Claim Missing Document
Check
Articles

THE EFFECT OF ANTLIONS EXTRACT TOWARDS BLOOD GLUCOSE LEVEL OF MALE SWISS MICE INDUCED BY STREPTOZOTOCIN Rizky Indra Puspito; Santoso Jaeri; Y.L Aryoko Widodo; Andrew Johan
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 2 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/dmj.v10i2.29681

Abstract

ABSTRACTBackground: Diabetes mellitus is a disease that is included in the group of metabolic diseases, characterized by hyperglycemia that occurs due to abnormal insulin secretion. Generally, treatment of diabetes mellitus uses insulin injection and Oral Hypoglycemic Drugs (OHD). In addition there are also animals are trusted by public in healing diabetes mellitus. Antlions (Myrmeleon sp)  is a useful animal to treat diabetes mellitus. The body of antlions contains sulfonylureas which is a substance that stimulates insulin secretion in pancreatic beta cells. Aim: The objective of this research was to analyze the effect of antlions extract on blood glucose level of male swiss mice induced by streptozotocin Methods: This research was a pure experimental laboratory study and the design used is the Pre Test and Post Test Control Group Design, which is done by comparing the results of observations in the control and treatment groups after the action was done. Sampling was done using the simple random sampling technique. The sample size used in this study amounted to 30 mice. The data obtained were analyzed using ANOVA test with a confidence level of 95%. Results: The administration of antlions extract could lower (p<0.05) blood glucose levels in male Swiss mice after 28 days of treatment. The administration of antlions extract with doses of 14 mg/kgBW and 56 mg/kgBW significantly lowered blood glucose levels in male Swiss mice as evidenced by p=<0.001 and p=0.034. Whereas the administration of antlions extract with a dose of 28 mg/kgBW was less significant in lowering blood glucose levels in male Swiss mice (p=0.210). Conclusion: The administration of antlions extract (Myrmeleon sp.) with a dose of 14 mg/kgBW had the best effect on lowering blood glucose levels in male Swiss mice after 28 days of treatment. Keywords: diabetes mellitus, blood glucose, antlions
HUBUNGAN ANTARA KADAR VITAMIN D DENGAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) PLASMA PADA LANSIA Nafisah Zahra; Andrew Johan; Dwi Ngestiningsih
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (334.04 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23348

Abstract

Latar Belakang: Pada lanjut usia radikal bebas bertanggung jawab terhadap kerusakan tingkat sel dan jaringan terkait usia. Dalam beberapa dekade terakhir, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa vitamin D3 memiliki aktivitas antioksidan.Vitamin D3 telah dibuktikan sebagai antioksidan yang menghambat lipid yang diinduksi besi peroksidasi liposom otak.Vitamin D3 sistemik menekan lipid yang tinggi.Aktivitas peroksidasi diamati pada tikus kekurangan vitamin D3dimana terjadi peningkatan penanda stres oksidatif, salah satunya adalah malondialdehid (MDA).Selain itu, vitamin D3 telah dilaporkan mengurangi stres oksidatif dengan menaikkan pertahanan antioksidan sistem, termasuk kandungan glutation, glutation peroksidase, dan superokside dismutase pada astrosit dan di hati. Tujuan: untuk mengetahui hubungan antara kadar vitamin D dengan kadar MDA plasma pada lansia Metode: penelitian ini menggunakan design cross sectional dengan mengambil subyek secara consecutive samplingdari beberapa posyandu lansia di kota Semarang. Pemeriksaan kadar Vitamin D dilakukan dengan metode ELISA ,sedangkan pemeriksaan kadar MDA plasma dilakukan dengan metode TBARS. Hasil: terdapat hubungan yang signifikan antara kadar Vitamin D dengan kadar MDA plasma (p : 0,021) dengan nilai korelasi cukup (r : -0,364) hal ini menunjukkan semakin tinggi kadar Vitamin D pada lansia berkorelasi dengan menurunnya aktivitas peroksidasi lipid yang ditandai dengan menurunnya kadar malondialdehid (MDA) plasma. Kesimpulan: terdapat hubungan yang signifikan antara kadar Vitamin D dengan kadar MDA plasma pada lansiaKata Kunci: Lansia, Vitamin D, MDA, peroksidasi lipid.
PENGARUH LAMA PENGGUNAAN KOMPUTER TERHADAP KUANTITAS AIR MATA DAN REFLEKS BERKEDIP Muhammad Irfan Dwiputra Rianil; Arif Wildan; Andrew Johan
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (286.066 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.20667

