Claim Missing Document
Check
Articles

Histopatologi Paru-paru Tikus Putih Betina Akibat Pemberian Imbuhan Ragi Tape pada Pakan Tikus Waskitha, Melati Pusparini; Setiasih, Ni Luh Eka; Samsuri, Samsuri; Berata, I Ketut
Indonesia Medicus Veterinus Vol 9 (5) 2020
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2020.9.5.662

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan gambaran histopatologi paru-paru tikus putih betina akibat pemberian ragi tape dengan dosis bertingkat. Sebanyak 24 tikus putih betina dikelompokkan menjadi empat perlakuan dan enam ulangan yaitu P0: kontrol; P1: pemberian pakan dicampur ragi tape dengan dosis 100 mg/kgBB; P2: pemberian pakan dicampur ragi tape dengan dosis 200 mg/kgBB; dan P3: pemberian pakan dicampur ragi tape dengan dosis 300 mg/kgBB. Perlakuan diberikan selama 21 hari, kemudian tikus putih betina pada semua kelompok dinekropsi di hari ke-22. Jaringan paru-paru diambil untuk pembuatan preparat dengan pewarnaan Harris-Hematoxyline Eosin (HE). Parameter yang diamati meliputi adanya kongesti, inflamasi, dan nekrosis. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis dan Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukkan terjadi perubahan histopatologi paru-paru tikus putih betina akibat pemberian ragi tape. Ragi tape menyebabkan perubahan histopatologi paru-paru tikus betina secara signifikan pada inflamasi dan nekrosis, sedangkan kongesti tidak berbeda nyata. Hal ini dapat disimpulkan pemberian ragi tape sebagai kontrasepsi alami dapat mengakibatkan perubahan histopatologi paru-paru tikus betina.
Perubahan Histopatologi Ginjal Tikus Putih Setelah 21 Hari Mengkonsumsi Ragi Tape Darmayanti, Mahda Dwi; Samsuri, Samsuri; Setiasih, Ni Luh Eka; Berata, I Ketut
Indonesia Medicus Veterinus Vol 9 (6) 2020
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2020.9.6.889

Abstract

Ragi tape digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai alternatif kontrasepsi alami untuk hewan kesayangannya. Data mengenai keamanan pemberian ragi tape sebagai alternatif kontrasepsi alami untuk hewan masih sangat sedikit dipublikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ragi tape terhadap gambaran perubahan histopatologi ginjal tikus putih (Rattus norvegicus). Penelitian ini menggunakan 24 ekor tikus putih dibagi secara acak menjadi empat perlakuan; P1, P2, P3 dan kontrol P0. Perlakuan 1, 2, dan 3 diberikan pakan yang dicampur ragi tape dengan dosis bertingkat 100 mg/kgBB, 200 mg/kgBB, dan 300 mg/kgBB, sedangkan kontrol (P0) diberikan pakan dan minum. Perlakuan diberikan dua kali sehari selama 21 hari. Tikus putih dikorbankan nyawanya dengan cara dieutanasia dan dinekropsi pada hari ke-22 untuk pengambilan sampel organ ginjal. Jaringan ginjal diproses untuk pembuatan preparat histopatologi dengan pewarnaan Hematoksilin-Eosin (HE). Preparat diamati di bawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 400 kali pada lima lapang pandang dan dilakukan skoring jika terdapat degenerasi melemak, kongesti, nekrosis, dan infiltrasi sel radang. Data perubahan histopatologi dianalisis dengan uji Kruskal Wallis dan Mann Whitney. Hasil penelitian menunjukkan degenerasi melemak, kongesti, nekrosis, dan infiltrasi sel radang pada semua ginjal tikus-tikus perlakuan yang diberikan ragi tape dan dan perubahan tersebut berbeda nyata dibandingkan kontrol. Perlakuan dengan perubahan histopatologi tertinggi adalah P3 dengan nilai rerata infiltrasi sel radang, degenerasi melemak, dan kongesti yang sama yaitu 2,00 ± 0,000 dan rerata nekrosis 2,50 ± 0,548. Simpulan yang didapatkan adalah pemberian tambahan ragi tape pada pakan tikus dapat merusak ginjal dan menyebabkan perubahan gambaran histopatologi ginjal tikus putih.
Kadar Kadmium, Histopatologi Jantung, dan Ginjal Sapi Bali yang Disembelih di Tempat Pemotongan Hewan Tradisional Astini, Ni Putu Sri Ayu; Berata, I Ketut; Setiasih, Ni Luh Eka
Indonesia Medicus Veterinus Vol 9 (3) 2020
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2020.9.3.325

