Claim Missing Document
Check
Articles

Found 38 Documents
Search

FORMULASI SEDIAAN LOSION ANTIOKSIDAN EKSTRAK AIR DAUN TEH HIJAU (Camellia sinensis L.) Faramayuda, Fahrauk; Alatas, Fikri; Desmiaty, Yesi
Majalah Obat Tradisional Vol 15, No 3 (2010)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (585.308 KB) | DOI: 10.14499/mot-TradMedJ15iss3pp105 – 111

Abstract

Penelitian tentang formulasi dosis ekstrak air daun teh hijau dengan konsentrasi 0,0002%, 0,002%, 0,02% dan 8,6% telah dilakukan. Penetapan nilai EC50 dilakukan berdasarkan perhitungan persamaan regresi linier antara larutan uji dan persentase peredamanl. Formulasi losion dimulai berdasarkan orientasi basis dengan parameter organoleptik, homogenitas, pH dan viskositas. Diketahui bahwa losion dengan5,5% glyceryl monostearate mempunyai stabilitas pH, viskositas dan konsistensi yang terbaik. Evaluasi formulasi termasuk evaluasi fisik (organoleptis, homogenitas, viskositas dan stabilitas) dan evaluasi kimia (pH dan stabilitas aktivitas anti oksidan). Evaluasi aktivitas antioksidan formula yang mengandung larutan 1,1-diphenyl-2-picrylhidrazyl menggunakan spektrofotometri UV-Vis menunjukkan bahwa formula yang mengandung 0.02% dan 8,6% ektrak air daun teh memberikan aktivitas anti oksidan terbaik dan stabilitas selama penyimpanan.
Identification of the Secondary Metabolites and Characterization of Lagerstroemia Loudonii T. & B. Faramayuda, Fahrauk; Hermanto, Faizal; Windyaswari, Ari Sri; Riyanti, Soraya; Nurhayati, Viola Aditya
Journal of Islamic Pharmacy Vol 6, No 1 (2021): J. Islamic Pharm.
Publisher : Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/jip.v6i1.11351

Abstract

Bungur  (Lagerstroemia loudonii T. B) is a type of plant widely grown in Indonesia and can be found in teak forests, mixed forests, and is found as ornamental plants or protective trees on the roadside. In the fruit section, Lagerstroemia loudonii is used as antituberculous and antimalarial. On the bark, the part is used as antidiarrheal. Based on some parts of the Lagerstroemia loudonii  plants' activity data, this plant has the potential to be developed into traditional medicine. Standardized traditional medicine material is necessary to identify efficacious compounds and characterization in some parts of Lagerstroemia loudonii. The purpose of this research is to develop Lagerstroemia loudonii into traditional herbal medicine or standardized herbal medicine. Identification of efficacious compounds and characterization of crude leaf drugs, bark, stems, and