Claim Missing Document
Check
Articles

Analisis Kadar Zat Aktif dan Perubahan Kadar Hemoglobin Berdasarkan Tempat Penyimpanan Tablet Tambah Darah (TTD) oleh Ibu Hamil di Kabupaten Bantul Oktarina Sri Iriani; Setiawan .; Arief Kartasasmita; Farid Husin; Dewi Marhaeni Diah; Hadi Susiarno
Sehat MasadaJurnal Vol 12 No 1 (2018): Sehat Masada Journal
Publisher : stikes dharma husada bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38037/jsm.v12i1.57

Abstract

Anemia merupakan masalah gizi utama yang sebagian besar disebabkan oleh anemia defisiensi besi, anemia juga merupakan penyebab tidak langsung tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia. Untuk mengatasi anemia ibu hamil, pemerintah menerapkan program pemberian tablet tambah darah (TTD) yang mengandung Ferro sulfat.. Kondisi tempat penyimpanan yang sesuai standar di tingkat ibu hamil akan berdampak pada mutu TTD yang sesuai dengan standar farmakope Indonesia, sehingga diharapkan TTD yang terjaga mutunya akan memberikan efek terapeutik yang baik bagi penggunanya yaitu peningkatan kadar hemoglobin ibu hamil. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis dampak kondisi penyimpanan TTD oleh ibu hamil terhadap mutu dan kadar hemoglobin di Kabupaten Bantul. Penelitian ini menggunakan desain observasi analisis uji laboratorium dengan pendekatan cross sectional. Pemilihan sampel dan bahan penelitian dilakukan pada 6 puskesmas di wilayah Kabupaten Bantul sesuai kriteria inklusi. Ceklist observasi digunakan untuk mengobservasi kondisi penyimpanan, uji kadar zat aktif dilakukan di laboratorium sentral UNPAD dengan metode Atomic Absorption Spektrophotometry (AAS). Uji T tidak berpasangan dan Mann Whitney digunakan untuk melihat perbedaan kondisi penyimpanan dengan kadar zat aktif dan perubahan kadar hemoglobin. Hasil penelitian menunjukan tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kondisi penyimpanan TTD terhadap kadar zat aktif yang terkandung pada TTD (p>0,05), tetapi terdapat perbedaan yang bermakna antara peningkatan kadar hemoglobin pada penyimpanan TTD yang sesuai dengan yang tidak sesuai standar penyimpanan obat (p<0,05). Simpulan pada penelitian ini tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kondisi penyimpanan terhadap kadar zat aktif, terdapat perbedaan yang bermakna pada kadar hemoglobin ibu hamil dengan penyimpanan TTD sesuai dan tidak sesuai
Korelasi antara tingkat kecukupan gizi dengan indeks massa tubuh siswa sekolah dasar kelas 4, 5, dan 6Correlation between nutritional adequacy levels with body mass index of elementary school students grades 4, 5, and 6 Dida Akhmad Gurnida; Nanan Nur&#039;aeny; Dzulfikar Djalil Lukmanul Hakim; Fransisca Sri Susilaningsih; Dewi Marhaeni Diah Herawati; Iis Rosita
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 4, No 1 (2020): April 2020
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v4i1.25763

