Claim Missing Document
Check
Articles

Found 39 Documents
Search

Epistaksis pada Polip Nasal Dolly Irfandy; Dolly Irfandy; Yunita Wulandari; Bestari Jaka Budiman; Pamelia Mayorita
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia Vol 3 No 1 (2022): Maret 2022
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jikesi.v3i1.436

Abstract

Pendahuluan: Polip nasal merupakan kondisi multifaktorial yang sering dikaitkan dengan berbagai penyakit dan gangguan patogen, seperti alergi, infeksi, sinusitis jamur alergi, fibrosis kistik, asma, dan intoleransi aspirin. Polip nasal dapat berperilaku agresif dan menirukan patologi lain di rongga hidung dan paranasal. Polip nasal inflammatory type merupakan tipe polip nasal terbanyak kedua dari kasus polip. Bedah sinus endoskopi (BSE) biasanya diperuntukkan bagi pasien yang tidak mendapatkan perbaikan gejala dari tatalaksana medikamentosa, pasien yang memiliki kontraindikasi atau yang mengalami efek samping dari terapi tersebut. Maksilektomi medial menjadi salah satu teknik operasi untuk tatalaksana pada polip nasal. Dilaporkan satu kasus pasien perempuan, 33 tahun dengan keluhan utama riwayat hidung berdarah berulang dan didiagnosis dengan polip nasal inflammatory type yang dilakukan terapi maksilektomi medial. Maksilektomi medial merupakan salah satu teknik pembedahan pada tatalakasana polip nasal.
Karakteristik Pasien Rinosinusitis Kronik di Poliklinik THT-KL RSUP DR. M. Djamil Padang 2017-2019 Dolly Irfandy; Muhammad Farel Brian Nugraha; Dolly Irfandy; Satya Wydya Yenny
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia Vol 2 No 4 (2021): Desember 2021
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jikesi.v2i4.493

Abstract

Latar Belakang: Rinosinusitis kronik (RSK) adalah peradangan pada hidung dan sinus paranasal yang terjadi ≥ 12 minggu. Objektif: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pasien RSK di Poliklinik THT-KL RSUP Dr. M. Djamil Padang 2017-2019. Metode: Penelitian ini menggunakan desain deskriptif retrospektif. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling. Populasi pada penelitian ini adalah pasien RSK yang berobat di Poliklinik THT-KL RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan jumlah sampel 239 orang. Data diperoleh dari rekam medis pasien RSK pada periode 2017-2019. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan jumlah kunjungan pada pasien RSK terbanyak pada tahun 2018, kasus ini lebih banyak ditemukan pada laki-laki dengan persentase sebesar 50,6% dengan kelompok usia terbanyak 46-55 tahun (22,2%). Rinosinusitis kronik disertai polip lebih banyak ditemukan pada pasien dengan persentase 50,6%. Ditemukan 20% rinitis alergi pada pasien, terapi kombinasi lebih banyak dijalani pasien dengan persentase sebesar 69,5%, terdapat 6% rekurensi polip, dan rata-rata kunjungan pasien paling banyak adalah 1-5 kali per tahun. Kesimpulan: Pada penelitian ini pasien RSK lebih banyak ditemukan pada laki-laki, usia 46-55 tahun, disertai polip hidung, dengan pilihan terapi kombinasi, dan rata-rata kunjungan 1-5 kali per tahun. Ditemukan lebih sedikit kasus rinitis alergi dan rekurensi polip.
Gambaran Riwayat Asma pada Pasien Rinitis Alergi di RSUP Dr. M. Djamil Padang Dolly Irfandy; Dolly Irfandy; Muhammad Farhan Ramadhan; Sabrina Ermayanti
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia Vol 3 No 1 (2022): Maret 2022
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jikesi.v3i1.874

