Lisma Evareny, Mohammad Hakimi, Retna Siwi Padmawati
Departemen Perilaku Kesehatan, Lingkungan Dan Kedokteran Sosial, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat Dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada

Published : 48 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Evaluasi Program Desa Siaga Sehat Jiwa (DSSJ) di Wilayah Puskesmas Galur II Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta Akrim Wasniyati; Bambang Hasthayoga LB; Retna Siwi Padmawati
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia Vol 3, No 1 (2014)
Publisher : Center for Health Policy and Management

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (190.414 KB) | DOI: 10.22146/jkki.36354

Abstract

Background: Community-based mental health services is a solution to bridging the limited access of the society to the healthcare facilities. Calculation of utilization of mental health healthcare at primary health care, secondary healthcare, and tertiary healthcare levels revealed a disparity of 90%. It means that only 10% of the mental health patients had been cared for by the healthcare facilities. Accordingly, primary healthcare facilities have become the spearhead in the implementation of mental healthcare since they can easily be accessed by the community due to geographical proximity, avoid the risk of stigma, and reduced the required cost. DSSJ program was an implementation of primary healthcare with the concept of community mental health nursing. Objective: The objective of the research is to describe implementation of DSSJ program in the working area of Puskesmas Galur II, Kulon Progo Regency. Method: This was a qualitative research using case study design. Informants were those individuals related to the DSSJ program from the planning to the implementation phase. The data were collected through in-depth interviews and observation. The research was conducted from November 2012 to January 2013. Results: Planning of the program was limited to the technical implementation phase and there is no plan for any annual monitoring and evaluation program. In general, no program had been implemented to improve human resource capacity at the level of both Health Center and Mental Hospital. The program was faced with some obstacles, including limited human resource, limitation on communication, fund, regionalism, and policy. The study found that the program could run consistently and continuously at the time when there are some university students had community internship at the Health Centers. Conclusion: The planning phase did not identify local human resource potentials and thus implementation was not optimum. Participation of educational institutions should be planned more thoroughly in line with DSSJ program for sustainability of the program. Latar belakang. Pelayanan kesehatan jiwa berbasis komunitas merupakan salah satu solusi untuk menjembatani keterbatasan akses masyarakat ke fasilitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan perhitungan utilisasi layanan kesehatan jiwa di tingkat primer, sekunder, dan tersier terdapat kesenjangan pengobatan sebesar 90%. Pelayanan kesehatan dasar ( puskesmas) merupakan ujung tombak dalam mengimplementasikan pelayanan kesehatan jiwa yang dapat dengan mudah dijangkau masyarakat karena akses yang dekat, mengurangi stigma, dan mengurangi biaya. DSSJ merupakan salah satu implementasi primary health care dengan pendekataan konsep community mental health nurse. Tujuan. Untuk mengetahui pelaksanaan program DSSJ di Wilayah Puskesmas Galur II Kabupaten Kulon Progo. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan rancangan studi kasus. Informan penelitian ini adalah pihak- pihak yang terkait dalam program DSSJ berjumlah 16 orang. Data penelitian diambil dengan wawancara mendalam dan observasi. Penelitian dilakukan November 2012-Januari 2013 Hasil : Perencanaan program di RSG baru pada tahap pelaksanaan teknis kegiatan. Peningkatkan kapasitas SDM baik di puskesmas maupun RSG belum dilakukan. Terdapat beberapa hambatan dalam pelaksanaan program, diantaranya adalah faktor SDM, komunikasi, dana, kewilayahan, dan kebijakan. Penelitian menemukan bahwa program dapat berjalan secara konsisiten dan kontiyu pada saat mahasiswa institusi pendidikan melakukan praktek komunitas di puskesmas. Kesimpulan Perencanaan DSSJ belum mengidentifikasi potensi sumber daya setempat secara lebih luas dan tidak merencanakan monitor evaluasi tahunan. Implementasi belum dilaksanakan secara optimal. Adanya keterlibatan institusi pendidikan menjadikan program DSSJ lebih sustainable.
Evaluasi Besaran Alokasi DAK Bidang Kesehatan Subbidang Pelayanan Kefarmasian Tahun 2011 – 2012 Risca Ardhyaningtyas; Laksono Trisnantoro; Retna Siwi Padmawati
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia Vol 3, No 3 (2014)
Publisher : Center for Health Policy and Management

