Claim Missing Document
Check
Articles

Hambatan-hambatan pelaksanaan putusan PTUN dalam sengketa perangkat desa di Kab. Lombok timur Jiwantara, Firzhal Arzhi
JPPI (Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia) Vol 10, No 1 (2024): JPPI (Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia)
Publisher : Indonesian Institute for Counseling, Education and Theraphy (IICET)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29210/020232037

Abstract

Tujuan Penelitian untuk mengetahui tentang hambatan-hambatan pelaksanaan Putusan PTUN dalam sengketa Perangkat Desa di Kab.Lombok Timur. Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif empiris. Jenis penelitian ini, digunakan dalam rangka mengakomodir aspek dogmatik hukum dan kenyataan hukum yang keduanya dibutuhkan di dalam mengukur dan menganalisis permasalahan yang diangkat. Hasil Penelitian yaitu Hakekat Eksekusi Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Yang Telah Memeperoleh Kekuatan Hukum Tetap adalah  Dalam hal amar atau diktum putusan lembaga peradilan telah dilakukan eksekusi, dilihat dari aspek teori norma merupakan pelaksanaan dari norma kongkrit yang diciptakan oleh lembaga peradilan terhadap suatu kasus dengan obyek  tertentu dan subyek tertentu khususnya pihak-pihak yang bersengketa dan Hambatan-hambatan pelaksanaan Putusan PTUN Dalam Sengketa Perangkat Desa Di Desa Pringgabaya Kab.Lombok Timur yaitu Amar putusan, Hambatan eksekusi  putusan  disebabkan  Pejabat TUN adalah Kepala Daerah  yang kedudukannya sebagai Pejabat Politik, Hambatan  eksekusi  putusan  disebabkan  Pejabat TUN yang  digugat  adalah  pejabat  yang  menerima  kewenangan  delegasi semu, Hambatan tentang pemahaman pejabat TUN terhadap teori Negara hukum dan AAUPB, Hambatan Tekhnis, Hambatan yuridis, Hambatan terkait dengan asas-asas hukum, Hambatan dari segi keterbatasan kewenangan hakim, Hambatan akibat perubahan system otonomi daerah dan Hambatan akibat ketidak-patuhan pejabat TUN dalam hal ini Bupati Lombok Timur atau Kepala Desa Pringgabaya.
Tanggung Gugat ( Pertanggungjawaban ) Pemerintah di Indonesia dan Netherland Firzhal Arzhi Jiwantara; Anies Prima Dewi; Ady Supryadi
ULIL ALBAB : Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol. 1 No. 7: Juni 2022
Publisher : CV. Ulil Albab Corp

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The liability in Indonesia is included as the Government's responsibility, namely as a compulsory compliance obligation of the state or government or government officials or other officials who carry out government functions as a result of an objection, a lawsuit, a judicial review, which is submitted by a person, the community, an entity civil law either through court settlement or out of court. In this case as a form of Government responsibility both in civil and administrative matters. While accountability or accountability of the Government in the Netherlands (civil law system) are known to several teachings regarding civil liability, namely: 1) Accountability based on mistakes (schuldaansprakelijkheid). 2) Liability based on an error with an inverse proof load (schuldaansprakelijkheid met omkering van de bewijslast). 3) Liability based on risk (risicoaansprakelijkheid). In the Dutch legal system the equivalent of strict liability is risk-aansprakelijkheid. Responsibility based on risk is a form of responsibility that is not based on the element of error for the following activities: 1) hazardous material management; 2) waste management installation; and 3) drilling mining activities. The Defendant is free from responsibility based on risk, if: 1) loss arises as a result of war; 2) losses due to extraordinary natural events; 3) losses due to obeying authority orders; 4) losses due to the victim's own actions; 5) losses due to third party actions.
Analisis Pengaturan Multipleksing Dalam Pasal 78 Ayat 1 - 5 dan Pasal 81 Ayat 1 - 2 PP 46/2021 Terhadap UU Penyiaran Jo. UU Cipta Kerja Yogi Hadi Ismanto; Hani Usmandani; Firzhal Arzhi Jiwantara
ULIL ALBAB : Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol. 1 No. 8: Juli 2022
Publisher : CV. Ulil Albab Corp