Abstract

Pendahuluan:  Usia anak merupakan masa yang penting dalam kehidupan manusia dengan ditandai oleh proses tumbuh kembang. Pertumbuhan dan perkembangan anak perlu didukung oleh asupan makanan yang seimbang. Salah satu parameter peisnilaian status gizi adalah indeks massa tubuh (IMT). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalis korelasi antara tingkat asupan dan kecukupan gizi dengan IMT. Metoda: Jenis penelitian analitik observasional dengan desain korelasional dilaksanakan di SDN 1 Tempuran Karawang pada Bulan Oktober 2018. Subjek penelitian adalah siswa kelas 4, 5 dan 6 sebanyak 62 anak yang dilakukan secara konsekutif. Pengumpulan data melalui pengukuran berat badan, tinggi badan dan pengisian form food frequency questionnaire (FFQ). Analisis data dengan uji korelasi pearson product moment Hasil: Kebanyakan subjek adalah siswa perempuan (55%), berusia 11 tahun (45%), IMT normal (47%), tingkat kecukupan energi dan zat gizi defisit tingkat berat (65%). Uji korelasi antara tingkat kecukupan energi, protein, karbohidrat dan lemak dengan IMT menunjukkan korelasi lemah dalam arah negatif dan tidak signifikan yaitu -0,200 (p= 0,120), -0,188 (p=0,143), -0,162 (p=0,209), dan -0,179 (p=0,163) secara berurutan. Simpulan: Tingkat kecukupan gizi yang terdiri dari energi, protein, karbohidrat dan lemak dengan IMT menunjukkan korelasi lemah dalam arah negatif pada siswa kelas 4,5 dan 6.Kata kunci: Indeks massa tubuh, korelasi, siswa sekolah dasar, tingkat kecukupan gizi. ABSTRACTIntroduction: Childhood age is an important period in human life marked by the process of growth and development. Growth and development of children need to be supported by balanced food intake. One parameter for assessing nutritional status is the body mass index (BMI). The purpose of this study was to analyse the correlation between the level of intake and nutritional adequacy with BMI. Method: This study was an observational analytic study with a correlational design carried out at Tempuran 1 Public Elementary School Karawang in October 2018. The research sample consisted of 62 students from grade 4, 5, and 6, taken by consecutive sampling. Data collected through measurements of body weight, height, and filling out the food frequency questionnaire (FFQ) form. Data analysis was performed with the Pearson product-moment correlation test. Results: Female students (55%), aged 11 (45%), normal BMI (47%), the level of energy and nutrient adequacy showed a severe deficit level (65%) and the correlation test between the level of adequacy energy, protein, carbohydrate and fat with BMI showed a weak correlation in a negative direction and not significant, namely -0.200 (p = 0.120); -0.188 (p = 0.143); -0.162 (p = 0.209), and -0.179 (p = 0.163) ) sequentially. Conclusion: The level of nutritional adequacy of grades 4, 5, and 6 elementary students consisting of energy, protein, carbohydrates, and fats shows a weak correlation in a negative direction with BMI.Keywords: Nutrition adequacy level, body mass index, students, elementary school.
The correlation between trauma and poor diet in oral ulceration: an online-based survey Nanan Nur&#039;aeny; Dida Akhmad Gurnida; Dzulfikar Djalil Lukmanul Hakim; Fransisca Sri Susilaningsih; Dewi Marhaeni Diah Herawati
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 6, No 3 (2020): December
Publisher : Faculty of Dentistry, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/majkedgiind.54275

Abstract

The most common oral ulceration in the community might be as recurrent as aphthous stomatitis (RAS) or traumatic ulcer. The aim of this study was to report and analyze the characteristics of oral ulceration and risk factors based on an online survey. A questionnaire using Google forms containing a total of 34 questions. Four questions wereabout personal details, whereas 30 questions related to oral ulceration were recorded and presented descriptively. The chi square test was carried out to determine the relationship between several questionnaire variables. A total of 208 respondents were involved, consisting of 162 female and 46 male. Respondents were in the age range of 0–50 year old with >23 year old as the age group with the highest number of respondents (53%). Oral ulceration data showed no recurrence in 157 respondents (75%), rare recurrence/ once in a year (52%), frequent recurrence in the labial mucosa in 121 respondents, single ulcer (86%), round shape (75%), risk factor due to trauma (biting/friction) in 165 respondents, ulcer untreated (64 %), and ulcer recovery of less than 7 days (70%). The respondents had no symptoms of anemia (73%), and were not on a vegan diet (98%). Chi square test indicated that there was a significant correlation between trauma and the poor diet (p= 0.001). The data in this present study indicate that the characteristics of oral ulceration might lead to RAS or traumatic ulcers and this might be attributed to local (trauma) and systemic (diet) factors.
The correlation of zinc serum levels and zinc intake with taste disorders in elderly patients at Babatan Public Health Center Bandung Rahmatia Djou; Dewi Marhaeni Diah Herawati; Tenny Setiani Dewi
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 7, No 1 (2021): April
Publisher : Faculty of Dentistry, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/majkedgiind.63840

