Claim Missing Document
Check
Articles

Gambaran Histopatologi Penyakit Distemper pada Anjing Umur 2 sampai 12 Bulan Sitepu, Yesi Veronica; Kardena, I Made; Berata, I Ketut
Indonesia Medicus Veterinus Vol 2 (5) 2013
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (395.148 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perubahan histopatologi pada anjing penderita Canine Distemper Virus (CDV) dikaitkan dengan umur. Sampel organ dari anjing (otak, paru-paru, hati, dan ginjal) yang terinfeksi CDV diambil dari kasus CDV pada periode 2005 – 2011 di Laboratorium Patologi Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. Lesi histopatologi di masing-masing organ yang diperiksa kemudian dikaitkan dengan faktor umur anjing penderita distemper. Jaringan dari masing-masing organ diproses untuk menjadi preparat histopatologi dilakukan dengan pewarnaan hematoksilin eosin (HE). Sampel – sampel tersebut dikelompokkan berdasarkan umur. Hasilnya menunjukkan adanya hubungan antara perubahan histopatologi organ anjing terinfeksi CDV dengan umur anjing saat anjing tersebut terinfeksi. Anjing penderita distemper yang berumur muda lesi histopatologinya lebih parah dari pada anjing dewasa, baik dari tingkat lesi degenerasi, kongesti, perdarahan, peradangan maupun nekrosis.
Pemberian Gel Ekstrak Daun Binahong dalam Proses Angiogenesis Penyembuhan Luka Insisi pada Mencit Hiperglikemia Tanuwijaya, Phebe Amadea; Berata, I Ketut; Jayawardhita, Anak Agung Gde
Indonesia Medicus Veterinus Vol 8 (4) 2019
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (265.215 KB)

Abstract

Hiperglikemia merupakan keadaan meningkatnya kadar glukosa dalam darah. Keadaan hiperglikemia memperpanjang masa hipoksia yang dapat menghambat proses kesembuhan luka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh gel ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia) terhadap percepatan kesembuhan luka insisi pada mencit penderita hiperglikemia melalui pengamatan proses angiogenesis. Penelitian ini menggunakan uji non-parametrik Kruskal Wallis dan uji Mann Whitney. Sebanyak 24 ekor mencit (Mus musculus) jantan yang digunakan sebagai sampel hewan coba dibagi ke dalam empat kelompok perlakuan. Mencit dibuat hiperglikemia menggunakan aloksan (0,05 mg/ekor, intraperitoneal) dan diinsisi pada bagian punggung (15 mm) lalu diberi perlakuan menggunakan gel ekstrak daun binahong secara topikal, kelompok (T0) dengan konsentrasi 0%, (T1) 25%, (T2) 30%, dan (T3) 35%. Proses kesembuhan luka hewan coba diamati pada preparat dengan pewarnaan Hematoksilin-Eosin (HE) dan diamati secara histopatologi menggunakan mikroskop cahaya, dan untuk setiap tahap kesembuhan dilakukan penskoran. Tingkat kesembuhan berdasarkan angiogenesis menggunakan penskoran yaitu 0=tidak ada pembuluh darah. 1=jika ada 1-10, 2= jika ada 11-30, 3=jika ada >31 pembuluh darah. Hasil penelitian menunjukkan adanya jumlah pembuluh darah yang lebih banyak pada perlakuan T3 dibanding dengan T0, T1, dan T2. Uji Kruskal Wallis menunjukkan perbedaan yang sangat nyata. Dapat disimpulkan bahwa pemberian gel ekstrak daun binahong konsentrasi 35% paling baik mempercepat proses kesembuhan luka insisi kulit mencit yang mengalami hiperglikemia, dilihat dari pembentukan pembuluh darah (angiogenesis) dibandingkan konsentrasi 30% dan 25%.
Studi Histopatologi Lambung pada Tikus Putih yang Diberi Madu sebagai Pencegah Ulkus Lambung yang Diinduksi Aspirin MUSTABA, RAHMI; OKA WINAYA, IDA BAGUS; BERATA, I KETUT
Indonesia Medicus Veterinus Vol 1 (4) 2012
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (180.783 KB)

