Claim Missing Document
Check
Articles

ANATOMI DAUN RAMBUTAN (NEPHELIUM LAPPACEUM L.) DAN KERABATNYA Qothrunnada - Sungkar; Tatik - Chikmawati; Nina Ratna Djuita
Floribunda Vol. 5 No. 6 (2017)
Publisher : PTTI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2419.028 KB) | DOI: 10.32556/floribunda.v5i6.2017.168

Abstract

Qothrunnada Sungkar, Tatik Chikmawati & Nina Ratna Djuita. 2017. Leaf Anatomy of Rambutan (Nephelium  lappaceum L.) and Its Relatives. Floribunda 5(6): 192–199. —  Rambutan belongs to the Sapindaceae family that has closely related to longan and lychee. The observation on leaf anatomy of rambutan, longan, and lychee was conducted to provide information about leaf anatomy of Sapindaceae’s members. The anatomical features of leaf paradermal and transversal sections were examinated on four varieties of rambutan namely binjai, rapiah, sikoneng, and aceh lengkeng; and two closely related families, longan and lychee. All rambutan cultivars and lychee had the same stomata type: cyclocytic, while stomata in longan was surrounded by six subsidiary cells. Epidermal cells of rambutan and lychee leaves have polygonal shape with flat side, whereas epidermal cell of longan has polygonal shapes with notched. Based on transversal sections, rambutan, longan, and lychee have bifacial type, but they are differed in the number of palisade layer and the shape of palisade cellls. Leaf anatomical characters could be used to distinguish between rambutan and its closed relatives, longan and lychee; but it could not be used to differentiate among rambutan’s cultivars.Keywords: longan, lychee, rambutan, Sapindaceae, stomata type.Qothrunnada Sungkar, Tatik Chikmawati & Nina Ratna Djuita. 2017. Anatomi Daun Rambutan  (Nephelium lappaceum L.) dan Kerabatnya. Floribunda 5(6): 192–199. —  Rambutan merupakan tumbuhan yang termasuk ke dalam suku Sapindaceae dan masih berkerabat dekat dengan lengkeng dan leci. Pengamatan tentang anatomi daun Sapindaceae masih jarang dilakukan, sehingga penelitian ini perlu dilakukan untuk memberikan informasi mengenai anatomi daun beberapa anggota Sapindaceae. Pengamatan ciri anatomi dari sayatan paradermal dan transversal dilakukan terhadap empat kultivar rambutan yaitu rambutan binjai, rapiah, sikoneng, dan aceh lengkeng, serta dua kerabat dekatnya yaitu lengkeng dan leci. Hasil sayatan paradermal memperlihatkan bahwa stomata tidak ditemukan di permukaan atas daun rambutan, lengkeng, dan leci. Stomata pada daun rambutan dan leci adalah stomata dengan tipe siklositik, sedangkan stomata pada lengkeng dikelilingi oleh enam sel tetangga. Epidermis pada daun rambutan dan leci berbentuk poligonal dengan sisi rata, sedangkan sel epidermis pada daun lengkeng berbentuk poligonal dengan sisi berlekuk. Sayatan transversal  memperlihatkan bahwa daun rambutan, lengkeng, dan leci bertipe bifasial. Ketiga jenis berbeda pada jumlah lapisan palisade dan bentuk sel palisade. Ciri anatomi daun dapat digunakan untuk membedakan rambutan dari kerabat dekatnya, leci dan lengkeng; tetapi tidak dapat digunakan untuk membedakan antara kultivar rambutan.Kata kunci: lengkeng, leci, rambutan, Sapindaceae, tipe stomata.
The Psydrax dicoccos Complex (Rubiaceae) in Malesia, with Three New Species Ridha Mahyuni; Tatik Chikmawati; Nunik Sri Ariyanti; Khoon Meng Wong
Floribunda Vol. 5 No. 8 (2018)
Publisher : PTTI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (477.088 KB) | DOI: 10.32556/floribunda.v5i8.2018.200

