Claim Missing Document
Check
Articles

Pola Relasi Eksekutif Dan Legislatif Pada Penyusunan Legislasi Daerah Wance, Marno; Suranto, Suranto
Journal of Governance and Public Policy Vol 4, No 1: February 2017
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study is shown to measure the impact of the rising of many South Buru district budget is problematic(mistimed), namely from the year 2010 to 2015 discussions always happen tug of interests that result in a delayof APBD. therefore be important to do a study on (1), the Executive and Legislative Relationship Patterns inSouth Buru budget discussion. (2) Factors relations executive and legislative In the discussion of the budget.based on the findings of this study concluded that the first, found three patterns of interaction (accommodation,domination, compromise), but between the three patterns of interaction of the budget policy discussion found anymore process dominate. Second, the interaction patterns decisional is a pattern of disagreement that took placein the formulation (KUA) and (PPAS) resulting keterlamabatan determination of the budget, the interactionpatterns of power that occurred bargaining (barganing) to exchange the interest of the legislature to theexecutive are not accommodated On (RKA) SKPD These three, namely the interaction patterns AnticipatedReaction South Buru District Government receives the benefit of parliament who form the recess recommendationto maintain the stability of the Year 2015.Keempat discussion of budget, non-decisional interaction pattern thatthe legislature refuses to KUA and PPAS discussion because of the executive did not submit documents PlansWork Budget (RKA) from each SKPD. While facto factors influencing ang Relationship Patterns executive andlegislative discussion of budget 2015 ie Personal Bachground, political Bachground
REFUGEE AND LAND DISPUTE (A Case Study at Gamsungi and Tosoa Villages, South Ibu District, Regency of West Halmahera, Year 2015) La Suhu, Bakri; Wance, Marno; Hasan, Ikram
Journal of Governance and Public Policy Vol 6, No 1 (2019): February 2019
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/jgpp.61108

Abstract

This study aims at figuring out the causes of land disputes and the settlement between Gamsungi and Tosoa villagers in South Ibu District of West Halmahera Regency. This study applies qualitative descriptive method in which it is a series of procedures used in solving the problems being investigated by describing the state of research objects at present time based on existing facts. The data sources used are primary and secondary data. While the technique of data collections are observation, document interview and secondary data aid.          The results show that the causes of land dispute between Gamsungi and Tosoa villages due to: a). The arrival of ex-refugees from Lata-lata village in South Halmahera regency, b). Land expropriation and/ or land disposal by ex-refugees of Lata-lata village to the agricultural field of Gamsungi villagers, and c). Felling of plants in the agricultural field of Gamsungi villagers done by Lata-lata refugees. Therefore, the mechanism or way of settling land disputes between these two villages is through negotiation (consensus). Negotiations were done between the two villages’ representatives (Gamsungi and Tosoa villages): the two villages’ heads, secretaries, customary figures, religious leaders, and heads of BPD, and witnessed by Subdistric Head of South Ibu, Head of Criminal Investigation Unit of West Halmahera, Representatives of West Halmahera Government, Police Chief of Ibu, Sambung Rasa Team, and Koramil of Ibu.
SOCIAL CONFLICTS IN CHURCH DEVELOPMENT IN KECAMATAN IBU SELATAN KABUPATEN HALMAHERA BARAT (STUDY OF CONFLICT RESOLUTION AMONG CITIZENS IN CHURCH DEVELOPMENT IN ADU VILLAGE) Wance, Marno; Suhu, Bakri La; Girato, Marsel M
POLITICO Vol 19, No 2 (2019): Jurnal POLITICO Fisipol
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32528/politico.v19i2.1930