Abstract

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan post test only controlled group design. Sampel berupa hewan tikusb erjenis kelamin jantan berumur 2-3 bulan dengan berat badan ± 20 gram.Sampel sebanyak 16 ekor dibagi dalam 4 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4 ekor tikus.Teknik sampling yang digunakan adalah accidental sampling. Hari ke-8, tikus dikorbankan dengan cara euthanasia dengan ether, organ lambung diambil untuk selanjutnya dibuat preparat histology dengan metode blok paraffin dan pengecatan Hematoksilin Eosin (HE). Gambaran histopatologi lambung diamati dan dinilai berdasarkan kerusakan histologis yang berupa nekrosis dan peradangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji statistic Kruskal Wallis dilanjutkan dengan uji Mann Whitney = 0,05).Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara keempat kelompok perlakuan.Hasil uji Mann Whitney menunjukkan perbedaan yang bermakna antara KK dan KP1, KK dan KP2, KK dan KP3, KP1 dan KP3 serta KP2 dan KP3. Sedangkan perbedaan yang tidak bermakna antara KP1 dan KP2.Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terbukti adanya efek proteksi dari madu terhadap lambung yang berupa pengurangan derajat kerusakan sel lambung tikus yang diinduksi oleh aspirin.Efek proteksi madu terhadap kerusakan sel lambung yang ditimbulkan oleh aspirin dapat diamati secara jelas pada dosis II yaitu 2 mL/200 gram BB tikus yang terdapat pada kelompok perlakuan II.
Perbandingan Tingkat Autolisis Antara Otot dan Hati Sapi Bali pada Beberapa Periode Waktu Pengamatan Putri, Kristi Agusti; Berata, I Ketut; Kardena, I Made
Indonesia Medicus Veterinus Vol 4 (5) 2015
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (522.615 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan tingkat autolisis antara otot dan hati sapi bali pada beberapa periode waktu pengamatan. Spesimen diambil dari otot dan hati sapi bali yang dipotong di rumah pemotongan hewan Kota Denpasar. Spesimen yang diambil sebanyak tujuh potongan hati dan tujuh potongan otot masing-masing dari individu sapi yang berbeda-beda yang dimasukkan ke dalam tabung jaringan yang berisi Neutral buffer formalin (NBF) 10 % pada beberapa periode waktu yaitu pada jam ke-0, 2, 4, 6, 8,10, dan 12. Selanjutnya masing-masing diproses untuk pembuatan preparat histopatologi. Variabel yang diperiksa meliputi indikasi autolisis yaitu : jaringan hiperkromatik sampai hilangnya inti sel. Analisis tingkat autolisis antara otot dan hati dilakukan dengan pengamatan histopatologi jaringan di bawah mikroskop pada pembesaran 1000 kali dengan pengamatan lima lapang pandang. Data hasil penelitian berupa presentase skoring autolisis, dianalisis dengan menggunakan uji non parametrik Kruskal-Wallis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hati sapi bali dengan nilai rata-rata 15,70%, 22,10%, 29,10%, 55,20%, 74,10%,93% dan 96,45% memiliki tingkat autolisis lebih cepat dibanding otot dengan nilai rata-rata 10%, 14,90%, 19%, 27,90%, 53%, 61% dan 83,70% . Hal ini mungkin terjadi karena hati memiliki jumlah enzim dan pembuluh darah yang lebih banyak dibandingkan otot. Perlu penelitian lebih lanjut tentang tingkat autolisis antara otot dan hati sapi bali yang berasal dari hewan sakit atau mati akibat penyakit infeksius
Pemberian Ekstrak Kulit Batang Kelor Terhadap Gambaran Mikroskopis Ginjal Tikus yang diinduksi Aloksan Mangindaan, Putri Yuliana; Berata, I Ketut; Setiasih, Ni Luh Eka
Indonesia Medicus Veterinus Vol 3 (2) 2014
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (294.712 KB)