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (238.723 KB) | DOI: 10.22146/jkki.36379

Abstract

Background: In this era of decentralization , access and provision of drugs for people in the local area is the responsi- bility of local governments. Because the limitations of the local budget, the central government is obliged to guarantee the availability of drugs in the area. Financing sources of drugs from central and local government have not reached the stan- dard of WHO i.e. 2 dollars per capita. To cover demand of financing drug, a Specific Allocation Fund (DAK) proposed state budget that funds given to certain areas to fund special activities that are regional affairs and in accordance with na- tional priorities. General criteria to consider certain areas (re- gional fiscal capacity), specific criteria (regional characteris- tics) and technical criteria (policy formulation from Ministry of Health). Since drug financing is allocated in DAK in 2010, there is a need to evaluate the drug financing at the local level. The purpose: to evaluate the amount of DAK for Pharma- ceutical services in 2011 and 2012. Methods: The study used secondary data from 2010 and 2011 consist of 6 (six) factors: fiscal capacity, character of the area, population number, proportion of poverty , local bud- get for drugs and prediction for the remaining stock of the drug. The analysis statistics uses chi-square and multiple regression. Qualitative interviews is conducted with manag- ers of pharmacy in 2 districts with high financial capability. Results: Result from multiple regression test of the 6 factors used in the allocation of SAF 2011 and 2012 shows only 3 factors that really affects the allocation which are the number of population, the poor and the prediction of the remaining stock of the drug . However, the highest factor is the popula- tion. Result for qualitative with 2 respondents shows that since they got DAK they reduced local budget for drugs, because the drug financing is sufficient from DAK. Conclusion: local sense of ownership towards the health budget in the area is low resulting in reliance on the central health budget. The effeciency of the central budget causes reduction of health budget both in central and local level. Latar belakang: Dalam era desentralisasi ini, akses dan penyediaan obat bagi masyarakat di daerah menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Namun keterbatasan anggaran daerah maka pemerintah pusat berkewajiban menjamin ketersediaan obat di daerah. Sumber pembiayaan obat di daerah melalui APBN dan APBD belum mencapai standar WHO, 2 dol- lar per kapita. Untuk menutupi kekurangan pembiayaan obat, diusulkan DAK yaitu dana APBN yang diberikan kepada daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Daerah tertentu mempertimbangkan kriteria umum (kemampuan fiskal daerah), kriteria khusus (karakteristik daerah) dan kriteria teknis (rumusan kebijakan Kementerian Kesehatan). Sejak kebijakan obat melalui DAK pada tahun 2010, perlu dilakukan evaluasi besaran DAK Bidang Kesehatan untuk Kefarmasian tahun 2011 dan 2012. Tujuan: tujuan penelitian ini adalah melakukan evaluasi besaran DAK Bidang Kesehatan untuk Kefarmasian 2011 dan 2012. Metode: Penelitian menggunakan data sekunder 2010 dan 2011 yang terdiri 6 faktor yaitu; kemampuan fiskal, karakter wilayah, jumlah penduduk, penduduk miskin, anggaran obat dalam APBD dan prediksi sisa stok obat untuk pengalokasian DAK 2011 dan 2012. Uji analisis menggunakan chi square dan multipel regresi. Kualitatif dengan wawancara pengelola farmasi di 2 kabupaten dengan kemampuan keuangan tinggi. Hasil: Dari uji multiple regresi terhadap 6 faktor yang digunakan dalam pengalokasian DAK 2011 dan 2012 hanya 3 yang mempengaruhi alokasi yaitu jumlah penduduk, penduduk miskin dan prediksi sisa stok obat. Namun yang paling tinggi adalah jumah penduduk. Untuk kualitatif pada 2 responden, sejak mendapat DAK terjadi pengurangan anggaran obat di APBD, karena pembiayaan obat cukup dengan DAK. Kesimpulan: daerah belum memahami ownership anggaran kesehatan di daerah sehingga masih mengandalkan anggaran dari pusat, dimana ketidakstabilan anggaran pusat dengan ef isiensi menyebabkan pemotongan merata anggaran kesehatan di pusat dan daerah.
Acceptability Notifikasi Wajib Tuberkulosis (TB) pada Dokter Praktik Mandiri dan Klinik Pratama Swasta di Kota Yogyakarta Ari Kurniawati; Yodi Mahendradhata; Retna Siwi Padmawati
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia Vol 8, No 1 (2019)
Publisher : Center for Health Policy and Management

