Claim Missing Document
Check
Articles

THE COMPATIBILITY OF NEUTROPHIL TO LYMPHOCYTE COUNT RATIO WITH SERUM PROCALCITONIN AS BACTERIAL INFECTION MARKERS IN SEPSIS PATIENTS Elvinawaty Elvinawaty; Hanifah Maani; Zelly Dia Rofinda; Husni Husni
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 25, No 1 (2018)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v25i1.1492

Abstract

Bacterial infections and sepsis remain significant causes of morbidity and mortality in critical cases in Intensive Care Units (ICU) around the world. A quick and accurate diagnosis for sepsis is a challenge for clinicians and laboratory. The problem of an existing marker for sepsis with high sensitivity and specificity is still not satisfactory. Serum procalcitonin test is still widely used but cannot be supported by hospital laboratories especially in the regional public hospitals and needs more cost. Neutrophil-lymphocyte ratio is a potential index, easy, fast and cheap for bacteremia in patients with sepsis. This study aimed to determine the agreement of neutrophil-lymphocyte ratio with serum procalcitonin as a bacterial infection marker in sepsis patients. This study was an observational, analytical study with a cross-sectional design of 30 patients who had been diagnosed as sepsis by clinicians based on clinical signs of sepsis in the Intensive Care Unit of the Dr. M. Djamil Hospital Padang. The study was conducted from February to July 2016. Neutrophil and lymphocyte count was performed by flow cytometry method and procalcitonin test with Enzyme Linked Fluorescent Assay (ELFA). Results were analyzed by Kappa test with a statistical significance if p < 0.05. There were 30 subjects, consisting of 15 females (50%) and 15 males (50%) with the age mean of 48 years. Based on the Kappa test, the value obtained was kappa=0.634 (p=0.001) for the ratio neutrophil lymphocyte with procalcitonin. There was a substantial agreement between ratio neutrophil lymphocyte with procalcitonin test.
DIAGNOSTIC TEST OF HEMATOLOGY PARAMETER IN PATIENTs SUSPECT OF MALARIA Ira Ferawati; Hanifah Maani; Zelly Dia Rofinda; Desywar Desywar
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 23, No 2 (2017)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v23i2.1133

Abstract

Malaria masih merupakan masalah kesehatan di daerah tropis dan sub tropis terutama Asia dan Afrika dengan angka kesakitan dankematian yang tinggi. Parasit masuk ke dalam darah selain menimbulkan gejala klinis berupa demam, juga diduga memicu terjadinyaperubahan hematologi antara lain monositosis dan trombositopenia. Penelitian ini bertujuan mengetahui uji diagnostik tolok ukurhematologi di pasien terduga malaria. Penelitian uji diagnostik potong lintang ini dilakukan terhadap 60 orang pasien terduga malariayang memenuhi patokan kesertan dan nonkesertaan masa waktu Juli 2015 sampai Maret 2016 di Instalasi Laboratorium Sentral RSUP.Dr. M. Djamil Padang, Rumah Sakit Tingkat III Reksodiwiryo Padang, Puskesmas Barung Belantai Kabupaten Pesisir Selatan, RumahSakit Hanafie Kabupaten Bungo, Rumah Sakit Sultan Thaha Saifuddin dan Puskesmas Rimbo Bujang Kabupaten Tebo. Tolok ukur yangdiperiksa selain mikroskopis malaria adalah hitung monosit dan trombosit. Analisis statistik menggunakan piranti lunak dan Tabel2×2. Kepekaan dan kekhasan demam, bertempat tinggal atau ditemukan riwayat perjalanan di daerah endemis malaria serta hitungmonosit >8% dan hitung trombosit <150.000/mm3 dibandingkan pemeriksaan mikroskopis pada penelitian ini berturut-turut adalah81,6% dan 81,8%. Nilai duga positif, nilai duga negatif, rasio kemungkinan positif dan rasio kemungkinan negatif pada penelitian iniberturut-turut adalah 88,6%, 72%, 4,5 dan 0,2. Penelitian ini mendapatkan kepekaan dan kekhasan demam, bertempat tinggal atauditemukan riwayat perjalanan di daerah endemis malaria serta hitung monosit >8% dan hitung trombosit <150.000/mm3 yang tinggidibandingkan pemeriksaan mikroskopis di pasien malaria.
KEJADIAN DEMAM NEUTROPENIA PADA PASIEN KANKER PAYUDARA YANG MENDAPAT KEMOTERAPI Rulli Firmansyah; Daan Khambri; Edison Edison; Zelly Dia Rofinda
Majalah Kedokteran Andalas Vol 38, No 1 (2015): Published in May 2015
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (75.258 KB) | DOI: 10.22338/mka.v38.i1.p12-19.2015

