Claim Missing Document
Check
Articles

Penilaian Vessel Requirement Dalam Rangka Rencana Ratifikasi Cape Town Agreement Tahun 2012 Ridwan Maulana Nugraha; Fis Purwangka; Budhi Hascaryo Iskandar
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) Vol 5, No 1 (2021): JFMR VOL 5 NO.1
Publisher : JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jfmr.2021.005.01.1

Abstract

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan ilmu yang berperan dalam mengurangi tingkat risiko dari suatu pekerjaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi terkini untuk keberadaan peralatan penunjang keselamataan kerja pada kapal purse seine dengan panjang 24 m sampai 45 m di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta (PPSNZJ) terhadap standar ketentuan peralatan dalam regulasi Cape Town Agreement tahun 2012 dan memberikan rekomendasi untuk pemenuhan standar sesuai ketentuan dalam Cape Town Agreement tahun 2012. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan observasi langsung dan wawancara kepada pemilik dan nahkoda kapal purse seine. Data hasil observasi dan wawancara berupa kondisi peralatan penunjang keselamatan kerja pada kapal purse seine  dengan panjang 24 m sampai 45 m. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketentuan yang dapat terpenuhi hanya ketentuan terkait radio komunikasi dengan tingkat pemenuhan 100%. Sedangkan ketentuan yang tidak terpenuhi yaitu terkait line throwing appliances, distress signal, radar transponder dan retro reflective materials. Tingkat implementasi peralatan penunjang keselamatan kerja dengan standar ketentuan dalam regulasi Cape Town Agreement tahun 2012 hanya sebesar 0,31%. Pemenuhan terhadap standar yang tertera dalam Cape Town Agreement tahun 2012 bab 7 bagian B mengenai peralatan penunjang keselamatan kerja di atas kapal perlu dilakukan untuk menurunkan potensi terjadinya kecelakaan di laut dan meningkatkan keselamatan jiwa dan harta benda.
ANALISIS HAMBATAN GESEK KAPAL MODIFIKASI DARI KAPAL JARING INSANG MENJADI KAPAL PANCING TONDA DI PALABUHANRATU (Evaluation of Ship Resistance from the Modification of Gillnets Vessel Into Troll Lines Vessel in Palabuhanratu) Muhammad Nur Iqbal; Mohammad Imron; Fis Purwangka
Saintek Perikanan : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology Vol 16, No 1 (2020): SAINTEK PERIKANAN
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (955.074 KB) | DOI: 10.14710/ijfst.16.1.22-30