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja (UU Cipta Kerja) merevisi undang-undang di diberbagai sektor termasuk sektor Penyiaran, hingga kemudian sebagai peraturan pelaksana diterbitkanlah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2021 tentang Pos, Telekomunikasi dan Penyiaran (PP 46/2021). Salah satu hal yang diatur dalam PP 46/2021 adalah mengenai multipleksing, yang diatur dalam Pasal 78 ayat (1) - (5) dan Pasal 81 ayat (1) - (2). Pokok permasalahan dalam penelitian ini ialah mengenai bagaimana pengaturan multipleksing dalam Pasal 78 Ayat (1) – (5) dan Pasal 81 Ayat (1) – (2) PP 46/2021 terhadap UU Penyiaran Jo. UU Cipta Kerja. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian yang bersifat normatif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kedudukan Pasal 78 Ayat (1) – (5) dan Pasal 81 Ayat (1) – (2) PP 46/2021 terhadap Undang-Undang Nomor: 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran (UU Penyiaran) Jo. UU Cipta Kerja menggunakan asas hukum pembentuk peraturan perundang-undangan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (UU PPP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pasal 78 ayat (1) – (5) dan Pasal 81 ayat (1) – (2) PP 46/2021 ternyata telah mengatur hal lain yang melampaui / melebihi Kewenanqan yang didelegasikan / diberikan oleh UU Penyiaran Jo. UU Cipta Kerja, sehingga telah melanggar Asas Kesesuaian Jenis, Hierarki dan Materi Muatan sebagaimana diatur dalam Pasal 5 c UU PPP, dan juga melanggar Pasal 12 UU PPP.
The Enforcement of Disciplinary Sanctions Against Civil Servants Based On Law Number 20 Of 2023 Salahudin Salahudin; Siti Hasanah; Firzhal Arzhi Jiwantara
Pena Justisia: Media Komunikasi dan Kajian Hukum Vol. 23 No. 2 (2024): Pena Justisia
Publisher : Faculty of Law, Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/pj.v23i2.4074

Abstract

The concept of applying disciplinary consequences against Civil Servants (PNS) in accordance with Law Number 20 of 2023 is discussed in this article. In this article, a review of this statute is used to investigate essential aspects of the enforcement of disciplinary sanctions against civil officials. These features include the procedures that must be executed. subsequently, the categories of infractions that may be subject to disciplinary sanctions, as well as the sanctions that may be applied during the course of the violation. In order to maintain discipline and integrity in the work environment of civil servants, as well as to enforce applicable legal restrictions, it is essential to have the notion of implementing disciplinary consequences. Within the context of this discussion, this article also addresses the difficulties that may be encountered when enforcing disciplinary sanctions, as well as the efforts that are being made to improve the efficiency of the system that is used to enforce disciplinary sanctions. In the hopes of achieving a more professional, transparent, and accountable working environment among public officials, it is believed that a more in-depth understanding of the notion of imposing disciplinary sanctions would be attained
Legal Analysis of the Implementation Process of Simultaneous Village Head Elections In East Lombok Based on The Stipulations of Law Number 6 of 2014 Khaerul Ihsan; Firzhal Arzhi Jiwantara; Siti Hasanah
Pena Justisia: Media Komunikasi dan Kajian Hukum Vol. 23 No. 3 (2024): Pena Justisia
Publisher : Faculty of Law, Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/pj.v23i3.4813

Abstract

Based on the terms of Act No. 6 of 2014 on the village, this study focuses at the implementation stage of the election of a village chief in the eastern Lombok district. The purpose of this study is to examine the legal processes that must be followed in order to choose a village chief and how these rules are actually implemented in the field. This research combines literary studies, legislative-legislative techniques, and normative jurisprudential procedures. The study's findings demonstrated that the East Lombok district's simultaneous head of village election has been conducted in accordance with the procedures outlined in Act No. 6 of 2014, which include the stages of preparation, candidate registration, campaigning, voting, tabulating votes, and determining the election's outcome. Nonetheless, there are several implementation roadblocks that must be overcome, like the public's poor socialisation of legislation and technical issues with the voting procedure. In order to make future improvements to the village chief election system, this article recommends increased socialisation, training for the election committee, and continuous evaluation.
Imposition Of Criminal Sanctions for Minor Criminal Actions of Theft (A Case On Judgement Number 826/Pid.B/2023/Pn.Mtr) Santi Mandasari; Rina Rohayu Harun; Firzhal Arzhi Jiwantara; Nurjannah Septyanun
Pena Justisia: Media Komunikasi dan Kajian Hukum Vol. 23 No. 3 (2024): Pena Justisia
Publisher : Faculty of Law, Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/pj.v23i3.4825