Abstract

AbstrakKemoterapi memiliki peranan penting dalam penatalaksanaan kanker payudara. Obat ini bekerjamembunuh sel-sel kanker, namun dapat juga menghancurkan sel-sel sehat termasuk sel darahsehingga dapat menyebabkan neutropenia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kejadiandemam neutropenia pada pasien kanker payudara yang mendapat kemoterapi. Jenis penelitianini adalah obsevasional dengan desain cross sectional study. Jumlah sampel sebanyak 98 orangpenderita kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP Dr. M Djamil Padang.Pemeriksaan yang dilakukan adalah differential count dan suhu tubuh oral, kemudian dilakukananalisis statistik dengan uji non parametrik. Kejadian demam neutropenia ditemukan pada 10pasien (10,2%), dimana didapatkan hubungan yang bermakna antara regimen kemoterapidengan kejadian demam neutropenia (p=0,028), dan tidak terdapat hubungan yang bermaknaantara kejadian demam neutropenia dengan umur pasien (p=0,683) serta setting kemoterapi(p=0,631). Hubungan antara kejadian demam neutropenia dengan siklus kemoterapi tidak dapatdianalisis secara statistik. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa regimen kemoterapi non FACmeningkatkan resiko kejadian demam neutropenia pada pasien kanker payudara yangdikemoterapi.AbstractChemotherapy has an important role in breast cancer management. Chemotherapy works bykilling cancer cells in the body. However, healthy cells including blood cells are also destroyedleading to a condition called neutropenia. This study aimed to determine the incidence ofneutropenia febrile in patients with breast cancer who received chemotherapy in thechemotherapy unit of Dr. M. Djamil Padang Hospital. This study was a cross-sectional study of98 samples. Leucosite differential count and oral body temperature were examined and wereanalyzed with non parametric test. Neutropenia febriles were found on 10 out of 98 patients(10.2%). There was a significant association found between chemotherapy regimen and theincidence of neutropenia febrile (p=0.028), however, there were no significant associationbetween the incidence of neutropenia febrile with patient’s age (p=0.683) and the setting ofchemotherapy (p=0.631). While the correlation between the incidence of neutropenia febrile andchemotherapy cycle can not be statistically analyzed. It is concluded that chemotherapy causesincidence of neutropenia febrile at 10.2% patient. Non FAC chemotherapy regimens increasesthe risk of neutropenia febrile in patients with breast cancer patient receiving chemotherapy.
HUBUNGAN KADAR UREA DENGAN HOMOCITRULINE PADA GAGAL GINJAL TERMINAL Verbrini Rifnayeni; Ellyza Nasrul; Hanifah Maani; Zelly Dia Rofinda
Majalah Kedokteran Andalas Vol 38, No 2 (2015): Published in September 2015
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (317.681 KB) | DOI: 10.22338/mka.v38.i2.p124-129.2015