Abstract

Keamanan daging dapat dicapai apabila telah bebas dari cemaran bahan berbahaya, termasuk diantaranya logam berat seperti kadmium (Cd). Beberapa penelitian melaporkan adanya logam berat Cd dalam organ jantung dan ginjal sapi potong. Belum banyak laporan penelitian mengenai kadar Cd dan gambaran histopatologi organ jantung dan ginjal sapi bali. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar Cd serta gambaran histopatologi organ jantung dan ginjal sapi bali yang dipotong di tempat pemotongan hewan tradisional. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah organ jantung dan ginjal dari 10 ekor sapi bali. Sampel masing-masing jaringan dibagi atas dua bagian yaitu sebagian untuk dibuat preparat histopatologi dengan teknik embedded block paraffin dan pewarnaan Hematoxylin-Eosin (HE), sebagian lagi untuk pemeriksaan kadar Cd dengan teknik atomic absorption spectrofotometric (AAS). Hasil pemeriksaan dari 10 sampel menunjukkan terdapat tiga sampel jantung dan enam sampel ginjal yang mengandung logam berat Cd dengan kadar yang bervariasi. Pada jantung ditemukan satu sampel melebihi batas SNI (0,5 ppm), dengan kadar 0,62 ppm. Pada ginjal ditemukan enam sampel melebihi batas SNI yaitu dengan kadar rata-rata 15,24 ppm. Kadar Cd rata-rata dari 10 sampel ginjal (9,14 ppm) lebih tinggi dari pada jantung (0,14 ppm). Perubahan histopatologi yang ditemukan pada jantung yaitu nekrosis dan infiltrasi sel radang yang bersifat fokal, sedangkan pada ginjal ditemukan degenerasi melemak, nekrosis, dan infiltrasi sel radang yang bersifat fokal-multifokal. Simpulannya adalah pada organ jantung dan ginjal ditemukan logam berat kadmium dengan kadar yang membahayakan, di samping organ tersebut mengalami kerusakan.
Penurunan Bobot Badan dan Jantung yang Tidak Diikuti Pembesaran Miosit Otot Jantung Ayam Pedaging yang Diberikan Tepung Belatung Hermetia illucens Ginting, Regina Bonifasia Br; Berata, I Ketut; Sumadi, I Ketut; Setiasih, Ni Luh Eka; Sulabda, I Nyoman
Indonesia Medicus Veterinus Vol 10 (5) 2021
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2021.10.5.690