Abstract

Uji fitokimia terhadap kulit batang kelor (Moringa sp) mengandung flavonoid dan alkaloid, yang berfungsi sebagai antidiabetik dan hipoglikemik. Tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol kulit batang kelor terhadap gambaran mikroskopis ginjal tikus wistar yang diinduksi aloksan. Penelitian ini menggunakan 18 ekor tikus yang dibagi atas 6 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan terdiri dari: kontrol normal (P0), kontrol obat (P1), kontrol diabetik (P2), perlakuan dosis ekstrak 100 mg/Kg BB (P3), dosis ekstrak 200 mg/Kg BB (P4) dan dosis ekstrak 400 mg/Kg BB (P5). Perlakuan diberikan setiap hari selama 21 hari. Pada hari ke 22 tikus dieuthanasi, dinekropsi, ginjal di ambil: untuk dibuat sediaan histopatologi dengan pewarnaan HE. Hasil penelitian menunjukkan terdapat degenerasi, kongesti dan nekrosis pada P0, P1, P2, P3, P4 dan P5., dengan derajat kerusakan yang bervariasi. Dari hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa baik degenerasi, kongesti maupun nekrosis dari keenam kelompok perlakuan tidak berbeda secara signifikan (p>0,005). Hal ini berarti bahwa pemberian ekstrak kulit batang kelor dosis 100 mg/KgBB, 200 mg/KgBB dan 400 mg/KgBB tidak berpengaruh terhadap gambaran mikroskopik ginjal tikus  wistar yang diinduksi aloksan.
KARAKTERISASI KROMOSOM SEL HETEROHIBRIDA DENGAN TEKNIK KARYOTIPING Berata, I Ketut
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 15, No 1 (2010): February 2010
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (274.369 KB) | DOI: 10.24002/biota.v15i1.2647

Abstract

The aim of the research was to characterize the chromosomal structure of the heterohybride cells by karyotyping technique. Heterohybride cells were made by fusion of Bali cattle lymphocyte cells with mouse myelomma in selective medium which contains hypoxanthin, aminopterin and thymidine. Those cells which showed growth then were identified, selected and isolated for characterizing its chromosomal structure by karyotyping technique. The result showed that all of the chromosomal structure of the heterohybride cells were diploidy. The average of diploidy chromosome of heterohybride cells were 97 diploid Bali cattle lymphocyte cells and myelomma of mouse. The conclusion of the research is the heterohybride cells do not contain abnormal chromosome and are most potent to develop as candidate of Jembrana diseases vaccine.
Ekstrak Daun Kelor Memulihkan Perubahan Histopatologi dan Morfometri Duodenum Tikus Setelah Aktivitas Fisik Berlebih Pujaswarini, Ni Made Hani; Berata, I Ketut; Setianingsih, Ni Luh Eka
Indonesia Medicus Veterinus Vol 8 (6) 2019
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (599.659 KB)