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (422.452 KB) | DOI: 10.22146/jkki.37426

Abstract

Latar Belakang: Diperkirakan 68% kasus Tuberkulosis (TB) di Indonesia tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi. TB merupakan penyakit yang harus dinotifikasi sejak dikeluarkannya Peraturan Menteri KesehatanNomor 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis. Berkaitan dengan notifikasi wajib kasus TB, dokter praktek mandiri dan klinik pratama swasta akan diwajibkan melaporkan kasus TB ke Puskesmas setempat. Pelibatan praktisi swasta memiliki dampak penting terhadap perbaikan program penemuan dan pengobatan TB dan pencegahan meluasnya kasus TB resisten obat. Kota Yogyakarta memiliki beban TB terbesar di DIY dan kepadatan penduduk yang tinggi dengan jumlah  praktisi swasta yang cukup besar. Belum terdapat penelitian yang menggali acceptability kebijakan notifikasi wajib TB pada dokter praktik mandiri dan klinik pratama swasta di Kota Yogyakarta.Tujuan: Mendeskripsikan acceptability kebijakan notifikasi wajib TB pada dokter praktik mandiri dan klinik pratama swasta di Kota Yogyakarta.Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan kualitatif dengan metode deskriptif. Gambaran acceptability yang digunakan adalah acceptability prospektif dengan menggunakan kerangka Theorical Framework of Accceptability (TFA). Subjek penelitian adalah dokter praktik mandiri dan dokter klinik pratama swasta, beserta pimpinan klinik pratama swasta di Kota Yogyakarta, pemegang program TB Dinas Kesehatan Provinsi DIY dan Kota Yogyakarta, pemegang program TB Puskesmas, serta organisasi profesi (IDI). Metode pengumpulan data yang akan dilakukan adalah wawancara mendalam.Hasil: Gambaran acceptability (prospektif) kebijakan Notifikasi Wajib TB pada dokter praktik mandiri dan klinik pratama di Kota Yogyakarta dideskripsikan dalam sikap afektif, beban, etisitas, dan koherensi intervensi.Kesimpulan: Pendekatan awal yang tepat, pengenalan sikap afektif dan komunikasi berkelanjutan akan memperingan beban dan mengatasi masalah etisitas tentang notifikasi wajib TB. Selain itu pemahaman awal yang baik ditambah pemahaman lanjut yang komprehensif dan penguatan kapasitas menjadi modal penting bagi koherensi intervesi dalam acceptability notifikasi wajib TB pada praktisi swasta.
Implementasi Program Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS) pada Penyakit Hipertensi di Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta Anita Meiriana; Laksono Trisnantoro; Retna Siwi Padmawati
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia Vol 8, No 2 (2019)
Publisher : Center for Health Policy and Management

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (205.308 KB) | DOI: 10.22146/jkki.37546

Abstract

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013, penyakit kronis merupakan salah satu penyebab utama kematian di Indonesia. Provinsi DI Yogyakarta  menempati persentase tertinggi untuk lansia di mana baru 21 peserta penderita hipertensi yang terjaring di dalam prolanis di Puskesmas Jetis. Mengidentifikasi implementasi Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) pada penyakit hipertensi di Puskemas Jetis Kota Yogyakarta. Penelitian ini  bersifat kualitatif dengan menggunakan strategi studi kasus. Subjek penelitian ada 18 informan yang dipilih dengan teknik purposive. Analisis data dilakukan berdasarkan logika induktif yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam. Data kualitatif disajikan dalam bentuk narasi dan tabel. Cakupan kepatuhan program prolanis dilihat dari indikator angka kontak yang belum tercapai oleh Puskesmas Jetis dengan rasio angka kontak 108 permil dan indikator rasio peserta prolanis rutin berkunjung hanya sampai zona aman yang standar yaitu 69 persen karena kurangnya sosialisasi terkait prolanis. Puskesmas membatasi kepersertaan prolanis karena keraguan dalam mengendalikan untuk rutin datang setiap bulannya.Puskesmas mengadakan kegiatan prolanis yang tidak rutin dilaksanakan yaitu senam dan home visit. Perlu pengadaan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan petugas dan mengupdate pengetahuan. Kepatuhan pasiennya perlu peningkatan kesadaran dengan melakukan kegiatan edukasi ke wilayah  puskesmas  secara rutin. Staf Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta menyusun perencanaan angggaran dalam fasilitas kesehatan untuk mendukung pelaksanaan prolanis, Staf Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta melakukan pelatihan, pembinaan, pengawasan dan evaluasi kepada petugas puskesmas yang memberikan layanan prolanis. Adakan koordinasi lintas program pengelola di puskesmas. Puskesmas diharapkan lebih mampu menjalankan kegiatan yang bersifat promotif dan preventif.
DISKUSI DENGAN LEAFLET VERSUS CERAMAH DENGAN LEMBAR BALIK DALAM MENINGKATKAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KEYAKINAN WUS MENGENAI GAKI DI PERDESAAN ENDEMIK GAKI Cati Martiyana; Emy Huriyati; Retna Siwi Padmawati
Media Gizi Mikro Indonesia Vol 9 No 2 (2018): Media Gizi Mikro Indonesia Juni 2018
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (408.75 KB) | DOI: 10.22435/mgmi.v9i2.586