fruit of Lagerstroemia loudonii. The phytochemical screening phase of the crude drugs of leaves, bark, stems, and fruit ofLagerstroemia loudonii against includes examining alkaloids, flavonoids,  quinones, tannins, polyphenols, saponins, steroids and triterpenes, monoterpenoids and sesquiterpenoids. The determination of the characteristics of raw material carried out includes nonspecific parameters. Nonspecific parameters are the determination of total ash content, water-soluble ash content, acid insoluble ash content. each experiment was carried out three times and calculated the average yield and deviation.  Identification results of the class of efficacious compounds in some parts of the Lagerstroemia loudonii  plant are on the leaves and fruits containing alkaloids, flavonoids, saponins, quinones, tannins, polyphenols, monoterpenoids, and sesquiterpenoids as well as steroids and triterpenoids. At the bark and stem, the bark contains alkaloids, flavonoids, saponins, quinones, tannins, polyphenols, monoterpenoids, and sesquiterpenoids. Characterization results of Lagerstroemia loudonii  leaf extract total ash content 4.45 ± 0.30% w/w, water-soluble ash content 4.08 ± 0.27% w/w, acid insoluble ash content 0.59 ± 0.06% w/w, the extract specific gravity was 0.59 ± 0.063. Lagerstroemia loudonii  stem bark extract, total ash content 1.94 ± 0.12% w/w, water-soluble ash content 1.47 ± 0.03% w/w, acid insoluble ash content 0.24 ± 0.02% w/w, the extract specific gravity is 0.82 ± 0.01. Lagerstroemia loudonii  stem extract, total ash content3.18 ± 0.16% w/w, water-soluble ash content 2.36 ± 0.38% w/w, acid insoluble ash content 0.43 ± 0.07% w/w, extract specific grafity 0.81 ± 0.01. Lagerstroemia loudonii  fruit extract, total ash content 11.45 ± 1.16%w/w, water-soluble ash content 10.1 ± 1.49% w/w, acid insoluble ash content 1.46 ± 0.88% w/w,extract specific grafity 0.81 ± 0.01. Based on phytochemical screening data and the characterization of bungur plants potential to be developed into raw materials for traditional medicineKeywords: Lagerstroemia loudonii, secondary metabolite, raw material characterization
Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl.) : PENGGUNAAN TRADISIONAL, FITOKIMIA dan AKTIVITAS FARMAKOLOGI Piper retrofractum Vahl. : Traditional Uses, Phytochemical and Pharmacological Activities Fahrauk Faramayuda; Sufyan Zainul Arifin; Akhirul Kahfi Syam; Elfahmi Elfahmi
Perspektif Vol 20, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/psp.v20n1.2021.26-34