Abstract

Ridha Mahyuni, Tatik Chikmawati, Nunik Sri Ariyanti & Khoon Meng Wong. 2018. Psydrax dicoccos kompleks (Rubiaceae) di Malesia, dengan tiga jenis baru. Floribunda 5(8): 323–331. —. Psydrax dicoccos Gaertn., merupakan jenis tipe dari Psydrax Gaertn., hanya mempunyai dua sampel buah sebagai bahan tipenya. Terbatasnya material tipe menghasilkan kesalahan yang menyebabkan jenis yang berbeda diberikan nama P. dicoccos. Sebanyak 140 lembar spesimen herbarium yang diidentifikasi sebagai P. dicoccos di kawasan Malesia, ditentukan sebagai takson yang berbeda dan ditunjukkan dengan tiga jenis baru yaitu Psydrax elmerianus, P. koordersianus dan P. sumatranus. Diagnostik karakter masing-masing jenis disediakan.Kata Kunci:  Malesia, jenis baru, Psydrax.Ridha Mahyuni, Tatik Chikmawati, Nunik Sri Ariyanti & Khoon Meng Wong. 2018. The Psydrax dicoccos Complex (Rubiaceae) in Malesia, with Three New Species.  Floribunda 5(8): 323–331. — . Psydrax dicoccos Gaertn., the type species of Psydrax Gaertn., is typified by a specimen consisting of two detached fruits. The limited type material has resulted in a number of distinct species being wrongly referred to that species. Approximately 140 herbarium specimens identified as P. dicoccos in the Malesian region are shown to represent three new species, Psydrax elmerianus, P. koordersianus and P. sumatranus. The diagnostic characteristics of these species are provided.Keywords:  Malesia, new species, Psydrax.
KEANEKARAGAMAN CEMPEDAK [ARTOCARPUS INTEGER (THUNB.) MERR.] DI PULAU BENGKALIS DAN PULAU PADANG, RIAU Muchlis .; Tatik Chikmawati; Sobir .
Floribunda Vol. 5 No. 7 (2017)
Publisher : PTTI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32556/floribunda.v5i7.2017.204

Abstract

Muchlis, Tatik Chikmawati & Sobir. 2017. The Diversity of Chempedak [(Artocarpus integer (Thunb.) Merr.] in Bengkalis and Padang Islands, Riau. Floribunda 5(7): 239–252. —  Chempedak [Artocarpus integer (Thunb.) Merr.]  is a native tropical fruit plant of Indonesia. Riau is one of chempedak distribution regions in Indonesia but the information about its diversity is very limited. The aims of the research are to characterize the morphological characters of chempedak’s accessions in Riau and to describe the diversity. The research was conducted in Bengkalis and Padang Islands, Riau province using exploration method. As many as 21 accessions of chempedak and two accessions of jackfruits were observed using 83 characters based on descriptor of jackfruit (Artocarpus heterophyllus). The analysis of similarity and clustering based on morphological data were done using Simple Matching coefficient and Unweighted Pair Group Method with Arithmatic Average (UPGMA) method. The diversity of chempedak in Riau were observed on shape of (crown crop, leaf blade, apex & base of leaf, inflorescences, fruit, spine, flake, seed), stalk length, fruit surface and flake colour. The result produced a dendrogram of chempedak in Riau with the similarity index ranged 44 –83%. Dendrogram grouped all chempedak in Riau were not clustered based on island origin.Keywords: Bengkalis Island, dendrogram, morphological character, Padang Island, Simple Matching coefficient, tropical fruits.  Muchlis, Tatik Chikmawati & Sobir. 2017. Keanekaragaman Cempedak [Artocarpus integer (Thunb.) Merr.] di Pulau Bengkalis dan Pulau Padang, Riau. Floribunda 5(7): 239–252. —   Cempedak [Artocarpus integer (Thunb.) Merr.] adalah tanaman buah tropis asli Indonesia. Riau merupakan salah satu daerah persebaran cempedak di Indonesia, namun informasi tentang keanekaragamannya terbatas. Tujuan penelitian ini adalah mengkarakterisasi ciri morfologi aksesi-aksesi cempedak di Riau dan mengungkapkan keanekaragamannya. Penelitian dilakukan di Pulau Bengkalis dan Pulau Padang, Provinsi Riau menggunakan metode jelajah. Sebanyak 21 aksesi cempedak dan 2 aksesi nangka diamati menggunakan 83 ciri berdasarkan deskriptor nangka (Artocarpus heterophyllus). Analisis keserupaan dan pengelompokan berdasarkan data morfologi menggunakan koefisien SM dan metode UPGMA. Keanekaragaman cempedak di Riau ditemukan pada bentuk-bentuk (kanopi, helaian daun, pangkal & dan ujung helaian daun, perbungaan, buah, duri, bulbus, biji), tangkai perbungaan, permukaan buah, dan warna bulbus. Hasil dendrogram menunjukkan bahwa cempedak di Riau memiliki indeks kemiripan sebesar 44–81%. Dendrogram menunjukkan bahwa cempedak di Riau tidak mengelompok berdasarkan asal pulau.Kata kunci: Buah tropis, ciri morfologi, dendrogram, koefisien Simple Matching, Pulau Bengkalis, Pulau Padang.
Ikhtisar Suku Rutaceae di Madura Arifin Surya Dwipa Irsyam; Tatik Chikmawati
Floribunda Vol. 5 No. 8 (2018)
Publisher : PTTI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (182.876 KB) | DOI: 10.32556/floribunda.v5i8.2018.217