Abstract

The church conflict that occurred in Adu Village, South Ibu Subdistrict, West Halmahera Regency was caused by unjust church leadership. Conflicts in the construction of places of worship often lead to violence, attacks and sealing of houses of worship by the community. This study aims to determine the occurrence of social conflict between residents in the construction of church in Adu village and to find out the resolution of the conflict. This research uses descriptive qualitative research that can be understood as a series of procedures used in solving problems, namely the cause of conflict between residents related to the construction of church in Adu Village by investigating and describing research objects based on facts in the field. Data sources used are primary data and secondary data with data collection techniques namely observation, interviews and document analysis.  The research findings show that the cause of conflict in church construction is because (1) the church leadership is no longer neutral in serving the community, for example when visiting a sick Adu village community, the church leader only visits one group while the other group is ignored, and (2) the regulations of church leaders regarding residents? responsibilities to the church such as the obligation for each person to contribute IDR 200,000 per year for church construction is considered too burdensome for the community. From the factors causing the conflict, conflict resolution is carried out by way of negotiations (consensus agreement) between the Old GMIH and the GMIH Renewal. From these negotiations, a mutual agreement ensued that the construction of a new church planned by the GMIH Renewal would continue.
KADERISASI DAN PENETAPAN CALON LEGISLATIF PADA PARTAI POLITIK (STUDI DPD PARTAI NASIONAL DEMOKRAT SERAM BAGIAN BARAT 2019) Sintani, Fandi Ahmad; Tuanaya, Wahab; Wance, Marno
Nakhoda: Jurnal Ilmu Pemerintahan Vol 19, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35967/jipn.v19i1.7848

Abstract

Partai politik memiliki sistem perkaderan yang berbeda untuk melakukan tahapan seleksi kader yang selektif, transparan serta demokratis. Tujuan dari rekrutmen kader dengan maksud untuk dapat memperoleh kader yang ideal dalam memperjuangan kepentingan masyarakat dan memahami visi partai. Partai politik akan terus melakukan kaderisasi secara terus menerus untuk mendapat pemimpin masa depan bangsa dan Negara. Metode yang digunakan pada penelitian yaitu kualitatif untuk dengan melakukan wawancara mendalam dengan informan pilihan di partai Nasdem Seram Bagian Barat. Berdasarkan hasil penilitian pada DPD II partai Nasional Demokrat (Nasdem) Seram Bagian Barat dalam melakukan proses kaderisasi dan penetapan calon legislatif Partai Belum sesuai dengan cita-cita besar Demokrasi. Kaderisasi yang dilakukan partai Nasional Demokrat Kabupaten Seram Bagian Barat ini hanya sebagai persyaratan partai menjelang Pemilu dilaksanakan. Proses seleksi calon legislatif sebaiknya pada partai politik secara terbuka dengan ketentuan mengikuti proses yang ditentukan oleh internal partai yang meliputi syarat yang ditentukan dan prosedur yang diketahui oleh masyarakat umum. Keterbukaan dalam proses seleksi menjadi uji publik calon anggota legislatif untuk masyarakat dapat menilai kemapuan dari kadidat calon yang di usulkan oleh partai politik.
KADERISASI DAN PENETAPAN CALON LEGISLATIF PADA PARTAI POLITIK (STUDI DPD PARTAI NASIONAL DEMOKRAT SERAM BAGIAN BARAT 2019) Sintani, Fandi Ahmad; Tuanaya, Wahab; Wance, Marno
Nakhoda: Jurnal Ilmu Pemerintahan Vol 19, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35967/jipn.v19i1.7848

Abstract

Partai politik memiliki sistem perkaderan yang berbeda untuk melakukan tahapan seleksi kader yang selektif, transparan serta demokratis. Tujuan dari rekrutmen kader dengan maksud untuk dapat memperoleh kader yang ideal dalam memperjuangan kepentingan masyarakat dan memahami visi partai. Partai politik akan terus melakukan kaderisasi secara terus menerus untuk mendapat pemimpin masa depan bangsa dan Negara. Metode yang digunakan pada penelitian yaitu kualitatif untuk dengan melakukan wawancara mendalam dengan informan pilihan di partai Nasdem Seram Bagian Barat. Berdasarkan hasil penilitian pada DPD II partai Nasional Demokrat (Nasdem) Seram Bagian Barat dalam melakukan proses kaderisasi dan penetapan calon legislatif Partai Belum sesuai dengan cita-cita besar Demokrasi. Kaderisasi yang dilakukan partai Nasional Demokrat Kabupaten Seram Bagian Barat ini hanya sebagai persyaratan partai menjelang Pemilu dilaksanakan. Proses seleksi calon legislatif sebaiknya pada partai politik secara terbuka dengan ketentuan mengikuti proses yang ditentukan oleh internal partai yang meliputi syarat yang ditentukan dan prosedur yang diketahui oleh masyarakat umum. Keterbukaan dalam proses seleksi menjadi uji publik calon anggota legislatif untuk masyarakat dapat menilai kemapuan dari kadidat calon yang di usulkan oleh partai politik.
PERAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) DALAM PEMBENTUKAN DAERAH OTONOMI BARU (DOB) DI WILAYAH PROVINSI MALUKU UTARA Ibrahim, Abdul Halil; Suhu, Bakri La; Tifandy, Rifjal; Wance, Marno
Nakhoda: Jurnal Ilmu Pemerintahan Vol 19, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35967/jipn.v19i1.7851