Abstract

Latar Belakang. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) masih terjadi di berbagai negara. Ibu hamil, bayi, dan balita adalah kelompok rentan GAKI. Kebutuhan iodium pada ibu hamil meningkat menjadi 250 µg/hari dari 150 µg/hari untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Asupan iodium harian tersebut harus terpenuhi agar tidak menimbulkan dampak buruk terhadap ibu atau janin diantaranya abortus, lahir mati, gangguan tumbuh kembang anak, dan dampak terburuk adalah lahir kretin. Wanita Usia Subur (WUS) merupakan sasaran potensial pendidikan kesehatan mengenai GAKI karena akan melahirkan generasi baru. Tujuan. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan metode pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan, sikap dan keyakinan WUS mengenai GAKI, efektivitas media intervensi yang digunakan, faktor pendukung, dan penghambat pelaksanaan pendidikan kesehatan. Metode. Jenis penelitian kuantitatif quasi experimental pretest and post test control group design dengan dukungan data kualitatif. Penelitian dilakukan di Desa Wulung Gunung dan Desa Wonolelo, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang pada bulan Maret sampai dengan Juni 2018. Kelompok eksperimen diintervensi dengan diskusi menggunakan leaflet sementara kelompok kontrol dengan ceramah menggunakan lembar balik. Sampel dipilih secara simple random sampling. Sebanyak 101 WUS yang sesuai dengan kriteria inklusi terbagi menjadi dua kelompok, kelompok eskperimen (n=54 orang) dan kelompok kontrol (n=47 orang). Data kuantitatif dianalisis dengan t test berpasangan, uji Wilcoxon, t test tidak berpasangan dan Mann Whitney, sementara data kualitatif dianalisis secara tematik. Hasil. Terdapat perbedaan rerata skor pengetahuan, sikap dan keyakinan yang tidak bermakna setelah intervensi antara kelompok diskusi dengan leaflet dan ceramah dengan lembar balik. Faktor pendukung adalah metode dan media intervensi yang dianggap menarik oleh peserta, sementara faktor penghambat adalah tidak semua peserta aktif dalam proses intervensi dan kondisi lingkungan sekitar yang dapat mengganggu konsentrasi peserta. Kesimpulan. Metode diskusi dengan leaflet dan ceramah dengan lembar balik setara dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan keyakinan individu, dan keduanya dapat menjadi alternatif pendidikan kesehatan mengenai GAKI di wilayah perdesaan endemik GAKI.
Prestasi Belajar pada Remaja yang Mengalami Dismenorea Primer Yuniar Ika Fajarini; Detty Siti Nurdiati; Retna Siwi Padmawati
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 5, No 1 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkr.37972