Abstract

The imposition of criminal sanctions for minor criminal actions, such as theft, presents a complex and multifaceted challenge for legal systems worldwide. This study examines the imposition of criminal sanctions for minor theft offenses, with a specific focus on the case adjudicated under Judgment Number 826/Pid.B/2023/Pn.Mtr. The research aims to analyze the legal reasoning behind the court's decision, the proportionality of the sanctions imposed, and the broader implications for the criminal justice system. Utilizing a qualitative approach, this study involves a detailed case analysis, reviewing court documents, and interviews with legal experts. Findings indicate that while the court adhered to statutory guidelines, there were significant considerations regarding the socio-economic background of the offender and the value of the stolen property. The study concludes that although the sanctions imposed were within legal parameters, there is a need for a more nuanced approach that considers restorative justice principles. This research contributes to the ongoing discourse on criminal justice reform, particularly concerning minor offenses, and advocates for policy adjustments that balance deterrence with rehabilitation.
The Interpretation of Article 127 of Law Number 35 of 2009 on Narcotics in Addressing Drug Abuse through Restorative Justice Made Wardika; Rina Rohayu Harun; Firzhal Arzhi Jiwantara
Pena Justisia: Media Komunikasi dan Kajian Hukum Vol. 23 No. 3 (2024): Pena Justisia
Publisher : Faculty of Law, Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/pj.v23i3.4890

Abstract

Narcotics crime refers to a range of illegal activities involving the distribution, purchase, sale, possession, and abuse of drugs without proper authorisation. These activities cause harm to both the broader community and the individuals involved. Restorative Justice has emerged as a response. Its primary focus is to resolve cases involving drug abusers who are addicted to narcotics. In addition to Restorative Justice, there is an alternative for rehabilitating narcotics abusers through the involvement of police investigators, the prosecutor's office, or decisions made by judges. The purpose of this study is to analyse the relationship between the interpretation and execution of Article 127 of Law No. 35 on Narcotics and Restorative Justice, based on literal interpretation. Based on the analyses, the enforcement of Article 127 of Law No. 35 of 2009 on Narcotics, which focuses on Restorative Justice, has been supported by multiple regulations. However, the law's implementation has not aligned with expected standards and legislation, leading to ambiguity in Article 112 and Article 127. This ambiguity creates opportunities for unscrupulous law enforcement to make illicit gains, increasing the incidence of drug-related offenses. The author proposes an immediate revision of Law No. 35 of 2009 concerning Narcotics due to the ambiguity in the law's article parts and the current legal framework's inability to effectively curb opioid misuse.
Penyuluhan Hukum Tentang Sistem Kekuasaan Kehakiman di Indonesia Bagi Anggota Perhimpunan Advokat Indonesia Fathur Rauzi; Jiwantara, Firzhal Arzhi; asmuni, Asmuni
Jurnal Ilmiah Pengabdian dan Inovasi Vol. 2 No. 2 (2023): Jurnal Ilmiah Pengabdian dan Inovasi (Desember)
Publisher : Insan Kreasi Media

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57248/jilpi.v2i2.359

Abstract

Kekuasaan kehakiman setelah Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjadi kekuasaan yang sangat fundamental dan sebagai bagian dari poros kekuasaan yang mempunyai fungsi menegakkan keadilan.Tujuan pelaksanaan pengabdian ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada anggota perhimpunan Advokat Indonesia Cabang SELONG tentang kemandirian dan independensi kekuasaan kehakiman terkhusus pada Mahkamah Agung. Disamping itu peserta pelatihan diharapakn dapat memahami Konsep ideal penyelenggaraan kekuasaan kekuasaan kehakiman sebagai konsep dari negara hukum dapat terlaksana dengan baik apabila dapat dijamin oleh regulasi yang kuat dan pemahaman bersama secara paripurna antar para pemegang kekuasaan di Indonesia tentang pentingnya kemandirian dan independensi badan peradilan dalam mewujdukan penegakan hukum yang berkeadilan
Optimalisasi Sistem Penilaian Pembinaan Narapidana Untuk Remisi Berbasis Keadilan Distributif Di Lapas Perempuan Mataram Dewanti, Yuvana; Rina Rohayu Harun; Firzhal Arzhi Jiwantara
Commerce Law Vol. 5 No. 1 (2025): Commerce Law
Publisher : Departement Business Law, Faculty of Law, University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/commercelaw.v5i1.7328