Abstract

 ABSTRAK Cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.) adalah tanaman daerah tropis asli Indonesia yang dijumpai juga di negara Asia Tenggara seperti Thailand dan Malaysia, dan sejak dahulu telah digunakan secara turun-temurun sebagai bahan tambahan makanan ataupun obat tradisional. Secara tradisional di masyarakat, buah cabe jawa dapat digunakan dalam ramuan untuk mengobati demam, perut kembung, mulas, muntah, mengatasi gangguan pencernaan, merangsang nafsu makan, dan lemah syahwat. Akarnya sering digunakan untuk mengobati sakit gigi, luka dan kejang, serta bagian daunnya digunakan juga untuk obat kumur. Beberapa penelitian menyebutkan aktivitas farmakologi cabe Jawa memiliki efek afrodisiaka, antipiretik, antihiperurisemia, antikanker, dan antimikroba. Pengujian klinis terhadap cabe jawa telah dilakukan dan potensial dikembangkan menjadi obat tradisional golongan fitofarmaka. Cabe jawa memiliki aktivitas sebagai imunostimulan, lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok imunostimulan fitofarmaka. Cabe jawa mempunyai potensi sebagai anti-photoaging, aktivitas antituberkular, antiproliferasi, aktivitas larvasida, dan aktivitas sitotoksik. Studi fitokimia senyawa metabolit sekunder utama yang terkandung dalam cabe jawa antara lain beberapa jenis alkaloid seperti piperine, pipernonaline, guineensine, piperoctadecalidine, minyak atsiri buah cabe jawa mengandung tiga komponen utama yaitu yaitu β-caryophyllene (17%), pentadecane (17,8%) dan β- bisabollene (11,2%) . Selain senyawa utama tersebut,  terdapat senyawa baru pada buah cabe jawa, diantaranya; senyawa amida, amida glikosida, fenilpropanoid glikosida, dan alkaloid. Sebagai afrodisiaka bagian yang digunakan adalah buahnya dan senyawa piperin yang diduga bertanggung jawab terhadap aktivitas tersebut. Piperin merupakan senyawa utama dan zat berkhasiat yang terkandung dalam buah cabe jawa dan berfungsi sebagai penurun demam, mengurangi rasa sakit, antioksidan, mengurangi peradangan, antitumor, dan sebagai imunomodulator. Berdasarkan aktifitas farmakologi yang baik dari cabe jawa maka studi atau penelitian-penelitian pada tanaman ini harus terus dilakukan seperti pengembangan formulasi dan upaya perbanyakan tanaman karena populasi cabe jawa jumlahnya terbatas. Media terbaik dalam induksi kalus tanaman cabe jawa adalah Murrashige Skoog (MS) yang ditambah 6-Benzil Amino Purin (BAP) dan Naphtalene Acetic Acid (NAA).ABSTRACT Piper retrofractum vahl. is a tropical plant native to Indonesia which is also found in Southeast Asian countries such as Thailand and Malaysia, and has been used for generations as a food additive or traditional medicine. Traditionally in the community, P. retrofractum  fruit can be used in potions to treat fever, flatulence, heartburn, vomiting, overcome digestive disorders, stimulate appetite, and impotence. The roots are often used to treat toothaches, wounds, and seizures, and the leaves are also used for mouthwash. Several studies have stated that the pharmacological activity of P. retrofractum  has aphrodisiac, antipyretic, anticancer, and antimicrobial effects. Clinical testing on P. retrofractum  has been carried out and has the potential to be developed into a traditional medicine of the phytopharmaceutical class. P. retrofractum  has activity as an immunostimulant, which is higher than the phytopharmaceutical immunostimulant group. P. retrofractum has potential as anti-photoaging, antitubercular, antiproliferative, larvicidal activity, and cytotoxic activity. Phytochemical studies of the main secondary metabolites contained in P. rectofractum include several types of alkaloids such as piperine, pipernonaline, guineensine, piperoctadecalidine, fruit essential oils. Javanese chili contains three main components, namely-caryophyllene (17%), pentadecane (17.8%) and -bisabollene (11.2%). In addition to these main compounds, there are new compounds in P. retrofractum  fruit, including; amide compounds, amide glucosides, phenylpropanoid glucosides, and alkaloids. As an aphrodisiac, the part used is the fruit and the piperine compound which is thought to be responsible for this activity. Piperine is the main compound and efficacious substance contained in P. retrofractum  fruit and functions as a fever reducer, pain reliever, antioxidant, reducing inflammation, antitumor, and immunomodulator. Based on the good pharmacological activity of P. retrofractum , studies or researches on this plant must continue to be carried out such as formulation development and plant propagation efforts because the population of P. retrofractum  is limited. The best medium for callus induction of cabe jawa was Murashige Skoog (MS) with 6-Benzyl Amino Purine (BAP) and Naphtalene acetic (NAA) added. 
Identification Secondary Metabolites From Callus Piper retrofractum Vahl Fahrauk Faramayuda; Jaka Permana; Akhirul Kahfi Syam; Elfahmi Elfahmi
Elkawnie: Journal of Islamic Science and Technology Vol 7, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/ekw.v7i1.8630