Abstract

Transformasi alat tangkap jaring insang ke pancing tonda adalah upaya untuk meningkatkan hasil tangkapan. Pergeseran alat tangkap ikan telah menyebabkan perubahan dalam metode penangkapan ikan, dan mempengaruhi pergerakan kapal. Saat ini nelayan memodifikasi bagian badan kapal, pemasangan mesin yang belum memasukkan standar perhitungan dalam pembangunannya. Penelitian ini bertujuan adalah untuk mengidentifikasi kemampuan mesin kapal saat beroperasi, dilihat dari hambatan gesek dan tenaga mesin kapal. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling. Data diambil menggunakan metode observasi langsung, pengukuran dimensi utama kapal, wawancara ke Nahkoda “KM Untukmu" dan studi pustaka. Data-data tersebut dianalisa dengan menggunakan metode Holtrop untuk mencari nilai hambatan gesekan kapal, metode Telfer untuk mengubah nilai resistensi menjadi nilai gaya propulsi dan metode Nomura dan Yamazaki untuk mencari nilai Brake Horse Power (BHP). Dimensi utama kapal yang diukur adalah tinggi (D), lebar (B), panjang garis air (lwl) dan draft (d). Hasil studi menyimpulkan bahwa, mesin utama “KM Untukmu” memenuhi persyaratan kecepatan yang dibutuhkan untuk melakukan operasi penangkapan ikan, yaitu 4-8 knot dan tinggi draft 1 meter dengan nilai hambatan gesek 257,96-920,64 Newton (N m/s) dan dengan nilai HP yang dibutuhkan berkisar 2,155-23,48 HP. Mesin utama “KM Untukmu" telah memenuhi kebutuhan yang diperlukan untuk melakukan operasi pancing tonda dan mampu bergerak hingga kecepatan 11,12-12,92 knot. Transforming gill nets into troll line rods is an attempt to increase the number of catches. The shift of fishing gear has caused changes in fishing methods, this has affected the ship movements. Now fishermen are modifying ship’s body parts, machinery installation, and its main engine even though they didn’t include shipping calculation standard in its construction. This study objectives are identifying ship's engine performance during fishing operation, which seen from friction resistance and ship’s engine thrust. Data collection method used is direct sampling. Data taken using direct observation method, i.e. of the ship’s main dimensions measurements, Chief of “KM Untukmu” interviews and literature studies. Data analyzed using Holtrop method in order to find ship friction resistance value, and Nomura and Yamazaki method to calculate Brake Horse Power (BHP) value. Ship main dimensions measured are depth (D), breadth (B), length of water line (lwl) and draft (d). Study shows that KM Untukmu’s main engine meets speed requirements needed to carry out fishing operations, namely 4-8 knots and one meters draft height with friction resistance value of 257.96 – 920.64 Newton (N m/s) with HP value needed around 2.15 – 23.48 HP. “KM Untukmu” main engine has fulfilled troll line operation requirements and is capable in moving up the speeds up to 11.12 – 12.92 knots.
RISIKO DAN MITIGASI TRANSPORTASI BENIH SIDAT (GLASS EEL), (STUDI KASUS DI PALABUHANRATU, JAWA BARAT) (Risks and Mitigation of Glass eel Transport (Case Study in Palabuhanratu, West Java)) Al Hafidz Maulana; Fis Purwangka; Budhi Hascaryo Iskandar
Saintek Perikanan : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology Vol 16, No 4 (2020): SAINTEK PERIKANAN
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ijfst.16.4.300-307

Abstract

