Claim Missing Document
Check
Articles

Desain Perahu Fiberglass Bantuan LPPM IPB di Desa Cikahuripan, Kecamatan Cisolok, Sukabumi Eko Sulkhani Yulianto; Budhi Hascaryo Iskandar; Fis Purwangka; Wazir Mawardi
Buletin PSP Vol. 21 No. 1 (2013): Buletin PSP
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Desa Cikahuripan sebagian besar penduduknya, yaitu 1.425 dari total penduduk sebanyak 2.507 jiwa adalah sebagai nelayan. Sebagai nelayan, kapal/perahu merupakan kebutuhan vital yang digunakan untuk sarana unit penangkapan ikan, yaitu sebagai alat transportasi dari fishing base ke fishing ground dan media pengangkutan ikan. Keadaan dari perahu nelayan Cikahuripan sebagian besar sudah tua dan tidak layak laut, sehingga perlu peremajaan kapal. Namun kendala yang dihadapi adalah pengadaan bahan baku berupa kayu yang berkualitas tinggi di daerah Cikahuripan sangat sulit dan ditambah lagi maraknya isu illegal logging yang semakin menambah susah dalam usaha mencari bahan baku. Sehingga dipilih bahan fiberglass sebagai alternatif pengganti kapal kayu. Permasalahan sakarang ini adalah belum adanya pengujian kelayakan dari perahu yang diproduksi sehingga peneliti merasa perlu meneliti lebih lanjut. Perahu fiberglass yang diproduksi diberi nama perahu “Kahuripan Nusantara“. Perahu ini mempunyai dimensi utama sebagai berikut; panjang total (LOA) sebesar 9,56 m; LPP sebesar 8,2 m; dalam (D) sebesar 73,5 cm dan lebar (B) sebesar 111,6 cm. Bahan baku utama pembuatan fiberglass yaitu resin, katalis, talk, erosil, met, roving dan kayu sebagai penguat rangka (gading-gading). Perahu yang diproduksi mengikuti desain perahu dari Cilacap. Proses pembuatan perahu fiberglass masih menggunakan metode sederhana yaitu hand lay up dengan urutan pengerjaan yaitu pelapisan gelcoat -> met -> roving -> met dan terakhir dilakukan pelapisan gelcoat kembali. Secara umum perahu fiberglass yang diproduksi sesuai dengan kapal-kapal yang beroperasi di Indonesia, mulai dari nilai rasio dimensi utama sampai nilai parameter hidrostatisnya. Selain itu, perahu Kahuripan Nusantara juga tergolong mempunyai kestabilan yang cukup baik.Kata kunci: desain perahu, fiberglass, general arrangement, lines plan, parameter hidrostatis
KEBIJAKAN INTERNASIONALMENGENAI KESELAMATAN NELAYAN Fis Purwangka; Sugeng Hari Wisudo; Budhi Hascaryo Iskandar; John Haluan
Buletin PSP Vol. 21 No. 1 (2013): Buletin PSP
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kapal ikan, alat tangkap ikan dan nelayan merupakan tiga faktor yang mendukung keberhasilan suatu operasi penangkapan ikan. Aktivitas menangkap ikan, terutama di laut merupakan kegiatan yang beresiko tinggi. Faktor keselamatan kapal maupun nelayan merupakan hal yang utama untuk menunjang kesuksesan suatu operasi penangkapan. Menurut IMO, 80% dari kecelakaan, disebabkan oleh kesalahan manusia (human error) dan sebagian besar kesalahan ini dapat dihubungkan dengan kekurangan manajemen yang menciptakan pra-kondisi untuk terjadinya kecelakaan. Kebijakan internasional dibuat berdasarkan persetujuan dan kesepakatan bersama negara-negara anggota yang tergabung didalamnya, sehingga menjadi kewajiban untuk setiap negara anggota melaksanakannya. Telaah yang dilakukan pada penelitian ini adalah mengidentifiksi kebijakan internasional yang berhubungan dengan keselamatan nelayan. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Data tersebut diperoleh dengan cara studi pustaka, yaitu melakukan pengumpulan data pustaka atau telaah dokumen berupa aturan yang terkait dengan materi penelitian. Dokumen tersebut didapatkan dari lembaga internasional yang terkait, antara lain IMO, ILO dan FAO yang mempunyai kepentingan pada keselamatan nelayan, serta penelusuran melalui situs-situs internet yang terkait. Saat ini, pada tingkat internasional, telah ada lembaga atau organisasi internasional yang mengatur tentang keselamatan pelayaran. Keselamatan pelayaran yang dimaksud oleh lembaga tersebut mencakup keselamatan nelayan dan kapal ikan yang digunakan. Lembaga yang dimaksud adalah IMO, ILO dan FAO.  Setiap lembaga yang terlibat, mempunyai batasan-batasan sesuai dengan cakupan organisasi masing-masing.Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan, secara jelas telah mengatur tentang keselamatan nelayan dan kapal ikan, sedangkan implementasi yang dilakukan pada negara-negara anggotanya tersebut masih kurang. Kebijakan internasional yang ada belum dapat diimplementasikan sebelum dilakukan kesepakatan pada regional tersebut.Kata kunci: kebijakan keselamatan, keselamatan nelayan
DESAIN DAN KONSTRUKSI PERAHU KATAMARAN FIBERGLASS UNTUK WISATA PANCING Dwi Putra Yuwandana; Fish Purwangka; Budhi Hascaryo Iskandar
Buletin PSP Vol. 21 No. 1 (2013): Buletin PSP
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bahan baku kayu pembuat perahu/kapal semakin langka dan mahal. Informasi tentang cara pembuatan perahu berbahan dasar fiberglass pun masih sangat sedikit yang dipublikasikan dalam bentuk karya ilmiah. Penelitian yang dilaksanakan pada bulan Maret-Juli 2012 ini memberikan alternatif solusi untuk kedua permasalahan tersebut melalui proses desain dan konstruksi perahu katamaran fiberglass berdasarkan rujukan BKI. Pengolahan data dilakukan dengan metode numeric berupa formula-formula naval architecture untuk mendapatkan nilai parameter hidrostatis dari kapal yang diteliti. Analisis data dilakukan dengan membandingkan nilai rasio dimensi kapal. Pembuatan perahu katamaran fiberglass diawali dengan pembuatan desain perahu, pembuatan model perahu, pembuatan cetakan perahu dan pembuatan perahu. Desain perahu katamaran yang dibuat memiliki dimensi utama sebagai berikut: panjang (LOA), lebar (B), dalam (D) dan jarak antar lambung secara berurutan yaitu: 4 meter; 1,9 meter; 0,55 meter dan 1 meter. Adapun kelengkapan perahu katamaran ini antara lain: kursi, tempat umpan, mesin, palka, tempat alat pancing, tempat accu, lampu, tempat peralatan dan ruang reserve buoyancy. Konstruksi perahu katamaran ini dilengkapi dengan gading-gading dan galar sebagai penunjang kekuatan melintang dan memanjang dari perahu. Cadangan daya apung/reserve buoyancy didesain pada perahu ini untuk memperkecil resiko tenggelam.Kata kunci: perahu, katamaran, fiberglass
PEMETAAN DISTRIBUSI DAN KELIMPAHAN IKAN DI PERAIRAN KALIMANTAN SELATAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI AKUSTIK Adi Purwandana; Fis Purwangka; . Fahmi
Buletin PSP Vol. 21 No. 2 (2013): Buletin PSP
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (825.071 KB)