Abstract

Taste disorders, which can be caused by various factors, including deficiency of zinc levels in the body and lack of zinc, generally occur in the elderly. The aim of the study was to analyze the correlation between zinc serum levels and zinc intake, as well as the correlation between salivary volume, hypertension, and smoking with taste disorders in the elderly. This was analytical observational research with a cross-sectional method, which was conducted on 100 elderly patients, at Babatan Health Community Center, Bandung, Indonesia. The sampling was conducted through the following: interview about systemic disease history, drugs taken, and smoking habits; examination of oral cavity conditions; nutrition intake interviews; taste tests tests; and zinc serum measurement using the atomic absorption spectrometry. The data were obtained statistically. Among these one hundred elderly patients, 79 had low zinc serum levels and 94 had inadequate zinc intake. The average zinc serum in the elderly patients with taste disorders was 40.1 μg/dl, whereas those without taste disorders was 72.4 μg/dl, with a p value of <0.001. The average zinc intake in the elderly patients with taste disorders was 3.4, whereas in those without taste disorders was 6.0, with a p value of <0.027. Smoking correlated with taste disorders, while salivary volume and hypertension had no a correlation with taste disorders. There was correlation between zinc serum levels and zinc intake on taste disorders in the elderly patients. Smoking had a relationship with taste disorders in the elderly patients, whereas salivary volume and hypertension had no correlation with taste disorders in the elderly patients.
Kebijakan Medik pada Pasien Gagal Ginjal Kronik dengan Hemodialisis di RS Hasan Sadikin Bandung Dewi Marhaeni Diah Herawati; Eko Fuji Ariyanto
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia Vol 3, No 2 (2014)
Publisher : Center for Health Policy and Management

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (230.669 KB) | DOI: 10.22146/jkki.36360