Abstract

Latar Belakang: Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi pada hidung yang sering ditemukan pada masyarakat. Asma merupakan salah satu komorbid yang dapat ditemukan pada penderita rinitis alergi. Hubungan rinitis alergi dan asma dijelaskan melalui konsep united airway disease. Objektif: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan karakteristik riwayat asma pada pasien rinitis alergi. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif retrospektif dengan desain cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan jumlah sampel 78 pasien rinitis alergi. Hasil: Hasil penelitian didapatkan sebanyak 13 orang (16,7%) sampel memiliki riwayat asma. Karakteristik sampel dengan riwayat asma banyak ditemukan pada kelompok usia lebih dari 16 sampai 25 tahun (38,5%) dengan jenis kelamin terbanyak ditemukan pada perempuan (53,8%). Klasifikasi rinitis alergi persisten sedang-berat paling banyak ditemukan (46,2%). Gejala bersin-bersin ditemukan pada semua sampel dengan riwayat asma (100%). Riwayat atopi dalam keluarga ditemukan pada 12 orang (92,3%) sampel dengan riwayat asma. Kesimpulan: Kesimpulan penelitian ini yaitu riwayat asma ditemukan pada 1 dari 6 pasien rinitis alergi pada kelompok usia lebih dari 16 sampai 25 tahun. Pasien rinitis alergi dengan riwayat asma banyak ditemukan pada perempuan. Klasifikasi rinitis alergi terbanyak ditemukan berupa rinitis alergi persisten sedang-berat dengan gejala yang dominan yaitu bersin-bersin. Riwayat atopi dalam keluarga ditemukan pada sebagian besar pasien rinitis alergi disertai dengan riwayat asma.
Biofilm Bakteri pada Penderita Rinosinusitis Kronis Dolly Irfandy; Yolazenia Yolazenia; Bestari Jaka Budiman; Dolly Irfandy
Jurnal Kesehatan Melayu Vol 1, No 2 (2018): April 2018
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (575.208 KB) | DOI: 10.26891/jkm.v1i2.2018.106-113

Abstract

Banyak dilaporkan kegagalan pengobatan pada rinosinusitis kronis (RSK) disebabkan resistensi terhadap antibiotik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa biofilm bakteri berperan penting pada etiologi dan persistensi dari RSK. Penulisan tinjauan pustaka ini adalah untuk mengetahui implikasi biofilm bakteri pada penderita RSK. Rinosinusitis kronis adalah penyakit inflamasi mukosa hidung dan sinus paranasal yang berlangsung dalam waktu lebih dari 12 minggu. Biofilm adalah suatu struktur komunitas sel-sel bakteri yang ditutupi oleh matriks polimer yang dihasilkan sendiri dan menempel pada permukaan. Berbagai penelitian menunjukkan terdapatnya biofilm bakteri pada mukosa sinonasal penderita RSK dan berhubungan dengan resistensi terhadap pengobatan dengan antibiotika. Berbagai pemeriksaan untuk mendeteksi biofilm yaitu Scanning Electron Microscopy (SEM), Transmission Electron Microscopy (TEM), Confocal Scanning Laser Microscopy (CSLM), modifikasi Calgary Biofilm Device Assay, Tube Method dan Congo Red Agar Method. Beberapa terapi potensial untuk mengatasi biofilm pada RSK sedang berkembang.
Rinosinusitis Kronis dengan Polip Nasal Inflamatori Bilateral serta Elongated Unsinatus Bestari Jaka Budiman; Dolly Irfandy; Mohd Redza Qurniawan
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 12, No 1 (2023): Online March 2023
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v12i1.2162

Abstract

Chronic rhinosinusitis (CRS) is defined as chronic inflammation of the nose and paranasal sinuses with two or more symptoms, one of which can be nasal congestion/obstruction/congestion or rhinorrhea (anterior/postnasal drip), and/or with facial pain, reduced or loss of smell. Elongated uncinate is one of the anatomical variants of the uncinate process where the uncinate process is curved or bent, which causes sinus problems and is one of the risk factors for CRS. It has been reported a 19-year-old man with the diagnosis of chronic rhinosinusitis with third-grade bilateral nasal polyp from computed tomography of the paranasal sinusitis. There was an impression of the sinonasal polyp with inverted papilloma as a differential diagnosis. The patient was treated through microdebrider-assisted functional endoscopic sinus surgery. This was chronic rhinosinusitis with grade III bilateral nasal polyps, and microdebrider-assisted fungsional endoscopic sinus surgery was performed with great results.Keywords: chronic rhinosinusitis, elongated unsinatus,  functional endoscopic sinus surgery, nasal polyp
Penatalaksanaan Polip Antrokoana pada Anak Arif Fahmi; Dolly Irfandy; Bestari Jaka Budiman; Hera Novianti
Majalah Kedokteran Andalas Vol 45, No 3 (2022): Online July 2022
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/mka.v45.i3.p443-453.2022

