahmatini; Elizabeth Bahar
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v4i1.216

Abstract

AbstrakPenyakit gigi menempati urutan ke-6 dari keluhan masyarakat atau 5.21% dari 25.13% masyarakat yang mengeluh sakit gigi. Hasil Survei Kesehatan Nasional 1995, mendapatkan 90% rumah tangga memiliki sikat gigi sehingga dapat diasumsikan bahwa masyarakat sadar akan pentingnya kesehatan gigi, tetapi tidak diimbangi dengan pengetahuan yang cukup dalam pemeliharaanya, sehingga perlu cara lain untuk mengontrol plak yaitu dengan obat kumur. Streptococcus mutans adalah bakteri yang banyak ditemukan dalam rongga mulut. Sifat anti bakteri obat kumur terutama ditentukan oleh bahan aktif yang terkandung di dalamnya seperti Chlorhexidine dan Povidone iodine. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan efektivitas obat kumur Chlorhexidine dan Povidone iodine terhadap Streptococcus mutans. Penelitian ini berjenis eksperimental dengan rancangan penelitian true experiment dengan post test only with control group design dengan jumlah sampel 16 kali pengulangan. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran diameter zona hambat (halo) sekitar cakram. Hasil penelitian ini menunjukan rerata zona hambat sediaan chlorhexidine adalah 19,4 mm, dan povidone iodine adalah 7,6 mm. Dari hasil pengukuran zona hambat, sediaan yang membentuk zona hambat rata-rata paling besar adalah sediaan obat kumur yang mengandung clorhexidine.Kata kunci: chlorhexidine, povidone iodine, streptococcus mutansAbstractDental disease ranks 6th of public complaints or 5.21% from 25.13% of the people who complained of a toothache. National Health Survey, 1995, get 90% of households have a toothbrush so that it can be assumed that the public are aware of the importance of dental health, but not balanced with sufficient knowledge in caretaker, therefore it needs another way to control plaque mouthwash. Mouthwash is a solution or liquid used to help provide freshness in the oral cavity and clean the mouth of plaque and organisms that cause disease in the oral cavity. Streptococcus mutans is one of the microorganisms that are found in the oral cavity is a major cause of oral diseases. Antibacterial mouthwash is mainly determined by the active ingredients contained in them such as Chlorhexidine and Povidone iodine.The objective of this study was to compare the effectiveness of Chlorhexidine mouthwash and Povidone iodine against Streptococcus mutans. Experimental research of this type with the study design True Experiment with Posttest Only Control Group Design with a sample of 16 repetitions. Data collection is done by measuring the diameter of inhibition zone ( halo ) around the discs. The results of this study showed an average inhibition zone Chlorhexidine preparation is 19.4 mm, and povidone iodine was 7.6 mm. Judging from the results of inhibition zone measurement, stocks that make up the average zone of inhibition is greatest mouthwash preparations containing clorhexidine.Keywords:Chlorhexidine, Povidone iodine, Streptococcus mutans
Perbandingan Daya Hambat Larutan Antiseptik Povidone iodine dengan Ekstrak Daun Sirih terhadap Candida albicans secara In Vitro Septriana Putri; Aziz Djamal; Rahmatini Rahmatini; Cimi Ilmiawati
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 4, No 3 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v4i3.393

