Claim Missing Document
Check
Articles

Found 39 Documents
Search

Otomycosis Dolly Irfandy; Yan Edward; Dolly Irfandy
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 1, No 2 (2012)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v1i2.59

Abstract

AbstrakOtomikosis adalah salah satu kondisi yang umum ditemukan di klinik THT. Penyakit ini merupakantantangan dan menimbulkan rasa frustrasi bagi pasien dan dokter ahli THT. Hal ini disebabkan pengobatan yangmemerlukan waktu lama dan rerata kekambuhan yang tinggi.Dilaporkan satu kasus otomikosis pada seorang wanita umur 41 tahun. Diagnosis ditegakkan berdasarkananamnesis, pemeriksaan fisik dan tes KOH. Dari pemeriksaaan laboratorium ditemukan Aspergillus niger sebagaipenyebab. Dengan terapi pembersihan liang telinga dan obat oles telinga kombinasi gentian violet terdapatperbaikan.Kata kunci: Otomikosis, Aspergillus sp, TerapiAbstractOtomycosis is one of the common conditions encountered in a general otolaryngology clinic. The diseaseprocess a challenging and frustrating entity for both patients and otolaryngologists for it requires long termtreatment and recurrence rate remains. One case of otomycosis in a 41 years old woman is reported. Thediagnosis was based on anamnesis, physical examination and KOH test. From laboratory examination, Aspergillusniger was isolated as etiologic agent. With the treatment of ear toilet and combination of Gentian violet animprovement was observed.Keywords: Otomycosis, Aspergillus sp,Therapy
Diagnosis dan Penatalaksanaan Tumor Ganas Laring Dolly Irfandy; Dolly Irfandy; Sukri Rahman
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 4, No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v4i2.310

Abstract

Abstrak Laring berperan dalam koordinasi fungsi saluran aerodigestif atas seperti bernafas, berbicara dan menelan.Laring terbagi tiga yaitu supraglotis, glotis dan subglotis. Laring merupakan daerah tersering kedua untuk kasuskarsinoma sel skuamosa kepala-leher, biasanya berhubungan dengan tembakau dan alkohol. Lebih dari 95% kasustumor ganas laring adalah karsinoma sel skuamosa. Pasien tumor ganas laring datang dengan berbagai keluhanseperti disfonia, obstruksi jalan napas, disfagia, odinofagi dan hemoptisis. Diagnosis tumor ganas laring ditegakkanberdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis menggunakan endoskopi kaku, serat optik dan biopsi. Penatalaksanaantumor ganas laring tergantung stadium dengan modalitas berupa operasi, kemoterapi, radiasi atau terapi kombinasi.Dilaporkan kasus laki-laki 53 tahun dengan karsinoma glotis stadium III (T3N0M0) squamous cell ca keratinized welldifferentiated. Penatalaksanaan pada pasien ini dengan melakukan laringektomi total.Kata kunci: Tumor ganas laring, karsinoma, laringektomi, tembakau Abstract Larynx plays a certain role in coordinating functions of the upper aerodigestive tract, such as respiration,speech, and swallowing. The larynx is divided into three region; supraglottic, glottic, and subglottic. Larynx is thesecond most common site for squamous cell carcinoma in the head and neck and usually related to tobacco andalcohol exposure. Primary malignant tumors of the larynx are squamous cell carcinomas can found more than 95% ofcases. Patients with laryngeal tumors usually present with complaints of hoarseness, respiratory obstruction,dysphagia, odynophagia and hemoptysis. Diagnosis of laryngeal cancer is made by medical history, clinicalexamination using a rigid or fiberoptic endoscope and biopsy. Management of laryngeal tumour depends on stadiumwith various modality included surgery, chemotheraphy, radiotheraphy or combined therapy. Reported case of 53years old male with Glottic carcinoma of the larynx stage III (T3N0M0) squamous cell ca keratinized well differentiatedis presented. The treatment undergoes with total laryngectomy.Keywords:  Laryngeal cancer, carcinoma, laryngectomy, tobacco
Trombosis Sinus Kavernosus Akibat Komplikasi Furunkulosis Hidung Dolly Irfandy; Bestari Jaka Budiman; Dolly Irfandy; Effy Huriyati; Dewi Yuri Lestari
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 6, No 1 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v6i1.675