Abstract

Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung belatung black soldier fly (Hermatia illucens) dalam pakan komersial terhadap bobot badan, kemudian dilihat hubungan bobot badan dan jantung, serta gambaran histologi jantung ayam pedaging. Penelitian menggunakan 24 Day Old Chicken (DOC) berjenis kelamin jantan yang dibagi ke dalam empat perlakuan masing-masing dengan enam ulangan. Perlakuan diberikan pada kontrol (P0) yaitu diberikan pakan komersial tanpa tambahan tepung belatung BSF, sedangkan kelompok P1, P2 dan P3 masing-masing diberi pakan komersial yang ditambah tepung belatung BSF 1%, 2% dan 3%. Pakan dan air minum diberikan secara ad libitum. Perlakuan dilakukan dari umur 14 sampai 35 hari, selanjutnya dilakukan penimbangan bobot badan. Kemudian dinekropsi untuk mengambil organ jantung. Jantung ditimbang dan selanjutnya diproses untuk pembuatan sediaan histopatologi. Pembuatan sediaan histopatologi dilakukan dengan teknik pewarnaan hematoksilin eosin (HE). Peubah yang diukur adalah bobot badan dan jantung serta gambaran histopatologi jantung. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata bobot badan dan jantung masing-masing 2100,175 g dan 8,417. Hasil analisis data statistika menunjukkan bahwa penambahan tepung belatung BSF taraf 1%-3% pada pakan komersial berpengaruh nyata (P<0,05) dalam penurunan bobot badan ayam pedaging. Hubungan bobot badan dan bobot jantung diuji menggunakan regresi sederhana dengan nilai koefisiensi korelasi (R) sebesar 0,754 termasuk nilai korelasi kuat. Pemberian pakan tambahan tepung belatung taraf 1%, 2%, 3% maupun kontrol, tidak menyebabkan perubahan struktur histologi otot jantung ayam pedaging. Dapat disimpulkan bahwa pemberian pakan tambahan tepung belatung pada ayam pedaging menyebabkan penurunan bobot badan dan tidak menyebabkan perubahan struktur histologi otot jantung. Terjadi korelasi kuat antara peningkatan bobot badan dengan bobot jantung ayam pedaging.
Hubungan Berat Badan dengan Berat Hati serta Gambaran Histologi Hati Broiler yang Diberikan Tepung Maggot Damara, Doni; Berata, I Ketut; Ardana, Ida Bagus Komang; Setiasih, Ni Luh Eka; Sulabda, I Nyoman
Indonesia Medicus Veterinus Vol 10 (5) 2021
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2021.10.5.714

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung maggot Black Soldier Fly (Hermetia illucens) sebagai pakan tambahan pada broiler (Gallus domesticus) terhadap berat badan, berat dan struktur histologi hati. Broiler yang digunakan sebanyak 24 ekor dibagi ke dalam empat kelompok perlakuan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing P0=0%, P1=1%, P2=2% dan P3=3% tepung maggot dalam pakan. Penelitian dilakukan selama 21 hari, broiler berumur 14- 35 hari. Parameter yang diteliti meliputi berat badan, berat dan struktur histologi hati yang diambil pada akhir penelitian. Analisis data untuk berat badan dan berat hati dilakukan dengan ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Duncan. Untuk mengetahui hubungan antara keduanya dilakukan uii regresi. Analisis terhadap struktur histologi hati dilakukan dengan uji Kruskal Wallis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian tepung maggot 1%, 2%, dan 3% menyebabkan berat badan dan berat hati broiler lebih rendah dibandingkan kontrol. Hasil uji regresi.menunjukkan terdapat hubungan yang kuat antara berat badan dengan berat hati. Pada pemeriksaan histologi hati menunjukkan terjadi degenerasi melemak pada hepatosit baik pada kelompok kontrol maupun perlakuan, serta tidak terjadi perbedaan nyata antara kelompok perlakuan. Dapat disimpulkan bahwa pemberian tepung maggot dalam pakan dapat menurunkan berat badan dan hati broiler. Ada hubungan kuat antara berat badan dengan berat hati. Tidak ada perbedaan gambaran histologi hati broiler antara perlakuan dengan kontrol.
PCS-7 Lead Detection in Blood and Liver of Cattle sold in the Traditional Market of Denpasar City I Ketut Berata; Ni Nyoman Werdi Susari; I Wayan Sudira; I Made Kardena
Hemera Zoa Proceedings of the 20th FAVA & the 15th KIVNAS PDHI 2018
Publisher : Hemera Zoa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (402.253 KB)