Abstract

Abstrak Candida albicansb (C. albicans) adalah salah satu mikroorganisme penyebab masalah kesehatan reproduksi wanita, yaitu keputihan (fluor albus). Penggunaan larutan povidone iodine dan bahan alam seperti ekstrak daun sirih menjadi pilihan masyarakat sebagai pembersih alat kewanitaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkandaya hambat larutan antiseptik povidone iodine dan ekstrak daun sirih terhadap jamur C. albicans secara in vitro. Penelitian dilakukan terhadap lima isolat jamur C. albicans dengan larutan kontrol akuades.Perlakuan terdiri dari povidone iodine, ekstrak daun sirih dengan konsentrasi 5%, 10%, dan 20%.Hasil penelitian menunjukkan bahwa povidone iodine memiliki daya hambat terhadap C. albicans. Ekstrak daun sirih dengan konsentrasi 5% dan 10% tidak memiliki daya hambat terhadap C. albicans, namun ekstrak daun sirih konsentrasi 20% memiliki daya hambat terhadap C. albicans. Analisis statistik dengan uji ANOVA yang dilanjutkan dengan uji Post-hoc menunjukkan perbedaan bermakna antara daya hambat larutan povidone iodine dan ekstrak daun sirih 20% terhadap kontrol(p < 0.05).Larutan povidone iodine memiliki daya hambat dua kali lebih besar terhadap pertumbuhan C. albicans dibandingkan ekstrak daun sirih 20%. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa larutan povidone iodine dan ekstrak daun sirih 20% dapat menghambat pertumbuhan jamur C. albicans secara in vitro. Kata kunci: povidone iodine, ekstrak daun sirih, Candida albicansAbstract Candida albicans (C. albicans) is one of the frequent causes of  reproductive health problems in women, namely vaginal discharge (fluor albus). The antiseptic solution, povidone iodine, is still an option to overcome vaginal discharge. The use of natural materials such as betel (Piper betle L.) leaves extract also become a popular choice as adouche for women. The objective of this study was to compare the inhibitory activity of povidone iodine solution and betel leaf extract against the growth of C. albicans in vitro. We used five different isolates of C. albicans with distilled water as control. Each isolate was treated with povidone iodine solution, betel leaf extract at concentration of 5%, 10%,and 20%. The results showed that povidone iodine had inhibitory effect on C. albicans. Betel leaf extract at concentration of 5% and 10% did not have inhibitory effectwhile betel leaf extract at concentration of 20% hadinhibitory effect on C. albicans. Analysis by ANOVA followed by Post-hoc tests showed a significant difference in inhibitory activity of povidone iodine and betel leaf extract at 20% concentration compared to control (p < 0,05). Povidone iodine solution showed twice as much as inhibitory effect on C. albicans compared to betel leaf extract (20% concentration). It is concluded that povidone iodine solution and betel leaf extract at 20% concentration can inhibit the growth of C. albicans in vitro.Keywords: povidone iodine, betel leaf extract, Candida albicans
Hubungan Derajat Nyeri Dismenorea terhadap Penggunaan Obat Anti Inflamasi Non Steroid Mutya Restu Ayu; Yustini Alioes; Rahmatini Rahmatini
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 4, No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v4i2.298

Abstract

AbstrakDismenorea merupakan penyebab tersering masalah ginekologi pada wanita muda. Nyeri dismenorea membutuhkan penjabaran derajat nyeri yang cermat guna pemilihan terapi yang sesuai. Terapi yang paling banyak dipilih untuk mengatasi dismenorea adalah Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS). Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai hubungan antara derajat nyeri dismenorea dan penggunaan OAINS. Desain penelitian menggunakan cross-sectional study dengan populasi adalah mahasiswi preklinik pendidikan dokter Universitas Andalas angkatan 2010-2012 sejumlah 555 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling sehingga subjek merupakan seluruh populasi yang sudah memenuhi kriteria inklusi. Instrument dalam penelitian ini ialah kuisioner. Data dianalisis dengan uji korelasi spearman rank dengan r < 0,05 untuk signifikansi. Hasil analisis univariat menunjukkan derajat intensistas nyeri yaitu 84 responden (27,3%) nyeri ringan, 189 responden (61,4%) nyeri sedang dan 35 responden (11,4%) nyeri berat. 70 responden (22,7%) memilih terapi OAINS. Hasil analisis bivariat menunjukkan nilai korelasi spearman rank 0,280 yang berarti adanya korelasi yang cukup antara derajat nyeri dismenorea dengan penggunaan OAINS.Kata kunci: dismenorea, derajat nyeri dismenorea, OAINS. AbstractDysmenorrhea is the common cause of gynecological problems in young women. The pain caused by dysmenorrhea requires a careful elaboration of the pain intensity level in order to choose the appropriate therapy. The most chosen therapy is Non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs). The objective of this study was to assess the correlation between the pain intensity level of dysmenorrhea with the use of NSAIDs. This was a cross-sectional study with the population of 555 preclinical medical students in Medical Faculty of Andalas University class 2010-2012. The sampling technique was total population sampling with fulfilled inclusion criteria. The instrument in this study was a questionnaire. Data were analyzed with Spearman rank correlation test with r < 0.05 for significance. The result of univariate analysis showed that the pain intensity level of dysmenorrhea was mild in 84 respondents (27.3%), moderate in 189 respondents (61.4%) and severe in 35 respondents (11.4%). 70 respondents (22.7%) chose NSAIDs as the therapy. The result of bivariate analysis showed that the value of spearman correlation was 0.280 meaning that there was a quite correlation between pain intensity level of dysmenorrhea and the use of NSAIDs.Keywords: dysmenorrhea, the pain intensity level of dysmenorrhea, NSAIDs
Gambaran Pemberian Regimen Antiretroviral pada Pasien HIV/AIDS di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017 Yuli Syafirah; Rahmatini Rahmatini; Elizabeth Bahar
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 9, No 1S (2020): Online January 2020
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v9i1S.1169