Abstract

Background: Primary dysmenorrhea occurs in approximately 50% of teenage girls and cause serious disruptions in the quality of life and daily activities. Primary dysmenorrhea makes teenagers difficult to concentrate in school which will decrease their academic achievement.Objective: to investigate whether there is a correlation between Primary dysmenorrhea and academic achievement of students of SMP Islam Terpadu Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an (SMP IT PPTQ) Ibnu Abbas Klaten.Method: This study is a case-control study through a quantitative approach and was supported with qualitative data. The research sample is 68 teenage girls of SMP IT PPTQ Ibnu Abbas Klaten who fulfilled the inclusion criteria. The cases groups are female students with low learning achievement, while the control group was female students with high learning achievement. The samples were taken using simple random sampling. Researcher used a structured questionnaire, interview and secondary data to collect the data. The data analysis was using descriptive and inferential analysis including bivariate analysis using chi-square test and multivariate analysis using logistic regression with 95% confidence intervals (CI) and a significance level of p <0.05.Result and Discussion: The bivariate and multivariate analysis showed a significant correlation between primary dysmenorrhea and learning achievement. The possibility of finding girls with primary dysmenorrhea in the group of students who received a low learning achievement is 3 times larger than the group of students who received high learning achievement. Below-average intelligence is greater in the group of low-achieving students than the group of high-achieving students. There is a correlation between the variables of intelligence, stress level and frequency of dysmenorrhea and academic achievement. The variable of absences frequency not related to learning achievement.Conclusion: There is correlation between primary dysmenorrhea and learning achievement (p=0.026). This study indicates that women and their school should pay attention to their menstrual function and dysmenorrhea phenomenon.Keywords: learning achievement, primary dysmenorrhea, teenage, menstrual disorder
Study of Acceptance and Application of Calgary Cambridge Communication Guideline for Doctor-Patient Communication in Primary Health Care Widyastuti Widyastuti; Mora Claramita; Retna Siwi Padmawati
Review of Primary Care Practice and Education (Kajian Praktik dan Pendidikan Layanan Primer) Vol 1, No 3 (2018): September
Publisher : Faculty of Medicine, Public Health, and Nursing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (503.569 KB) | DOI: 10.22146/rpcpe.41696

Abstract

ABSTRACTBackground: Communication is a basic skill that must be acquired by every doctor just like all other clinical skills. One of communication guidelines for doctor-patient that is the most widely used in many countries is the Calgary-Cambridge Communication Guideline (CCCG). However, since CCCG is based on the Western style of communications, a further study is necessary to determine whether CCCG is acceptable and applicable in Indonesia.Methods:  This research was an analytic descriptive study with a cross-sectional design. The research was conducted from December 2016 until January 2017 in Yogyakarta with 58 primary care doctors. The data was collected using the CCCG-based questionnaire method with a cross-cultural adaptation.Results: The CCCG is well accepted although its application is not optimum. The acceptance rate was 4.03 (indicating highly acceptable), while the application rate was 3.74 (indicating occasionally implemented). There was a significant difference between the acceptance and application rates (p<0.01). There were no significant differences between the acceptance rates of Puskesmas (Community and Primary Health Care Center) and non-Puskesmas (p = 0.115) facilities while the application was significantly different (p = 0.001). The application levels of the Puskesmas were lower than those in non-Puskesmas. Additionally, there was no difference in the acceptance or application of CCCG for doctors who have and who have not attended communication training.Conclusion: There was no difference in the acceptance of CCCG, but there was a difference in its application. The application rate at Puskesmas was lower than non-Puskesmas facilities. The experience in communication training did not affect the acceptance and the application rates of CCCG.
POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA AKHIR DENGAN RIWAYAT DIABETES DI YOGYAKARTA Juniar Ayuning Wigiyandiaz; Martalena Br. Purba; Retna Siwi Padmawati
GIZI INDONESIA Vol 43, No 2 (2020): September 2020
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36457/gizindo.v43i2.283