Penangkapan benih sidat (glass eel) untuk kegiatan budidaya dilakukan oleh nelayan menggunakan seser dan kemudian dijual ke pengumpul. Pengumpul mengumpulkan glass eel dari beberapa nelayan dan mendistribusikannya ke tempat pembudidayaan. Banyak glass eel yang mati pada saat ditransportasikan oleh nelayan dan pengumpul. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses transportasi glass eel, moda transportasinya, dan parameter kualitas air pada saat ditransportasikan dari nelayan sampai ke kolam pembesaran serta mengidentifikasi risiko dan menentukan mitigasi transportasi glass eel. Metode dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara kepada nelayan dan pengumpul mengenai aktifitasnya dan parameter kualitas air yang digunakan. Analisis yang digunakan berupa analisis deskriptif, analisis komparatif, dan analisis risiko dan mitigasi menggunakan metode HIRAC. Hasil penelitian menunjukan bahwa proses transportasi glass eel berawal dari nelayan ke pengumpul. Pengumpul mengumpulkan hasil tangkapan untuk selanjutnya ditransportasikan ke kolam pembesaran. Pentransportasian glass eel dimasukkan ke wadah kantong plastik dan atau cool  box dengan suhu 170C- 290C menggunakan sepeda motor, Salinitas 1ppt- 3ppt, dan kadar DO 6,3mg/L- 7mg/L. Proses transportasi glass eel memiliki risiko yang menyebabkan glass eel stress dan mati. Risiko tersebut dapat dimitigasi menggunakan pengendalian administratif (berupa peringatan kepada nelayan untuk bekerja dengan hati-hati, pemeriksaan secara berkala terhadap kondisi parameter air, kondisi cool box, kondisi kantong plastik (PE)), substitusi (penggantian cool box dan kantong plastik (PE) yang sudah dalam kondisi rusak, mengganti plastik yang lebih tebal, atau merangkap penggunaan plastik), dan rekayasa engineering (penggunaan aerasi dan chiller untuk menjaga kadar DO dan suhu air). Glass eel fishing for nursery and culture purposes is carried out by fishermen using seser and then sold to collectors. The collectors collected glass eels from several fishermen and distributed them to culturing site. Many glass eels die when transported by fishermen and collectors. This study objectives were describing glass eel transportation process, its transportation modes, and water quality parameters when transported from fishermen to raising pond and identify risks and determine glass eel transportation mitigation. The method used in this study were observation and interviews with fishermen and collectors, regarding their activities along with water quality parameters used. The analysis used are descriptive analysis, comparative analysis, and risk and mitigation analysis using the HIRAC method. The results of research show that process of transporting glass eels started from fishermen to collectors. Collectors collect catches to be transported to raising pond. Glass eel transport carried out using plastic bags and/or cool boxes with temperature of 170C- 290C use the motorcycle, Salinity 1ppt-3ppt, and DO levels 6,3 mg / L-7,0 mg / L. Glass eel transportation process risking glass eel experiencing stress and die. These risks can be mitigated using administrative control (in the form of a warning to fishermen to work carefully, periodic checks on water parameter conditions, cool box conditions, plastic bag conditions (PE)), substitution (replacing cool boxes and plastic bags (PE) that are already in damaged condition, replacing thicker plastics, or using plastic), and engineering   modification (use of aeration and chiller to maintain DO levels and water temperature).
IDENTIFIKASI KESELAMATAN KERJA KEGIATAN BONGKAR MUAT KAPAL PURSE SEINE DI MUNCAR, BANYUWANGI (An Occuputional Safety Identification of Purse Seiner Loading and Unloading Services in Muncar, Banyuwangi) Dinda Ayu Lestari; Fis Purwangka; Budhi Hascaryo Iskandar
Saintek Perikanan : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology Vol 13, No 1 (2017): SAINTEK PERIKANAN
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (797.826 KB) | DOI: 10.14710/ijfst.13.1.31-37