Abstract

Background: Prevalence of Chronic Kidney Disease in dialysis’s patients in Indonesia has increased. Some of them occurred with malnutrition inflammation complex syndrome and lead to death. This study aims to determine the intake of protein and energy, and determine factors that cause the low intake of nutrition. Methods: Design of the study was mixed methods using embedded concurrent strategy. Research paradigm was constructivism whereas qualitative research conducted in-depth interviews and observations. Quantitative research has been done with a descriptive approach, observational, using secondary data and perform 24 Hour Recall and Food Frequency Questionnaire (FFQ). The study was conducted at Hemodialysis Unit, Hasan Sadikin Hospital from June to September 2013, with a total sampling. Qualitative and quantitative data analysis has been done, followed by analysis of policy and analysis for policy for establishing a medical policy for chronic kidney disease patients receiving medical hemodialysis. Result: The average protein intake of the patients was 1.32 g/ kg/day. Interval of protein intake of 0.5 g/kg /day (lowest) until 2.8 g/kg/day (highest). 24% of patients had protein intake under 1 g /kg BW/day and 22.8% was above 1.5 g/kg BW/day. Average energy intake was 2001 kcal patient/day (930 kcal/ day - 3196.9 kcal/day). The qualitative analysis resulted in seven themes which causes nutrient low intake. The themes were underlying diseases (such as diabetes mellitus and hypertension), length of dialysis, frequency and number of dialysis, effects of dialysis, body’s response, cost factor, counseling, and education. Most of the respondents felt suffer from anemia and complained of nausea and vomiting. Body responses varied widely among them. Conclusion: Protein intake of dialysis patients as recommended by K/DOQI, but not in accordance with energy intake. Protein and energy intake of Jakeman's holder patients were lower than the recommendation of K/DOQI. The cause of lower intake of nutrients due to the underlying disease, length of dialysis, frequency and number of dialysis, effects of dialysis, body responses, cost factors and lack of counseling and education. Counseling and education of the patient's hospital are needed. The government should encourage medical policy in the management of patients with chronic kidney failure are comprehensive, in primary care, secondary and tertiary. The government must provide competent personnel, facilities and supporting infrastructure, service standards and standard operating procedures are required for each level of service. Latar Belakang: Prevalensi pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) yang menjalani hemodialisis di Indonesia mengalami peningkatan. Beberapa diantaranya terjadi malnutrition inflammation complex syndrome dan berujung pada kematian. Penelitian bertujuan untuk mengetahui asupan protein dan energi, serta mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya asupan nutrisi. Metode: Desain penelitian adalah mixed method dengan menggunakan strategi conccurent embedded. Paradigma penelitian adalah constructivisme. Penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif, observational menggunakan data skunder dan melakukan 24 Hour Recall dan Food Frequency Questionaire (FFQ). Penelitian kualitatif dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi. Penelitian dilakukan di Unit Hemodialisis Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung bulan Juni-September 2013 dengan total sampling. Dilakukan analisis data kualitatif dan kuantitatif yang diikuti analysis of policy dan analysis for policy untuk merumuskan kebijakan medik pada pasien PGK yang menjalani hemodialisis. Hasil: Rata-rata asupan protein pasien adalah 1,32 gr/kg BB/ Hari. Asupan protein terendah 0,5 gr/kg BB/hari, tertinggi 2,8 gr/kg BB/hari. Asupan protein pada 24% pasien dibawah 1 gr/ kg BB/hari; 22,8% diatas 1,5 gr/kg BB/hari. Rata-rata asupan energi pasien 2001 kkal/hari, asupan terendah 930 kkal/hari, tertinggi 3196,9 kkal/hari. Analisis kualitatif menghasilkan 7 tema yang menjadi penyebab rendahnya asupan nutrisi yaitu penyakit dasar (diabetes mellitus, hipertensi), lama dialisis, frekuensi dan jumlah dialisis, efek dialisis, respon tubuh, faktor biaya dan konseling serta edukasi. Efek dialisis yang paling dikeluhkan adalah anemia, mual dan muntah. Respon tubuh diantara pasien sangat bervariasi. Konseling dan edukasi dari pihak rumah sakit sangat dibutuhkan pasien. Kesimpulan: Asupan protein pasien sesuai rekomendasi K/ DOQI, namun belum sesuai untuk asupan energi. Asupan protein dan energi pasien Jamkesmas lebih rendah dari rekomendasi K/DOQI. Penyebab rendahnya asupan nutrisi disebabkan karena penyakit dasar yang menjadi penyebab PGK, lama dialisis, frekuensi dan jumlah dialisis, efek dialisis, respon tubuh, faktor biaya dan tidak adanya konseling dan edukasi. Pemerintah harus mendorong kebijakan medik dalam penanganan pasien gagal ginjal kronik yang komprehensif, di pelayanan primer, skunder dan tertier. Untuk tercapainya kebijakan medik tersebut pemerintah harus menyediakan tenaga yang kompeten, sarana dan prasarana pendukung, standar dan protap yang dibutuhkan untuk masing-masing level pelayanan.
Correlation between salivary zinc levels and salivary volume on taste disorders in elderly patients Dewi Kania Intan Permatasari; Tenny Setiani Dewi; Dewi Marhaeni Diah Herawati
Dental Journal (Majalah Kedokteran Gigi) Vol. 54 No. 1 (2021): March 2021
Publisher : Faculty of Dental Medicine, Universitas Airlangga https://fkg.unair.ac.id/en