Abstract

Terapi antiretroviral harus diberikan dengan kombinasi yang sesuai dan meminimalisir efek merugikan dari interaksi obat agar terapi optimal pasien HIV/AIDS tercapai. Ketidaksesuain pemberian antiretroviral dengan standar yang berlaku merupakan salah satu masalah terapi antiretroviral. Tujuan: Mengkaji gambaran pemberian regimen antiretroviral pada pasien HIV/AIDS. Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif retrospektif dengan metode kuantitatif dan kualitatif melalui pengambilan data dari rekam medis 97 pasien HIV/AIDS yang berobat pada periode Januari - Desember 2017 di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Hasil: Mayoritas pasien adalah laki-laki (80,4%), usia 26-45 tahun (73,2%), dan belum menikah (55,7%). Faktor risiko penularan HIV paling banyak melalui hubungan seksual (61,9%) dan didominasi oleh lelaki seks dengan lelaki (40,3%). Infeksi oportunistik terbanyak yang dialami pasien adalah tuberkulosis (20,6%). Terapi antiretroviral yang paling banyak digunakan adalah tenofovir + lamivudin/emtrisitabin + efavirenz (50,5%) dengan kesesuaian obat, dosis, pasien dan indikasi dengan pedoman nasional adalah 100% serta terdapat 12,4% potensi interaksi antiretroviral dengan obat lain yang memiliki efek samping merugikan. Simpulan: Pemberian terapi antiretroviral terbanyak menggunakan kombinasi IV dengan kesesuaian obat, dosis, pasien, dan indikasi yang sesuai pedoman nasional. Terdapat sejumlah kecil pemberian kombinasi obat yang memiliki efek samping merugikan.
Hubungan Lama Terapi Antipsikotik dengan Kadar SGOT dan SGPT pada Pasien Skizofrenia di RSJ Prof. H.B Sa’anin, Padang Tahun 2013 Cahyaningtyas Cahyaningtyas; Rahmatini Rahmatini; Kurniawan Sedjahtera
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 6, No 1 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v6i1.658