Abstract

 Kegiatan bongkar muat kapal purse seine merupakan kegiatan yang melibatkan banyak orang dan aktivitas. Peluang kecelakaan kerja pada kondisi tersebut dapat terjadi pada setiap tahap aktivitas bongkar muat. Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan aktivitas kegiatan bongkar muat kapal purse  seine di PPP Muncar dan mengidentifikasi potensi bahaya pada kegiatan bongkar muat di PPP Muncar. Pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus (Sugiono 2010) digunakan untuk mengidentifikasi keselamatan kerja bongkar muat. Analisis deskriptif dengan pendekatan Hierarchical Task Analysis (HTA) dan Job Safety Analysis  (JSA) dilakukan terhadap data observasi langsung di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 52 aktivitas pada kegiatan bongkar muat. Analisis HTA dan JSA menunjukkan dari 52 kegiatan tersebut yang memiliki kategori tidak bahaya sebanyak 3 (6%) kegiatan, ringan 28 (54%) kegiatan, menengah 20 (38%) kegiatan, dan berat 1 (2%) kegiatan serta tidak ada kegiatan yang dikategorikan fatal.  Hasil wawancara menunjukkan bahwa nelayan yang memiliki pengetahuan mengenai keselamatan kerja saat kegiatan bongkar muat yang diambil dari 50 responden yang ada di PPP Muncar adalah: sangat mengerti 8%, mengerti 36%, cukup mengerti 14%, dan yang tidak mengerti 42%. Adapun nelayan yang sadar akan pentingnya keselamatan kerja pada kegiatan bongkar muat adalah 8% dan yang tidak menyadari pentingnya keselamatan kerja sebesar 92%. Hal yang masih perlu diperhatikan adalah belum adanya Prosedur Operasional  Baku (POB) bongkar muat ikan dan perlunya perbaikan fasilitas bongkar muat untuk menekan peluang terjadinya kecelakaan kerja di PPP Muncar., contohnya seperti yang diterapkan di Pelabuhan Tanjung Priok, dimana dikeluarkan Peraturan Kepala Kantor Otoritas Pelabuhan Tanjung P'riok Nomor: UK.112/2/10/0P.TPK.11 Tahun 2011, mengenai Tata Cara Pelayanan Kapal dan Bongkar Muat Barang Di Pelabuhan Tanjung Priok.  Loading and unloading activities of purse seiner involve a lot of people and works. Possibility of accidents on the condition can occur at any stage of loading and unloading activities. The study aimed are to describe the loading and unloading activities of purse seiner in PPP Muncar and to identify potential hazards in the loading and unloading activities in PPP Muncar. The case study method was used in this research. A descriptive analysis using Hierarchical Task Analysis (HTA) and Job Safety Analysis (JSA) were applied as well. The results showed, there were 52 activities in the loading and unloading. Those activities were categorized as activities with no hazard as much as three activities (6%), 28 activities (54%) were categorized as low hazard, 20 activities (38%) were categorized as medium hazard, 1 activity (2%) as highly hazard and no activities were categorized as fatal.  Concerning the knowledge of fishermen toward  occupational safety on loading and unloading activities, taken from 50 respondents, the result showed that very understand (8%), understand (36%), quite understand (14%) and 42% of respondents who do not understand. As for the fishermen who were aware of the importance of workplace safety in loading and unloading activities only 8% and the rest (98%) were not aware of the importance of workplace safety. It was worth to note that the absence of Standard Operational Procedure (SOP) for loading and unloading fish and the need to improve loading and unloading facilities to avoid the chances of  accidents at PPP Muncar.  
KECUKUPAN AKOMODASI KAPAL PURSE SEINE (STUDI KASUS: KM BERKAH MELIMPAH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) (An Adequacy Accommodation of Purse-seiner (A Case Study of KM Berkah Melimpah in Nizam Zachman Jakarta Fishing Port)) Nurul Faizatil Jannah; Fis Purwangka; Budhi Hascaryo Iskandar
Saintek Perikanan : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology Vol 14, No 1 (2018): SAINTEK PERIKANAN
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (348.758 KB) | DOI: 10.14710/ijfst.14.1.52-62