Abstract

Perairan Kalimantan Selatan merupakan wilayah strategis yang berbatasan dengan perairan laut dalam, Selat Makassar dan laut Banda. Penelitian akustik perikanan dilakukan dengan menggunakan echosounder EK500 berfrekuensi 38 kHz pada bulan Nopember 2010. Hasil menunjukkan bahwa kelimpahan akustik perikanan yang direpresentasikan dengan nilai hambur rata-rata SA tertinggi berada di sebelah selatan Pulau Matasiri, dan menurun menuju perairan pesisir Kalimantan Selatan. Tingginya kelimpahan ikan di sebelah selatan Pulau Matasiri ini diduga berkaitan dengan lokasinya yang berbatasan dengan laut terbuka, dimana merupakan batas (front) pertemuan massa air Selat Makassar, Laut Jawa, serta Sungai Barito; dimana aliran massa air yang membawa nutrien tinggi di’segarkan dengan massa air laut dalam. Dugaan panjang ikan di perairan Kalimantan Selatan berada pada kisaran 3,9 hingga 18,6 cm atau berada dalam rentang kuat pantul (target strength) -60,0 hingga -46,5 dB. Presentase kehadiran ikan-ikan berukuran besar (>-57,0 dB) terpantau berada di selatan Pulau Matasiri dan dekat muara Barito, sedangkan ikan berukuran kecil (<-57,0 dB) berada di utara dan barat Pulau Matasiri. Diperoleh juga kesesuaian kelimpahan ikan dengan periodisasi pasang-surut.
INTENSITAS KERJA PENGAWAS PERIKANAN PADA AKTIVITAS PATROLI LAUT PENGAWASAN SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN DI JAKARTA Singgih Prihadi Aji; Budi Hascaryo Iskandar; Fis Purwangka
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol 7 No 2 (2016): NOVEMBER 2016
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (635.353 KB) | DOI: 10.24319/jtpk.7.163-178

Abstract

FAO (2010) mentioned that fishing is one of the most dangerous jobs in the world. Surveillance against fishing in the sea is part of the management of fisheries is also the one job that has the potential of high danger. The number of accidents was compiled by the National Disaster Mitigation Agency (BNPB) of Indonesia between the years 2011- 2014 i.e. 80 events that comprise the crash land, sea and air. Than 80 accidents, as many as 55 events is an accident at sea involving ship of various types which include commerce ship, cargo ship, fishing boats, ship/boat belonging to the government and other vessels. It is important to study the safety of the ship’s crew to know the hazard and risk in each element involved in the surveillance patrol SDKP at sea. The purpose of this research is to identify activities and know the intensity of the fisheries inspector work on marine and fisheries patrols by using speedboat which can potentially cause the occurrence of accidents at sea. The method of this research is a descriptive numeric. Data analyzed by identifying the activity with the Hierarchical Task Analysis (HTA). The result showed that the sea surveillance patrol SDKP activity at sea is 5 stages with a total of 84 activities. The number of the crew of the patrol ship as many as 12 people with the biggest responsibility is fisheries surveillance. The intensity of the total work on sea surveillance patrol SDKP namely 244 OA (people activity), which mean that in carrying out supervisory patrol SDKP from the early stages up to the end of the work requires effort of cruise activity and surveillance at sea is a sea patrol sub goal of the SDKP supervision has the potential risk of an accident the greatest work due to the high work intensity.
INSTALASI PERMESINAN PADA KAPAL PSP 01 Anjaya Purwa Wiyastra; Mulyono S. Baskoro; Fis Purwangka
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol 3 No 1 (2012): MEI 2012
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (403.623 KB) | DOI: 10.24319/jtpk.3.35-43