Abstract

AbstrakPeningkatan kadar urea (uremia) ditemukan pada gagal ginjal terminal.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kadar urea dengan homocitruline pada pasien gagal ginjal terminal. Penelitian ini menggunakan rancangan analitik observasional cross sectional pada 23 pasien gagal ginjal terminal yang menjalani Hemodialisis di RSUP. Dr. M. Djamil Padang. Penelitian berlangsung sejak Februari hingga Oktober 2014. Subjek diambil dengan consecutive sampling. Sampel serum diperiksa kadar ureanya dengan metode enzimatik glutamate dehidrogenase. Homocitruline diperiksa secara indirek ELISA. Analisis statistik menggunakan uji korelasi Pearson. Hasil penelitian ini menunjukkan jumlah subjek sebanyak 52,2% perempuan dan 47,8 % laki-laki, dengan rerata umur 48,6+10,6 tahun, kadar urea 102,1+26,0 mg/dL, kadar homocitruline 1,2+0,7 ng/mL. Penelitian ini menunjukan ada korelasi negatif yang tidak signifikan (r=-0.2, p > 0.05) antara kadar urea dengan homocitruline pada pasien gagal ginjal terminal.AbstractIncrease urea (uremia) can be found at end stage renal disease. This study was know correlation between urea with homocitruline level at end stage renal disease. This is cross sectional observational analytic study at 23 patients with end stage renal disease on hemodyalisis in M. Djamil Hospital, Padang, from February 2014 until October 2014, with consecutive sampling. Urea level was determined from serum sample by kinetic enzymatic glutamate dehydrogenase, and homocitruline by indirect ELISA. Statistical analysis was done by pearson correlation. The research showed that 52.2% are women and 47.8% are men with mean age is 48.6+10.6 years old, mean urea level is 102.1+26.0 mg/dL, homocitruline level is 1.2+0.7 ng/mL. The correlation between urea level and homocitruline was not significant (r=-0.2, p > 0.05). There was negative weak correlation between urea level and homocitruline at end stage renal disease.
Karakteristik Laboratorium Inkompatibilitas ABO Pada Neonatus di RSUP Dr. M. Djamil Padang Dian Jenova; Zelly Dia Rofinda; Husni Husni
Majalah Kedokteran Andalas Vol 44, No 5 (2021): Online Oktober 2021
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/mka.v44.i5.p307-315.2021

Abstract

Inkompatibilitas ABO terjadi 12% (15-20%) kehamilan terutama pada neonatus golongan darah A/B dari ibu golongan darah O-positif. Gejala klinis inkompatibilitas ABO bervariasi. Anemia dilaporkan jarang terjadi dan bersifat ringan. Hiperbilirubinemia adalah gejala klinis yang sering. Berbagai kelainan ini dideteksi melalui pemeriksaan laboratorium. Metode: Rancangan penelitian deskriptif observasional dengan pendekatan potong-lintang. Penelitian melibatkan 116 neonatus dari ibu golongan darah O-positif. Pemeriksaan golongan darah, Coomb’s-test, dan hematologi menggunakan sampel darah EDTA. Pemeriksaan bilirubin menggunakan sampel serum. Data demografi dan klinis dari rekam medis. Data ditampilkan dalam tabel distribusi frekuensi. Hasil: Inkompatibilitas ABO didapatkan 58(50%) neonatus. Inkompatibilitas AO dan BO masing-masing 46,6% dan 53,4%. Coomb’s-test positif 58,7% kasus: 32,8% 1+positif, dan 25,9% 2+positif. Rerata parameter hematologi: kadar hemoglobin 15,5+2g/dL, hematokrit 46+7%, hitung eritrosit 4,4+0,7x106/µL, dan retikulosit absolut 243.440+115.875/µL. Rerata kadar bilirubin total serum 12,5+3,7mg/dL, bilirubin direct 0,5+0,2mg/dL, dan bilirubin indirect 11,9+4mg/dL. Kesimpulan: Konfirmasi laboratorium diperlukan pada inkompatibilitas ABO untuk deteksi berbagai kelainan yang dapat terjadi.
Interferensi Hematokrit Tinggi Terhadap Pemeriksaan Prothrombin Time dan Activated Partial Thromboplastin Time Hevrina Yufani; Zelly Dia Rofinda
Majalah Kedokteran Andalas Vol 44, No 6 (2021): Online November 2021
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/mka.v44.i6.p420-426.2021