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/j.djmkg.v54.i1.p31-34

Abstract

Background: Taste disorders often occur in the elderly, which can have serious consequences on their health status. Zinc and saliva volume have a role in maintaining taste acuity, especially in the elderly. Purpose: This study was to determine the correlation between salivary zinc levels, salivary volume, and taste disorders in elderly patients. Methods: This was a cross-sectional research. Elderly patients with and without taste disorders were included in this study. Salivary zinc levels were measured using the Atomic Absorption Spectrometry (AAS) method. Salivary volume was measured using the spitting method. The correlation between salivary zinc levels, salivary volume, and taste disorders was analysed using the chi-square test. Multivariate analysis was performed to control for confounding variables with logistic regression. Results: Based on our findings, no significant correlation was determined between the levels of zinc in saliva and taste disorders. However, there was a significant correlation between salivary volume and taste disorders. Salivary volume and smoking were determined to be associated with taste disorders. Conclusion: This research showed that salivary zinc levels were not correlated with taste disorders; on the contrary, salivary volume was correlated with taste disorders. Smoking was determined to be a confounding variable on taste disorders in elderly patients.
Correlation between carbohydrate intake and dental caries in obese individuals Ignatius Setiawan; Ananda Sagita; Ibnu Suryatmojo; Dewi Marhaeni Diah Herawati; Irna Sufiawati; Sunardhi Widyaputra
Dental Journal (Majalah Kedokteran Gigi) Vol. 54 No. 1 (2021): March 2021
Publisher : Faculty of Dental Medicine, Universitas Airlangga https://fkg.unair.ac.id/en

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/j.djmkg.v54.i1.p46-51

Abstract

Background: Nowadays, obesity is one of the biggest public health problems. Obesity is an excessive accumulation of fat that can occur when fat-producing foods, such as carbohydrates or sugar, are over-consumed. Sucrose is a type of carbohydrate contained in food and is a medium for bacterial growth. Therefore, the consumption of sucrose can increase the risk of dental caries. Purpose: This study aims to analyse the correlation between carbohydrate intake and dental caries in obese individuals. Methods: This study was an observational analytic study with a cross-sectional design. In this study, 50 participants aged 18–40 were selected from an obese community in Jakarta using a quota sampling technique. The carbohydrate intake was assessed using the food frequency questionnaire (FFQ), the body fat percentage was measured with the bioelectrical impedance analysis method, and the dental caries index was assessed using the decayed, missing and filled teeth (DMF-T) index. The data obtained were tested with a simple linear regression statistical test at a significance level of 5%. Results: The results showed that the average carbohydrate daily intake value of obese individuals was 1209.84 g, while the average value of the DMF-T index for obese individuals was 7.98. The results of the statistical tests revealed that there was a strong and positive correlation between carbohydrate intake and the DMF-T index. The effect of carbohydrate intake on the DMF-T index was 50.98%. Conclusion: A positive correlation means that the larger the carbohydrate intake, the higher the DMF-T index. Hence, controlling carbohydrate intake can prevent dental caries.
Analisis Sensorik Dengan Model Rasch Dan Standarisasi Nilai Gizi Makanan Selingan Berbasis Pangan Lokal Dedeh Dedeh; Dewi Marhaeni Diah; Lulu Eva Rakhmilla
Jurnal Sistem Kesehatan Vol 2, No 3 (2017): Volume 2 Nomor 3 Maret 2017
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (271.179 KB) | DOI: 10.24198/jsk.v2i3.11957

Abstract

Makanan selingan merupakan bagian dari pemberian makanan selama dirawat. Makanan berfungsi untuk menunjang perbaikan kondisi kesehatan pasien sehingga dibutuhkan variasi supaya tidak membosankan, dapat mengurangi terjadinya sisa makanan dan dapat meningkatkan asupan. Penelitian ini bertujuan menganalisis daya terima makanan selingan berbasis pangan lokal dan menyusun standar nilai gizi makanan selingan yang dihasilkan. Metode penelitian menggunakan pendekatan cross sectional dengan subyek penelitian adalah  17 orang ahli gizi dan 16 orang pasien gagal ginjal kronik yang diambil secara consecutive addmission di instalasi gizi dan di ruang rawat RSUP dr Hasan Sadikin pada bulan Januari 2016. Data kuantitatif hasil uji organoleptik/ sensorik dianalisis dengan Rasch Model dan standarisasi nilai gizi menggunakan software nutrisurvey. Hasil analisis Multi Facet Rasch Measurement menunjukkan dari 12 macam makanan selingan berbasis pangan lokal diperoleh 8 makanan selingan berbasis pangan lokal yang dapat diterima oleh ahli gizi maupun oleh pasien gagal ginjal kronik dari seluruh aspek yang dinilai yaitu rasa,warna/ penampilan, aroma,tekstur dan besar porsi. Hasil analisis uji t-independent menunjukkan terdapat perbedaan bermakna uji sensorik makanan selingan berbasis pangan lokal oleh ahli gizi dan oleh pasien gagal ginjal kronik (p=0,003). Nilai kalori makanan selingan ada pada kisaran 95 kkal sampai 125 kkal sehingga dapat digunakan untuk penyediaan snack di rumah sakit.Kata Kunci: evaluasi sensorik, pangan lokal, rasch model.
Gambaran Pelayanan Konseling Gizi pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Jatinangor Tahun 2015 puteri fadillah zahra; Dewi Marhaeni Diah; Miftahurachman Miftahurachman
Jurnal Sistem Kesehatan Vol 1, No 4 (2016): Volume 1 Nomor 4 Juni 2016
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (295.097 KB) | DOI: 10.24198/jsk.v1i4.10380