Abstract

Arifin Surya Dwipa Irsyam & Tatik Chikmawati. 2018. A Conspectus of Madurese Rutaceae. Floribunda 5(8): 277–290. — Information on Rutaceae of Madura is reported for the first time. The aim of this study was to provide an updated information on Rutaceae of Madura. There were 31 species of Rutaceous plants that grouped into 3 subfamilies and 16 genera collected from Madura. As many as 3 species of them are new records for Madura. They were Citrus × floridana (J. Ingram & H. Moore) Mabb., Euodia hortensis J.R.Forst. & G.Forst. and Melicope denhamii (Seem.) T.G.Hartley.Keywords: Java, Madura, Rutaceae. Arifin Surya Dwipa Irsyam & Tatik Chikmawati. 2018. Ikhtisar Suku Rutaceae di Madura. Floribunda 5(8): 277–290. — Informasi mengenai Rutaceae di kawasan Madura dilaporkan untuk pertama kalinya. Penelitian ini bertujuan untuk menyediakan informasi terkini mengenai Rutaceae Madura. Sebanyak 31 jenis tumbuhan Rutaceae yang termasuk ke dalam 3 anak suku dan 16 marga telah dikoleksi dari kawasan Madura. Sebanyak 3 jenis di antaranya merupakan rekaman baru untuk kawasan Madura, yaitu Citrus × floridana (J. Ingram & H. Moore) Mabb., Euodia hortensis J.R.Forst. & G.Forst. dan Melicope denhamii (Seem.) T.G.Hartley.Kata kunci: Jawa, Madura, Rutaceae.
DISTRIBUTION, MORPHOLOGICAL VARIATION AND NEW VARIETY OF BACCAUREA ANGULATA MERR. (PHYLLANTHACEAE) Gunawan Gunawan; Tatik Chikmawati; Sobir Sobir; Sulistijorini Sulistijorini
Floribunda Vol. 6 No. 1 (2018)
Publisher : PTTI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (547.322 KB) | DOI: 10.32556/floribunda.v6i1.2018.226

