Claim Missing Document
Check
Articles

Pengaruh fermentasi limbah jeroan ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) terhadap kelimpahan fitoplankton dan sintasan larva kepiting (Scylla serrata) Indra Cahyono; Wayan Kantun; Nursyahran Nursyahran
Agrokompleks Vol 21 No 2 (2021): Agrokompleks Edisi Juli
Publisher : Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51978/japp.v21i2.335

Abstract

Kepiting bakau (Scylla serrata) merupakan salah satu komoditas ikan air laut yang mendapat perhatian besar bagi usaha perikanan, harga jual yang selalu naik dan teknologi budidaya yang sudah berkembang. Namun pembudidaya masih mengalami kendala ketersediaan bibit yang belum kontinyu dan masih sulit mendapatkan kelangsungan hidup yang optimal. Salah satu upaya yang dilakukan adalah penggunaan fermentasi limbah jeroan ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) untuk optimalisasi kelimpahan fitoplankton sebagai pakan alami utama perbenihan kepiting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh limbah jeroan cakalang terhadap kelimpahan fitoplankton dan kelangsungan hidup stadia larva kepiting. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen dengan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 kali ulangan.Wadah larva kepiting diberi air dari fermentasi limbah jeroan cakalang dengan dosis berbeda (5 ppm; 7,5 ppm;10 ppm; dan 0%). Hasil penelitian menunjukkan penggunaan limbah jeroan 10 ppm dapat memberikan hasil kelimpahan fitoplankton 6,09×104 sel/mil dengan kelangsungan hidup larva kepiting sebesar 15%.
Respon Tuna Madidihang (Thunnus albacares) terhadap Umpan dan Kedalaman pada Perikanan Handline di Selat Makassar Wayan Kantun; Achmar Mallawa
Jurnal Perikanan Universitas Gadjah Mada Vol 17, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jfs.9938

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis respon tuna madidihang terhadap jenis umpan yang berbeda dan kedalaman pada perikanan handline dalam meningkatkan hasil tangkapan. Pengambilan datadilakukan mulai bulan Juli-Oktober 2013 di perairan Selat Makassar. Data yang digunakan berupa data primer yakni jenis umpan dan panjang tali pancing ulur. Data primer diperoleh melalui pengamatanlangsung di lapangan. Jenis umpan yang dipergunakan adalah ikan terbang; cumi-cumi, tongkol, dan layang. Kedalaman (panjang tali pancing ulur) yang dipergunakan adalah 30,0; 37,5, 45,0, 52,5 dan 60,0m. Data dianalisis secara deskriptif melalui perbandingan histogram dengan uji t-student dan ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) jenis umpan yang dominan dimakan oleh tuna madidihang selama pengamatan adalah cumi-cumi disusul ikan terbang, ikan layang dan tongkol (2) tuna madidihang ukuran larva (0-40 cm) dominan tertangkap dengan jenis umpan ikan terbang pada kedalaman 30 m; tuna madidihang ukuran juvenil (40-80 cm) dominan tertangkap dengan jenis umpan ikan terbang dan tongkolpada kedalaman 37-45 m; ukuran pradewasa sampai matang gonad (> 80 cm) dominan tertangkap dengan jenis umpan cumi-cumi dan ikan layang pada kedalaman 45-52,5 m dan ukuran layak tangkap(sudah pernah mijah) dominan tertangkap dengan jenis umpan cumi-cumi pada kedalaman ≥ 52,5-60 m. Kesimpulan dari hasil penelitian bahwa umpan terbaik untuk penangkapan tuna madidihang adalahdengan umpan cumi-cumi dan dioperasikan pada kedalaman ≥ 52,5 m merupakan kedalaman yang terbaik untuk memperoleh ukuran layak tangkap.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis respon tuna madidihang terhadap jenis umpan yang berbedadan kedalaman pada perikanan handline dalam meningkatkan hasil tangkapan. Pengambilan datadilakukan mulai bulan Juli-Oktober 2013 di perairan Selat Makassar. Data yang digunakan berupa dataprimer yakni jenis umpan dan panjang tali pancing ulur. Data primer diperoleh melalui pengamatanlangsung di lapangan. Jenis umpan yang dipergunakan adalah ikan terbang; cumi-cumi, tongkol, danlayang. Kedalaman (panjang tali pancing ulur) yang dipergunakan adalah 30,0; 37,5, 45,0, 52,5 dan 60,0m.Data dianalisis secara deskriptif melalui perbandingan histogram dengan uji t-student dan ANOVA. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa (1) jenis umpan yang dominan dimakan oleh tuna madidihang selamapengamatan adalah cumi-cumi disusul ikan terbang, ikan layang dan tongkol (2) tuna madidihang ukuranlarva (0-40 cm) dominan tertangkap dengan jenis umpan ikan terbang pada kedalaman 30 m; tunamadidihang ukuran juvenil (40-80 cm) dominan tertangkap dengan jenis umpan ikan terbang dan tongkolpada kedalaman 37-45 m; ukuran pradewasa sampai matang gonad (> 80 cm) dominan tertangkapdengan jenis umpan cumi-cumi dan ikan layang pada kedalaman 45-52,5 m dan ukuran layak tangkap(sudah pernah mijah) dominan tertangkap dengan jenis umpan cumi-cumi pada kedalaman ≥ 52,5-60m. Kesimpulan dari hasil penelitian bahwa umpan terbaik untuk penangkapan tuna madidihang adalahdengan umpan cumi-cumi dan dioperasikan pada kedalaman ≥ 52,5 m merupakan kedalaman yangterbaik untuk memperoleh ukuran layak tangkap.
Diversifikasi Olahan Produk Perikanan Sebagai Wujud Pemulihan Ekonomi Nasional Di Desa Sampulungan Kabupaten Takalar Indra Cahyono; Nuraeni L. Rapi; Wayan Kantun; Harianti Harianti; Suryawati Salim; Fatahuddin Fatahuddin; Anugerah Saputra
PENGABDI PENGABDI: VOL. 3, NO.2 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/pengabdi.v3i2.40868