Abstract

Lead contamination in many foods is reported to endanger consumers' health. Beef as one of the food of animal origin can be contaminated by lead mainly due to the maintenance of cattle in contaminated areas. Balinese cattle that are kept in urban landfills are reported to be contaminated with high levels of lead in the blood and in other tissues with lower levels [4]. The threat of human health from eating foods that contain leads can cause anemia because leads can substitute iron in hemoglobin [2]. Lead poisoning can also cause malfunction of various organs such as liver, kidney [1], lungs, spleen [7] and brain [9] in the form of cognitive impairment [5]. The high threat due to contamination of leads to health, then the meat health check should also be made on the presence of leads. One of the inspection efforts on the presence of lead contamination in beef, then the place of sale in the traditional market is a good location for sampling examination.
Sixteen isolates of group C streptococci taken during outbreak in pigs and monkeys in Bali were examined for their haemaglutination activities using 2% erythrocyte suspension from pigs. Five isolates (31,25%) showed very strong (++) result with geometric titer mean of 22.8, other isolates (31,25%) gave strong (+) results with geometric titer mean of 22 and the remain six isolates (37,5%) showed weak or negative haemagglutination activities. Nonencapsulated bacteria yielded haemagglutination acti Iwan Harjono Utama; I Ketut Berata; I Gusti Ketut Suarjana; I Nengah Kerta Besung; Agnes Endang Tri H
Media Veteriner Vol. 6 No. 1 (1999): Media Veteriner
Publisher : Media Veteriner

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sixteen isolates of group C streptococci taken during outbreak in pigs and monkeys in Bali were examined for their haemaglutination activities using 2% erythrocyte suspension from pigs. Five isolates (31,25%) showed very strong (++) result with geometric titer mean of 22.8, other isolates (31,25%) gave strong (+) results with geometric titer mean of 22 and the remain six isolates (37,5%) showed weak or negative haemagglutination activities. Nonencapsulated bacteria yielded haemagglutination activities stronger than encapsulated. Treatments with heating up to 90 °C, HCl extraction and opsonization reduced haemagglutination titers.
Sensitifitas dan Spesifisitas Teknik Imunohistokimia Rabies I Ketut Wirata; I Ketut Berata; I Ketut Puja
Veterinary Science and Medicine Journal Vol 2 No 1 (2014)
Publisher : Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (216.653 KB)

Abstract

Fluorescent Antibody Test (FAT) is a golden standard for rabies diagnosis, but it requires many sample preconditions before testing. Immunohistochemical technique (IHC) has the same principle as the FAT, however, it is more simple. This study was conducted to examine the sensitivity and specificity of IHC compare to FAT. The sensitivity and specificity were calculated using the formula of 2 x 2 contingency table and statistical analysis of the chi-square. Out of 40 samples that rabies positive on FAT, 27 samples (67.5%) showed rabies positive on IHC and 13 samples (32.5%) showed rabies negative on IHC. All samples that rabies negative on FAT were also rabies negative on IHC. The IHC has the sensitivity and specificity level 67.5% and 100% respectively. The IHC has a lower sensitivity than FAT, however, IHC has many advantages such as it can be performed on formalin fixed-samples. A further research is necessary to improve the sensitivity of IHC on detecting the rabies.
Efek Pemberian Propolis terhadap Gambaran Histopatologi Hepar Tikus Putih yang diberi Parasetamol Alviana Rizqiyah Utami; I Ketut Berata; Samsuri Samsuri; I Made Merdana
Buletin Veteriner Udayana Vol. 9 No. 1 Pebruari 2017
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2398.7 KB)