Abstract

Gunawan, Tatik Chikmawati, Sobir & Sulistijorini.2018. Distribusi, Variasi Morfologi dan Varietas Baru dari Baccaurea angulata Merr. (Phyllanthaceae). Floribunda 6(1): 1–11. — Baccaurea angulata (belimbing merah) adalah jenis endemik di Kalimantan yang dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan obat tradisional, namun sejauh ini informasi distribusi dan variasinya masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan memetakan lokasi-lokasi tumbuh pohon B. angulata, menggambarkan variasi morfologi, dan analisis fenetik B. angulata yang tumbuh di Kalimantan dan Pulau Natuna. Eksplorasi B. angulata dilakukan di Pulau Natuna dan  empat provinsi di Kalimantan (Barat, Timur, Tengah dan Selatan). Peta persebaran dibuat dengan program ArcGIS versi 10.3. Pola distribusi dianalisis menggunakan indeks Morishita. Data morfologi batang, daun, bunga, dan buah digunakan untuk analisis fenetik belimbing merah berdasarkan koefisien Simple Matching (SM) dengan metode UPGMA. B. angulata tersebar secara acak di Kalimantan Barat, Tengah dan Pulau Natuna, tetapi memiliki pola penyebaran mengelompok di Kalimantan Selatan dan Timur. Penemuan B. angulata di desa Ceruk dan Limau Manis di Pulau Natuna dengan nama lokal belimbing besi merupakan rekaman baru. Peta sebaran B. angulata di Kalimantan dan Pulau Natuna disediakan. Secara morfologi, B. angulata di Kalimantan dan Pulau Natuna bervariasi pada beberapa ciri yaitu tepi stipula, permukaan tangkai daun, warna tangkai perbungaan betina, dan bentuk buah. Analisis fenetik mengelompokkan seluruh sampel ke dalam tiga kelompok B. angulata berdasarkan 20 ciri morfologi dengan nilai keserupaan 53% sesuai dengan bentuk dan rasa buah. B. angulata dengan buah membulat diusulkan sebagai varietas baru dengan nama B. angulata Merr. var. globulus Gunawan.Kata kunci: Baccaurea angulata, Kalimantan, Pulau Natuna, rekaman baru, varietas baru, Phyllanthaceae. Gunawan, Tatik Chikmawati, Sobir & Sulistijorini.2018. Distribution, Morphological Variation and New Variety of Baccaurea angulata Merr. (Phyllanthaceae). Floribunda 6(1): 1–11. — Baccaurea angulata (belimbing merah) is an endemic species of Borneo. Fruits of Baccaurea angulata are usually utilized as food and local medicine, but up to now the information about its distribution and variation is very scarce. The objectives of the research were to map the distribution, describe the morphological variation, and analyze the phenetics of B. angulata in Natuna Island and Indonesian Borneo, Kalimantan. B. angulata was explored in Natuna Island and four  Provinces of Kalimantan (West, East, Central, and South). The distribution was mapped using ArcGIS version 10.3. The distribution pattern was analyzed using the Morishita index. Morphological data of stem, leaves, flower and fruit were used to analyze the phenetics of B. angulata using Simple Matching coefficient, to construct a dendrogram using UPGMA  method. B. angulata is randomly distributed in the West and Central of Kalimantan, also in Natuna, but it has a clumped pattern in South and East Kalimantan. The presence of B. angulata in the Ceruk and Limau Manis villages in Natuna Island with local name belimbing besi is a new record. B. angulata is morphologically variable in several characters, i.e. stipule margin, petiole surface, pistillate peduncle colour, and fruit shape. Phenetic analysis based on 20 characters grouped all individuals into three groups with similarity index of 53% according to the shape and fruit taste. The  individuals of B. angulata with oval fruits are proposed to constitute a new variety, namely B. angulata Merr. var. globulus Gunawan.Key words: Baccaurea angulata, Kalimantan, Natuna Island, new record, new variety, Phyllanthaceae. 
Reinstatement of Desmos subbiglandulosus (Annonaceae) in Borneo Isna Arofatun Nikmah; Tatik Chikmawati; Rugayah Rugayah
Floribunda Vol. 6 No. 3 (2019)
Publisher : PTTI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1255.054 KB) | DOI: 10.32556/floribunda.v6i3.2019.290