Abstract

Abstract: Javanese chili (Piper retrofractum Vahl) is a traditional medicinal plant originating from Indonesia and has many pharmacological activities, one of which is often used as a base for aphrodisiac herbal medicine. The population of P. retrofractum is limited, so it is necessary to design secondary metabolite production and propagation efforts using plant tissue culture techniques. The materials used in this study were explants of P. retrofractum leaves that were induced in Murashige and Skoog (MS) media and the ratio of growth regulators 2.4-dichlorophenoxyacetis acid (2,4-D): Benzyl Amino Purine (BAP) 0.5: 0.5. The results showed that the callus of P. retrofractum was formed in the growth regulator 2.4D: BAP (0.5: 0.5). TLC and spectrophotometry identified the secondary metabolite content of callus. Secondary metabolite analysis using the thin layer chromatography (TLC) method using the mobile phase ethyl acetate: n-hexane (7: 3) showed a terpenoid compound indicated by purple spots on the visual appearance after spraying 10% spotting vanillin. Identification using infrared spectrophotometry shows functional groups -CH, C = O, C = C, -CH2, and -CH3, characteristic of terpenoid compounds. Based on TLC data and spectrophotometry, callus P. retrofractum is thought to contain terpenoid compounds. This study's results are expected to be the basis for developing secondary metabolite production in P. retrofractum with cell suspension culture and P. retrofractum propagation by micropropagation.Abstrak: Cabai Jawa (Piper retrofractum  Vahl) merupakan tanaman obat tradisional yang berasal dari Indonesia dan banyak memiliki aktivitas farmakologis salah satunya sering digunakan sebagai bahan dasar jamu afrodisiaka. Populasi tanaman cabai Jawa terbatas maka perlu dirancang upaya produksi metabolit sekunder dan upaya perbanyakan tanaman cabai Jawa salah satunya menggunakan teknik kultur jaringan tanaman. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah eksplan daun tanaman cabai Jawa yang diinduksi pada media Murashige and Skoog (MS) dan perbandingan zat pengatur tumbuh 2.4-dichlorophenoxyacetis acid (2,4-D) : Benzyl Amino Purine (BAP) 0,5 : 0,5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kalus cabai Jawa terbentuk dalam zat pengatur tumbuh 2,4D: BAP (0,5: 0,5). Kandungan metabolit sekunder dari kalus diidentifikasi dengan KLT dan spektrofotometri. Analisis metabolit sekunder menggunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT) menggunakan fasa gerak etil asetat: n-heksana (7: 3) menunjukkan adanya senyawa terpenoid yang ditunjukkan dengan adanya bercak ungu pada penampakan visual setelah disemprotkan spotting vanilin 10%. Hasil Identifikasi menggunakan spektrofotometri UV-Vis  menunjukkan isolat mempunyai panjang gelombang maksimum 272,6 nm. Identifikasi menggunakan spektrofotometri inframerah menunjukkan adanya gugus fungsi -CH, C = O, C = C, -CH2, dan -CH3 yang merupakan ciri khas senyawa terpenoid . Berdasarkan data KLT dan spektrofotometri kalus cabai Jawa diduga mengandung senyawa terpenoid. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pemgembangan produksi metabolit sekunder dalam tanaman cabai Jawa dengan kultur suspensi sel dan perbanyakan tanaman cabai Jawa dengan mikropropagasi.
FORMULASI SEDIAAN LOSION ANTIOKSIDAN EKSTRAK AIR DAUN TEH HIJAU (Camellia sinensis L.) Fahrauk Faramayuda; Fikri Alatas; Yesi Desmiaty
Majalah Obat Tradisional Vol 15, No 3 (2010)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (585.308 KB) | DOI: 10.22146/tradmedj.8134

Abstract

The research about lotion dosage formulation that contain green tea leaf water extract with concentration 0.0002%, 0.002%, 0,02%, and 8.6% had been done. The basic of the EC50 value. Which calculated from linierity regression equation between tested solution concentration and scavenging percent. The lotion formulation began with lotion base orientation included organoleptic, homogeinity, pH, and viscosity. It showed that lotion base with glyceryl monostearate 5.5% have the best pH stability, viscosity, and consistency. Evaluation of lotion dosage include physical evaluation (organoleptic, homogeinity, viscosity and stability) and chemical evalution (pH and the stability of lotion antioxidant activity. Antioxidant activity stability evaluation of lotion with 1,1-diphenyl-2-picrylhidrazyl solution using spectrophotometri UV-Visible showed, that formula which contain 0.02% and 8.6% green tea leaf water extract gave the best radical scavenging activity and stable during storage. 
Larvacide Activity of Bungur Plants (Lagerstroemia loudonii T. & B.) Fahrauk Faramayuda; Faizal Hermanto; Ari Sri Windyaswari; Soraya Riyanti; Viola Aditya Nurhayati
Jurnal Pharmascience Vol 9, No 1 (2022): Jurnal Pharmascience
Publisher : Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jps.v9i1.9982