Abstract

Latar Belakang : Penggunaan komputer sudah sangat meluas sebagai alat bantu kerja maupun sebagai sarana hiburan. Pemakaian   pada jarak dekat, lama dan terus menerus akan menimbulkan gangguan  pada permukaan bola mata berupa kelelahan  mata, rasa kering dan buramnya penglihatan. Refleks berkedip akan mengalami perubahan yang disertai dengan gangguan kuantitas  air mata  sehingga mengakibatkan mata kering.Tujuan : Menganalisis pengaruh penggunaan komputer selama 2 jam  terhadap frekuensi refleks berkedip dan kuantitas air mata.Metode : Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian pre-test dan post-test design dengan metode quasi eksperimental. Tiga puluh dua responden dilakukan pemeriksaan terhadap frekuensi refleks berkedip dan pemeriksaan kuantitas air mata dengan metode Schimmer test I sebelum dan setelah penggunaan komputer 2 jam.Hasil : Responden berjumlah 32 orang  dengan 1 orang termasuk kriteria eksklusi. Kuantitas air mata mengalami perubahan penurunan secara bermakna p=0,015. Frekuensi refleks berkedip mengalami peningkatan secara bermakna setelah penggunaan komputer selama 2 jam dengan p < 0,01.Kesimpulan : Penggunaan komputer dalam jangka 2 jam meningkatkan frekuensi refleks berkedip secara bermakna dan menurunkan kuantitas air mata secara bermakna.
PERBEDAAN HASIL PENGUKURAN SCHIRMER TEST PADA PASIEN RETINOPATI DIABETIKA NON PROLIFERATIF DAN PROLIFERATIF Dodi Setiawan; Arief Wildan; Andrew Johan
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (393.575 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.14268

Abstract

Latar Belakang : Keadaan Hiperglikemia yang terus menerus pada seseorang yang menderita Diabetes Melitus akan berakibat pada timbulnya komplikasi-komplikasi mikrovaskuler salah satunya adalah retinopati diabetika. Pasien dengan diabetes melitus khususnya pada pasien dengan komplikasi retinopati diabetika, cenderung mengalami dry eye, dan cenderung memberat pada derajat retinopati diabetika yang semakin berat. Dry eye menggambarkan suatu keadaan defisiensi air mata baik secara kualitas maupun kuantitas. Melihat pentingnya peran air mata dalam menjaga dan melindung permukaan bola mata, dry eye tentunya berkaitan erat dengan dampak buruk yang terjadi pada beberapa aktifitas umum dan penting dari kehidupan sehari-hari, yang mana kondisi ini penting untuk dilibatkan sebagai masalah kesehatan masyarakat yang perlu diperhatian secara khusus. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya perbedaan hasil pengukuran Schirmer test pada pasien NPDR dan PDR.Metode : 78 pasien DM dengan retinopati diabetika yang terdiri dari 39 pasien NPDR dan 39 pasien PDR yang dikumpulkan secara consecutive sampling di irja mata RSUP Dr.Kariadi Semarang dari bulan Maret sampai dengan Mei 2016, dilakukan perlakuan pengukuran produksi air mata menggunakan Schirmer test. Setelah data terkumpul, data dianalisa dengan uji beda Mann Whitney.Hasil : Berdasarkan dari 78 subjek penelitian yang telah dilakukan pengukuran Schirmer test, terdapat 42 pasien (17 NPDR dan 25 PDR) yang terdiagnosis dry eye, sedangkan 36 pasien (22 NPDR dan 14 PDR) produksi air mata normal. Setelah dilakukan uji Mann-Whitney, diperoleh angka significancy 0,029.Simpulan : Terdapat perbedaan hasil pengukuran Schirmer test pada pasien retinopati diabetika non prolieratif dan proliferatif.
HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN GEJALA DEPRESI MAHASISWA KEDOKTERAN (STUDI PADA MAHASISWA KEDOKTERAN TINGKAT AKHIR YANG MENGGUNAKAN KURIKULUM MODUL TERINTEGRASI) Rirra Hayuning Handikasari; Innawati Jusuf; Andrew Johan
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (410.682 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.20790