Abstract

The risk of diabetes will increase when there was any diabetes family history. The study aimed to determine the relationship of having diabetes family history with diet and physical activity among late adolescents. This study also determines the factors that influence diet and physical activity. This study was a mixed-method, which was done in two phases, quantitative followed by a qualitative study. Fifty late-adolescent (18-24 years old) involved in the quantitative study, and fourteen late-adolescent involved in the qualitative study. The subject for the quantitative study was a family member of the Chronic Disease Program in (Prolanis) in Puskesmas study area. The selection of fourteen subjects for qualitative study was proportionally based on variations arise from the quantitative study. The study showed that there was no significant association between life with diabetes family members in one home or not with diet and physical activity (p = 0,310 dan p = 0,297). Nor was there any association between having diabetes family history from first or second relatives degree with diet and physical activity (p = 0,276 dan p = 0,547). There was 92 percent of respondents had low fiber, high fat, and high sugar diet. This study found that factors influenced diet and physical activity were perceive susceptibility, perceived benefit, perceived barrier, and self-efficacy. There was no association between having diabetes family history with diet and physical activity. Support from family, friends, work environment or campus is needed to establish a healthy diet and physical activity, to prevent diabetes.ABSTRAKRiwayat keluarga dengan diabetes dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan memiliki riwayat keluarga diabetes dengan pola makan dan aktivitas fisik remaja akhir, serta mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pola makan dan aktivitas fisik tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian mixed method yang dilakukan dalam dua tahap, yaitu penelitian kuantitatif diikuti penelitian kualitatif. Sebanyak lima puluh remaja akhir (usia 18-24 tahun) terlibat dalam penelitian kuantitatif, dan empat belas remaja akhir terlibat dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara tinggal satu rumah dan tidak satu rumah dengan anggota keluarga penyandang diabetes terhadap pola makan dan aktivitas fisik (p= 0,310 dan p= 0,297). Tidak pula terdapat hubungan antara memiliki riwayat keluarga diabetes dari keluarga inti atau keluarga besar terhadap pola makan dan aktivitas fisik (p = 0,276 dan p = 0,547). Hasil penelitian juga menemukan bahwa faktor yang mempengaruhi pola makan dan aktivitas fisik antar lain persepsi kerentanan, persepsi manfaat, persepsi hambatan, serta kemampuan diri. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa tidak terdapat hubungan antara memiliki riwayat keluarga diabetes terhadap pola makan dan aktivitas fisik remaja akhir yang memiliki riwayat keluarga diabetes. Dukungan dari keluarga, pertemanan, lingkungan kerja atau kampus diperlukan untuk membentuk pola makan dan aktivitas fisik yang sehat, untuk mencegah diabetes.
Rendahnya asupan zat besi dan kepatuhan mengonsumsi tablet besi berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas I Kembaran, Banyumas Ari Purwoko Widji Utomo; Detty Siti Nurdiati; Retna Siwi Padmawati
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 3, NOMOR 1, JANUARI 2015
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (160.36 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2015.3(1).41-50

Abstract