Abstract

PSP 01 boat is an accustomed boat and also fishing vessels that owned by the Department of Fisheries Resource Utilization (PSP), Faculty of Fisheries and Marine Sciences (FPIK), IPB. These ships use an inboard propulsion four stroke diesel engine from Mitsubishi Canter truck with type 4D30-C. This study aims to describe the modifications to the installation of ship machinery at the PSP 01 boat and describe the suitability of its machinery installation guidelines refer to the FAO in 2009 on the Safety Guide for Small Fishing Boats. These study approach by using case study method in which observation and data collection that includes modifications to the installation of ship machinery PSP 01 and compliance with the FAO guidelines on Safety Guide for Small Fishing Boats. The results obtained that the PSP 01 engine already modified on the ignition system, fuel system, lubrication system, transmission system, and engine cooling system. Based on FAO guidelines in 2009 on the Safety Guide for Small Fishing boats, installation of machinery on PSP 01 boat in bilge pump fullfilled 58.33%, fuel system fulfilled 52.63%, the combustion gas exhaust system met 33.33%, the engine room vents are met 0%, range 85.71% met the electrical installation, battery installation are met 100%, daily checks before turning on the engine are met 75%, daily checks after turning on the engine are met 100%, the examination of every fourteen days are met 20%, and the examination of every 100 -150 hours of engine operation are fulfilled 0%. Based on FAO guidelines in 2009 on the Safety Guide for Small Fishing Boats, installation of Machinery on PSP 01 Boat on a whole scale are fulfilled 47,65%.
POTENSI KECELAKAAN KERJA PADA PERIKANAN BAGAN APUNG DI PPN PALABUHANRATU, JAWA BARAT Muhamad Rizki Riantoro; Budhi Hascaryo Iskandar; Fis Purwangka
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol 8 No 2 (2017): NOVEMBER 2017
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (627.528 KB) | DOI: 10.24319/jtpk.8.221-236

Abstract

Fokus perhatian pada penelitian ini adalah aktivitas perikanan bagan di atas kapal angkutnya. Aktivitas pada kapal angkut inilah yang paling banyak memiliki potensi risiko berbahaya. Kecilnya area pada kapal angkut, dengan jumlah penumpang yang banyak dan ditambah dengan berat jumlah barang yang diangkut tersebut dapat menyebabkan peluang kecelakaan yang tinggi. Kondisi tersebut juga diperparah dengan situasi di atas kapal angkut yang tidak terdapat seorang penumpang pun yang menggunakan alat keselamatan dan APD (Alat Perlindungan Diri), dan juga tidak tersedianya alatalat tersebut di dalam kapal. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi risiko kerja pada kegiatan perikanan bagan apung, dan mengidentifikasi pengetahuan nelayan bagan apung terhadap keselamatan kerja.. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus pada potensi kecelakaan kerja di kapal angkut dan bagan apung di Palabuhanratu. Data primer didapatkan dari hasil pengamatan langsung dan wawancara terhadap beberapa pihak terkait dengan keselamatan kerja nelayan. Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber seperti literatur, dokumen serta arsip yang ada pada instansi terkait. Pengolahan data dilakukan dengan analisis keselamatan kerja (Job Safety Analysis/JSA). Hasil penelitian ini menunjukkan, (1) berdasarkan JSA diperoleh bahwa risiko yang timbul terbagi dalam 3 kategori yakni kategori tidak parah (88%), parah (12%) dan sangat parah (0%); (2) nelayan bagan memiliki pengetahuan yang dikategorikan cukup baik mengenai keselamatan kerja dan prosedur kerja di kapal.
ASURANSI KERANGKA KAPAL PERIKANAN SEBAGAI STRATEGI MANAJEMEN RISIKO (STUDI KASUS: PERUSAHAAN UMUM PERIKANAN INDONESIA) Bunga Mega Aprilia; Fis Purwangka; Akhmad Solihin
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol 10 No 2 (2019): NOVEMBER 2019
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2662.772 KB) | DOI: 10.24319/jtpk.10.217-231