Abstract

Latar Belakang Survei di Indonesia menyatakan 97,4% masyarakat menggunakan media sosial. Penggunaan media sosial memberikan dampak positif seperti membantu menjalin komunikasi dan mencari informasi tentang ilmu dan pendidikan. Penggunaan media sosial dapat dinilai intensitasnya melalui frekuensi dan durasi penggunaan menggunakan instrumen Social Networking Time Use Scale (SONTUS). Studi meta-analisis tahun 2016 menyatakan terdapat 20-30% mahasiswa kedokteran memiliki gejala depresi. Gejala depresi dapat diskrining menggunakan instrumen Beck Depression Inventory-II (BDI-II). Penelitian ini menganalisis hubungan antara intensitas penggunaan media sosial dengan derajat gejala depresi pada mahasiswa kedokteran.Tujuan Mengetahui hubungan intensitas penggunaan media sosial dengan derajat gejala depresi pada mahasiswa kedokteran.Metode Penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional dilakukan pada 207 mahasiswa/i tingkat akhir kurikulum modul terintegrasi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Instrumen yang digunakan: SONTUS dan BDI-II. Analisis data dengan uji korelasi Chi-Square dan Spearman.Hasil Responden sebesar 29,5% menggunakan media sosial dengan intensitas rendah, 45,4% intensitas rata-rata, 21,7% intensitas tinggi, dan 3,4% intensitas sangat tinggi. Akun media sosial yang paling banyak dimiliki responden yaitu Line (95,7%), Instagram (95,2%), dan Facebook (87,9%). Responden yang memiliki gejala depresi: 10,6% derajat ringan, 3,9% derajat sedang, dan 0,5% derajat berat. Korelasi positif signifikan ditemukan antara intensitas penggunaan media sosial dengan derajat gejala depresi (p<0,004, rs=0,199).Kesimpulan Intensitas penggunaan media sosial berhubungan dengan derajat gejala depresi pada mahasiswa kedokteran kurikulum modul terintegrasi.
PERBEDAAN QUALITY OF LIFE PADA PENDERITA PROLIFERATIVE DIABETIC RETINOPATHY DENGAN DAN TANPA LASER PANRETINAL PHOTOCOAGULATION Yulian Fajariyanti; Arif Wildan; Andrew Johan
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (290.555 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i2.18653

Abstract

Latar Belakang Retinopati Diabetika Proliferatif (PDR) merupakan komplikasi yang paling parah pada penyakit retinopati diabetik. Sekitar 50% pasien dengan PDR dapat menjadi buta setelah 5 tahun. Laser Panretinal Photocoagulation (PRP) dinyatakan sebagai standar perawatan untuk pengobatan PDR yang efektif mengurangi risiko kehilangan penglihatan berat.Tujuan Membuktikan adanya perbedaan nilai Quality of Life pada penderita PDR yang mendapat terapi laser PRP dengan yang tidak mendapat terapi laser PRP.Metode Jenis penelitian ini adalah analitik komparatif dengan rancangan cross-sectional. Subjek penelitian adalah penderita PDR berjumlah 58 orang yang dibagi menjadi kelompok Laser dan kelompok Non-Laser. Jumlah subjek pada masing-masing kelompok 29 orang. Subjek pada kelompok Laser telah mendapatkan terapi berupa Laser PRP, sedangkan subjek pada kelompok Non-Laser belum pernah mendapatkan terapi Laser PRP. Pengambilan data Quality of Life dilakukan satu kali menggunakan kuesioner NEI VFQ-25 dalam bentuk composite score dan 12 subskala. Analisa data menggunakan uji T tidak berpasangan. Perbedaan dinyatakan bermakna jika p<0,05.Hasil Berdasarkan data yang terkumpul dari 58 subjek, didapatkan hasil rerata composite score QOL pada kelompok Non-Laser adalah 54,39 ± 14,06 sedangkan pada kelompok Laser adalah 59,76 ± 17,90. Pada uji T tidak berpasangan tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antar kedua kelompok (p = 0,209). Tidak ditemukan perbedaan bermakna pada seluruh subskala kecuali subkala Distance Activities (p=0,026).Kesimpulan Tidak ditemukan perbedaan bermakna pada Quality of Life penderita PDR yang mendapat terapi Laser PRP dengan yang tidak mendapat terapi Laser PRP.
HUBUNGAN ANTARA IMT, KADAR SGOT DAN SGPT PLASMA DENGAN BONE MINERAL DENSITY PADA LANSIA Nazila Tsalisati Hadaita; Andrew Johan; Lusiana Batubara
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (369.054 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23349