Abstract

Pendahuluan: Hematokrit (Ht) yang tinggi merupakan salah satu faktor interferensi pemeriksaan hemostasis yang sering luput dari perhatian. Penurunan volume plasma relatif terhadap keseluruhan darah pada hematokrit yang tinggi akan meningkatkan rasio antikoagulan terhadap plasma sehingga menyebabkan pemanjangan palsu hasil pemeriksaan prothrombin time (PT) dan activated partial thromboplastin time (aPTT). Rasio antikoagulan natrium sitrat terhadap darah pada pemeriksaan hemostasis adalah 1:9 yang efektif pada Ht ≤55%. Penyesuaian jumlah antikoagulan pada Ht >55% direkomendasikan berdasarkan pedoman Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI); Kasus: Sampel darah anak laki-laki 7 tahun dengan keterangan klinik penyakit jantung bawaan sianotik datang untuk pemeriksaan hematologi dan hemostasis. Pemeriksaan hematologi didapatkan Hb 23,4 g/dL dan Ht 76%. Pemeriksaan hemostasis didapatkan hasil PT dan APTT memanjang, INR meningkat (PT 25,7 detik; INR 2,36 dan aPTT 51,6 detik). Pemeriksaan hemostasis setelah dilakukan penyesuaian jumlah antikoagulan berdasarkan nilai hematokrit (natrium sitrat 0,09 mL) didapatkan hasil PT, aPTT dan INR dalam batas normal   (PT 12,2 detik; INR 1,13 dan aPTT 38,1 detik). Nilai rujukan PT 10,1-13,5 detik; INR <1,2 dan aPTT 33,2-43,0 detik; Kesimpulan: Pemeriksaan PT dan aPTT pada nilai Ht >55% memerlukan penyesuaian jumlah antikoagulan untuk menjamin hasil pemeriksaan yang akurat.
PENGARUH OVARIEKTOMI TERHADAP KADAR VEGF,TGF-β, IGF, DAN CA15-3 PADA PASIEN KANKER PAYUDARA STADIUM LANJUT USIA MUDA Rini Suswita; Wirsma Arif; Edison Edison; Zelly Diarofinda
Majalah Kedokteran Andalas Vol 38, No 3 (2015): Published in December 2015
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (553.335 KB) | DOI: 10.22338/mka.v38.i3.p189-200.2015

Abstract

AbstrakKanker payudara stadium lanjut pada usia muda dikaitkan dengan gambaran klinis, patologis dan prognosis yang lebih buruk dibanding usia tua. Ovariektomi merupakan terapi paliatif yang efektif pada pasien ini, dengan menurunkan kadar estradiol yang akan mempengaruhi gen yang terlibat dalam proses proliferasi, diferensiasi, metastasis, angiogenesis, invasi, dan apoptosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ovariektomi terhadap kadar VEGF, TGF β, IGF dan CA15-3 pada pasien kanker payudara stadium lanjut usia muda. Penelitian ini menggunakan desain pre dan post test pada 12 pasien kanker payudara stadium lanjut usia muda sebagai subyek penelitian. Pemeriksaan kadar VEGF, TGF β, IGF dan CA 15-3 dilakukan sebelum dan tiga bulan sesudah pasien dilakukan tindakan ovariektomi dengan menggunakan teknik ELISA, kemudian dilakukan analisis statistik dengan uji non parametrik. Penelitian menemukan peningkatan kadar VEGF, TGF β, IGF dan CA 15-3 dan menurun sesudah dilakukan ovariektomi. Analisis statistik menunjukkan pengaruh ovariektomi yang bermakna terhadap penurunan kadar VEGF (p=0,023), TGF β (p=0,02), dan CA 15-3 (p=0,002), tetapi tidak berpengaruh terhadap kadar IGF(p=875). Ovariektomi dapat menurunkan kadar VEGF, TGF β dan CA 15-3 serum, sehingga dapat dipertimbangkan sebagai terapi pilihan pada kanker payudara stadium lanjut usia muda.AbstractAdvanced breast cancer in young age is associated with worse clinical features, pathology and prognosis than old age. Oophorectomy may be an effective palliative therapy in these patients, by decreasing estradiol concentration which will affect genes involved in proliferation, differentiation, metastasis, angiogenesis, invasion, and apoptosis. This research aimed at examining the effect of oophorectomy on the levels of VEGF, TGF-β, IGF and CA15-3 in patients with advanced breast cancer in young age. This study used a pre and post test design in twelve patients with advanced breast cancer in young age. The level of VEGF, TGF-β, IGF and CA 15-3 was measured before and three months after oophorectomy using the ELISA technique. Data was analyzed with non-parametric test. Of the twelve patients studied, there were increased levels of VEGF, TGF-β, IGF, and CA 15-3 before oophorectomy and there was a decrease after oophorectomy performed. Statistical analysis showed that oophorectomy significantly decreased levels of VEGF (p = 0,023), TGF-β (p = 0,02), and CA 15-3 (p = 0,002), but no significant effect on the decrease in IGF levels (p = 0,875 ). Oophorectomy reduces levels of VEGF, TGF β and CA 15-3 serum significantly in the first three months of observation. Thus, it could be considered for the management of advanced breast cancer in young age.
PERBEDAAN INSIDENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DAN HBA1C PADA POPULASI TERPAPAR-TIDAK TERPAPAR EMISI PABRIK SEMEN PADANG Prima Adelin; Rismawati Yaswir; Zelly Dia Rofinda; Rizanda Machmud; Husna Yetti
Health and Medical Journal Vol 3, No 2 (2021): HEME July 2021
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (943.083 KB) | DOI: 10.33854/heme.v3i2.632