Abstract

Desmos subbiglandulosus (Miq.) Merr., previously placed as a synonym of Desmos dumosus (Roxb.) Saff., is reinstated based on the examination of herbarium specimens and type material of D. subbiglandulosus from Borneo deposited in Herbarium Bogoriense. The specimens of D. subbiglandulosus and D. dumosus are morphologically distinct. All the specimens Desmos from Borneo previously identified as D. dumosus should belong to D. subbiglandulosus.
Catatan Baru Gymnopetalum scabrum (Lour.) W.J.De Wilde & Duyfjes untuk Borneo Mentari Putri Pratami; Tatik Chikmawati; Rugayah Rugayah
Floribunda Vol. 6 No. 3 (2019)
Publisher : PTTI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (933.36 KB) | DOI: 10.32556/floribunda.v6i3.2019.292

Abstract

Jenis Gymnopetalum scabrum tersebar di Kawasan Malesia, namun di wilayah Borneo sebelumnya belum pernah dilaporkan. Jenis tersebut ditemukan di tepi jalan raya dan dekat sungai, Samboja, Kalimantan Timur. Deskripsi dan persebaran jenisnya disajikan dalam tulisan ini.
KEANEKARAGAMAN GENETIK KAPULASAN [NEPHELIUM RAMBOUTAN-AKE (LABILL.) LEENH.] DI JAWA BERDASARKAN MARKA SSR DAN ISSR Nina Ratna Djuita; Alex Hartana; Tatik Chikmawati; Dorly Dorly
Floribunda Vol. 6 No. 4 (2020)
Publisher : PTTI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1945.083 KB) | DOI: 10.32556/floribunda.v6i4.2020.300

Abstract

Nina Ratna Djuita, Alex Hartana, Tatik Chikmawati, Dorly. 2020. Genetic Diversity of Pulasan [Nephelium ramboutan-ake (Labill.) Leenh.] of Java Based on SSR and ISSR Markers. Floribunda 6(4): 117–126. —  Pulasan is one of the potential local fruits to be developed. This study aimed to analyze the genetic diversity of pulasan of Java using Simple Sequence Repeat (SSR) and Inter Simple Sequence Repeat (ISSR) markers and to obtain information whether primers of the markers could be used to distinguish male and her-maphrodite plants. The results showed that two primers in the SSR markers and seven primers in the ISSR markers produced polymorphic bands. The genomic DNA of the pulasan amplified with SSR markers produced bands 140–500 bp, while those from the ISSR markers were 150–1500 bp. The population of pulasan in Babakan Madang has the highest genetic diversity, while that of Patean is the lowest. Genetic variation of pulasan based on SSR and ISSR markers in the population and among populations have different compositions. Variation in the population is 72% while among the population is 28%. Primers of LML Y6 and LML Y12 from SSR markers and primers of ISSR 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9 cannot be used to distinguish male and hermaphrodite pulasan plants. Nina Ratna Djuita, Alex Hartana, Tatik Chikmawati, Dorly. 2020. Keanekaragaman Genetik Kapulasan [Nephelium ramboutan-ake (Labill.) Leenh.] di Jawa Berdasarkan Marka SSR dan ISSR. Floribunda 6(4): 117–126. —  Kapulasan merupakan salah satu buah lokal yang potensial untuk dikembangkan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keanekaragaman genetik kapulasan di Jawa dengan menggunakan marka Simple Sequence Repeat (SSR) dan Inter Simple Sequence Repeat (ISSR) serta untuk mendapatkan informasi apakah primer dari marka tersebut dapat dipakai untuk membedakan tumbuhan jantan dan hermafrodit.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa dua primer pada marka SSR dan tujuh primer pada marka ISSR menghasilkan pita polimorfik. DNA genom kapulasan yang diamplifikasi dengan  marka SSR menghasilkan pita-pita dengan ukuran 110–500 bp, sedangkan dari marka ISSR berukuran 150–1500 bp. Populasi kapulasan di Babakan Madang mempunyai keanekaragaman genetik paling tinggi, sedangkan populasi di Patean paling rendah. Variasi genetik kapulasan berdasarkan  marka SSR dan ISSR di dalam populasi dan di antara populasi mempunyai komposisi yang berbeda. Variasi di dalam populasi sebesar 72 % sedangkan di antara populasi sebesar 28%. Primer LML Y6 dan LML Y12 dari marka SSR dan primer ISSR 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9  tidak dapat digunakan untuk membedakan tumbuhan kapulasan jantan dan hermafrodit.   
PHENETIC ANALYSIS AND DISTRIBUTION OF CLAOXYLON IN THE LESSER SUNDA ISLANDS Adhy Widya Setiawan; Tatik Chikmawati
Floribunda Vol. 6 No. 5 (2020)
Publisher : PTTI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32556/floribunda.v6i5.2020.313