Abstract

Latar Belakang : Peningkatan usia harapan hidup menyebabkan terjadinya pergeseran pola penyakit penduduk dari penyakit menular ke penyakit degeneratif, salah satunya osteoporosis. Nilai IMT yang rendah dapat menjadi faktor risiko terjadinya osteoporosis berkaitan dengan rendahnya hormon estrogen. Kerusakan sel hepar juga berperan dalam kejadian osteoporosis berkaitan dengan fungsinya sebagai tempat hidroksilasi vitamin D yang selanjutnya berperan dalam menjaga kepadatan mineral tulang. Tujuan : Mengetahui hubungan antara IMT, kadar SGOT dan SGPT plasma dengan BMD pada lansia. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 84 lansia wanita yang diperoleh dengan menggunakan teknik simple random sampling dari beberapa Posyandu Lansia di Semarang. Pengukuran IMT dilakukan dengan mengukur BB dan TB subyek penelitian. Pemeriksaan kadar SGOT dan SGPT plasma dilakukan dengan metode kinetik enzimatik. Pemeriksaan BMD dilakukan dengan metode DXA pada regio vertebra lumbar. Uji statistik yang digunakan adalah uji Pearson dan Spearman. Hasil : Diperoleh hubungan yang signifikan (p-value 0,000) antara IMT dengan BMD lumbar dengan kekuatan korelasi sedang (r = 0,545) dan hubungan positif yang berarti semakin tinggi IMT maka semakin tinggi pula BMD lumbar. Tidak diperoleh adanya hubungan yang signifikan antara kadar SGOT dan SGPT plasma dengan BMD lumbar (p-value 0,308 dan 0,242). Tidak diperoleh adanya hubungan yang signifikan antara usia dengan BMD lumbar (p-value 0,078). Kesimpulan : Tidak terdapat hubungan antara usia, kadar SGOT plasma, dan SGPT plasma dengan BMD lumbar pada lansia. Namun, terdapat hubungan positif antara IMT dengan BMD lumbar pada lansia dengan kekuatan korelasi sedang.Kata Kunci : Lansia, osteoporosis, usia, IMT, SGOT, SGPT, BMD.
The Effects of Rusip on the Amount of Lactic Acid Bacteria in Gastrointestinal Tract Wiwin Efrizal; Hendro Wahyono; Andrew Johan
Journal of Biomedicine and Translational Research Vol 2, No 2 (2016): December 2016
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (156.941 KB) | DOI: 10.14710/jbtr.v2i2.819

Abstract

Background : Rusip consumption can change the microbial composition of the digestive system. Microbial changes due to rusip consumption that is measured by lactic acid bacteria count has not been conducted.Objective : The purpose of the study was to analyze the effect of rusip consumption to the number of lactic acid bacteria in the gastrointestinal tract.Methods : Experimental study with post test only control group design using twelve Rattus novergicus Sprague dawley strains aged 2-2.5 months which were divided into 2 groups. Rats adapted for a week, then they were given rusip 5.1 mg/g body weight for 14 days. Cecal content were taken on the 22th day to be analysed for the lactic acid bacteria count.Results : The number of lactic acid bacteria (LAB) in the group given rusip was lower compared to the control group, but not significantly different (p=0.180). Weight gain was greater in the treatment group compared to the control group. The given group tends to have more weight in cecal content and lower pH compared to the control group.Conclusion : Rusip consumption does not increase the number of lactic acid bacteria in gastrointestinal tract.
Fall Risk Assessment Using Morse Fall Scale and STRATIFY Fall Scale sigit harun; Untung Sujianto; Andrew Johan
Avicenna: Jurnal Ilmiah Vol. 17 No. 1 (2022): Avicenna: Jurnal Ilmiah
Publisher : Public Health Department, Faculty of Health Science University Muhammadiyah Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: The purpose of this study was to identify the value of fall risk assessment using Morse fall scale and STRATIFY fall scale, to identify the sensitivity and specificity of Morse fall scale and STRATIFY. Design of this research is a analytic descriptive cross-sectional. Sampling technique used consecutive sampling with the total sample 100 respondent. The analysis used to determine sensitivity and specificity was 2x2 table. The results showed value of Morse fall risk scale using cut off point 45 were 51% high fall risk, 35% moderate fall risk, and 14% low fall risk. The value of STRATIFY’S fall risk scale were 18% high fall risk, 46% moderate fall risk, and 36% low fall risk.  Using cut off point 45 on Morse Fall Scale, it’s sensitivity was 80% and it’s specificity was 56,3%. The sensitivity of STRATIFY was 31% and specificity was 91,8%. Conclusion: Morse Fall Scale more sensitive than STRATIFY, however specificity of STRATIFY higher than specificity of Morse Fall Scale.
Manfaat Progressive Muscle Relaxation (PMR) sebagai intervensi keperawatan dalam meningkatkan Quality of Life (QOL) wanita kanker payudara yang menjalani kemoterapi Anastasia Diah Larasati; Anggorowati Anggorowati; Andrew Johan
Indonesian Journal of Nursing Research (IJNR) Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Ngudi Waluyo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (49.32 KB) | DOI: 10.35473/ijnr.v2i1.233