Abstract

Kenyamanan dalam bekerja dipengaruhi oleh lingkungan kerja atau kondisi kerja dan faktor yang berkaitan dengan kerja tersebut. Kondisi kerja berkaitan dengan faktor seperti cahaya, suhu, asap, keamanan, kecelakaan, bising, debu, bau dan hal semacam itu yang mempengaruhi kinerja suatu pekerjaan atau kesejahteraan umum pekerja. Kecukupan akomodasi dan fasilitas nelayan di atas kapal merupakan salah satu upaya dalam keselamatan dan kesehatan kerja. International Labour Organization (ILO) memberikan pedoman terkait akomodasi nelayan di atas kapal. Unit penangkapan purse seine merupakan unit penangkapan ikan paling banyak menggunakan tenaga kerja berkisar 30 sampai 40 orang. Salah satu kapal purse seine yang digunakan sebagai objek penelitian adalah KM Berkah Melimpah berukuran 167 GT. Tujuan dari penelitian ini adalah mengindentifikasi ketersediaan akomodasi KM Berkah Melimpah dan mengidentifikasi kesesuaian akomodasi berdasarkan pedoman Konvensi ILO Nomor 126 Tahun 1966 tentang Accommodation of Crews (Fishermen). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah semi kuantitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengamatan dan pengumpulan data yang diamati meliputi akomodasi apa saja yang ada di KM Berkah Melimpah serta kesesuaiannya terhadap pedoman ILO tentang Accommodation of Crews (Fishermen). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecukupan akomodasi KM Berkah Melimpah pada aspek sistem pengatur suhu di ruang akomodasi terpenuhi sebesar 20%, aspek ventilasi terpenuhi sebesar 57.14%, aspek pencahayaan dalam ruang akomodasi terpenuhi sebesar 83.33%, aspek kamar tidur terpenuhi sebesar 35.42%, aspek sanitasi terpenuhi sebesar 0%, aspek ruang dapur terpenuhi sebesar 50%, dan aspek fasilitas kesehatan terpenuhi sebesar 0%. Secara keseluruhan kesesuaian akomodasi pada KM Berkah Melimpah sebesar 35.13% dikategorikan buruk. Working comfort is influenced by work environment or working conditions and factors related to the work. Working conditions relate to factors such as light, temperature, smoke, safety, accidents, noise, dust, odors and such things that affect a work performance or the general welfare of workers. Accommodation adequacy and fishing facilities on board is one of the efforts in occupational safety and health. The International Labour Organization (ILO) provides guidance regarding fishermen accommodation on board. The purse seine fishing unit is the fishing unit that using most labour in the range of 30 to 40 people. One of the purse seine vessels, KM Berkah Melimpah, was used as the object in this research. The purpose of this study was to identify the availability of KM Berkah Melimpah accommodation and to identify accommodation suitability based on ILO Convention No. 126 of 1966 on Accommodation of Crews (Fishermen). The semi-quantitative method with case study approach was applied in this study. Observations and data collection observed include any accommodation available in KM Berkah Melimpah and their compliance with the ILO guidelines on Accommodation of Crews (Fishermen). The results showed that adequacy of KM Berkah Melimpah accommodation on the temperature regulating system aspect in accommodation room fulfilled by 20%, ventilation aspect fulfilled by 57.14%, lighting aspect in accommodation room fulfilled by 83.33%, bedroom aspect fulfilled by 35.42%, sanitation aspect fulfilled by 0%, kitchen space aspect fulfilled by 50%, and health facilities aspect fulfilled by 0%. Overall accommodation compatibility in this study was to 35.13% categorized as poor..
Keselamatan Kerja di Area Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat Ayu Asriani; Fis Purwangka
Akuatika Indonesia Vol 3, No 1 (2018): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)
Publisher : Direktorat Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Grha. Kandaga (P

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1096.153 KB) | DOI: 10.24198/jaki.v3i1.23383

Abstract

Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu dibagi menjadi dua wilayah yaitu wilayah kerja dan wilayah pengoperasian.  Salah satu faktor yang menunjang keselamatan kerja adalah dengan adanya fasilitas di kedua wilayah tersebut.  Pihak pelabuhan sudah berupaya meningkatkan keselamatan masyarakat dan nelayan.  Tujuan penelitian ini mengidentifikasi area kerja beserta fasilitas pelabuhan yang menunjang keselamatan kerja dan mengidentifikasi pengelolaan keselamatan kerja di area PPN Palabuhanratu Sukabumi Jawa Barat.  Data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder.  Data primer ini diperoleh dengan cara wawancara dan kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh dengan cara penelusuran dokumen (peraturan) mengenai keselamatan kerja di laut pada instansi terkait.  Pengambilan data dilakukan dengan metode purposive sampling terhadap beberapa pihak yang berkepentingan dengan keselamatan kerja nelayan seputar keselamatan kerja.  Fasilitas yang ada di pelabuhan untuk menunjang keselamatan kerja sudah memenuhi sebesar 69% standar yang berlaku sesuai dengan peraturan pemerintah nomor KEP.16/MEN/2006 tentang pelabuhan perikanan, peraturan yang sudah ada untuk menyesuaikan SOP yang berlaku mengenai keselamatan kerja di PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat.  Pihak pengelola PPN Palabuhanratu telah mengacu peraturan pemerintah nomor 20/PERMEN-KP/2009 tentang organisasi dan tata kerja unit pelaksana teknis pelabuhan perikanan.  Struktur organisasi PPN Palabuhanratu Sukabumi Jawa Barat memiliki nilai presentasi sebesar 70.1% dengan kategori sedang dalam upaya peningkatan fasilitas pelabuhan.
Produktivitas dan Pola Musim Penangkapan Tuna Madidihang (Thunnus albacares) di Wilayah Pengelolaan Perikanan 573 Mugi Nurhayati; Sugeng Hari Wisudo; Fis Purwangka
Akuatika Indonesia Vol 3, No 2 (2018): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)
Publisher : Direktorat Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Grha. Kandaga (P

