Claim Missing Document
Check
Articles

Hubungan Fase Pengobatan dan Status Gizi Tuberkulosis Anak Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Soewondo Kendal Periode Januari 2011 – September 2011 Prayitami, Septia Putri; Dewiyanti, Lilia; Rohmani, Afiana
Jurnal Kedokteran Muhammadiyah Vol 1, No 1 (2012): JURNAL KEDOKTERAN
Publisher : Jurnal Kedokteran Muhammadiyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang : Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi menular dan bersifat sistemik yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis yang mayoritas (>95%) menyerang paru. Pengobatan tuberkulosis terdiri dari dua fase yaitu fase awal selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 6-12 bulan.Salah satu faktor yang mempengaruhi tuberkulosis yaitu status gizi. Anak balita merupakan kelompok paling rawan terhadap terjadinya kekurangan gizi. Anak yang sering terkena infeksi dan gizi kurang akan mengalami gangguan tumbuh kembang yang akan mempengaruhi tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas di masa depan.Tujuan : Mengetahui adakah hubungan fase pengobatan dengan status gizi tuberkulosis anak di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Soewondo Kendal periode Januari 2011-September 2011.Metode : Desain penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional pada 117 anak penderita tuberkulosis yang menjalani rawat jalan diRumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Soewondo Kendal. Subyek dipilih dengan menggunakan tekhnik random sampling. Data didapatkan darirekam medis yang dianalisis menggunakan uji Chi Square. Status gizi dinilai berdasarkan baku rujukan WHO-NHCS dalam versi skor simpang baku (z score).Hasil : Sebagian besar anak berada pada fase lanjutan sebesar 54,7% dan mayoritas anak memiliki status gizi nomal sebesar 61,5%. Darihasil menunjukkan ada hubungan antara fase pengobatan dengan status gizi tuberkulosis anak. Uji statistic Chi Square didapatkan hasil p value < 0,05.Kesimpulan : Terdapat hubungan yang signifikan antara fase pengobatan dengan status gizi tuberkulosis anak.Kata kunci : Fase pengobatan, status gizi
Hubungan Pola Pemberian ASI dan Karakteristik Ibu dengan Tumbuh Kembang Bayi 0-6 Bulan di Desa Bajomulyo, Juwana Megawati, Retno Ayu; Notoatmojo, Harsoyo; Rohmani, Afiana
Jurnal Kedokteran Muhammadiyah Vol 1, No 1 (2012): JURNAL KEDOKTERAN
Publisher : Jurnal Kedokteran Muhammadiyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Masa tumbuh kembang bayi 0-6 bulan membutuhkan asupan gizi yang diperoleh melalui pemberian Air Susu Ibu (ASI)eksklusif. Gangguan tumbuh kembang pada awal kehidupan bayi diantaranya disebabkan karena ibu tidak memberi ASI eksklusif kepadabayinya. Jumlah penderita gizi kurang di Desa Bajomulyo sebesar (24%) dengan jumlah 12 balita dari 50 balita. Hal ini tentunya erat kaitannya dengan rendahnya cakupan ASI eksklusif.Metode: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan pola pemberian ASI dan karakteristik ibu dengantumbuh kembang bayi0-6 bulan. Jenis penelitian yang digunakan yaitu cross sectional dengan sampel sebanyak 42 orang ibu yang memiliki bayi berusia 0-6 bulandan masih menyusui. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara dengan panduan kuesioner dan observasi. Analisis datamenggunakan uji Chi-Square.Hasil: Pola pemberian ASI dan karakteristik ibu berhubungan dengan pertumbuhan bayi yaitu pemberian kolostrum (p=0,000), frekuensipemberian ASI (p=0,000), durasi pemberian ASI (p=0,000), waktu antara pemberian ASI (p=0,000), usia ibu (p=0,003), pendidikan ibu (p=0,000), pekerjaan ibu (p=0,000),jumlah anak ibu (p=0,001). Pola pemberian ASI dan karakteristik ibu juga berhubungan dengan perkembangan bayi yaitu pemberian kolostrum (p=0,002), frekuensi pemberian ASI (p=0,002), durasi pemberian ASI (p=0,000), waktu antara pemberian ASI (p=0,000), usia ibu (p=0,002), pendidikan ibu (p=0,000), pekerjaan ibu (p=0,002), jumlah anak ibu (p=0,001).Kesimpulan: Ada hubungan bermakna antara pola pemberian ASI dan karakteristik ibu dengan tumbuh kembang bayi 0-6 bulan di DesaBajomulyo Kecamatan Juwana.Kata kunci : Pola pemberian ASI, karakteristik ibu, tumbuh kembang bayi