Abstract

Based on epidemiological data, the incidence recorded globally by theInternational Agency for Research On Cancer (IARC) in 2012, as many as 43.3women had breast cancer. The patient will undergoing chemotherapy andexperience various disturbing symptoms. Various complaints can affect QOL.One of the therapies recommended by the journal Oncology Nursing is thetherapy of Progressive Muscle Relaxation (PMR).Objective: To find out the benefits of PMR as one of the nursing interventions indealing with the quality of life for women Ca. Mammae is undergoingchemotherapyThe method used in this paper is a review literature study. Databases used insource search are CINAHL, PubMed, Science Direct, and Medline. The criterionof inclusion in literature search is the year of article publishing starting in 2010until 2018, and the English full article. Search keywords are Progressive MuscleRelaxation, breast cancer, quality of life and chemotherapy. Literature analysisuses PICOT (Population, Intervention, Comparison, Outcome, and Time).Based on the analysis found 5 themes, namely the quality of life characteristicsof patients undergoing chemotherapy, PMR as a relaxation therapy, PMR as apsychological stress reduction intervention, PMR as an intervention to increasemuscle metabolism, and PMR as a pain reduction intervention.Patients who undergoing chemotherapy will experience a decrease in QOL. PMRis a recommended intervention to improve patient QOL.
Co-Authors - Anggorowati - Sarjadi, - -, Sarjadi A.A. Ketut Agung Cahyawan W Achmad Zulfa Juniarto Adiyati Mardiyah Anastasia Diah Larasati Arief Wildan Arif R Sadad Arif Wildan Ary Astuti Astuti, Hery Yuliani Banundari Rachmawati Chandra Bagus Ropyanto Devita Anugrah Anggraini Dhega Anindita Wibowo, Dhega Anindita Djuara P Lubis Dodi Setiawan Dwi Ngestiningsih Dwi Uswatun Khasanah Dwiantoro, Luky Fida’ Husain Fitriani, Evi Tunjung Galeh S Pontang, Galeh S Handayani, Fitria harun, sigit Hendro Wahyono Henni Kusuma Hertanto W Subagio, Hertanto W Iin Tusanti Innawati Jusuf Innawati Jusup Intarniati Nur Rormah Kartika, Nadini Khoirya, Ainun Kis Djamiatun Kristiana Prasetya Handayani Kurnia Wijayanti Kurniati, Steffi Kusdalinah Kusdalinah Kusmiyati Tjahjono Laksono, Eko Budi Lusiana Batubara Maksum Maksum Meira Erawati Meira Erawati Michelle Abigail Miftakhul Nizar, Angga Muhammad Irfan Dwiputra Rianil Muhammad Sulchan Muhammad Sulchan Mulyono, Yehezkiel Andrew Nadini Kartika Nafisah Zahra Nana Rochana Nazila Tsalisati Hadaita Niken Safitri Dyan Kusumaningrum Nila Putri Purwandari Noor Wijayahadi Nur Fardian, Nur Nurmasari Widyastuti Nyoman Suci W, Nyoman Suci Prakerti Tri Upami Prawara, Ananta Siddhi Prihasna, Septika Nuri Purbowati, Purbowati Purnomo Purnomo Purnomo Purnomo PUTRI EKA SARI, PUTRI EKA RA Kisdjamiatun RMD, RA Kisdjamiatun RA Kisdjamiatun, RA Ratna Sulistyorini, Ratna Ricky Prawira Rifky Ismail Rirra Hayuning Handikasari Rizky Indra Puspito Rusmiyati - Rusmiyati -, Rusmiyati Santoso Jaeri Sarjadi - Sarjadi Sarjadi Suhartini Ismail Suhartini Ismail, Suhartini Untung Sujianto Wenda Yoanda Wikanta, Edmond Rukmana Wiwin Efrizal Y.L Aryoko Widodo Yulian Fajariyanti Yuliana Yuliana Zaki, Ibnu