Abstract

Terapi konseling gizi oleh tenaga puskesmas sangat diperlukan untuk pasien DM tipe 2, berfungsi mengontrol diet pasien agar tidak timbul masalah yang lebih kompleks. Pelayanan konseling gizi di puskesmas saat ini, diduga masih belum dilakukan secara optimal. Penelitian dilakukan untuk mengetahui gambaran pelayanan konseling gizi pada pasien DM tipe 2 di Puskesmas Jatinangor. Desain penelitian adalah deskriptif kualitatif dengan strategi studi kasus, pengambilan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan observasi. Jumlah responden  terdiri dari 1 nutrisionis, 1 dokter dan 3 pasien. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus-November 2015. Analisis data dilakukan secara konten analisis. Tahapan proses konseling gizi berjalan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Kemenkes. Konseling yang dilakukan masih menggunakan metode yang konvensional. Hambatan yang dialami petugas Puskesmas adalah dalam melakukan monitoring dan evaluasi hasil konseling. Hal ini disebabkan  karena pasien yang melakukan kunjungan ulang masih rendah, selain itu fasilitas. puskesmas terbatas seperti ruang konseling gizi dan food model. Pelayanan konseling gizi di puskesmas belum berjalan dengan baik, metode konseling yang digunakan masih konvensional serta belum didukung fasilitas yang memadai. Perlu peningkatan kapasitas tenaga dalam melakukan konseling dengan pendekatan yang tepat serta pengadaan ruangan konseling dan food model.Kata Kunci: Diabetes Mellitus tipe 2, konseling gizi, puskesmas.
Manajemen Perubahan Organisasi Puskesmas dalam Revitalisasi Puskesmas di Kabupaten Sumedang nina triana; Elsa Pudji Setiawati; Insi Farisa Desy; Deni Sunjaya; Dadi Argadiredja; Dewi Marhaeni Diah
Jurnal Sistem Kesehatan Vol 1, No 3 (2016): Volume 1 Nomor 3 Maret 2016
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (283.854 KB) | DOI: 10.24198/jsk.v1i3.10353