Abstract

The prevalence of DHF, especially in Indonesia, is still high. Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a disease transmitted by the Aedes aegypti species mosquito vector. Therefore, reducing the incidence of DHF requires efforts to break the chain of transmission by inhibiting the growth of the Aedes aegypti mosquito vector. One of the plants that can inhibit the growth of A. aegypti mosquito larvae is the bungur plant. This study aimed to determine the larvicidal activity of ethanol extract of leaves, bark, stems, and fruit of bungur (Lagerstroemia loudonii T. & B.) against A. aegypti larvae. Extraction process used maceration method with 96% ethanol solvent. Phytochemical screening results showed that the ethanol extract of bungur leaves and fruit contains alkaloids, flavonoids, saponins, quinones, tannins, polyphenols, monoterpenoids, and sesquiterpenoids as well as steroids and triterpenoids, whereas in the ethanol extract bungur bark and stems contains alkaloids, flavonoids, saponins, quinones, tannins, polyphenols, monoterpenoids, and sesquiterpenoids. LC50 values of ethanol extract of leaves, bark, stems, and bungur fruit were 374.64 ± 11.88 µg/mL, 396.70 ± 3.99 µg/mL, 425.80 ± 8.15 µg/mL, and 312.54 ± 2.24 µg/mL, consecutively. The results showed that the ethanol extract of the leaves, bark, stems, and fruit of bungur could inhibit the growth of A. aegypti larvae. Ethanol extract of bungur fruit has the best larvicidal activity compared to other test extracts.
PENENTUAN KANDUNGAN POLIFENOL TOTAL EKSTRAK METANOL KULIT BUAH RAMBUTAN RAPIAH (Nephelium lappaceum L.): DETERMINATION OF TOTAL POLYPHENOL CONTENT OF METHANOL EXTRACT RAMBUTAN RAPIAH FRUIT RIND (Nephelium lappaceum L.) Fahrauk Faramayuda; Oktovia El Shara; Julia Ratnawati
Medical Sains : Jurnal Ilmiah Kefarmasian Vol 7 No 1 (2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (605.726 KB) | DOI: 10.37874/ms.v7i1.262

Abstract

Tanaman rambutan rapiah (Nephelium lappaceum L.) merupakan tanaman yang tersebar luas di Indonesia. Konsumsi buah rambutan rapiah dapat meninggalkan limbah kulitnya yang cukup banyak. Kulit buah rambutan rapiah telah digunakan secara tradisional sebagai obat demam dan disentri. Kulit buah rambutan rapiah diketahui mengandung metabolit sekunder seperti polifenol, flavonoid, saponin, dan tanin. Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa ekstrak metanol kulit buah rambutan memiliki aktivitas antioksidan yang kuat. Metabolit sekunder yang diduga memiliki aktivitas antioksidan adalah polifenol. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan, mengingat potensi kulit buah rambutan rapiah sebagai antioksidan kuat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar polifenol total ekstrak metanol kulit buah rambutan rapiah (Nephelium lappaceum L.). Penetapan kadar polifenol total dilakukan dengan menggunakan metode Folin Ciocalteu. Pereaksi Folin Ciocalteu akan bereaksi dengan gugus fenolik-hidroksil dan membentuk kompleks fosfotungstat-fosfomolibdat berwarna biru yang dapat dideteksi dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 743,5 nm. Dari penelitian ini kadar polifenol total yang diperoleh adalah 0,2482±0,0401%.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PELATIHAN BUDIDAYA DAN PENINGKATAN POTENSI AGRIBISNIS CABE JAWA Fahrauk Faramayuda; Jovie Mien Dumanauw; Siti Muslichah; Suwidjiyo Pramono; Sugiyanto
Jurnal Abditani Vol. 4 No. 2 (2021): Oktober
Publisher : FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ALKHAIRAAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31970/abditani.v4i2.71