Abstract

Trombosis sinus kavernosus merupakan kasus yang jarang, tetapi dapat mengancam kehidupan. Penyebab trombosis dapat berasal dari infeksi daerah sinonasal, midface atau orbita. Gejala klinis meliputi gejala yang melibatkan mata dan beberapa nervus kranial. Penatalaksanaan pada trombosis sinus kavernosus terdiri dari pemberian antibiotik, pembedahan terhadap sumber infeksi, kortikosteroid dan pemberian antikoagulan yang masih kontroversial. Dilaporkan satu kasus trombosis sinus kavernosus akibat komplikasi furunkulosis hidung pada pasien laki-laki 13 tahun dengan penurunan penglihatan pada kedua mata. Pasien diberi terapi antibiotik empirik dan kortikosteroid, memperlihatkan perbaikan. Simpulan studi ini ialah trombosis sinus kavernosus merupakan kondisi yang fatal. Terapi yang segera dan tepat dapat memberikan prognosis yang lebih baik. Penatalaksanaan medikamentosa merupakan pengobatan dasar trombosis sinus kavernosus.
Labioplasti dengan Teknik Millard dan Tennison Randall Dolly Irfandy; Al Hafiz; Dolly Irfandy; Sukri Rahman; Rahmadona Rahmadona
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v6i2.723

Abstract

Labioskisis merupakan cacat bawaan yang umum di seluruh dunia. Dibedakan atas celah inkomplit dan komplit serta celah unilateral dan bilateral. Labioskisis ditatalaksana dengan melakukan labioplasti, antara lain dengan teknik Millard dan Tennison Randall. Dilaporkan dua kasus labioskisis, pada anak laki-laki umur 6 bulan yang dilakukan labioplasti menggunakan teknik Millard dan anak perempuan umur 4 bulan dengan teknik Tennison Randall. Masing- masing teknik labioplasti memiliki keunggulan dan kekurangan. Pemilihan teknik operasi labioplasti pada pasien labioskisis tergantung kepada kondisi pasien, keahlian dan pengalaman operator terhadap teknik tersebut.
Rekonstruksi Defek 1/3 Medial Daun Telinga dengan Flap Dieffenbach Dolly Irfandy; Irwandanon Irwandanon; Al Hafiz; Sukri Rahman; Dolly Irfandy
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 7, No 3 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v7i3.901

Abstract

Telinga dapat mengalami defek baik karena pasca pengangkatan tumor atau trauma. Berbagai teknik dapat digunakan untuk menutup defek pada telinga. Flap Dieffenbach merupakan salah satu teknik untuk merekonstruksi 1/3 medial daun telinga. Dilaporkan satu kasus seorang perempuan 48 tahun dengan keratosis seboroik pada 1/3 medial daun telinga yang kemudian dilakukan eksisi dan defek ditutup dengan flap Dieffenbach. Eksisi tumor daun telinga dapat menimbulkan defek pada telinga yang memerlukan rekonstruksi. Flap Dieffenbach dapat digunakan untuk menutup defek pada 1/3 medial daun telinga dengan hasil yang sangat baik dan memuaskan.
Diagnosis dan Penatalaksanaan Abses Retrofaring pada Anak Dolly Irfandy; Novialdi Novialdi; Dolly Irfandy
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 1, No 3 (2012)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v1i3.91