Abstract

Phenetic Analysis and Distribution of Claoxylon in the Lesser Sunda Islands. Floribunda 6(5): 167–174.  — The genus Claoxylon A.Juss. in the Lesser Sunda Islands (LSI) was reviewed. Eleven species were recognized in Lesser Sunda Islands. Records of C. capillipes and C. fulvescens were extended to the Bali Island. Based on distribution of Claoxylon in LSI, Bali has the highest number of species (7 species), while Wetar shows the least number of species (only 1 species). A phenetic analysis was using Numerical Taxonomy and Multivariate Analysis System (NTSYS-pc) version 2.11a and distribution mapping using Quantum GIS version 2.4. Based on 14 morphological characters grouped Claoxylon species in LSI into three groups. All Claoxylon in LSI belong to section Indica and Affinia.
KEANEKARAGAMAN PETAI DI SUMATRA BAGIAN TENGAH Zulhendra zulhendra; Tatik Chikmawati; Alex Hartana
Floribunda Vol. 6 No. 8 (2022)
Publisher : PTTI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32556/floribunda.v6i8.2022.329

Abstract

Petai tersebar di Indonesia termasuk di Sumatra bagian Tengah. Keanekaragaman petai di wilayah ini belum banyak diungkapkan. Penelitian ini mengamati keanekaragaman morfologi petai yang tersebar di Sumatra bagian Tengah. Sampel dikoleksi dari 9 lokasi di provinsi Sumatra Barat, Riau, dan Jambi. Sebanyak 29 aksesi tumbuhan petai (ZH1-29) diamati 38 ciri morfologinya, selanjutnya dilakukan analisis fenetik menggunakan metode Unweighted Pair group method with arithmetic average (UPGMA). Hasil penelitian menunjukkan Petai dari wilayah ini tersusun atas dua jenis yaitu Parkia singularis Miq. dan P. speciosa Hassk. Petai bervariasi pada 9 ciri penting yaitu bentuk ujung dan pangkal anak daun; panjang tangkai polong; bentuk dan ukuran polong; jumlah biji per polong, jarak antar biji, jarak biji ke tepi polong, dan ketebalan kulit. Analisis keserupaan  mengelompokan semua aksesi petai jenis P. speciosa  dan memisahkan dari jenis P. singularis.  P. speciosa dikelompokkan lebih lanjut sesuai dengan kultivar lokal yang dikenal masyarakat. Dua kultivar lokal memiliki ciri unggul yaitu Petai Papan dan Petai Papan1. Kunci dan deskripsi dari masing-masing nama lokal petai disediakan.  
Co-Authors Adhy Widya Setiawan ADI BASUKRIADI Adi Basukriadi Afri Irawan Afri Irawan, Afri Ahmad Dwi Setyawan Akrom, Akrom Alex Hartana Alex Hartana Alex Hartana Alex Hartana Alex Hartana ALEX HARTANA Alex Hartana Alex Hartana Alex Hartana Alex Hartana Alex Hartana Amelia Louisyane Puhili Amelia Luisyane Puhili Andayaningsih, Dwi Andi Madihah Manggabarani Anjar Tri Wibowo Anne Kusumawaty Anne Kusumawaty Arifin Surya Dwipa Irsyam Arifin Surya Dwipa Irsyam Asardi, Istiqoma Aswarina Nasution Awik Puji Dyah Nurhayati Badriah, Siti Nurul Billyardi Ramdhan Budi