Abstract

Beberapa antipsikotik, diantaranya klorpromazin, haloperidol, dan risperidon, telah diselidiki dapat menyebabkan drugs-induced liver injury, berupa kolestasis dan kerusakan hepatoselular. Pemeriksaan SGOT/AST dan SGPT/ALT digunakan untuk skrining kerusakan hati. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan lama terapi antipsikotik dengan kadar SGOT dan SGPT. Telah dilakukan penelitian secara potong-lintang terhadap pasien skizofrenia rawat inap dengan terapi kombinasi klorpromazin, haloperidol, dan risperidon di RSJ Prof. H.B Sa’anin Padang periode 18-24 Desember 2013. Subyek penelitian dikelompokkan menjadi dua, yaitu pasien skizofrenia yang menerima terapi antipsikotik jangka pendek (≤ 6 bulan) dan jangka panjang (> 6 bulan). Hasil pemeriksaan kadar SGOT dan SGPT antara dua kelompok dianalisis dengan menggunakan uji-t tidak berpasangan. Hasil penelitian pada 40 subyek penelitian dari total 143 pasien skizofrenia rawat inap menunjukkan rerata kadar SGOT dan SGPT pada kelompok terapi jangka pendek 22,6±6,51 U/l dan 23,2±12,16 U/l, sedangkan kelompok terapi jangka panjang 20,5±6,19 U/l dan 28,1±14,02 U/l. Pada uji signifikansi didapatkan kesimpulan tidak ada hubungan bermakna antara kadar SGOT dan SGPT dengan lama terapi antipsikotik jangka pendek dan panjang (p > 0,05).
Edukasi Pemakaian Plastik sebagai Kemasan Makanan dan Minuman Serta Risikonya terhadap Kesehatan pada Komunitas di Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Padang Cimi Ilmiawati; Mohamad Reza; Rahmatini Rahmatini; Erlina Rustam
LOGISTA - Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol 1 No 1 (2017)
Publisher : Department of Agricultural Product Technology, Faculty of Agricultural Technology, Universitas Andalas Kampus Limau Manis - Padang, Sumatera Barat Indonesia-25163

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (364.131 KB) | DOI: 10.25077/logista.1.1.20-28.2017

Abstract

ABSTRAK: Paparan terhadap zat tambahan pada plastik (plasticizers) berdampak luas terhadap kesehatan, khususnya pada janin dan anak. Plastik digunakan secara luas sebagai kemasan makanan dan minuman. Mengetahui bagaimana memilih dan menggunakan jenis plastik yang tepat yang akan berkontak dengan makanan penting untuk menghindari risiko paparan bahan kimia berbahaya pada plastik. Program pengabdian ini bertujuan untuk melakukan diseminasi temuan ilmiah terkini mengenai dampak plasticizers terhadap kesehatan melalui program edukasi masyarakat yang ditargetkan pada pemuka masyarakat di Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Padang. Edukasi disampaikan dalam bahasa lokal dan diikuti dengan diskusi bebas dengan peserta. Dampak program dinilai menggunakan kuesioner pra- dan pasca-intervensi. Analisis respon pra-intervensi menunjukkan bahwa sebagian besar peserta tidak mengetahui cara menggunakan plastik yang benar sebagai kemasan makanan dan minuman dan tidak mengetahui klasifikasi plastik. Namun, sebagian besar setuju bahwa penggunaan plastik harus dibatasi dalam pemrosesan makanan dan usia anak rentan terhadap bahaya plasticizers. Analisis pasca-intervensi menunjukkan terjadinya perubahan respon peserta. Disimpulkan bahwa program edukasi ini secara efektif memodifikasi sikap dan pengetahuan peserta mengenai risiko penggunaan plastik dalam pemrosesan dan kemasan produk makanan dan minuman.Kata Kunci: edukasi, kesehatan, makanan, minuman, plastik ABSTRACT: Environmental exposure to plasticizers has a wide health impact, particularly to the fetus and children. Plastics are widely used as food wrapping and beverage container. Knowing how to choose and to use the right kind of plastics for contact with foods and drinks is important to safeguard against the health-risks imposed by chemicals in plastics. Our objective was to disseminate scientific findings on the health impact of plasticizers through a community education program targeting key persons in the District of Bungus Teluk Kabung, Padang. Educational material was presented in local language, followed by a free-flow discussion with participants. We assessed the impact of the program by using pre- and post-intervention questionnaire. Analysis of pre-intervention responses showed that most participants did not know how to correctly use plastics as foods and drinks container and had no knowledge on the classification of plastics. However, most agreed that the use of plastics for food processing should be limited and that children are susceptible to the harmful effects of plasticizers. Post-intervention analysis showed a shift in participants’ responses. In conclusion, our program effectively modifies participants’ knowledge on the health risk imposed by using plastics in processing and keeping consumable products.Keywords: education, health, food, drink, plastics