Abstract

Fishing vessel operational activities have a high risk of accidents, those causing losses to the ship owner. The government has required fishing vessel frame insurance to the ship owner through a mandatory circular for the removal of the ship's framework and/or compensation protection. This study aims to describe the rules of ship insurance in Indonesia with a normative juridical law. Next, identify fishing vessel requirements for submission of insurance with a descriptive analysis and find out the gap in the implementation of fishing vessel frame insurance at Perum Perindo and provide recommendations for implementation with gap analysis. The results of this study, it is known that the rules regarding fishing vessel frame insurance contained in Law No. 17/2008 (Article 203), PP No. 5/2010 (Article 119), and PermenHub No. 71/2013 (Article 18). Required insurance requirements are grosse akta, surat ukur, and pas besar. The implementation gap for fishing vessel frame insurance at Perum Perindo is 40%. Recommendations for implementing insurance are suggested that the ship owner completes the document of ownership of the ship which is the insurance requirement and the preparation of funds to pay premiums to third parties.
PERBEKALAN MELAUT PADA UNIT PENANGKAPAN BOUKE AMI DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA MUARA ANGKE JAKARTA Fidratul Ikhsan; Julia Eka Astarini; Fis Purwangka
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol 11 No 2 (2020): NOVEMBER 2020
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3010.954 KB) | DOI: 10.24319/jtpk.11.151-165

Abstract

Penyediaan perbekalan melaut merupakan salah satu aktivitas ekonomi yang penting dalam menentukan usaha penangkapan ikan dan pengolahan hasil tangkapan terutama pada kapal yang melaut dalam waktu yang relatif lama. Kapal yang melaut pada waktu yang lama sering mengalami kekurangan perbekalan, sehingga mempengaruhi kegiatan penangkapan bahkan hasil tangkapan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2020 yang bertempat di Pelabuhan Perikanan Nusantara Muara Angke, Kota Jakarta, Provinsi DKI Jakarta yang bertujuan untuk mengidentifikasi jenis kebutuhan perbekalan pada unit penangkapan bouke ami, menghitung jumlah aktual kebutuhan perbekalan pada unit penangkapan bouke ami dan menentukan sistem penanganan perbekalan pada unit penangkapan bouke ami. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode survei dengan teknik wawancara dan kuesioner. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Data yang didapatkan dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kebutuhan perbekalan pada unit penangkapan bouke ami yaitu, solar, oli, minyak, air bersih, beras, gula pasir, wortel, kol, labu, teh, kopi, mie instant, obat-obatan, gas, dan rokok. Jumlah aktual kebutuhan perbekalan unit penangkapan bouke ami disebabkan oleh faktor jumlah ABK, ukuran GT kapal, daerah penangkapan ikan, dan lama melaut. Sistem penanganan masing-masing perbekalan beras, sayuran, mie instan disimpan di palka berpendingin agar tidak mudah busuk, sedangkan oli, solar diletakkan di belakang kapal, dan obat-obatan, gula, kopi, dan rokok diletakkan di kamar nakhoda.
PENENTUAN WARNA DAN INTENSITAS LAMPU LIGHT EMIITTING DIODE (LED) YANG OPTIMUM PADA PENANGKAPAN IKAN SELAR KUNING (SELAROIDES LEPTOLEPIS) UNTUK PERIKANAN BAGAN TANCAP Adi Susanto; Mulyono S. Baskoro; Sugeng Hari Wisudo; Mochammad Riyanto; Fis Purwangka
Marine Fisheries : Journal of Marine Fisheries Technology and Management Vol. 9 No. 2 (2018): Marine Fisheries: Jurnal Teknologi dan Manajemen Perikanan Laut
Publisher : Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (777.959 KB) | DOI: 10.29244/jmf.9.2.145-155