Hubungan Antara Status Gizi dengan Anemia pada Remaja Putri di Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 3 Semarang Wibowo, Cahya Daris Tri; Notoatmojo, Harsoyo; Rohmani, Afiana
Jurnal Kedokteran Muhammadiyah Vol 1, No 2 (2012): JURNAL KEDOKTERAN
Publisher : Jurnal Kedokteran Muhammadiyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang : Anemia banyak terjadi terutama pada usia remaja baik kelompok pria maupun wanita. Indonesia sendiri prevalensi anemia yang didapatkan masih cukup tinggi, dimana data depkes tahun 2009 didapatkan angka kejadian anemia pada remaja putri mencapai presentasi 33,7 %. Sedangkan angka kejadian anemia di jawa tengah mencapai presentasi sebesar 30,4 % dan disemarang sendiri angka kejadian anemia pada remaja mencapai 26 %. berdasarkan survey awal yang telah dilakukan di SMP Muhammadiyah 3 Semarang dari 55 siswi terdapat 5 siswi dengan status gizi baik tetapi mempunyai riwayat anemia. Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan anemia pada remaja putri SMP Muhammadiyah 3 Semarang Metode : Penelitian yang dilakukan bersifat analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian sebanyak 254 siswi dan sampel dalam penelitian ini sebanyak 44 siswi. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik non random sampling, yaitu purposive sampling. Kemudian dilakukan uji Chi-Square.Hasil : responden dengan status gizi baik sebanyak 31 siswi Kata kunci : status gizi, anemia
EFEK EKSTRAK KULIT MANGGIS TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI FORMALIN Rohmani, Afiana; Rakhmawatie, Maya Dian
Jurnal Berkala Ilmiah Kedokteran dan Kesehatan Vol 1, No 2 (2015): MAGNA MEDICA
Publisher : Jurnal Berkala Ilmiah Kedokteran dan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang : Jejas kimia formalin dapat memacu terbentuknya senyawa reactive oxygen species (ROS) yang dapatmenyebabkan kerusakan seluler tubuh. Kulit manggis dikenal sebagai antioksidan alamiah dari kandungan xanton didalamnya.Tujuan: mengetahui efek pemberian ekstrak kulit manggis terhadap gambaran histopatologi hepar pada tikus wistaryang diinduksi larutan formalin.Metode Penelitian : 24 ekor tikus dibagi menjadi 4 kelompok . Kelompok pertama merupakan kelompok kontrol negatif(K-), hanya diberi placebo saja hingga masa terminasi. Kelompok kedua merupakan kelompok kontrol positif (K+) yangdiinduksi formalin peroral selama 21 hari, kemudian diberi placebo selama 7 hari. Kelompok ketiga sebagai kelompokPerlakuan 1 (P1) yang diinduksi formalin peroral selama 21 hari kemudian diberi ekstrak kulit manggis 200mg/kg BB/hari selama 7 hari. Kelompok keempat sebagai kelompok Perlakuan 2 (P2) yang diinduksi formalin peroral selama 21hari kemudian diberi ekstrak kulit manggis 400mg/kg BB/hari selama 7 hari. Setelah itu tikus diterminasi dan diambilorgan heparnya untuk dibuat preparat histopatologi.Hasil : Terdapat perbedaan yang signifikan (p=0,008) gambaran histopatologi jaringan hepar pada kelompok tikus yangdiberi ekstrak kulit manggis 400mg/kg BB/hari (P2) dengan kelompok kontrol positif (K+). Tidak terdapat perbedaanyang signifikan (p=0,715) gambaran histopatologi jaringan hepar pada kelompok tikus yang diberi ekstrak kulitmanggis 200mg/kg BB/hari (P1) dengan kelompok kontrol positif (K+). Terdapat perbedaan yang signifikan (0,00)gambaran histopatologi jaringan hepar kelompok kontrol negatif (K-) dengan ketiga kelompok yang diinduksi formalin,baik diberi ekstrak kulit manggis (P1 dan P2) maupun yang tidak (K+)Kata kunci : formalin, kulit manggis, gambaran histopatologi hepar.