Abstract

Aktivitas fisik berlebih memicu peningkatan reactive oxygen species (ROS) dalam tubuh. Radikal bebas meningkatkan kadar alkalin fosfatase di duodenum, menyebabkan perubahan sel epitel. Daun kelor merupakan tanaman yang mengandung antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan histopatologi dan morfometri duodenum tikus wistar dengan aktivitas fisik berlebih pascapemberian ekstrak daun kelor. Objek penelitian ini menggunakan tikus wistar yang berumur 3-4 bulan dengan bobot badan 150-200 gram sebanyak 25 ekor dengan lima kelompok perlakuan yaitu Kelompok P0 (kontrol negatif), P1 (kontrol positif), P2 (ekstrak daun kelor 100 mg/kg BB), P3 (ekstrak daun kelor 200 mg/kg BB), dan P4 (ekstrak daun kelor 300 mg/kg BB). Perlakuan stress dilakukan dengan merenangkan tikus sebanyak empat kali dalam seminggu dan diberi ekstrak daun kelor selama 21 hari. Pada hari ke 22 semua tikus dieutanasia dan dinekropsi, selanjutnya diambil duodenumnya. Duodenum diproses untuk pembuatan sediaan histopatologi dengan teknik pewarnaan hematoksilin eosin. Data histopatologi duodenum dianalisis dengan uji Kruskal-Wallis dan Mann Whitney, sedangkan data histomorfometri dianalisis dengan sidik ragam dan uji lanjut Duncan. Hasil pengamatan histopatologi menunjukkan bahwa perlakuan dengan dosis ekstrak daun kelor 300 mg/kg BB mengalami perbaikan dari nekrosis yang paling signifikan dibanding perlakuan lainnya. Hasil pengukuran histomorfometri menunjukkan hasil bahwa pemberian ekstrak daun kelor mempengaruhi hasil tinggi pili 683,92 µm lebar basal pili 126.31 µm dan lebar pili 96.03 µm khususnya pada perlakuan yang diberi ekstrak daun kelor dosis 300mg/kg BB menunjukkan hasil vili tertinggi. Pemberian ekstrak daun kelor 300 mg/kg BB mampu memperbaiki histopatologi dan morfometri duodenum tikus yang stress akibat aktivitas berlebih.
Gambaran Histopatologi Ginjal Marmut yang Diberi Ekstrak Daun Tapak Dara (Cantharanthus roseus) dan Wijayakusuma (Epiphyllum oxypetalum) Humaira, Sarah; Berata, I Ketut; Wardhita, Anak Agung Gde Jaya
Indonesia Medicus Veterinus Vol 9 (1) 2020
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (408.129 KB) | DOI: 10.19087/imv.2020.9.1.12

Abstract

Tanaman tapak dara (Catharanthus roseus) dan wijayakusuma (Epiphyllum oxypetalum) merupakan tanaman bahan obat tradisional yang mampu mempercepat kesembuhan luka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian kedua ekstrak tanaman tersebut terhadap ginjal yang diamati secara histopatologi. Penelitian menggunakan marmut, sebanyak 24 ekor, yang dibagi menjadi empat kelompok. Kelompok I diberi salep vaselin sebagai kontrol (K), Kelompok II (P1) diberi salep ekstrak tapak dara konsentrasi 15%, Kelompok III (P2) diberi salep ekstrak wijayakusuma konsentrasi 15%, dan Kelompok IV (P3) diberi salep kombinasi ekstrak tapak dara dan wijayakusuma konsentrasi 15%. Setelah tujuh hari pertama pemberian perlakuan, tiga ekor marmut dari setiap kelompok dikorbankan nyawanya kemudian dinekropsi dan tiga ekor yang masih hidup diberi perlakuan hingga hari ke-14 lalu dikorbankan nyawanya dan dinekropsi. Setelah dinekropsi pada minggu pertama dan kedua, organ ginjal diambil untuk kemudian diproses pembuatan preparat histologi. Proses pembuatan preparat histopatologi dilakukan dengan metode Kiernan dan pewarnaan hematoxylin-eosin (HE). Hasil analisis menunjukkan bahwa kelompok yang diberi kombinasi ekstrak daun tapak dara dan wijayakusuma, tampak lesi degenerasi melemak, kongesti, perdarahan dan nekrosisnya paling ringan dibandingkan kelompok yang diberi ekstrak daun tapak dara atau wijayakusuma secara tunggal. Kesimpulannya adalah pemberian kombinasi ekstrak daun tapak dan wijayakusuma konsentrasi 15% pada terapi kesembuhan luka paling baik terhadap kesehatan ginjal dibandingkan pemberian ekstrak daun tapak dara atau wijayakusuma secara tunggal.
Pengimbuhan Asam Format Menurunkan Jumlah dan Diameter Folikel Limfoid Limpa, dan Memperkecil Diameter Folikel Limfoid Bursa Fabricius Aristawati, I Dewa Agung Ayu Irma; Adi, Anak Agung Ayu Mirah; Berata, I Ketut
Indonesia Medicus Veterinus Vol 9 (2) 2020
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (914.579 KB) | DOI: 10.19087/imv.2020.9.2.228