Abstract

ABSTRACTFishing activity using light emitting diode (LED) on a fixed lift net in Banten Bay is equipped using blue and white LED as its attractor. The colour and intensity of the lighting affects the successful capture of the lift nets. The colour selection is influenced by the interaction of the fish as the target. The objective of this study is to determine the optimum colour and intensity for Yellowstripe Scad (Selaroides leptolepis) based on their behavioural response and light adaptation to different colours of green and white at three different intensities which are low (1.53 x 10-5 – 2.42 x 10-5 W/cm²), medium (5.39 x 10-5 – 7.60 x 10-5 W/cm²), and high (9.03 x 10-5 – 9.42 x 10-5 W/cm²). The behavioural response of the fish was conducted using a tank experiment to measure the preferences zone, the nearest neighbour distance (NND), and behavioural response pattern for different colours and light intensity.  Histological approach for each experimental light colour and intensity was used to investigate the retinal adaptations. The results showed that the schooling position of fish was dominant found in the bright zone (67%) for all colours and intensities. The average NND showed the tendency to gradually decrease with the increased light intensity. While, the cell cone index and swimming speed of fish were slightly increased with increasing intensity. The highest light adaptation was found in white LED at high intensity about 97.52%. The schooling pattern in the green LED indicated that the fish gradually swam closely and stable regularly to the neighbour with increasing light intensity. However, the fish swam widely and randomly in accordance to the increased white LED intensity. This information suggests that the green LED may be regarded as an excellent fishing light to control the behaviour in order to harvest the yellow stripe scad in lift net fishing.Keywords: colour, lift net, light, yellowstripe scad ABSTRAKEfisiensi aktivitas penangkapan ikan dengan menggunakan bagan tancap sangat ditentukan oleh penggunaan cahaya sebagai atraktornya. Ketepatan warna dan intensitas cahaya sangat menentukan keberhasilan operasional bagan tancap.  Penetapan warna dan intensitas cahaya yang tepat sangat dipengaruhi oleh respon yang dihasilkan oleh ikan target. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menentukan warna dan intensitas cahaya lampu LED yang optimum untuk penangkapan ikan selar (Selaroides leptolepis) berdasarkan respons tingkah laku dan adaptasinya terhadap warna dan intensitas cahaya yang berbeda. Penelitian dilakukan secara eksperimental di perairan Teluk Banten dengan target penangkapan adalah ikan selar (Selaroides leptolepis). Penelitian dilakukan dengan menggunakan dua kelompok perlakuan yaitu warna dan intensitas cahaya. Perlakuan warna adalah dengan menggunakan lampu LED berwarna hijau dan putih. Adapun perlakuan intensitas cahaya adalah dengan menggunakan tiga intensitas cahaya yaitu intensitas rendah 1,53 x 10-5 – 2,42 x 10-5 W/cm²; sedang 5,39 x 10-5 – 7,60 x 10-5 W/cm²; tinggi 9,03 x 10-5 – 9,42 x 10-5 W/cm². Penelitian dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap respon ikan target dari famili Engraulidae dan Carangidae. Pengamatan respons tingkah laku dilakukan pada bak pengamatan untuk menentukan zona preferensi, nearest neighbor distance (NND) dan pola tingkah laku ikan terhadap warna dan intensitas berbeda. Adaptasi retina dianalisis secara histologi berdasarkan warna dan intensitas yang berbeda. Berdasarkan hasil penelitian posisi schooling ikan dominan berada pada zona terang (67%) pada seluruh warna dan intensitas lampu LED. Nilai NND cenderung turun seiring dengan peningkatan intensitas cahaya, sedangkan indeks kon dan kecepatan renang semakin tinggi dengan penambahan intensitas cahaya yang diberikan. Nilai adaptasi tertinggi diperoleh pada penggunaan lampu LED putih dengan intensitas tinggi sebesar 97,52%. Pola tingkah laku ikan pada LED hijau semakin teratur dengan jarak semakin dekat seiring meningkatnya intensitas. Namun pola renang ikan cenderung acak dan semakin jauh pada LED putih. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa LED hijau lebih optimum untuk digunakan sebagai lampu pengumpul, pengkonsentrasi dan hauling pada penangkapan ikan selar dengan bagan tancap.Kata kunci: bagan, cahaya, warna, ikan selar (Selaroides leptolepis)
Co-Authors . Fahmi Achmad Bagus Solehudin Achmad Tan'im Makky Gemilang Adi Adi Guna santara, Adi Adi Guna Santara Adi Guna Santara, Adi Guna Adi Purwandana Adi Purwandana Adi Susanto Adi Susanto Adi Susanto Agustian, Yoppie Akhmad Solihin Al Hafidz Maulana Aldanita, Ega Alfin Yuwana Putra Alhusna, Indra Sundara Alifah Fidela Andhika Prima Prasetyo Andri Prastyo Andri Pratama Anggraini Cahyaningtias Anjaya Purwa Wiyastra Ari Purbayanto Asriani, Ayu Ayu Asriani Bastian Putrayadi Silalahi Berbudi Wibowo Budhi H. Iskandar Budhi H. Iskandar Budhi Hascaryo Budhi Hascaryo Iskandar Budi Hascaryo Iskandar Budiman, M. Syarif Budiman, Muhamad Syarif Budiman, Muhammad Syarif Budy Wiryawan Bunga Mega Aprilia Daisy Rahma Rizal Darmawan Deni Achmad Soeboer Deta Oryzae Saputra Dewa Made Juli Santika Didit Eko Setiawan Dinda Ayu Lestari Domu Simbolon Dudi Firmansyah Dwi Putra Yuwandana Dwi Putra Yuwandana Efendi Yusuf Firmansyah Yulianto Eko Sulkhani Yulianto Elvanri Anggi Widianti Ende Kasma Erlin Nur Yustikaningsih Ernani Lubis Erwiantono Etika Ariyanti Hidayat Exist Saraswati Fahmi Fahmi Fidratul Ikhsan Firman Maulana, Firman Fuah, Ricky Winrison Furqan . Gondo Puspito Hamba Ainul Mubarok Hani Dwi Wijayanti Hutagalung, Bronx Andar Ignatius Viktor Deornay Ilham Sudrajat Indah Ainun Firdaus Ismajaya . Izza Mahdiana Apriliani Januar, Januar John Haluan John Haluan Jonh Haluan Jonson Lumban Julia Eka Astarini Khobir, Muhammad Latiful M Syarif Budiman M. Fedi A Sondita M. Riyanto Mahdi Amin Marbun, Ahmad Sadiqi Meilinda, Desi Mochammad Riyanto Mohammad Imron Mugi Nurhayati Muhamad Fahariman Yudiardi Muhamad Rizki Riantoro Muhammad Arif Muhammad Fatih Khairi Muhammad Fedi Alfiadi Sondita Muhammad Hafizh Adinugorho Muhammad Imron Muhammad Iqbal Muhammad Nur Iqbal Muhammad Romli dan Suprihatin Andes Ismayana Muhammad Setiawan Mulyono S. Baskoro Muna, Zakyatul Mustaruddin Namira Septiani Novita Virlydianty Nugraha, Ridwan Maulana Nur Atika Hasibuan Nuranisah, Reghina Yasmine Nurhayati, Mugi Nurtsani Liliana Nurul Faizatil Jannah Permana, Arik Pratama, Agung Budi Prayudha, Daffa Prihatin Ika Wahyuningrum Prori Vitaliano Latief Ramadhan, Muhammad Haykal Ressa S Syahlevi Resti Sir Hartini Retno Muninggar Reza Akhmad Syahbana Ridwan Maulana Nugraha Riris Nurkayah Ronny I. Wahju Roza Yusfiandayani Ryan Suryadi Putra Sakina, Nymas Sidratus Saputra, Deta Oryzae Saraswati, Exist Sayyid Sabiq Singgih Prihadi Aji Singgih Prihadi Aji Sudirman Aditia Nugraha Sugeng H. Wisudo Sugeng Hari Wisudo Sugertiani Sulaeman Martasuganda Sulaeman Martasuganda Sunedi Sunedi Suparman Sasmita Tiaraningtyas, Dyah Ayu Tigor Wahyudi Tri Wiji Nurani Vita Rumanti Wasir Mawardi Wazir Mawardi Widianti, Elvanri Anggi Widuri Putri Branenda Yadudin . Yohanes DBR Minggo Yopi Novita Zulkarnain Zulkarnain Zulkarnain . Zulkarnain Zulkarnain Zulkarnain Zulkarnain