ABSTRACTBackground: One of the nutritional problems that frequently occur in pregnant women is anemia, which is the biggest problem of micronutrient and the most difficult to overcome in the world. Anemia occurs at all stages of the life cycle, more commonly attacked pregnant women and children. The cause of anemiais iron deficiency which is needed to the formation of a hemoglobin (Hb). Deficiency of iron in the body is due to lack of consumption of food sources of iron and the non-compliance of pregnant women in consuming iron tablets. Supplementation of iron tablets and improvement of nutrient intake especiallygood source of iron is one of anemia prevention that has been done.Objectives: To determine the relationship between nutrient intake and the level of compliance in consuming iron tablets with incidence of anemia in pregnant women at work area of Puskesmas I Kembaran Banyumas.Methods: This was an observational study (survey) with a cross sectional design with 50 subjects of the third trimester pregnant women. The research used both quantitative and qualitative approaches.Results: The percentage of anemia in pregnant women in this study was 56.0%. The results of the multivariable analysis showed that only compliance-related iron tablets consumption significantly had relationship (p=0.001, RP=3.7, 95% CI:2.06-6.82) with the incidence of anemia in pregnant women. The high cost of animal food sources, the limitation of animal food sources diversity, and the dislike animal food sources consumption caused pregnant women choosing plant-based foods that where cheap and easily obtainable.Conclusions: This study proved that the intake of nutrients, especially iron and compliance of pregnant women in consuming iron tablets was still be the cause of anemia in pregnant women. Therefore, it needs to reduce and prevent maternal anemia by increasing the diversity of the consumption of iron foodsources, awareness of pregnant women to consume iron tablets, and the role of husband in encouraging pregnant women to consume iron tablets.KEYWORDS: anemia, compliance in consuming iron tablets, nutrient intakeABSTRAKLatar belakang: Salah satu masalah gizi yang banyak terjadi pada ibu hamil adalah anemia gizi, yang merupakan masalah gizi mikro terbesar dan tersulit diatasi di seluruh dunia. Hasil Riskesdas tahun 2010 menunjukkan 80,7% wanita usia subur (WUS) yang hamil mendapat/membeli tablet besi, namun sebagianbesar diketahui tidak patuh mengonsumsinya. Kekurangan besi dalam tubuh disebabkan kurangnya konsumsi makanan sumber zat besi dan ketidakpatuhan ibu hamil mengonsumsi tablet besi. Suplementasi tablet besi dan perbaikan asupan zat gizi terutama sumber zat besi merupakan upaya penanggulangananemia yang banyak dilakukan.Tujuan: Mengetahui hubungan asupan zat gizi dan tingkat kepatuhan mengonsumsi tablet besi dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas I Kembaran Kabupaten Banyumas.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional (survey) dengan rancangan cross sectional dengan subjek penelitian 50 ibu hamil trimester III. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.Hasil: Persentase anemia pada ibu hamil sebesar 56,0%. Hasil analisis multivariat hanya kepatuhan mengonsumsi tablet besi yang berhubungan bermakna (p=0,001, RP=3,7; 95% CI:2,06-6,82) dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Harga sumber makanan hewani yang mahal, keanekaragaman sumber makanan hewani yang terbatas, dan ketidaksukaan mengonsumsi sumber makanan hewani menyebabkan ibu hamil memilih sumber makanan nabati yang murah dan mudah didapat.Kesimpulan: Asupan zat gizi terutama zat besi dan kepatuhan ibu hamil mengonsumsi tablet besi masih menjadi penyebab anemia pada ibu hamil. Oleh sebab itu, perlu dilakukan upaya penanggulangan dan pencegahan anemia ibu hamil dengan cara peningkatan keanekaragaman konsumsi bahan makanan sumber zat besi, kesadaran ibu hamil untuk mengonsumsi tablet besi, dan peran serta suami dalam mendorong ibu hamil mengonsumsi tablet besi.KATA KUNCI: anemia, kepatuhan minum tablet besi, asupan zat gizi
Keberhasilan ibu bekerja memberikan ASI eksklusif Intan Agustina Anggraeni; Detty Siti Nurdiati; Retna Siwi Padmawati
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 3, NOMOR 2, MEI 2015
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (95.88 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2015.3(2).69-76