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (792.656 KB) | DOI: 10.24198/jaki.v3i2.23400

Abstract

Tuna madidihang (Thunnus albacares) merupakan salah satu andalan ekspor di Indonesia. Penyebaran tuna hampir berada di seluruh Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP), salah satunya di WPP 573. Tuna madidihang yang didaratkan di Palabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu yang diperoleh dari WPP 573 paling banyak ditangkap menggunakan rawai tuna (tuna long line) dan pancing tonda. Informasi mengenai produktivitas dan pola musim penangkapan ikan khususnya tuna madidihang menjadi penting dilakukan untuk meningkatkan efektifitas yang tinggi dan keuntungan yang optimal. Produktivitas penangkapan tuna madidihang dapat dilihat dari produksi penangkapan (catch) per upaya penangkapan (effort), sedangkan pola musim penangkapan tuna madidihang dapat dilihat dari Indeks Musim Penangkapan (IMP). Produktivitas tuna madidihang dari tahun 2013 sampai 2016 cenderung menurun, hal tersebut perlu diwaspadai karena diduga terjadi over fishing. Indeks musim penangkapan menunjukkan bahwa pada tahun 2013 sampai 2016 terjadi musim puncak penangkapan tuna madidihang pada bulan Januari-Februari dan Mei-Juli. Musim sedang terjadi pada bulan Maret-April dan Agustus-November, sedangkan musim paceklik terjadi pada bulan Desember.
Analisis Risiko Perencanaan Industri Pengolahan Ikan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kutaraja Muhammad Arif; Fis Purwangka; Retno Muninggar
Akuatika Indonesia Vol 5, No 2 (2020): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)
Publisher : Direktorat Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Grha. Kandaga (P

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jaki.v5i2.27635

Abstract

PER.08/MEN/2012 menyatakan bahwa pelabuhan tipe A harus memiliki industri pengolahan ikan dan industri penunjang lainnya. Keberadaan industri tersebut berdampak positif bagi masyarakat sekitar dan juga kepada nelayan, dimana hasil tangkapan nelayan selalu laku terjual dikarenakan adanya industri-industri yang membelinya. Hasil survei awal oleh peneliti didapatkan bahwa pihak pengelola pelabuhan sudah merencanakan pembangunan industri pengolahan ikan namun belum adanya kajian yang membahas terkait analisis risiko. Analisis risiko penting dilakukan untuk menghindari terjadinya kerugian berupa biaya, mutu dan waktu pada perencanaan industri. Dalam upaya untuk menghindari hal tersebut, maka tujuan penelitian ini yaitu menetapkan risiko prioritas dalam perencanaan industri pengolahan ikan di PPS Kutaraja. Metode yang digunakan yaitu House of Risk (HOR) untuk menentukan penyebab risiko yang menjadi prioritas untuk dilakukan tindakan mitigasi berdasarkan nilai Aggregate  Risk Potential (ARP) teringgi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 11 penyebab risiko yang menjadi prioritas tertinggi untuk dilakukan mitigasi. Penyebab risiko tertinggi yaitu ketidakcukupan aliran kas (A13) dengan nilai ARP 423 dan nilai kumulatif ARP 11,22%, sedangkan penyebab risiko pada prioritas terendah yaitu kekurangan sarana dan prasarana produksi (A2) dengan nilai ARP 144 nilai kumulatif ARP 76,93%.
Perbandingan Hasil Tangkapan Ikan Teri (Stolephorus sp.) Menggunakan Bagan dengan Atraktor dan Tanpa Atraktor di Perairan Pangandaran Resti Sir Hartini; Sulaeman Martasuganda; Fis Purwangka
Akuatika Indonesia Vol 6, No 1 (2021): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)
Publisher : Direktorat Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Grha. Kandaga (P