Abstract

Background: Cement factory emission disrupt blood glucose control through insulin resistance mechanism, thus increasing incidence of type 2 diabetes mellitus (DM type 2). Aim: Aim of this study is to determine incidence’s differences of DM type 2 and mean HbA1c patients with DM type 2 within population exposed and unexposed cement Padang factory emission. Method: This was a cross sectional analytic study with cluster sampling that conducted on June-December 2015 with 129 and 125 participant from exposed and unexposed areas. Age of participants are 20-79 years old. Incidence is total new cases per total sample in exposed or unexposed area. HbA1c were measured with immunoturbidimetry method. Data were analyzed by chi-squared test to asses differences of two proportions and t test to asses differences of two averages. Results: The incidence DM type 2 are 3,9% and 7,2% respectively in exposed and unexposed areas, without significant difference (p>0,05). The mean HbA1c patients DM type 2 are 10,0(2,4)% and 8,8(1,6)% in exposed and unexposed areas, without significant difference (p>0,05). Conclusions: There were no significant differences incidence of DM type 2 and  mean HbA1c patients DM type 2 in the populations exposed and unexposed cement Padang factory emission. Cohort studies is required to see the effects of cement factory emission
Korelasi Kadar Feritin dengan Enzim Transaminase Palasemia beta mayor Tergantung Transfusi Febrita Joniarti; Zelly Dia Rofinda; Husni Husni
Majalah Kedokteran Andalas Vol 45, No 3 (2022): Online July 2022
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/mka.v45.i3.p327-333.2022

Abstract

AbstrakTujuan: Mengetahui korelasi kadar feritin dengan enzim transaminase serum pada penyandang talasemia beta mayor tergantung transfusi. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik retrospektif dengan rancangan cross-sectional terhadap 50 penyandang talasemia beta mayor untuk pemeriksaan feritin, SGOT dan SGPT di laboratorium sentral RSUP Dr. M. Djamil Padang. Penelitian dilakukan dari Juli 2019 - Oktober 2020. Pemeriksaan feritin menggunakan metode ELFA, SGOT dan SGPT menggunakan metode NADH (Without P-5’-P). Data dianalisis dengan uji korelasi Spearman, bermakna jika p<0,05. Hasil: Sebanyak 50 penyandang talasemia beta mayor didapatkan rerata kadar feritin adalah 3729,02 (3218,00) ng/dL, rerata kadar SGOT adalah 54,96 (48,99)%, rerata kadar SGPT adalah 60,14 (77,60)%. Uji korelasi Spearman menunjukkan korelasi positif lemah antara kadar feritin dan SGOT (r=0,242, p<0,05), kadar feritin dan SGPT (r=0,380, p<0,05). Simpulan: Terdapat korelasi positif lemah antara kadar feritin dengan enzim transaminase penyandang talasemia beta mayor tergantung transfusi.Kata kunci: Talasemia beta mayor; transfusi; feritin; SGOT; SGPT
Hubungan Penggunaan Helm dengan Derajat Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas pada Pengendara Sepeda Motor di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2016-2017 Sharon Serafim Bosawer; Rizki Rahmadian; Zelly Dia Rofinda
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia Vol 1 No 3 (2020): November 2020
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1206.428 KB) | DOI: 10.25077/jikesi.v1i3.74