Efek Ekstrak Buah Kersen (Muntingia Calabura) terhadap Jumlah Sel Epitel Bersilia Bronkus pada Tikus Wistar yang Dipapar Asap Rokok. Rohmani, Afiana; Kurniati, Ika Dyah
Jurnal Berkala Ilmiah Kedokteran dan Kesehatan Vol 2, No 4 (2018): MAGNA MEDICA
Publisher : Jurnal Berkala Ilmiah Kedokteran dan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang : Asap rokok menyebabkan stress oksidatif dan memicu  aktifitas Epidermal Growth Factor Receptor (EFGR)pada sel epitel bronkial, sehingga menyebabkan hiperplasia dan peningkatan jumlah sel epitel tersebut.  Buah kersen (Muntingia Calabura) mempunyai aktifitas antioksidan yang kuat dan diharapkan dapat menurunkan jumlah oksidan yang ditimbulkan oleh paparan asap rokok. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efek ekstrak buah kersen terhadap jumlah sel epitel bersilia pada saluran nafas pada tikus wistar yang dipapar asap rokok.Metode : Tikus wistar berjumlah 24 ekor dibagi menjadi 4 kelompok : kelompok kontrol negatif (K-)diberikan  plasebo saja, kelompok kontrol positif (K+) diberikan plasebo dan dipaparkan asap rokok, kelompok perlakuan 1 (P1) dan kelompok perlakuan 2 (P2) yang dipapar asap rokok dan diberi ekstrak buah kersen per oral  dengan dosis 100 mg/kg BB /hari dan 200 mg/kgBB/hari. Pemaparan asap rokok dilakukan selama 30 menit setiap hari. Perlakuan ini dilakukan selama 20 hari  , kemudian semua binatang coba diterminasi. Kemudian dilakukan analilsis sel epitel bronkial.Hasil : Melalui analisis Kruskal Wallis menunjukkan perbedaan yang signifikan (p=0,000) antara  jumlah sel sepitel bersilia pada kelompok kontrol negatif (K-)   dengan kelompok kontrol positif (K+). Terdapatperbedaan yang signifikan (p=0,001) jumlah epitel bersilia antara kelompok kontrol positif (K+) dengan kelompok perlakuan 1 (P1).Simpulan : Pemberian ekstrak buah kersen dengan dosis 100mg/kgBB/hari memberikan efek signifikan dalam hal menurunkan jumlah sel epitel bersilia bronkial pada tikus yang dipapar asap rokok.Kata kunci : asap rokok, buah kersen, sel epitel bersilia.
Efektivitas Perlakuan Kombinatif Plasma Medis dan Ekstrak Daun Sirih untuk Mempercepat Penyembuhan Luka Fase Proliferasi pada Model Mencit Diabetik Wahyuningtyas, Eka Sakti; Nasruddin, Nasruddin; Rahayu, Heni Setyowati Esti; Lutfiyati, Heni; Sikumbang, Isabella Meliawati; Nurani, Laela Hayu; Rohmani, Afiana; Salsabila, Nia; Putri, Gela Setya Ayu
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan Vol 15, No 2 (2019): JURNAL ILMIAH KESEHATAN KEPERAWATAN
Publisher : LPPM STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (566.983 KB) | DOI: 10.26753/jikk.v15i2.378

Abstract

The continued increase in the number of people with Diabetes Mellitus (DM) in Indonesia is a serious problem. One of the big problems for people with Diabetes Mellitus (DM) is the emergence of complications of diabetic wounds. To date the strategy for treatment of diabetic wounds has been limited to the use of wound dressing, cell therapy and oxygen therapy. The problem is that the strategy is not fully successful. Thus, it is very important to look for new strategies to improve the quality of diabetic wound healing, such as by applying a combination of plasma medicine and local natural product, like the extraction of Daun sirih (Piper betle) leaves. Plasma medicine is a relatively new and multidisciplinary study involving plasma science, biomedical, pharmaceutical and other health sciences aimed at applying plasma to therapeutic health. Plasma is the fourth phase of matter, after the solid, liquid and gas phase. The medical aspects of plasma are related to the ability of plasma to produce biological molecules Reactive Oxygen and Nitrogen Species (RONS). If RONS is controlled in the right dosage it can be efficacious for health therapy. This study intends to examine the effects of combinative treatment of plasma medicine and Piper betel leaf extract for proliferation phase of wound healing in diabetic small animal model. This study used male Balb c mice with acute wounds which were divided into 5 groups, namely groups of untreated normal mice (ND-TP), groups of untreated diabetic mice (D-TP), groups of diabetic mice wounds with Piper betel leaf extract (DS ), the wound group of diabetic mice with plasma medicine (DP) and the wound group of diabetic mice with plasma medicine and Piper betel leaf (DPS). The plasma medicine was treated on wound with condition non-contact style (the plasma jet did not touch the wound) with a distance of plasma jet reactor nozzle to the surface of wound about 20 mm, for 2 minutes, every day. Macroscopic observation of wounds is carried out every day from day 0 to 7. On day 7 it was seen that the size of the wound area for D-P-S was smaller than the other groups. The results of this study indicated that Piper betel leaf extract can potentially be used to optimize the performance of plasma medicine in accelerating diabetic wound healing during the proliferation phase. Further investigation, however, is important to be conducted to study the effect for all phases of wound healing and its mechanism histo-pathologically.
HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN DENGAN MINAT PASIEN DALAM PEMANFAATAN ULANG PELAYANAN KESEHATAN PADA PRAKTEK DOKTER KELUARGA Merry Tiyas Anggraini; Afiana Rohmani
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2012: SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN 2012
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (70.798 KB)

Abstract

Latar belakang: Penyelenggaraan praktek dokter keluarga mempunyai peran yang strategis dalamreformasi pelayanan kesehatan pada tingkat primer, tujuannya adalah suatu bentuk pelayanankesehatan individu dan keluarga serta masyarakat yang bermutu namun terkendali biayanya. Indikatoruntuk menilai kualitas pelayanan kesehatan dokter keluarga adalah dengan melihat mutupenyelenggaraan pelayanan dokter keluarga itu sendiri. Tujuan penelitian: Mengetahui hubungankepuasan pasien dengan minat pasien dalam pemanfaatan ulang pelayanan kesehatan pada praktekdokter keluarga di Klinik Sayung Husada. Metoda: Metode penelitian survei deskriptif denganmenggunakan kuesioner yang disebarkan kepada sampel terpilih dengan random sampling yangdilakukan di Klinik Sayung Husada, Sayung, Demak. Jumlah sampel 97 orang. Hasil: Dari hasil ujistatistik dengan menggunakan chi square didapat nilai X2=97,00 dengan p=0,00. P<0,05 artinyaterdapat hubungan yang bermakna antara kepuasan pelayanan Dokter dengan kembali berkunjung keKlinik Dokter Keluarga, didapat nilai X2=34,412 dengan p=0,00. P<0,05 artinya terdapat hubunganyang bermakna antara kepuasan pelayanan tenaga paramedis dengan minat pasien kembaliberkunjung ke Klinik Dokter Keluarga, didapat nilai X2=0,491 dengan p=0,631. P>0,05 artinya tidakterdapat hubungan yang bermakna antara kepuasan pelayanan tenaga administrasi dengan minatpasien kembali berkunjung pasien ke Klinik Dokter Keluarga, didapat nilai X2=7,741 denganp=0,014. P<0,05 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara kepuasan pelayanan sarana danprasarana penunjang dengan minat pasien kembali berkunjung ke Klinik Dokter Keluarga.Simpulan: Sebagian besar responden menyatakan puas terhadap pelayanan Dokter dan pelayanantenaga paramedis, sebagian besar responden menyatakan tidak puas terhadap pelayanan saranapenunjang dan pelayanan administrasi, sebagian besar responden menyatakan berminat untuk berobatkembali ke Klinik Sayung Husada saat mereka merasakan sakit lagi.
EMERGENCE RESISTANT UROPATOGEN Escherichia coli SETELAH PEMBERIAN SIPROFLOKSASIN DAN -MANGOSTIN SECARA in vitro Maya Dian Rakhmawatie; Afiana Rohmani
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2015: Prosiding Bidang MIPA dan Kesehatan The 2nd University Research Colloquium
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (298.253 KB)

Abstract

Emergence resistant on uropatogen Escherichia coli can occur shortly after the start of therapy using subtherapeutic doses of ciprofloxacin. Ciprofloxacin is an antibiotic that works depends on the level of concentration, higher ratio Cmax / MIC will give increases in effectiveness. When the ratio of Cmax / MIC <1, then the risk of emergence resistant will be increased. One of the herbs that are abundant in Indonesia and has anti-bacterial activity is mangosteen (Garcinia mangostana L.), which has an active compound -mangostin. Administration of the active compound α-mangostin is expected to help prevent the emergence resistant of uropatogen E. coli due to the use of subtherapeutic ciprofloxacin. This research was conducted by giving treatment to uropatogen E. coli in vitro. Bacterial strains used are uropatogen E. coli resistant to ciprofloxacin with MIC values of 128 μg / mL. Treatment is divided into (I) treatment groups using ciprofloxacin concentration Cmax at a dose of 750 mg (4.3 μg / mL), (II) treatment groups using ciprofloxacin concentration of 4.3 μg / mL and -mangostin 0.18 μg / mL, and (III) the negative control group. The study states that the administration of the combination of α-mangostin and ciprofloxacin delayed the growth of uropatogen E. coli resistant strains (MIC value of 128 μg / mL) compared to administration of ciprofloxacin alone (p 0.000). But the combination of α-mangostin and ciprofloxacin can not prevent an increased in resistance strain uropatogen E. coli, which is characterized by an increased in the value of the MIC to be 256 μg / mL after 2 hours of treatment.Keywords: ciprofloxacin, resistance, -mangostin, uropatogen E. coli