Abstract

Salah satu cara dalam meningkatkan efisiensi kecernaan pakan adalah dengan menambahkan feed additive. Asam organik yang sering digunakan sebagai feed additive, adalah asam format, karena sifat kelarutannya yang tinggi dalam air. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian asam format terhadap folikel limfoid bursa Fabricius dan limpa ayam, dilakukan penelitian dengan menggunakan 18 ekor day old chick (DOC) ayam kampung dengan tiga perlakuan yakni perlakuan kontrol (P0) ayam diberikan minum yang tidak mengandung asam format. Perlakuan 1 (P1) ayam diberikan air yang mengandung asam format (pH 2,5) dan perlakuan 2 (P2) ayam diberikan air yang mengandung asam format (pH 3,5). Masing masing perlakuan terdiri dari enam ekor ayam sebagai ulangan (n). Ayam ditimbang bobot badannya sebelum diberikan perlakuan. Enam minggu pasca perlakuan, ayam ditimbang kembali dan dikorbankan nyawanya dengan cara dislokasi capitis serta dilanjutkan dengan nekropsi. Organ bursa Fabricius dan limpa diambil dan dimasukkan dalam formalin 10%, jaringan yang telah difiksasi kemudian diproses dan diwarnai dengan pewarnaan Hematoxylin-Eosin (HE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan pH air minum akibat pemberian asam format tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah folikel limfoid bursa Fabricius. Namun, berpengaruh nyata terhadap penurunan diameter folikel limfoid bursa Fabricius. Hasil penelitian juga menunjukkan penurunan pH air minum berpengaruh nyata terhadap penurunan jumlah dan diameter folikel limfoid pulpa putih limpa. Simpulannya adalah pemberian air minum yang asam menekan sistem imun ayam kampung.
Perubahan Histopatologi Ovarium pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Akibat Pemberian Ragi Tape Wulandari, Meidi Andira; Samsuri, Samsuri; Berata, I Ketut
Indonesia Medicus Veterinus Vol 9 (1) 2020
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (349.621 KB) | DOI: 10.19087/imv.2020.9.1.80