Abstract

ABSTRACTBackground: Indonesia faces double burden of nutritional problems, namely undernutrition and overnutrition. Exclusive breastfeeding may prevent infants from these kind of malnutritions. Working mothers are difficult to give exclusive breastfeeding due to some constraints and poor lactation management.Objectives: To explore the experience of working mothers who succeeded in providing exclusive breastfeeding.Methods: This was qualitative study using phenomenology design. It was conducted at Subdistrict of Sedayu, District of Bantul. Subjects were 13 mothers who purposively selected, work and have been successful provided exclusive breastfeeding, had children aged 6-24 months. Data were obtained throughin-depth interview to the respondents and observation of lactation facilities at the working place. Data triangualation was performed through interview with husbands, baby sitters, colleagues and chairman of mother’s workplace.Results: Exploration of several information were studied, including intention to give exclusive breastfeeding, positive attitudes toward exclusive breastfeeding, perceived norms from social references, good self efficacy, cultural aspect of breastfeeding, skills of lactation management, and environmental constraintexperienced by mother. Intention of mothers during pregnancy was associated with behavior in providing exclusive breastfeeding. Intention to give exclusive breastfeeding was infl uenced by positive attitude andself-efficacy. There was difference in self-efficacy that influenced intention of mothers working in formal and informal sectors. Working mothers at formal and informal sectors differed in managing lactation. Despite some constraints and limited facilities mothers kept trying to provide exclusive breastfeeding.Conclusions: Working mothers have a specific strategy to succeed in providing exclusive breastfeeding.Education, facilities, and breastfeeding policies in workplace should be given to working mothers.KEYWORDS: exclusive breastfeeding, intention, lactation management, working mothersABSTRAKLatar belakang: Indonesia menghadapi beban ganda masalah gizi, yakni gizi kurang dan gizi lebih. Salah satu cara untuk mencegah masalah gizi pada bayi adalah dengan memberikan ASI eksklusif. Ibu yang bekerja sulit untuk memberikan ASI eksklusif karena kendala yang tidak dapat diatasi dan manajemen laktasi yang buruk.Tujuan: Untuk mengeksplorasi pengalaman ibu bekerja di sektor formal dan informal yang sukses memberikan ASI eksklusif.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian dilakukan di Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul. Subjek diambil secara purposive sebanyak 13 orang. Kriteria inklusi subjek adalah ibu yang bekerja dan berhasil memberikan ASI eksklusif, memiliki anak usia 6-24 bulan dan bersedia menjadi subjek penelitian. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan responden dan observasi fasilitas laktasi di tempat kerja. Triangulasi data dilakukan dengan mewawancarai suami, pengasuh, rekan kerja, dan pemimpin.Hasil: Hasil penggalian informasi meliputi intensi ibu dalam memberikan ASI eksklusif, sikap positif terhadap ASI eksklusif, norma yang dipersepsikan dari lingkungan sosial, efikasi diri yang baik, budaya menyusui, keterampilan manajemen laktasi, dan hambatan lingkungan yang dialami oleh ibu. Intensi untuk menyusui eksklusif telah dimiliki oleh ibu sejak hamil. Ibu yang bekerja di sektor formal memiliki perbedaan dalam melakukan manajemen laktasi dibandingkan dengan ibu yang bekerja di sektor informal. Ibu mengalami beberapa hambatan dan keterbatasan, namun ibu tetap berjuang untuk memberikan ASI eksklusif.Kesimpulan: Ibu bekerja memiliki strategi tertentu untuk mencapai keberhasilan dalam memberikan ASI eksklusif. Pendidikan, penyediaan fasilitas, dan kebijakan menyusui di tempat bekerja perlu diberikan kepada ibu bekerja.KATA KUNCI: ASI eksklusif, ibu bekerja, intensi, manajemen laktasi
Co-Authors A.A. Ketut Agung Cahyawan W Abdul Wahab Abdul Wahab Adelia Ismarizha, Adelia Agustina Arundina Triharja Tejoyuwono, Agustina Arundina Triharja Ahmad Watsiq Maula Akrim Wasniyati Anita Meiriana Ari Kurniawati Ari Purwoko Widji Utomo Arko Jatmiko Wicaksono, Arko Jatmiko Bambang Hasthayoga LB Beni Lestari Budi Wahyuni Cati Martiyana Daniel Detty Siti Nurdiati Dian Mawarni Djauhar Ismail Doni Widyandana Ema Madyaningrum Emy Huriyati Esfandyari, Eldo Fajarini, Yuniar Ika Farahdilla, Zakiya Ammalia Faridatun Khasanah Fatwa Sari Tetra Dewi Hamam Hadi Hanifah Rogayah Hari Kusnanto Ifta Choiriyyah Inriyani Takesan Intan Agustina Anggraeni Irawati Sagala Iztihadun Nisa Jimmi Kifly Putra Sihombing Julita Hendrartini Juniar Ayuning Wigiyandiaz Kurnia Widyastuti Lailatul Khoiriyah Laksono Trisnantoro Laksono Trisnantoro Laksono Trisnantoro Luqman Afifudin Madarina Julia Mae Sri Hartati Wahyuningsih Mahadewi, IGA Putri Martalena Br. Purba Mitsel Mitsel Mohammad Hakimi Mora Claramita Mubasysyir Hasanbasri Muhammad Sohel Rana Musa Musa Nadia Ade Pratiwi Najiyati, Ifa Normalita Sulistyanawati Nurhidayati Nurhidayati Nurhidayati Nurhidayati Prajnawita, Disny Priscilla Bawing Purwadi Arifin, Purwadi Putro, Wiradianto Ramadona, Aditya Ranti, Imaniar Renie Cuyno Mellen Risca Ardhyaningtyas Rizki Hafidzah Baswedan Rohadanti Rohadanti Rony Darmawansyah Alnur Rubai, Windri Lesmana Rul Afiyah Syarif Rupiasa, Welresna Juliatri Putri Rusdiana HM Shelly Puspa Anggraini Sigit Riyarto Siswanto Agus Wilopo Siti Novianti Siti Suryati Sitorus, Melina Ebtarina Sitorus, Melina Ebtarina Sri Mumpuni Yuniarsih Subronto, Yanri Wijayanto Suharyanto Supardi, Suharyanto Suka, Veronika Sulistyanawati, Normalita Susi Ari Kristina Tiara Marthias Toto Sudargo Tri Addya Karini Veronika Suka Vina Yulia Anhar Wahab, Abdul Widyastuti Widyastuti Windri Lesmana Rubai Yanri Wijayanto Subronto Yayi Suryo Prabandari Yodi Mahendradhata Yuniar Ika Fajarini