Abstract

Tanaman cabe jawa memiliki beberapa aktivitas farmakologis salah satunya meningkatkan libido dan mengatasi gangguan kesuburan pada pria (infertilitas). Cabe jawa di Indonesia banyak diproduksi dari Jawa Timur terutama daerah Madura, namun masih banyak daerah lain yang secara ekologis cocok untuk pengembangan budidaya tanaman obat cabe jawa, termasuk di daerah Gunung Kidul. Permintaan pengiriman cabe jawa baik skala nasional maupun internasional dari tahun ke tahun semakin meningkat sedangkan sentra produksi cabe jawa di Indonesia masih sedikit, oleh karena itu perlu dibuat sentra produksi baru di berbagai wilayah salah satunya di daerah Yogyakarta. Program budidaya cabe jawa di Desa Kemadang, Tanjung Sari, Kabupaten Gunung Kidul. Yogyakarta melalui penyuluhan budidaya dan pemanfaatan tanaman cabe jawa, sosialisasi dan praktek langsung teknik pembibitan tanaman cabe jawa serta monitoring dan evaluasi yang berkelanjutan.
Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl.) : PENGGUNAAN TRADISIONAL, FITOKIMIA dan AKTIVITAS FARMAKOLOGI Piper retrofractum Vahl. : Traditional Uses, Phytochemical and Pharmacological Activities Fahrauk Faramayuda; Sufyan Zainul Arifin; Akhirul Kahfi Syam; Elfahmi Elfahmi
Perspektif Vol 20, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/psp.v20n1.2021.26-34