Abstract

Background. Traffic accidents are a public health problem in the world, and the main cause of head injury cases with the main contributor is motorcycle riders. The use of helmets on motorcycle riders can reduce the risk of head injury, by reducing the impact force on the head. Objective. The objective of this study is to determine the relationship between the use of helmet and the degree of head injury due to a traffic accidents on motorcyclists at RSUP Dr. M. Djamil Padang in 2016-2017. Methods. This study was an analytic study with cross sectional design.The sample was conducted by probability sampling technique using random sampling with 93 samples. Data were obtained from medical records of head injury patients who suffered traffic accidents using motorcycle and treated at RSUP Dr. M. Djamil Padang in 2016-2017. Data were analyzed using chi square test. Results. The results showed man (67,7%), did not use helmet (72%), and most types of head injuries are severe head injuries (50,5%. There was a significant relationship between the use of helmets with the degree of head injury due to traffic accidents on motorcycle riders (p=0,002). Conclusion. There was a relationship between the use of helmets on motorcycle riders with the degree of head injury due to traffic accidents. Keyword : Traffic acidents, head injury, helmet
Co-Authors Adelin, Prima Afriwardi Afriwardi Aisah Aisah Aisyah Elliyanti Aisyah Ellyanti Aldian Mulyanto Lokaria Aldian Mulyanto Lokaria Alles Firmansyah Almurdi Almurdi Alqadri Alqadri Alvarino Amanda Rizki Ami Tri Nursasmi Andry Kurniawan Andry Kurniawan Antonius, Puja Agung Arina Widya Murni Ashal, Taufik Asterina Asterina Aswiyanti Asri Berliana Islamiyarti Hydra Berliana Islamiyarti Hydra Bobby Indra Utama Daan Khambri Daulat Azhari Dessy Arisanti Desta Purwati Desywar Desywar Desywar Desywar Desywar Dian Jenova Dian Pertiwi Dian Pertiwi Dinda Aprillia Dinda Aprillia Dwi Yulia Edison Edison Efrida Efrida Efrida Elizabeth Bahar Ellyza Nasrul Elmatris Sy Elvinawaty Elvinawaty Endrinaldi Endrinaldi Endrinaldi Erkadius Erkadius Eti Yerizel Etriyel Myh Fadil Oenzil Fauzan Arisyi Koto Fauzar Fauzar Fauzar Fauzar Febby Genta Wahyuni Febrita Joniarti Feby Febriatama Fiona Septi Mulya Firdawati Firdawati Gusti Revilla Hanifah Maani Hanifah Maani Hasmiwati Hendriati, Hendriati Hevrina Yufani Hevrina Yufani Husna Yetti Husni Husni Husni Husni Husni Husni Husnil Kadri Husnil Wardiyah Ira Ferawati Julizar Julizar Julizar Julizar M. Ikhlasul Amal Eel Taslim Masrul Masrul Syafri Mohamad Reza Najirman Najirman Nanda Oktavia Nur Izzah Atirah Hardinur Putri Auliya Putri, Biomechy Oktomalio Rahmat Syawqi Rahmat Syawqi Rama Dhanivita Djamin Rani Novelty Rauza Sukma Rita Ricca Fitria Rika Susanti Rikarni Rikarni Rina Gustia Risma Isti Rismawati Yaswir Rizanda Machmud Rizki Rahmadian Rosfita Rasyid Rulli Firmansyah Salsabila Dhiyaa Syifa Saptino Miro Sharon Serafim Bosawer Siti Nurhajjah Sri Widyaningsih Suswita, Rini Tuti Asryani Verbrini Rifnayeni Willy Valerian Wirsma Arif Yashinta Octavian Gita Setyanda Yulistini, Yulistini Yusrawati Yusrawati Yustini Alioes