Abstract

Pendahuluan: Polip antrokoanal adalah polip yang berasal dari sinus maksila yang keluar ke kavum nasal menuju ke koana dan nasofaring. Polip antrokoanal sering terjadi pada anak-anak. Diagnosis polip antrokoanal ditegakkan dari gejala klinis , pemeriksaan fisik tampak massa berwarna putih keabuan di kavum nasal sampai ke koana didukung pemeriksaan penunjang tomografi computer (CT Scan) dan histopatologi ditemukan adanya sel respiratoris pada permukaan massa polip. Tatalaksana polip antrokoanal adalah polipektomi dengan Bedah Sinus Endoskopi Fungsional (BSEF).  Laporan Kasus: Dilaporkan satu kasus perempuan usia 12 tahun dengan keluhan utama hidung kiri tersumbat dirasakan semakin memberat dalam 2 bulan ini. Pemeriksaan nasoendoskopi massa pada kavum nasi sinistra berwarna putih keabuan, tidak mudah berdarah. Pemeriksaan CT Scan tampak lesi hiperdens di kavum nasal sinistra sampai ke nasofaring. Pasien di diagnosa dengan suspek polip antrokoanal dan dilakukan ekstirpasi massa dengan BSEF didapatkan massa polip ukuran 3,5 cm x 3 cm x 1 cm. Hasil pemeriksaan histopatologi didapatkan polip antrokoanal dengan sel radang kronik. Kesimpulan:Pilihan utama tatalaksana polip antrokoanal pada anak dengan BSEF. Polip antrokoanal pada anak berkaitan erat dengan variasi anatomi konka paradoksikal dan osteum asesorius sinus maksila
Diagnosis dan Tatalaksana Limfoma Non Hodgkin Tipe Sel B Sinonasal Tri Aryati Octavia; Dolly Irfandy; Bestari Jaka Budiman; Pamelia Mayorita
Majalah Kedokteran Andalas Vol 46, No 6 (2023): Online Oktober
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/mka.v46.i6.p1103-1117.2023

Abstract

Pendahuluan: Limfoma Non Hodgkin (LNH) sinonasal merupakan tumor ganas ekstranodal yang jarang terjadi. Lokasi paling sering adalah sinus maksilaris, sinus ethmoid dan rongga hidung. Diagnosis pasti imfoma ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi dan imunohistokimia. Tatalaksana kasus berdasarkan stadium dengan menggunakan stagging Ann Arbor. Laporan Kasus: Dilaporkan satu kasus LNH sinonasal pada laki–laki usia 56 tahun dengan keluhan hidung kanan tersumbat dan keluar darah dari hidung kanan. Pemeriksaan kavum nasal dekstra ditemukan adanya massa yang memenuhi kavum nasal disertai sekret mukopurulen. Kemudian dilakukan tindakan medial maksiektomi dengan pendekatan endoskopik dan didapatkan hasil histopatologi limfoma maligna tipe sel sedang serta imunohistokimia (IHK) dengan hasil limfoma maligna tipe sel B. Kesimpulan: Dilaporkan satu kasus LNH sinonasal pada laki–laki usia 56 tahun dengan keluhan hidung kanan tersumbat dan keluar darah dari hidung kanan. Pemeriksaan kavum nasal dekstra ditemukan adanya massa yang memenuhi kavum nasal disertai sekret mukopurulen. Kemudian dilakukan tindakan medial maksiektomi dengan pendekatan endoskopik dan didapatkan hasil histopatologi limfoma maligna tipe sel sedang serta imunohistokimia (IHK) dengan hasil limfoma maligna tipe sel B.Kata kunci: Limfoma Non Hodgkin sinonasal, Limfoma tipe Sel B, Kemoterapi.
Impacted "Button Battery" in The Nose - a Time Management Comparison Rizki Saputra; Dolly Irfandy; Bestari Jaka Budiman
Majalah Kedokteran Andalas Vol 46, No 2 (2023): Online April 2023
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/mka.v46.i2.p445-453.2023

