The Nyadran tradition is a cultural practice rich in symbolism in Javanese society, including in Jeruk Hamlet, Ledug Village, Prigen District, Pasuruan Regency. This research focuses on analyzing the communication symbols contained within the Nyadran tradition and their role in reflecting social and ecological harmony within the local community. Using qualitative methods through a cultural phenomenology approach, research data was obtained through direct observation, in-depth interviews with community leaders and participants, and documentation of activities. The results show that the various symbolic elements of Nyadran, such as offerings, grave visits, communal prayers, and the sharing of crops, not only represent a form of respect for ancestors but also strengthen the values of solidarity and mutual cooperation among residents. The offerings and crops presented reflect the community's ecological awareness in maintaining the balance of nature, while communal prayers serve as a means of spiritual communication connecting humans with the Creator. The Nyadran tradition has also proven to be a symbolic communication medium capable of maintaining local cultural identity and strengthening social ties within the community. Through these symbols, a collective awareness is created about the importance of maintaining harmonious relationships between humans, humans and ancestors, and humans and nature. Thus, Nyadran is not merely a religious and cultural ritual, but also a means of socio-ecological education relevant to the lives of contemporary Javanese society. Abstrak Tradisi Nyadran merupakan salah satu praktik budaya yang kaya akan simbolisme dalam masyarakat Jawa, termasuk di Dusun Jeruk, Kelurahan Ledug, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan. Penelitian ini difokuskan untuk menganalisis simbol-simbol komunikasi yang terkandung dalam tradisi Nyadran serta peranannya dalam mencerminkan harmoni sosial dan ekologis masyarakat setempat. Dengan menggunakan metode kualitatif melalui pendekatan fenomenologi budaya, data penelitian diperoleh melalui observasi langsung, wawancara mendalam dengan tokoh masyarakat dan peserta tradisi, serta dokumentasi kegiatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berbagai unsur simbolik yang terdapat dalam Nyadran, seperti sesaji, ziarah makam, doa bersama, dan pembagian hasil bumi, tidak hanya merepresentasikan bentuk penghormatan terhadap leluhur, tetapi juga memperkuat nilai-nilai solidaritas dan gotong royong antarwarga. Sesaji dan hasil bumi yang disajikan menggambarkan kesadaran ekologis masyarakat dalam menjaga keseimbangan alam, sementara doa bersama menjadi sarana komunikasi spiritual yang menghubungkan manusia dengan Sang Pencipta. Tradisi Nyadran juga terbukti menjadi media komunikasi simbolik yang mampu mempertahankan identitas budaya lokal serta mempererat ikatan sosial di tengah masyarakat. Melalui simbol-simbol tersebut, tercipta kesadaran kolektif tentang pentingnya menjaga hubungan harmonis antara manusia dengan manusia, manusia dengan leluhur, serta manusia dengan alam. Dengan demikian, Nyadran tidak hanya sekadar ritual keagamaan dan budaya, tetapi juga sarana pendidikan sosial-ekologis yang relevan bagi kehidupan masyarakat Jawa masa kini.