Abstract

Paracetamol is one of NSAIDs (Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs) that acts as an analgesic and antipyretic agents but with weak anti-inflammatory activity. Paracetamol has toxic effects to liver in the form of damage to the liver. To prevent the toxic effects of paracetamol, the provision of antioxidants which can protect liver cells damage caused by paracetamol is needed. High antioxidant found in propolis which is widely used at this time. This study used 25 male rats (Rattus norvegicus), which consists of five groups. Each treatment group was given standard food and drink. Group 1 (control negative) was given standard food and drink, group 2 (control positive) was given 250 mg/kg body weight of paracetamol orally, group 3 (Pp1) was given 250 mg/kg body weight of paracetamol and each rat was given 0.05 ml of propolis orally, group 4 (Pp2) was given 250 mg/kg body-weight of paracetamol and each rat was given 0.1 ml of propolis orally, and group 5 (Pp3) was given 250 mg/kg body weight of paracetamol and each rat was given 0.15 ml of propolis orally. The treatments were given for 10 days, and on the 11th day, the necropsy was done to take the livers of the 25 rats for histopathology preparation. The examined variables included vascular congestion, fatty degeneration, and necrosis with the score (0: no lesions; 1: focal lesions; 2: multifocal lesions; 3: diffuse lesions. Kruskal-Wallis test showed a significant difference on the average of the vascular congestion, fatty degeneration, and necrosis of the tested group. The result of the research, it can be concluded that the 250 mg/kg body weight of Parasetamol can cause liver damage and the 0.15 ml of Propolis for each rat could repair the tissue damage better than the dose of 0.05 ml and 0.1 ml.
Gambaran Histopatologi Limpa Tikus Putih yang Diberi Deksametason dan Vitamin E Elsa Hidayati; I Ketut Berata; Samsuri Samsuri; Luh Made Sudimartini; I Made Merdana
Buletin Veteriner Udayana Vol. 10 No. 1 Pebruari 2018
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1066.705 KB) | DOI: 10.24843/bulvet.2018.v10.i01.p03