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis optimalisasi Sistem Penilaian Pembinaan Narapidana (SPPN) sebagai indikator pemberian remisi serta mengidentifikasi kendala penerapan prinsip keadilan distributif di Lapas Perempuan Kelas III Mataram. Metode yang digunakan adalah normatif empiris, dengan pendekatan konseptual, perundang-undangan, kasus, dan sosiologis untuk mengkaji efektivitas hukum dan kebijakan pemasyarakatan dalam praktik lapangan.SPPN merupakan instrumen strategis dalam menilai kemajuan pembinaan narapidana secara objektif, sejalan dengan pergeseran paradigma pemasyarakatan dari pendekatan retributif ke rehabilitatif. Diterapkan berdasarkan Keputusan Dirjen Pemasyarakatan No. PAS-10.OT.02.02 Tahun 2021, SPPN di Lapas Perempuan Kelas III Mataram dijalankan oleh tim Wali Pemasyarakatan dan Asesor melalui penilaian berbasis data dan bukti. Penilaian ini mencakup observasi perilaku, wawancara, telaah dokumen, serta tes, dengan pendekatan yang terindividualisasi sesuai karakteristik masing-masing narapidana.Optimalisasi SPPN telah menunjukkan dampak positif, seperti meningkatnya transparansi, motivasi narapidana, serta efektivitas dalam pemberian remisi dan hak-hak lainnya. Namun demikian, penelitian ini menemukan sejumlah kendala signifikan yang menghambat prinsip keadilan distributif. Kendala tersebut meliputi subjektivitas petugas, keterbatasan data yang akurat dan lengkap, belum optimalnya digitalisasi, serta rendahnya kapasitas SDM. Selain itu, inkonsistensi antarunit, resistensi terhadap sistem baru, dan tantangan integrasi data dengan Balai Pemasyarakatan (Bapas) turut memperparah ketimpangan dalam penilaian.Oleh karena itu, diperlukan upaya pembenahan menyeluruh melalui penguatan infrastruktur, pelatihan petugas, standardisasi teknis, serta percepatan digitalisasi. Langkah ini penting agar SPPN dapat benar-benar menjadi alat evaluasi yang adil dan efektif dalam mendukung pemasyarakatan yang humanis dan berkeadilan.
Sosialisasi Hukum Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Pemakaman Di Kota Mataram: Socialization of Regional Regulation Number 5 of 2018 Concerning Cemetery Management in Mataram City Firzhal Arzhi Jiwantara; Siti Hasanah; Yulias Erwin; Usman Munir; Shinta Primasari; Nasaruddin
Jurnal Kolaboratif Sains Vol. 8 No. 5: Mei 2025
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56338/jks.v8i5.7623

Abstract

Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat dalam bentuk Sosialisasi Perda bertujuan untuk mengetahui peran pemerintah dalam pengelolaan lahan pemakaman umum di kota Mataram. disamping berperan sebagai regulator kota Mataram dalam mengelola pemakaman umum dan juga peran sebagai fasilitator konsep penyedia lahan tidak sekedar sebagai institusi pelayanan masyarakat tetapi dalam masyarakat yang demokrasi memiliki peran pokok yaitu penyedia fasilitas dan sarana prasarana. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Sifat penelitiannya bersifat deskriptif-analitik. Sumber data yang digunakan ialah sumber data primer yang diperoleh dari hasil diskusi, sumber data sekunder yang diperoleh dari buku-buku dan sumber lainnya yang berkaitan dengan pemakaman dan sumber data tersier. Dan teknik pengumpulan datanya melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil sosialisasi ini menunjukkan semakin meningkatnya pemahaman masyarakat kota mataram tentang pengaturan pengelolaan pemakaman berdasarkan peraturan daerah.