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peran Dewan PerwakilanDaerah (DPD) dalam pembentukan DOB Kabupaten Galeda-Loloda. Menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu peneliti berusaha memberikan pemahaman secara mendalam tentang proses pemekaran daerah serta memberi gambaran yang jelas mengenai masalah yang berhubungan dengan penelitian.Sumber data yang digunakan yakni data primer dan data sekunder, teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumen.Hasil temuan penelitian menunjukan bahwa DPD Provinsi Maluku Utara memiliki peran yang aktif dalam mendorong pembentukan DOB Galela-Loloda. Peran aktif yang dilakukan oleh DPD Provinsi Maluku Utara yakni (1) pada tahap awal pembentukan Galela-Loloda, peran DPD Provinsi Maluku Utara yaitu menerima semua aspirasi masyarakat Galela-Loloda, aktif menindaklanjuti sesuai dengan desain besar rencana pembangunan daerah otonomi baru yang dikeluarkan oleh pemerintah, (2) Pada tahap proses uji kelayakan Daerah Otonom Baru (DOB) Galela-Loloda, peran DPD RI Provinsi Maluku Utara yakni melakukan kunjungan kerja untuk melihat (a) Batas-batas wilayah Galela-Loloda, (b) Syarat fisik kewilayahan, (c) Jumlah penduduknya, dan (d) Potensi Daerah, dan (3) Tahap proses pembahasan di tingkat DPD RI dan DPR RI khususnya Komisi II, peran DPD RI Provinsi Maluku Utara yakni bersama-sama dengan DPD RI, DPR RI yang berperan dalam membahasan undang-undang pemekaran bersama Pemerintah membahas DOB Galela-Loloda, menyampaikan semua hasil kajian yang telah dilakukan dan DPD RI Provinsi Maluku Utara menyatakan Galela-Loloda layak untuk dimekarkan menjadi Daerah Otonom Baru.
PERAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) DALAM PEMBENTUKAN DAERAH OTONOMI BARU (DOB) DI WILAYAH PROVINSI MALUKU UTARA Ibrahim, Abdul Halil; Suhu, Bakri La; Tifandy, Rifjal; Wance, Marno
Nakhoda: Jurnal Ilmu Pemerintahan Vol 19, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35967/jipn.v19i1.7851

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peran Dewan PerwakilanDaerah (DPD) dalam pembentukan DOB Kabupaten Galeda-Loloda. Menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu peneliti berusaha memberikan pemahaman secara mendalam tentang proses pemekaran daerah serta memberi gambaran yang jelas mengenai masalah yang berhubungan dengan penelitian.Sumber data yang digunakan yakni data primer dan data sekunder, teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumen.Hasil temuan penelitian menunjukan bahwa DPD Provinsi Maluku Utara memiliki peran yang aktif dalam mendorong pembentukan DOB Galela-Loloda. Peran aktif yang dilakukan oleh DPD Provinsi Maluku Utara yakni (1) pada tahap awal pembentukan Galela-Loloda, peran DPD Provinsi Maluku Utara yaitu menerima semua aspirasi masyarakat Galela-Loloda, aktif menindaklanjuti sesuai dengan desain besar rencana pembangunan daerah otonomi baru yang dikeluarkan oleh pemerintah, (2) Pada tahap proses uji kelayakan Daerah Otonom Baru (DOB) Galela-Loloda, peran DPD RI Provinsi Maluku Utara yakni melakukan kunjungan kerja untuk melihat (a) Batas-batas wilayah Galela-Loloda, (b) Syarat fisik kewilayahan, (c) Jumlah penduduknya, dan (d) Potensi Daerah, dan (3) Tahap proses pembahasan di tingkat DPD RI dan DPR RI khususnya Komisi II, peran DPD RI Provinsi Maluku Utara yakni bersama-sama dengan DPD RI, DPR RI yang berperan dalam membahasan undang-undang pemekaran bersama Pemerintah membahas DOB Galela-Loloda, menyampaikan semua hasil kajian yang telah dilakukan dan DPD RI Provinsi Maluku Utara menyatakan Galela-Loloda layak untuk dimekarkan menjadi Daerah Otonom Baru.
Pola Relasi Eksekutif Dan Legislatif Pada Penyusunan Legislasi Daerah Wance, Marno; Suranto, Suranto
Journal of Governance and Public Policy Vol 4, No 1: February 2017
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/jgpp.v4i1.2643