Abstract

Abstrak Pendahuluan: Abses retrofaring adalah terkumpulnya nanah di ruang retrofaring yang merupakan salah satu daerah potensial di leher dalam. Abses retrofaring merupakan kasus yang jarang tetapi dapat menyebabkan kematian terutama pada umur di bawah 5 tahun. Sejak ditemukannya antibiotika, angka kesakitan dan kematian akibat abses menurun drastis. Metode: Dilaporkan satu kasus abses retrofaring dengan riwayat ketulangan pada anak gizi kurang umur 9 tahun. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan radiologi. Pada pemeriksaan foto polos jaringan lunak leher, terlihat gambaran pelebaran ruang retrofaring dan air fluid level. Diskusi: Penatalaksanaan meliputi pemberian antibiotika, drainase dan eksplorasi abses serta perbaikan keadaan umum. Kata kunci: abses retrofaring, benda asing, drainase Abstract Introduction: Retropharyngeal abscess is defined as accumulation pus in retropharyngeal space which is a potential area in deep neck space. Retropharyngeal abscess is a rare case but it can cause death especially in children under five years old. Since antibiotics were found, morbidity and mortality of this case was drastically decreased. Methods: A retropharyngeal abscess of child 9 years old with history of swallowed foreign body (fishbone) and lack of nutrition has been reported. Diagnosis was based on anamnesis, physical examination and radiographic finding. In soft tissue cervical radiograph we found, widening of retropharyngeal space with air fluid level. Discussion: Management for abscess is intravenous antibiotics, drainage and exploration abscess and improve general condition has been performed Keywords:Retropharyngeal abscess, foreign body, drainage
Gambaran Intensitas Kebisingan di Wahana Bermain Indoor di kota Padang Dolly Irfandy; Dwininta Alfathika; Dolly Irfandy; Ade Asyari
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v7i2.812

Abstract

Kebisingan merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan. Wahana bermain indoor merupakan salah satu tempat yang memiliki intensitas kebisingan yang tinggi sehingga dapat menyebabkan gangguan pendengaran pada pengunjung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui rerata gambaran bising di beberapa titik di wahana bermain indoor di kota Padang, apakah kebisingan tersebut masih dalam batas aman atau tidak, serta mengetahui profil pengunjungnya. Penelitian ini merupakan studi deskriptif yang dilaksanakan pada bulan November 2017-April 2018. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 30 orang responden dan pengukuran intensitas kebisingan yang dilakukan di 15 titik di tiga lokasi wahana bermain indoor yaitu Fun Station Basko Grand Mall, Zone 2000 Plaza Andalas, dan Trans Studio Mini Transmart. Pengukuran intensitas kebisingan dilakukan menggunakan Sound Level Meter merek Tenmars TM-102. Hasil penelitian menunjukkan intensitas kebisingan rerata dari masing-masing wahana bermain yaitu Fun Station Basko Grand Mall sebesar 91,67 dB, Zone 2000 Plaza Andalas sebesar 91,58 dB, dan Trans Studio Mini Transmart sebesar 91,594 dB. Intensitas kebisingan rerata di tiga tempat tersebut melebihi nilai ambang batas yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup untuk tempat rekreasi, yaitu sebesar 70 dB. Mesin permainan dengan intensitas kebisingan tertinggi di Zone 2000 dan di Trans Studio Mini adalah hockey, sedangkan di Fun Station adalah mesin Go Go Doggy.
Penatalaksanaan Multirinosinusitis Kronis dengan Komplikasi Abses Subperiosteal Sinistra Dolly Irfandy; Desy Ambriani; Dolly Irfandy; Havriza Vitresia
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 9, No 4 (2020): Online December 2020
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v9i4.1562

Abstract

Abses subperiosteal merupakan salah satu komplikasi dari rinosinusitis baik akut ataupun kronis. Beberapa faktor sangat berperan sebagai penyebab penyebaran rinosinusitis ke orbita. Diagnosis rinosinusitis kronik dengan komplikasi abses periorbita ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, nasoendoskopi, tomografi komputer serta Magnetic Resonance Imaging (MRI). Penatalaksanaan rinosinusitis kronis dengan komplikasi abses subperiosteal adalah pemberian medikamentosa antibiotik intravena spektrum luas atau kombinasi, dekongestan, kortikosteroid sistemik disertai dengan tindakan operatif yaitu pendekatan Bedah Sinus Endoskopi Fungsional (BSEF). Dilaporkan satu kasus rinosinusitis kronis dengan komplikasi abses subperiosteal kiri pada laki-laki umur 40 tahun dan telah dilakukan perawatan dan dilanjutkan dengan pembedahan melalui pendekatan BSEF. Rinosinusitis kronik dengan komplikasi abses subperiosteal dapat ditatalaksana dengan terapi antibiotik dan pembedahan. Keterlambatan penanganan mempengaruhi tingkat kerusakan. Penanganan dengan antibiotik yang adekuat dan BSEF memberikan prognosis yang baik pada pasien.Kata kunci: abses subperiosteal, BSEF, rinosinusitis kronik                         
Sakit Kepala pada Variasi Anatomi Hidung dan Sinus Paranasal Dolly Irfandy; Tika Hakikah; Dolly Irfandy; Bestari Jaka Budiman
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 10, No 3 (2021): Online November 2021
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v10i3.1919