Prasetyo Budi Prasetyo BUDI SETIADI DARYONO Christyne SPLS Napitu Daniel Happy Putra Deby Arifiani Deby Arifiani, Deby Dede Setiadi Deden Girmansyah Dedy Darnaedi Dedy Darnaedi Dedy Darnaedi DEVI ALVITASARI Devi Alvitasari, Devi Devi Eka Lestari Dorly Dorly Dorly, Dwi Andayaningsih Dwi Putri Ramadhani Dwi Suci Setyaningsih Dwi Sunarti Puspitasari Dwi Sunarti Puspitasari, Dwi Sunarti Effendi, Surianto Eka Setiawan Eko Baroto Walujo EKO BAROTO WALUJO Eko Baroto Walujo Eko Baroto Waluyo Elizabeth A. Widjaja Elizabeth A. Widjaja Ervizal A.M Zuhud Ervizal Amir Muhammad Zuhud Ervizal AMZU Eva Kristinawati Putri Fadel Nugraha Furqon Al Muzakki Furqon Al Muzakki Gunawan Gunawan Gunawan Gunawan Haris Maulani Himmah Rustiami Himmah Rustiami Himmah Rustiami HIMMAH RUSTIAMI Himmah Rustiami, Himmah I Gusti Wayan Murjana Yasa I Putu Gede P. Damayanto I Putu Gede P. Damayanto I PUTU GEDE P. DAMAYANTO I PUTU GEDE P. DAMAYANTO, I PUTU GEDE P. Ibna Hayati IBNUL QAYIM Isna Arofatun Nikmah J PERRY GUSTAFSON Jati Batoro Jati Batoro Khoon Meng Wong Kuswata Kartawinata KUSWATA KARTAWINATA Lana Maulana Latifah, Vida Rahma Manggabarani, Andi Madihah Marlina Ardiyani maulana, lana Meitha, Karlia Meliza, Rezika Mentari Putri Pratami Mentari Putri Pratami Mien A. Rifai Mien A. Rifai Miftahudin . Miftahudin Miftahudin Miftahudin Miftahudin Muchlis . Mugi Mumpuni Muhammad Efendi Muhammad Efendi Muhammad Efendi, Muhammad Muhammad Rifqi Hariri Muhammad Rifqi Hariri Muzzazinah Muzzazinah Muzzazinah Muzzazinah Nasrianti Syam NASRIANTI SYAM, NASRIANTI SYAM, NASRIANTI Nasution, Aswarina Nasution, Aswarina Nina Ratna Djuita Novi Novitasari, Risti Nugroho, Giri NUNIK SRI ARIYANTI Nurul Aini Nurul Aini Oktavia Pradikaningrum, Novi Peniwidiyanti Peniwidiyanti Pieter Agusthinus Riupassa Pranata, Syafroni Priyanti Priyanti Priyanti Priyanti Priyanti, Pudji Widodo Puhili, Amelia Luisyane Puspita Dewi Sopyati Putro, Karso Suryo Qothrunnada - Sungkar Rambe, Saidah Putri Ratna Djuita, Nina Rezika Meliza Ridha Mahyuni Ridha Mahyuni Ridha Mahyuni Ridha Mahyuni Risti Novitasari Rizki, Fitri Sri Rugayah Rugayah Rugayah Rugayah Rugayah Rugayah Rugayah Rugayah Rugayah Rugayah Safniyeti Safniyeti Safniyeti Safniyeti, Safniyeti Sartika, Dian Siti Halimatussadiah Sobir Sobir Sobir Sobir Sobir, Sri Endarti Rahayu Sri Endarti Rahayu, Sri Endarti Suharsono Suharsono Suharsono, Sulistijorini Sulistijorini Syadwina Hamama Dalimunthe Syadwina Hamama Dalimunthe Syafroni Pranata Tira Tahnia Titien Ngatinem Praptosuwiryo Titien Ngatinem Praptosuwiryo Titin Ngatinem Praptosuwiryo Tnunay, Ite Morina Yostianti Wakhidah, Anisatu Z. WISNU HANDOYO ARDI WISNU HANDOYO ARDI, WISNU HANDOYO Y. Purwanto Y. Purwanto Yayan Wahyu Candra Kusuma Yohanes Purwanto Yusuf, Adib Fakhruddin Zulhendra zulhendra Zumaidar Zumaidar