Abstract

 ABSTRAK Cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.) adalah tanaman daerah tropis asli Indonesia yang dijumpai juga di negara Asia Tenggara seperti Thailand dan Malaysia, dan sejak dahulu telah digunakan secara turun-temurun sebagai bahan tambahan makanan ataupun obat tradisional. Secara tradisional di masyarakat, buah cabe jawa dapat digunakan dalam ramuan untuk mengobati demam, perut kembung, mulas, muntah, mengatasi gangguan pencernaan, merangsang nafsu makan, dan lemah syahwat. Akarnya sering digunakan untuk mengobati sakit gigi, luka dan kejang, serta bagian daunnya digunakan juga untuk obat kumur. Beberapa penelitian menyebutkan aktivitas farmakologi cabe Jawa memiliki efek afrodisiaka, antipiretik, antihiperurisemia, antikanker, dan antimikroba. Pengujian klinis terhadap cabe jawa telah dilakukan dan potensial dikembangkan menjadi obat tradisional golongan fitofarmaka. Cabe jawa memiliki aktivitas sebagai imunostimulan, lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok imunostimulan fitofarmaka. Cabe jawa mempunyai potensi sebagai anti-photoaging, aktivitas antituberkular, antiproliferasi, aktivitas larvasida, dan aktivitas sitotoksik. Studi fitokimia senyawa metabolit sekunder utama yang terkandung dalam cabe jawa antara lain beberapa jenis alkaloid seperti piperine, pipernonaline, guineensine, piperoctadecalidine, minyak atsiri buah cabe jawa mengandung tiga komponen utama yaitu yaitu β-caryophyllene (17%), pentadecane (17,8%) dan β- bisabollene (11,2%) . Selain senyawa utama tersebut,  terdapat senyawa baru pada buah cabe jawa, diantaranya; senyawa amida, amida glikosida, fenilpropanoid glikosida, dan alkaloid. Sebagai afrodisiaka bagian yang digunakan adalah buahnya dan senyawa piperin yang diduga bertanggung jawab terhadap aktivitas tersebut. Piperin merupakan senyawa utama dan zat berkhasiat yang terkandung dalam buah cabe jawa dan berfungsi sebagai penurun demam, mengurangi rasa sakit, antioksidan, mengurangi peradangan, antitumor, dan sebagai imunomodulator. Berdasarkan aktifitas farmakologi yang baik dari cabe jawa maka studi atau penelitian-penelitian pada tanaman ini harus terus dilakukan seperti pengembangan formulasi dan upaya perbanyakan tanaman karena populasi cabe jawa jumlahnya terbatas. Media terbaik dalam induksi kalus tanaman cabe jawa adalah Murrashige Skoog (MS) yang ditambah 6-Benzil Amino Purin (BAP) dan Naphtalene Acetic Acid (NAA).ABSTRACT Piper retrofractum vahl. is a tropical plant native to Indonesia which is also found in Southeast Asian countries such as Thailand and Malaysia, and has been used for generations as a food additive or traditional medicine. Traditionally in the community, P. retrofractum  fruit can be used in potions to treat fever, flatulence, heartburn, vomiting, overcome digestive disorders, stimulate appetite, and impotence. The roots are often used to treat toothaches, wounds, and seizures, and the leaves are also used for mouthwash. Several studies have stated that the pharmacological activity of P. retrofractum  has aphrodisiac, antipyretic, anticancer, and antimicrobial effects. Clinical testing on P. retrofractum  has been carried out and has the potential to be developed into a traditional medicine of the phytopharmaceutical class. P. retrofractum  has activity as an immunostimulant, which is higher than the phytopharmaceutical immunostimulant group. P. retrofractum has potential as anti-photoaging, antitubercular, antiproliferative, larvicidal activity, and cytotoxic activity. Phytochemical studies of the main secondary metabolites contained in P. rectofractum include several types of alkaloids such as piperine, pipernonaline, guineensine, piperoctadecalidine, fruit essential oils. Javanese chili contains three main components, namely-caryophyllene (17%), pentadecane (17.8%) and -bisabollene (11.2%). In addition to these main compounds, there are new compounds in P. retrofractum  fruit, including; amide compounds, amide glucosides, phenylpropanoid glucosides, and alkaloids. As an aphrodisiac, the part used is the fruit and the piperine compound which is thought to be responsible for this activity. Piperine is the main compound and efficacious substance contained in P. retrofractum  fruit and functions as a fever reducer, pain reliever, antioxidant, reducing inflammation, antitumor, and immunomodulator. Based on the good pharmacological activity of P. retrofractum , studies or researches on this plant must continue to be carried out such as formulation development and plant propagation efforts because the population of P. retrofractum  is limited. The best medium for callus induction of cabe jawa was Murashige Skoog (MS) with 6-Benzyl Amino Purine (BAP) and Naphtalene acetic (NAA) added. 
Isolasi Sinensetin dari Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus Blume miq.) Varietas Putih Fahrauk Faramayuda; Soraya Riyanti; Adella Shindy Pratiwi; Totik Sri Mariani; Elfahmi Elfahmi; Sukrasno Sukrasno
JPSCR: Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research Vol 6, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/jpscr.v6i2.48084