Abstract

The anatomical variations of the nasal and sinus paranasal can cause headaches. The most common variants have deviated septum, concha bullosa, and agger nasi cells. These variations can cause narrowing of the osteomeatal complex. Computed tomography was the primary modality for evaluating anatomical variations of the nasal and paranasal sinuses in diagnosis and management. Functional endoscopic sinus surgery was generally performed to restore the sinuses' drainage and ventilation in anatomical variations. It has been reported a 45-year-old woman with a congested left nostril and headache that has gotten worse since 2 months ago and computed tomography of the paranasal sinuses show thickening of the bilateral maxillary sinus mucosa, bilateral anterior ethmoid, left septum deviation, concha bullous, and right inferior turbinate hypertrophy. Functional Endoscopy Sinus Surgery was performed, found anatomical variations namely, deviation septum, concha bullosa, agger nasi cells and supra agger cells. The operation gave satisfactory results. Correct evaluation of anatomical variations based on history, physical examination and investigations can assist in patient management and avoid errors during surgery. The operation gave a satisfactory result for managing symptoms on patient with anatomical variation of nasal and paranasal sinuses when compared with medicamentosa.Keywords: anatomical variations,  agger nasi cells , concha bullosa,  deviated septum, headache, supra agger cell
Pola Bakteri Pasien Rinosinusitis Kronik di RSUP Dr. M. Djamil Padang 2016-2017 Dolly Irfandy; Della Reyhani Putri; Dolly Irfandi; Novita Ariani
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia Vol 1 No 2 (2020): Juli 2020
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1176.449 KB) | DOI: 10.25077/jikesi.v1i2.59

Abstract

Latar Belakang. Rinosinusitis kronik (RSK) adalah peradangan mukosa yang melapisi hidung dan sinus paranasal lebih dari 12 minggu. RSK merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering kita temukan di kehidupan masyarakat, penyakit ini dapat menurunkan kualitas hidup. Dalam pengobatan RSK, peranan antibiotik penting. Pola bakteri dan kepekaannya terhadap terapi antibiotik dapat berubah karena banyaknya bakteri yang resisten terhadap antibiotika tertentu. Objektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola bakteri dan tes sensitivitas pada pasien rinosinusitis kronis polip dan non polip di RSUP Dr. M. Djamil Padang periode Januari 2016-Desember 2017. Metode. Penelitian ini merupakan deskriptif retrospektif dengan jumlah sampel 100 pasien RSK di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Penelitian ini dilakukan dari bulan November-Desember 2018. Teknik pengambilan sampel adalah total sampling selama tahun 2016-2017. Hasil. Prevalensi rinosinusitis kronik dengan polip lebih tinggi dibandingkan dengan rinosinusitis kronik non polip. Jenis bakteri yang ditemukan dengan persentase tertinggi pada RSK polip dan non polip adalah Staphylococcus aureus. Pada Rinosinusitis kronik, usia 41-50 memiliki prevalensi tertinggi yaitu 31 pasien. Kesimpulan. Sebagian besar jenis bakteri yang ditemukan resisten terhadap Ampicillin, dan sensitif terhadap Meropenem, Cefoperazone, dan Gentamisin. Usaha promotif dan preventif terhadap faktor risiko seperti merokok, polutan, dan lain-lain, perlu dilakukan karena prevalensi RSK yang tinggi pada kelompok usia tersebut. Kata kunci: rinosinusitis kronik polip dan non polip, pola bakteri, sensitivitas antibiotik.