Abstract

Revitalisasi Puskesmas merupakan upaya Kementerian Kesehatan RI untuk meningkatkan kinerja Puskesmas melalui berbagai perubahan dalam penyelenggaraan Puskesmas. Perubahan-perubahan tersebut sejalan dengan semangat reformasi pembangunan khususnya reformasi otonomi daerah. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan eksplorasi manajemen perubahan dalam revitalisasi Puskesmas yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan. Metode Desain penelitian yang dipergunakan adalah kualitatif dengan paradigma konstruktivism dan strategi studi kasus. Metode analisis yang digunakan adalah tematik. Subyek penelitian ini adalah kepala dinas kesehatan dan kepala Puskesmas. Hasil Model manajemen perubahan dalam sistem pengembangan manajemen kinerja klinis WHO SEA-NURS mendukung hasil yang menunjukkan bahwa fungsi-fungsi manajemen perubahan menjadi dasar konstruk perubahan penyelenggaraan Puskesmas oleh Dinas Kesehatan. Simpulan Manajemen perubahan dalam revitalisasi Puskesmas oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang fokus pada fungsi implementasi yang merupakan tahap penekanan terhadap masalah yang mulai muncul dalam tugas perubahan yang harus dilakukan.Kata kunci : manajemen perubahan, revitalisasi Puskesmas
Co-Authors Ahmad Yani ahmad yani Aldi Harry Ramdani, Aldi Harry Alfi Syahri Amani Sakinah Augiani Ananda Sagita Anggraeni, Erizvina Marisa Anggun Rafisa Ari Andriyani Ari Andriyani Arief S. Kartasasmita Augiani, Amani Sakinah Bambang Sasongko Noegroho Budi Handono Dadi Argadiredja Dadi Argadiredja, Dadi Dany Hilmanto Dedeh Dedeh Dedeh Dedeh, Dedeh Dedi Rachmadi Dedi Rachmadi Deni Kurniadi Sunjaya Deni Sunjaya Deni Sunjaya, Deni Devi Pratiktowati Dewi Kania Intan Permatasari Dida Akhmad Gurnida Dida Akhmad Gurnida Dida Akhmad Gurnida Dida Gurnida Dwi Kusumayanti Dwi Kusumayanti Dzulfikar Djalil Lukmanul Hakim Eddy Fadlyana Eko Fuji Ariyanto Elsa Pudji Setiawati Elsa Pudji Setiawati Erizvina Marisa Anggraeni Erna Herawati, Erna Farid Husin Farid Husin Farid Husin Fauzah Cholashotul I’anah Fedri Rinawan, Fedri Firman Fuad Wirakusumah Fitria Nurwulansari Fiva Aprilia Kadi Fiva Aprilia Kadi Fransisca Sri Susilaningsih Fransisca Sri Susilaningsih Ginna Megawati Ginna Megawati Gizella Gizella Guswan Wiwaha Heda Melinda Nataprawira Herry Herman Ibnu Suryatmojo Ida Siti Nurparida Ieva Baniasih Akbar Ignatius Setiawan Iis Rosita Ika Murtiyarini Insi Farisa Desy Insi Farisa Desy Arya Insi Farisa Desy, Insi Farisa Irna Sufiawati Irvan Afriandi Irvan Afriandi Ita Susanti Johannes C. Mose Julistio T.B. Djais Julistio TB Djais Jusuf Sulaeman Jusuf Sulaeman Jusuf Sulaeman Kamilah, Kiki Kusnandi Rusmil Kusumaningrum, Hesti Lani Gumilang Lastri Asmuniati Lazuardi Dwipa Linasari, Desy Lulu Eva Rakhmilla Lulu Eva Rakhmilla, Lulu Eva M Aris Rizqi Majid, Tita Husnitawati Miftahurachman Miftahurachman Miftahurachman Miftahurachman, Miftahurachman Nanan Nur&#039;aeny Nanan Nur&#039;aeny Nendhi Wahyunia Utami Nilavenmalar Perianan Nina Triana nina triana Nita Arisanti Noormarina Indraswari Nugraha, Gaga Irwan Nur Eva Aristina Nurdiani Rakhmayanthie, Nurdiani Oktarina Sri Iriani Palomina Caesarea Nurhasanah Palomina Caesarea Nurhasanah, Palomina Caesarea Perianan, Nilavenmalar Priyo Sulistiyono puteri fadillah zahra puteri fadillah zahra, puteri fadillah Raden Tina Dewi Judistiani Rahmatia Djou Ravika Khaila Arrum Resnaldi Resnaldi Resnaldi, Resnaldi Santi Suarsih, Santi Setiawan . Shinta Tresna Fujianti Shinta Tresna Fujianti, Shinta Tresna Siti Damayanti Sri Endah Rahayuningsih Sulistiyono, Priyo Sunardhi Widyaputra Sunjaya, Deni i Kurniad Susiarno, Hadi Tenny Setiani Dewi Tisnasari Hafsah Tisnasari Hafsah, Tisnasari Tita Husnitawati Majid Viramitha Kusnandi Rusmil Vita Murniati Terawan Wardani, Yusrima Syamsina Yopi Suryatim Pratiwi Yudi Wahyudi Yusrima Syamsina Wardani