Kisah Tiga Pangeran merupakan cerita rakyat dari Sumatera Selatan yang banyak menyajikan hal menarik untuk dikaji secara mendalam. Salah satu dari hal menarik tersebut adalah berkaitan dengan penggunaan bahasa, khususnya pada strategi kesantunan berbahasa yang digunakan oleh tokoh-tokoh ceritanya. Penelitian ini bertujuan menguraikan strategi kesantunan berbahasa yang digunakan tokoh cerita dalam Kisah Tiga Pangeran. Kajian ini menekankan pada teori kesantunan berbahasa yang dikemukakan oleh Brown & Levinson, yakni seputar penyelamatan muka. Semua orang yang rasional mempunyai muka yang harus dijaga dan dipelihara. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif. Data penelitian berwujud kutipan kalimat yang dikumpulkan melalui teknik baca-catat. Analisis data dilakukan dengan teknik interaktif yakni teknik analisis data dengan menyajikan data dalam bentuk visualisasi berupa tabel dan narasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tokoh cerita dalam Kisah Tiga Pangeran menggunakan beragam strategi untuk dapat berbahasa secara santun. Strategi yang digunakan para tokoh cerita terbagi ke dalam dua jenis, yakni strategi kesantunan negatif dan strategi kesantunan positif. Strategi kesantunan negatif direalisasikan dengan cara memberikan pertanyaan, meminimalkan paksaan, memberikan penghormatan, meminta maaf, dan menggunakan tuturan berpagar. Adapun strategi kesantunan positif direalisasikan dengan cara melibatkan penutur dan lawan tutur dalam aktivitas, memperhatikan keinginan lawan tutur, membesar-besarkan perhatian dan simpati kepada lawan tutur, serta menyatakan hubungan secara timbal balik. Selain itu, strategi kesantunan positif juga dilakukan tokoh cerita dengan cara menggunakan penanda identitas kelompok, mengintensifkan perhatian penutur dengan mendramatisasi peristiwa atau fakta, memberikan hadiah (barang, simpati, perhatian, kerja sama) kepada lawan tutur, memberikan tawaran atau janji, dan menunjukkan hal-hal yang dianggap memiliki kesamaan. Kisah Tiga Pangeran merupakan cerita rakyat dari Sumatera Selatan yang banyak menyajikan hal menarik untuk dikaji secara mendalam. Salah satu dari hal menarik tersebut adalah berkaitan dengan penggunaan bahasa, khususnya pada strategi kesantunan berbahasa yang digunakan oleh tokoh-tokoh ceritanya. Penelitian ini bertujuan menguraikan strategi kesantunan berbahasa yang digunakan tokoh cerita dalam Kisah Tiga Pangeran. Kajian ini menekankan pada teori kesantunan berbahasa yang dikemukakan oleh Brown & Levinson, yakni seputar penyelamatan muka. Semua orang yang rasional mempunyai muka yang harus dijaga dan dipelihara. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif. Data penelitian berwujud kutipan kalimat yang dikumpulkan melalui teknik baca-catat. Analisis data dilakukan dengan teknik interaktif yakni teknik analisis data dengan menyajikan data dalam bentuk visualisasi berupa tabel dan narasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tokoh cerita dalam Kisah Tiga Pangeran menggunakan beragam strategi untuk dapat berbahasa secara santun. Strategi yang digunakan para tokoh cerita terbagi ke dalam dua jenis, yakni strategi kesantunan negatif dan strategi kesantunan positif. Strategi kesantunan negatif direalisasikan dengan cara memberikan pertanyaan, meminimalkan paksaan, memberikan penghormatan, meminta maaf, dan menggunakan tuturan berpagar. Adapun strategi kesantunan positif direalisasikan dengan cara melibatkan penutur dan lawan tutur dalam aktivitas, memperhatikan keinginan lawan tutur, membesar-besarkan perhatian dan simpati kepada lawan tutur, serta menyatakan hubungan secara timbal balik. Selain itu, strategi kesantunan positif juga dilakukan tokoh cerita dengan cara menggunakan penanda identitas kelompok, mengintensifkan perhatian penutur dengan mendramatisasi peristiwa atau fakta, memberikan hadiah (barang, simpati, perhatian, kerja sama) kepada lawan tutur, memberikan tawaran atau janji, dan menunjukkan hal-hal yang dianggap memiliki kesamaan.STRATEGI KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KISAH TIGA PANGERAN