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jaki.v6i1.32371

Abstract

Ikan teri (Stolephorus sp) adalah ikan pelagis kecil yang hidup di permukaan laut dengan cara bergerombol, baik ketika mencari makan atau bepergian. Salah satu alat tangkap yang cukup efektif untuk menangkap ikan teri yaitu bagan tancap. Bagan dioperasikan pada malam hari menggunakan alat bantu pengumpul berupa lampu celup. Penelitian ini bertujuan memaksimalkan hasil tangkapan ikan teri (Stolephorus sp) dengan bagan tancap dan tambahan alat pengumpul berupa atraktor daun kelapa. Atraktor diletakan di luar bagan untuk menarik perhatian ikan yang bermigrasi baik yang hanya singgah, berlindung atau mencari makan. Metode yang digunakan adalah experimental fishing atau uji coba penangkapan pada alat tangkap bagan dengan 2 perlakuan yaitu bagan dengan tambahan atraktor dan bagan tanpa atraktor. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui apakah atraktor pada bagan tancap dapat menambah hasil tangkapan. Penelitian ini dilaksanakan di pantai timur Pangandaran. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan uji statistik Rancangan Acak Lengkap (RAL). Hasil tangkapan selama penelitian menunjukan hasil tangkapan bagan tanpa atraktor sebanyak 245 ekor terdiri atas 6 jenis ikan, sedangkan hasil tangkapan bagan dengan tambahan atraktor sebanyak ±2163 ekor yang terdiri atas 13 jenis dan didominasi ikan teri. Berdasarkan hasil tangkapan kedua bagan menunjukan perbedaan jumlah dan jenis tangkapan yang didominasi oleh bagan dengan tambahan atraktor. Uji statistik RAL menunjukan penambahan atraktor mempengaruhi hasil tangkapan bagan pada penelitian ini. Kata kunci: Atraktor, bagan, ikan teri, Pangandaran
Penggunaan Umpan Cacing Wak-Wak (Xenosiphon sp.) pada Pancing Ulur yang Dioperasikan Siang Hari di Kecamatan Manggar Pulau Belitung Deta Oryzae Saputra; Zulkarnain Zulkarnain; Fis Purwangka; Izza Mahdiana Apriliani
Akuatika Indonesia Vol 3, No 2 (2018): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)
Publisher : Direktorat Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Grha. Kandaga (P

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (564.2 KB) | DOI: 10.24198/jaki.v3i2.23397