Abstract

Kumis kucing mengandung metabolit sekunder sinensetin yang termasuk ke dalam golongan senyawa flavonoid. Sinensetin berpotensi sebagai agen antivirus dan imunomodulator.  Tujuan penelitian ini adalah standardisasi tanaman kumis kucing varietas putih dan upaya produksi senyawa sinensetin. Ekstraksi dilakukan dengan metoda maserasi. Tahap pemisahan lanjutan dilakukan dengan metoda ekstraksi cair-cair, kromatografi kolom dan kromatografi cair vakum. Hasil ekstraksi cair-cair terpilih tiga fraksi  yaitu fraksi air, etil asetat dan n-heksana. Sebanyak 2,08 gram fraksi etil asetat dilanjutkkan pada tahap pemisahan lanjutan menggunakan kromatografi cair vakum dengan fasa diam silika gel H60 dan fasa gerak n-heksana dan etil asetat. Hasil dari kromatografi cair vakum diperoleh sebanyak 11 subfraksi. Penggabungan dilakukan pada subfraksi 8-11 yang terdeteksi adanya senyawa sinensetin, selanjutnya terhadap subfraksi gabungan dilakukan pemisaahan lanjutan dengan kromatografi kolom. Hasil pemisahan dengan kromatografi kolom diperoleh subfraksi sebanyak 142 vial. Pada subfraksi hasil kromatografi kolom nomor 91-114 terdeteksi adanya isolat sinensetin. Kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP) gabungan subfraksi kromatografi kolom 91-114 (SFK) menunjukkan adanya senyawa sinensetin. Berdasarkan hasil pemeriksaan kemurnian dengan menggunakan KLT 2 dimensi dan analisis profil spektrum UV isolat diduga senyawa sinensetin. 
Co-Authors Adella Shindy Pratiwi Adely, Alyaa Muliahati Adinda Fitriani Adriana, Reyhan Akbar, Tzazkia Febriyana Akhirul Kahfi Syam Amedea, Esanda Zulfi Ami Soega Dwigantina Ananda Tunjung Pertiwi Anggita Esa Putri Fitrichia Aprilia, Trialisa Ari Sr Windyaswari Ari Sri Widyaswari Ari Sri Windyaswari Ari Sri Windyaswari Ari Sri Windyaswari, Ari Sri Ayu, Inna Puspa Chandani Nurul Hafizah Choirunnisa, Dinda dessy ratnasari Dewi, Renti Mutiara Dhimas Ariya Wibiksana Dwi Ayu Pratiwi Dwigantina, Ami Soega Dyah Nur Azizah, Dyah Nur Elfahmi Elfahmi Elfahmi Elfahmi, Elfahmi Ema Mutya Endang Kumolowati Esanda Zulfi Amedea Euis Reni Yuslianti Faizal Hermanto Farhan Fikri Alatas Fitriani, Adinda Fitrichia, Anggita Esa Putri Iis Inayati Rakhmat Ismail, Nursafira Khairunnisa Jaka Permana Jovie Mien Dumanauw Julia Ratnawati Julia Ratnawati Khairunisa Harizqi Nurul Husna Limbong, Remare Halomoan Melani, Putri Dwi Muhamad Raihan Maulana Muhammad Irwan Mutya, Ema Niken Tunjung Murti Pratiwi Nira Purnamasari, Nira Nur Achsan Al-Hakim Nur Fauziyyah, Salma Alifia Nurhalizah, Dinda Siti Nurhayati, Viola Aditya Nursafira Khairunnisa Ismail Oktiyas Muzaky Luthfi Oktovia El Shara Paramita, Veronika Santi Pertiwi, Ananda Tunjung Pratiwi, Dwi Ayu Purnama, Uwan Purwoko, Agus Putri, Dhiffa Namira Alifia Ramelan, Riska Sigit Remare Halomoan Limbong Renti Mutiara Dewi Reyhan Adriana Deris Ridwan Ilyas Ridzka Magfirah Rifaz Muhammad Sukma Riska Sigit Ramelan Rizka Khoirunnisa Guntina Rizka Khoirunnisa Guntina Septiani, Usi Sigid Pamungkas Wicaksono Silvy Julian Siti Muslichah Soraya Riyanti Soraya Riyanti Soraya Riyanti, Soraya Sufyan Zainul Arifin Sugiyanto Sukrasno Sukrasno Sukrasno Sukrasno Sukrasno Sukrasno Sultan Salahudin Jamal SURYANI Suwidjiyo Pramono Totik Sri Mariani Totik Sri Mariani Totik Sri Mariani Totik Sri Mariani Tresa Tri Rayani Tresa Tri Rayani, Tresa Tri Trialisa Aprilia Tzazkia Febriyana Akbar Usi Septiani Viola Aditya Nurhayati Weni Widy Astuti Winda Nur Halimah Wulandari, Yesi Yeni Karlina Yeni Karlina Yeni Karlina, Yeni Yenni Karlina, Yenni Yesi Desmiaty, Yesi Yesi Wulandari Yuslianti, Euis Reni Zaini Alfahmi