Abstract

Introduction: Foreign body in the nose can increase morbidity if not managed properly and correctly. Button battery containing alkaline substances can cause liquefactive necrosis. Management removes the button battery immediately. Case report: Two cases of a 4-year-old boy and a 5-year-old girl with a foreign body button battery were reported in the right and left nasal cavity, removed the button battery and debridement under general anesthesia. Conclusion: Button battery in the nasal cavity can cause various complications in the form of nasal perforation, this depends on the length of mucosal contact with the battery, the age of the battery and it must be removed immediately. Prevention plays an important role in preventing foreign bodies in the nose. 
Endoscopic Sphenopalatine Artery Ligation in Recurrent Epistaxis with Hypertensio Aini Zhann; Dolly Irfandy; Bestari Jaka Budiman; Deka Viotra
Majalah Kedokteran Andalas Vol 46, No 4 (2023): Online Juli 2023
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/mka.v46.i4.p736-744.2023

Abstract

AbstractBackground: Epistaxis is the most common case in ORL-HNS emergencies. One of the risk factors of recurrent epistaxis is hypertension. Epistaxis in hypertension usually originates from the posterior vessels. This requires more invasive procedures such as sphenopalatine artery ligation. Case Report: A 58-year-old woman with complaints of recurrent epistaxis from the right nose. The results of the blood pressure examination showed the results of 190/120 mmHg. The patient underwent sphenopalatine artery ligation to prevent recurrence. Conclusion: One of the factors for recurrent epistaxis is hypertension. Initial management of epistaxis with recurrent hypertension can be done in a conservative way followed by surgery and keeping blood pressure stable. Endoscopic sphenopalatine artery ligation is the definitive treatment according to the epistaxis management algorithm. Endoscopic sphenopalatine artery ligation provides satisfactory results and minimal complications.Keywords: Recurrent epistaxis, hypertension, sphenopalatine artery ligation
Bedah Basis Kranii Hipofisektomi Tahap Kedua dengan Pendekatan Endoskopi Transfenoid pada Adenoma Hipofisis Muhammad Reko Danuwirya; Dolly Irfandy
Majalah Kedokteran Andalas Vol 46, No 6 (2023): Online Oktober
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/mka.v46.i6.p1128-1136.2023

Abstract

Latar Belakang: Teknik operasi bedah basis kranii dengan pendekatan endoskopi transfenoid memberikan kualitas visualisasi lapang pandang operasi lebih baik dibanding menggunakan mikroskop dan morbiditas lebih rendah dibanding teknik lainnya. Selama dua dekade terakhir bedah endoskopik telah mendapatkan dukungan sebagai pendekatan utama untuk lesi sellar dan parasellar termasuk adenoma hipofisis. Laporan Kasus: Dilaporkan satu kasus seorang laki-laki 34 tahun dengan keluhan penurunan penglihatan dan didiagnosis dengan adenoma hipofisis. Pada pasien dilakukan tindakan reseksi tumor oleh ahli bedah saraf dengan pendekatan endoskopi transfenoid berkolaborasi dengan ahli THT-KL. Kesimpulan: Bedah basis kranii pendekatan endoskopi transfenoid adalah tindakan bedah yang menjadi pilihan utama untuk lesi basis kranii. Tindakan ini memberikan visualisasi struktur anatomi yang baik, lapang pandang operasi yang lebih luas, manipulasi struktur neurovaskular minimal, meminimalisir morbiditas dan meningkatkan kualitas hidup pasien, memiliki tingkat keberhasilan yang cukup tinggi dan memberikan hasil yang memuaskan.