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi hasil tangkapan ikan, menganalisis pengaruh umpan wak-wak yang dioperasikan siang hari dengan umpan yang biasa nelayan gunakan di Kecamatan Manggar dan menganalisis pengaruh perbedaan waktu penangkapan perjenis ikan dominan. Penelitian ini menggunakan metode uji coba penangkapan (experimental fishing)  dengan 20 kali ulangan. Komposisi hasil tangkapan terdiri atas 11 jenis ikan dengan jumlah total 272 ekor yang didominasi oleh ikan kuwe kuning (Caranx bartholomei) sebanyak 68 ekor atau 25%, kunyit (Lutjanus vita) sebanyak 39 ekor atau 14,3%, kurisi (Nemipterus hexodon) sebanyak 36 ekor atau 13,2% dan timun (Lutjanus carponotatus) sebanyak 31 ekor atau 11,4%. Perbandingan hasil tangkapan pancing ulur berbeda pada setiap perlakuan. Pancing ulur dengan menggunakan umpan wak-wak memberikan jumlah hasil tangkapan sebanyak 107 ekor atau 39,34%, umpan cumi-cumi sebanyak 83 ekor atau 30,51% dan umpan ikan juwi sebanyak 82 ekor atau 30,15%. Jenis umpan memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah total hasil tangkapan dengan selang kepercayaan 95%.
Co-Authors . Fahmi Achmad Bagus Solehudin Achmad Tan'im Makky Gemilang Adi Adi Guna santara, Adi Adi Guna Santara Adi Guna Santara, Adi Guna Adi Purwandana Adi Purwandana Adi Susanto Adi Susanto Adi Susanto Agustian, Yoppie Akhmad Solihin Al Hafidz Maulana Aldanita, Ega Alfin Yuwana Putra Alhusna, Indra Sundara Alifah Fidela Andhika Prima Prasetyo Andri Prastyo Andri Pratama Anggraini Cahyaningtias Anjaya Purwa Wiyastra Ari Purbayanto Asriani, Ayu Ayu Asriani Bastian Putrayadi Silalahi Berbudi Wibowo Budhi H. Iskandar Budhi H. Iskandar Budhi Hascaryo Budhi Hascaryo Iskandar Budi Hascaryo Iskandar Budiman, M. Syarif Budiman, Muhamad Syarif Budiman, Muhammad Syarif Budy Wiryawan Bunga Mega Aprilia Daisy Rahma Rizal Darmawan Deni Achmad Soeboer Deta Oryzae Saputra Dewa Made Juli Santika Didit Eko Setiawan Dinda Ayu Lestari Domu Simbolon Dudi Firmansyah Dwi Putra Yuwandana Dwi Putra Yuwandana Efendi Yusuf Firmansyah Yulianto Eko Sulkhani Yulianto Elvanri Anggi Widianti Ende Kasma Erlin Nur Yustikaningsih Ernani Lubis Erwiantono Etika Ariyanti Hidayat Exist Saraswati Fahmi Fahmi Fidratul Ikhsan Firman Maulana, Firman Fuah, Ricky Winrison Furqan . Gondo Puspito Hamba Ainul Mubarok Hani Dwi Wijayanti Hutagalung, Bronx Andar Ignatius Viktor Deornay Ilham Sudrajat Indah Ainun Firdaus Ismajaya . Izza Mahdiana Apriliani Januar, Januar John Haluan John Haluan Jonh Haluan Jonson Lumban Julia Eka Astarini Khobir, Muhammad Latiful M Syarif Budiman M. Fedi A Sondita M. Riyanto Mahdi Amin Marbun, Ahmad Sadiqi Meilinda, Desi Mochammad Riyanto Mohammad Imron Mugi Nurhayati Muhamad Fahariman Yudiardi Muhamad Rizki Riantoro Muhammad Arif Muhammad Fatih Khairi Muhammad Fedi Alfiadi Sondita Muhammad Hafizh Adinugorho Muhammad Imron Muhammad Iqbal Muhammad Nur Iqbal Muhammad Romli dan Suprihatin Andes Ismayana Muhammad Setiawan Mulyono S. Baskoro Muna, Zakyatul Mustaruddin Namira Septiani Novita Virlydianty Nugraha, Ridwan Maulana Nur Atika Hasibuan Nuranisah, Reghina Yasmine Nurhayati, Mugi Nurtsani Liliana Nurul Faizatil Jannah Permana, Arik Pratama, Agung Budi Prayudha, Daffa Prihatin Ika Wahyuningrum Prori Vitaliano Latief Ramadhan, Muhammad Haykal Ressa S Syahlevi Resti Sir Hartini Retno Muninggar Reza Akhmad Syahbana Ridwan Maulana Nugraha Riris Nurkayah Ronny I. Wahju Roza Yusfiandayani Ryan Suryadi Putra Sakina, Nymas Sidratus Saputra, Deta Oryzae Saraswati, Exist Sayyid Sabiq Singgih Prihadi Aji Singgih Prihadi Aji Sudirman Aditia Nugraha Sugeng H. Wisudo Sugeng Hari Wisudo Sugertiani Sulaeman Martasuganda Sulaeman Martasuganda Sunedi Sunedi Suparman Sasmita Tiaraningtyas, Dyah Ayu Tigor Wahyudi Tri Wiji Nurani Vita Rumanti Wasir Mawardi Wazir Mawardi Widianti, Elvanri Anggi Widuri Putri Branenda Yadudin . Yohanes DBR Minggo Yopi Novita Zulkarnain Zulkarnain Zulkarnain . Zulkarnain Zulkarnain Zulkarnain Zulkarnain