Abstract

This study is shown to measure the impact of the rising of many South Buru district budget is problematic(mistimed), namely from the year 2010 to 2015 discussions always happen tug of interests that result in a delayof APBD. therefore be important to do a study on (1), the Executive and Legislative Relationship Patterns inSouth Buru budget discussion. (2) Factors relations executive and legislative In the discussion of the budget.based on the findings of this study concluded that the first, found three patterns of interaction (accommodation,domination, compromise), but between the three patterns of interaction of the budget policy discussion found anymore process dominate. Second, the interaction patterns decisional is a pattern of disagreement that took placein the formulation (KUA) and (PPAS) resulting keterlamabatan determination of the budget, the interactionpatterns of power that occurred bargaining (barganing) to exchange the interest of the legislature to theexecutive are not accommodated On (RKA) SKPD These three, namely the interaction patterns AnticipatedReaction South Buru District Government receives the benefit of parliament who form the recess recommendationto maintain the stability of the Year 2015.Keempat discussion of budget, non-decisional interaction pattern thatthe legislature refuses to KUA and PPAS discussion because of the executive did not submit documents PlansWork Budget (RKA) from each SKPD. While facto factors influencing ang Relationship Patterns executive andlegislative discussion of budget 2015 ie Personal Bachground, political Bachground
DINAMIKA PERENCANAAN ANGGARAN PADA ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (APBD) BURU SELATAN MARNO WANCE
The Indonesian Journal of Public Administration (IJPA) Vol 5, No 1 (2019): INDONESIAN JOURNAL OF PUBLIC ADMINISTRATION (IJPA) | JANUARI - JUNI 2019
Publisher : Department of Public Administration, Faculty of Social and Political Science, Universitas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52447/ijpa.v5i1.1648

Abstract

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika perumusan APBD Buru Selatan. Rencana anggaran merupakan cara untuk memperdiksi perencanaan pembangunan satu tahun ke depan yang mencakup pendapatan, pengeluaran serta pembiayaan. Perencanaan anggaran merupakan tahapan yang sangat penting karena anggaran yang tepat sasaran akan berpengaruh pada indeks pembangunan daerah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan instrument wawancara serta dokumentasi. Pendekatan yang digunakan langsung dari responden atau objek yang diteliti, sedangkan sumber data adalah sumber data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen tertulis yaitu Kebijakan Umum Anggaran-Platfom Prioritas Anggaran Sementara (KUA-PPAS), Rencana Kebijakan Anggaran-Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD), Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Buru Selatan, dokumen pandangan fraksi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mapun instansi atau lembaga yang berhubungan dengan penelitian. Analisis permasalahan pada penelitian ini menggunakan konsep proses legislasi daerah, konsep perencanaan anggaran serta konsep tahapan-tahapan anggaran. Pendekatan penelitian menggunakan teori model ROCCIPI (Rule, Capacity, Comunication, Interest, Ideologi).Kata kunci: dinamika anggaran; perumusan, APBD Buru Selatan.
Peran Ombudsman Sebagai Lembaga Pengawasan Pelayanan Publik Di Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara Sukur Suleman; Marno Wance
ARISTO Vol 8, No 2 (2020): July
Publisher : Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (350.824 KB) | DOI: 10.24269/ars.v8i2.2085

Abstract

This research was conducted by looking at the condition of public service in South Halmahera Regency which always expands various problems both public services, public goods and public administration, besides that the role of the ombudsman as an oversight agency for public services is also still weak. Therefore, the task and authority of the Ombudsman in South Halmahera Regency is a study in order to address the existing maladministration issues. This study aims to determine the North Maluku Ombudsman in carrying out its role as a public service supervision institution in South Halmahera Regency, then to examine what are the determinant factors of the North Maluku Ombudsman in carrying out its role as a supervisor in South Halmahera Regency. This research uses a qualitative approach to the type of case study (case study). Data used through observation, interviews and documentation. The results showed that the role of ombudsmna in South Halmahera Regency was not maximal, as seen from the process and stages of receiving reports, clarification, infestigation, mediation and recommendations, then the low level of innovation carried out, both socialization, cooperation, then its human resources, supporting facilities, budget and knowledge Public.