Abstract

Dexamethasone is a corticosteroid drug from the class of glucocorticosteroids that has anti-inflammation and immunosuppressant effect. This drug has therapeutic effect such as immunosuppressive and reducing the inflammatory response. Spleen is an organ of the immune system, so that when used dexamethasone in the long term and large doses can affect the spleen. To prevent dexamethason effect on spleen, provision of antioxidants is required. Vitamin E is a fat soluble vitamin that acted as antioxidant. This study used complete randomized design. Sample of this experiment were 25 male rats divided randomly into 5 groups. Negative control were given standards food and drink. Dexamethasone administrated by subcutaneous injection 0,13 mg/kg BW in positive control group, P1, P2 and P3. Vitamin E administrated orally with following P1 (100 mg/kg BW), P2 (150 mg/kg BW) and P3 (200 mg/kg BW). After 2 weeks intervention, all samples were terminated, then took the spleen to make histopatology preparation. The variables examined include hemorrhage and necrosis. From the results showed a positive control necrosis, whereas P1, P2, P3 improvements in spleen damage, but was not significant. P2 treatment showed the best results in reducing the effects of dexamethasone. From this study it can be concluded that the dexamethasone dose 0,13 mg/kg BW has histopatology of spleen changes and vitamin E dose 150 mg/kg BW can repair spleen tissue damage is better than vitamin E dose 100 mg/kg BW and 200 mg/kg BW.
Co-Authors Afrizal Choirul Umam Agnes Endang Tri H Aida Lousie Tenden Rompis Ainul - Hidayah Alviana Rizqiyah Utami Amelia, Ni Kadek Shita Anak Agung Ayu Mirah Adi Anak Agung Gde Arjana Anak Agung Gde Jaya Wardhita, Anak Agung Gde Jaya Anak Agung Gde Jaya Warditha Anak Agung Oka Anak Agung Sagung Kendran Apsari, Ni Luh Putu Nadia Ardi Sandriya Aristawati, I Dewa Agung Ayu Irma Astari, Ni Putu Widya Astini, Ni Putu Sri Ayu Aulia Insani, Aulia Ayu Prawitasari Citra Pratama Bina Ichsantya Budiartawan, I Komang Alit Damara, Doni Darmawan, I Gusti Ayu Chintya Darmayanti, Mahda Dwi Devira, Dinda Dewa Ayu Dwita Karmi Dhinar Wahyu Prasetyo Dini Hilary Manullang DORTY PRIHASTINA SALBAHAGA Duwiri, Christine Valeri DWI SURYANTO Dzikri Nurma'rifah Takariyanti Elisabeth Karina Elsa Hidayati Elti Febilani Elyda . Erwanti Siti Rabiah, Erwanti Siti Farhan Abdul Hasan, Farhan Abdul Febrianty, Ni Made Dhea Fitri Irawan Rahmawandani Franky Samuel Milenyano Chandra Gde Jasmara Muda Ginting, Regina Bonifasia Br Gunawan, Stefanus Andre Gunawati, Luh Sri Guru, Yohana Cendyka Kartika Dewi Gusti Agung Ayu Putu Adriyati, Gusti Agung Ayu Hendrina Konda M Meha, Hendrina Konda M Humaira, Sarah Husnul Khatimah I Dewa Made Adhiwitana I GEDE ENDRA KUSUMA I Gusti Bagus Sathya Dharma, I Gusti Bagus Sathya I Gusti Ketut Suarjana I Gusti Ngurah Kade Mahardika I Gusti Putu Tovan Mahottama I KETUT ELI SUPARTIKA I Ketut Eli Supartika I Ketut Eli Supartika I Ketut Puja I Ketut Sumadi I Ketut Wirata I Made Damriyasa I Made Indrayadnya Swarayana I Made Kardena I Made Merdana I Made Putra Wiadnyana I Made Sukada I N. T. ARIANA I NYOMAN ADI SURATMA I NYOMAN MANTIK ASTAWA I Nyoman Sulabda I Putu Suparman I W BUDIARSA SUYASA I Wayan Sudira I Wayan Wirata Ida Ayu Pasti Apsari Ida Bagus Kade Suardana Ida Bagus Komang Ardana Ida Bagus Made Oka Ida Bagus Oka Winaya Ida Bagus Windia Adnyana Iwan Harjono Utama Janardani, Ni Made Kunti Jayawardhita, Anak Agung Gde Kadek Karang Agustina Kadek Karina Dewi Wijayanthi Kartika, Erena Hajar Ketut Budiasa Ketut Eli Supartika Ketut Novi Kusmayani Ketut Tono Pasek Gelgel Kevin Dominika Kristi Agusti Putri, Kristi Agusti Kusuma, Putu Winatha Laila Gianita Veralyn Luh Made Sudimartini Lusiana Flora Ndagu Made Oka Adinata Made Rahayu Kusumadewi Marissa Divia Dayanti Marson, Fransiska Gratia Sonita MAS DJOKO RUDYANTO Muhamad Furkam Fadilah Muhsi, Ach Moh Abd Nesia Masniari Helena Sibarani Ni Luh Eka Setiasih Ni Nyoman Werdi Susari Nofantri, Lidia Noviriolla Maria Nugraha, Putri Oktaviandari, Putu Risma Palagan Senopati Sewoyo Pangesti, Thiara A. Pramesti, Ni Komang Lady Prista Oktafebri Yulestari Pujaswarini, Ni Made Hani Purnama, Komang Andika Purnata, I Dewa Nyoman Alit Putra, I Putu Agus Antara Putri Yuliana Mangindaan Putu Agus Trisna Kusuma Antara Putu Suastika Raharjo, Yudha Yaksa Crada Yoga Arum Rahmat Grahadi RAHMI MUSTABA Sam suri Samsuri Samsuri Sari Sartini, Sari Setianingsih, Ni Luh Eka Setyawati, Luh Gede Sewoyo, Palagan Senopati Sihotang, Tanti Fitri Sri Kayati Widyastuti Suranjaya I .Gd Tanuwijaya, Phebe Amadea Vaswani Samaria Napitupulu Wahyu Semadi Putra Waskitha, Melati Pusparini Widia Insani Wulandari, Meidi Andira Yanne Yanse Rumlaklak Yesi Veronica Sitepu Yustisia, Anggia Zumara Mufida Hidayati