PEMAKAIAN ANTIBIOTIK PADA KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE ANAK DI RUMAH SAKIT ROEMANI SEMARANG TAHUN 2010 Afiana Rohmani; Merry Tiyas Anggraini
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2012: SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN 2012
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

DBD merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus , sehingga pemberian antibiotikdalam pengobatan DBD tidak diperlukan kecuali jika terdapat komplikasi infeksi sekunder yangdisebabkan oleh bakteri. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi pemberian antibiotikpada penetalaksanaan DBD anak.Penelitian ini bersifat retrospektif diskriptif analitik, dilakukan di RS Roemani Semarang.Responden yang diambil adalah pasien anak dengan diagnosis akhir DBD di RS Roemani diSemarang periode Januari- Desembner 2010. Data penelitian merupakan data sekunder yaitu daricatatan rekam medis .Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian antibiotik pada penderita DBD anak masihcukup besar. Dari jumlah sampel 84 anak penderita DBD, sebanyak 74 anak ( 88,10%)tanpa mengalami komplikasi infeksi sekunder. Penderita DBD tanpa komplikasi infeksi sekunderlebih banyak diberikan pengobatan antibiotik yaitu sebesar 93,3%. Pemberian antibiotik palingbanyak adalah golongan cefalosporin yaitu cefadroxil sebesar 33,3% dan cefotaxim sebesar 25,0%dengan lama pemberian berkisar 4 – 6 hari. Pemberian antibiotik paling banyak hanya diberikan 1jenis obat sebesar 54,7% dan pemberian dengan 2 jenis obat sebesar 39,7%.
PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MPASI) PADA ANAK USIA 1-2 TAHUN DI KELURAHAN LAMPER TENGAH KECAMATAN SEMARANG SELATAN, KOTA SEMARANG Afiana Rohmani
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2010: Bio Molekuler, Analis Kesehatan, Keperawatan
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Selama ini banyak pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) yang terlalu dini bagi bayi dan  berakibat anak diare, produksi ASI berkurang, karena anak sudah kenyang dan jarang menyusui, serta dapat menimbulkan alergi dikemudian hari karena usus bayi masih mudah dilalui oleh protein asing. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara usia pemberian makanan pendamping ASI pertama kali dengan status gizi batita, menganalisis hubungan antara frekuensi pemberian MPASI dengan status gizi batita, menganalisis hubungan antara kesesuaian jenis MPASI terhadap umur dengan status gizi batita dan mengalisis hubungan antara frekuensi pemberian ASI dengan status gizi batita. Metode penelitian menggunakan studi kasus dengan jenis penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh anak usia 1-2 tahun yang berkunjung ke Posyandu Kelurahan Lamper Tengah, kota Semarang, dengan jumlah sampel sebanyak 60 anak yang menggunakan metode purpose random sampling. Data yang didapatkan antara lain tinggi dan berat badan anak, umur anak, dan pemberian MPASI yang meliputi usia pemberian MPASI, frekuensi pemberian MPASI, kesesuaian jenis MPASI terhadap perkembangan umur dan frekuensi pemberian ASI. Data yang dianalisis menggunakan statistik non parametrik, dengan menganalisis bubungan antar variabel dengan uji korelasi spearman dan analisis uji ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara usia pertama pemberian MPASI dengan status gizi pada indek BB/U dan TB/U, terdapat hubungan antara frekuensi pemberian MPASI dengan status gizi pada indek BB/U dan TB/U, tidak ada hibungan antara frekuensi pemberian ASI dengan status gizi pada indek BB/U dan terdapat hubungan antara kesuaian MPASI dengan umur dengan status gizi pada indek BB/U dan TB/U. Dengan demikian perlu adanya penyuluhan terhadap ibu melalui posyandu tentang pola pemberian makanan pada bayi, khususnya kapan bayi dapat diberi MPASI, serta bagaimana pemberian MPASI yang benar, antara lain jenis-jenis MPASI yang disesuaikan dengan perkembangan umur, cara pemberian MPASI, dan porsi pemberian MPASI.Kata Kunci: Makanan, pendampng, asi, anak, batita, status gizi