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan gambaran histopatologi ovarium tikus putih akibat pemberian ragi tape dalam beberapa dosis dan lama pemberian. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 24 ekor tikus putih. Sampel diambil dari bagian ovarium yang diberikan pakan pellet dengan penambahan ragi tape. Tikus putih dikelompokkan menjadi 4 perlakuan dan 6 ulangan yaitu P0: kontrol; P1: pemberian ragi tape 100 mg/kg BB; P2: pemberian ragi tape 200 mg/kg BB; dan P3: pemberian ragi tape 300 mg/kg BB. Tikus putih dinekropsi pada minggu ke-3 pada semua kelompok perlakuan. Jaringan ovarium diambil untuk pembuatan preparat dan pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE). Parameter yang diamati meliputi adanya nekrosis dan proliferasi sel epitel. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis. Hasil penelitian menunjukkan perubahan histopatologi ovarium tikus terhadap pemberian perlakuan dengan ragi tape. Pada nekrosis tidak berbeda nyata, dan pada proliferasi sel epitel berbeda nyata.
Co-Authors Afrizal Choirul Umam Agnes Endang Tri H Aida Lousie Tenden Rompis Ainul - Hidayah Alviana Rizqiyah Utami Amelia, Ni Kadek Shita Anak Agung Ayu Mirah Adi Anak Agung Gde Arjana Anak Agung Gde Jaya Wardhita, Anak Agung Gde Jaya Anak Agung Gde Jaya Warditha Anak Agung Oka Anak Agung Sagung Kendran Apsari, Ni Luh Putu Nadia Ardi Sandriya Aristawati, I Dewa Agung Ayu Irma Astari, Ni Putu Widya Astini, Ni Putu Sri Ayu Aulia Insani, Aulia Ayu Prawitasari Citra Pratama Bina Ichsantya Budiartawan, I Komang Alit Damara, Doni Darmawan, I Gusti Ayu Chintya Darmayanti, Mahda Dwi Devira, Dinda Dewa Ayu Dwita Karmi Dhinar Wahyu Prasetyo Dini Hilary Manullang DORTY PRIHASTINA SALBAHAGA Duwiri, Christine Valeri DWI SURYANTO Dzikri Nurma'rifah Takariyanti Elisabeth Karina Elsa Hidayati Elti Febilani Elyda . Erwanti Siti Rabiah, Erwanti Siti Farhan Abdul Hasan, Farhan Abdul Febrianty, Ni Made Dhea Fitri Irawan Rahmawandani Franky Samuel Milenyano Chandra Gde Jasmara Muda Ginting, Regina Bonifasia Br Gunawan, Stefanus Andre Gunawati, Luh Sri Guru, Yohana Cendyka Kartika Dewi Gusti Agung Ayu Putu Adriyati, Gusti Agung Ayu Hendrina Konda M Meha, Hendrina Konda M Humaira, Sarah Husnul Khatimah I Dewa Made Adhiwitana I GEDE ENDRA KUSUMA I Gusti Bagus Sathya Dharma, I Gusti Bagus Sathya I Gusti Ketut Suarjana I Gusti Ngurah Kade Mahardika I Gusti Putu Tovan Mahottama I Ketut Eli Supartika I Ketut Eli Supartika I KETUT ELI SUPARTIKA I Ketut Puja I Ketut Sumadi I Ketut Wirata I Made Damriyasa I Made Indrayadnya Swarayana I Made Kardena I Made Merdana I Made Putra Wiadnyana I Made Sukada I N. T. ARIANA I NYOMAN ADI SURATMA I NYOMAN MANTIK ASTAWA I Nyoman Sulabda I Putu Suparman I W BUDIARSA SUYASA I Wayan Sudira I Wayan Wirata Ida Ayu Pasti Apsari Ida Bagus Kade Suardana Ida Bagus Komang Ardana Ida Bagus Made Oka Ida Bagus Oka Winaya Ida Bagus Windia Adnyana Iwan Harjono Utama Janardani, Ni Made Kunti Jayawardhita, Anak Agung Gde Kadek Karang Agustina Kadek Karina Dewi Wijayanthi Kartika, Erena Hajar Ketut Budiasa Ketut Eli Supartika Ketut Novi Kusmayani Ketut Tono Pasek Gelgel Kevin Dominika Kristi Agusti Putri, Kristi Agusti Kusuma, Putu Winatha Laila Gianita Veralyn Luh Made Sudimartini Lusiana Flora Ndagu Made Oka Adinata Made Rahayu Kusumadewi Marissa Divia Dayanti Marson, Fransiska Gratia Sonita MAS DJOKO RUDYANTO Muhamad Furkam Fadilah Muhsi, Ach Moh Abd Nesia Masniari Helena Sibarani Ni Luh Eka Setiasih Ni Nyoman Werdi Susari Nofantri, Lidia Noviriolla Maria Nugraha, Putri Oktaviandari, Putu Risma Palagan Senopati Sewoyo Pangesti, Thiara A. Pramesti, Ni Komang Lady Prista Oktafebri Yulestari Pujaswarini, Ni Made Hani Purnama, Komang Andika Purnata, I Dewa Nyoman Alit Putra, I Putu Agus Antara Putri Yuliana Mangindaan Putu Agus Trisna Kusuma Antara Putu Suastika Raharjo, Yudha Yaksa Crada Yoga Arum Rahmat Grahadi RAHMI MUSTABA Sam suri Samsuri Samsuri Sari Sartini, Sari Setianingsih, Ni Luh Eka Setyawati, Luh Gede Sewoyo, Palagan Senopati Sihotang, Tanti Fitri Sri Kayati Widyastuti Suranjaya I .Gd Tanuwijaya, Phebe Amadea Vaswani Samaria Napitupulu Wahyu Semadi Putra Waskitha, Melati Pusparini Widia Insani Wulandari, Meidi Andira Yanne Yanse Rumlaklak Yesi Veronica Sitepu Yustisia, Anggia Zumara Mufida Hidayati