Abstract

Abstrak. Mitra Program kedaireka ini adalah adalah Koperasi Serba Usaha TURIN. Masalahnya adalah: (1) diperlukan program diversifikasi yang dapat mendukung pemulihan masyarakat nelayan (2) terkait pengelolahan limbah di desa sampulungan kabupate takalar perlu dilakukan edukasi kepada masyarat. Sasaran eksternal adalah hasil olahan perikanan baik makanan maupun hasil olahan dari limbah dalam bentuk pupuk cair. Metode yang digunakan adalah: ceramah, demonstrasi, diskusi, tanya jawab, dan pendampingan serta pengarahan hingga penjualan produk. Hasil yang dicapai adalah (1) Masyarakat nelayan mampu menghasilkan penghasilan tambahan melalui program diversifikasi produk olahan hasil perikanan berupa aneka kreasi makanan.(2)Masyarakat nelayan mempu mengatasi permasalahan limbah dengan metode pengolahan yang dikembangkan oleh dosen kami yakni Pupuk cair olahan sotong. Kata kunci: Diversifikasi, Olahan hasil perikanan, produk makanan, Produk olahan limbah
Reproductive Biodynamics of Short Mackerel (Rastreliger brachyoma Bleeker, 1851) in the Northern Waters Makassar Strait, Indonesia Wayan Kantun; Ardi Eko Mulyawan; Hadijah Mahyuddin
Jurnal Perikanan Universitas Gadjah Mada Vol 24, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jfs.72728

Abstract

Short mackerel are caught with high intensity by the fisherman and using various fishing gear.  It is feared that this activity could change the reproduction habits of short mackerel in ther habitat. This study aims to analyze the bio-dynamics reproduction of short mackerel, including sex ratio, maturity stage, length at first maturity, length at first spawning, and fecundity. The survey method obtained the sample collection from the fish landing sites. Samples were collected in 1320 samples consisting of 651 females (13.0-16.5 cm) and 669 males (13.3-17.4 cm). The results showed that the sex ratio was balanced (1.00:1.02), the stage of gonad maturity showed from immature gonad to spawning (I to V), and the highest gonad maturity index for males and females were found in July (1.609 and 1.794). The length at first maturity of males and females had occurred when they were 16.51 cm and 16.63 cm, and the length at first spawning for males and females was 17.12 cm and 17.03 cm in size. The fecundity of female mackerel ranges from 30.106 to 58.439 in the northern waters of Makassar Strait. Capturing fish is suggested with a length above the spawned fish (>17 cm), considering that the fish only spawn at least once from their life cycle. The fecundity of short mackerel is relatively high as an indicator of high reproductive potential.
Some Aspects of the Reproductive of Japanese Threadfin Bream (Nemipterus japonicus Bloch, 1791) Caught in the Area Around the Artificial Reef In the Pitu Sunggu Waters of the Makassar Strait Wayan Kantun; Wilma Moka
Jurnal Perikanan Universitas Gadjah Mada Vol 24, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jfs.73629

Abstract

Japanese Threadfin Bream is a demersal fish commonly found around artificial reefs. Food availability in the artificial reef ecosystem is essential for the sustainability of this species. Hence, this research aimed to determine several aspects of bio-reproduction of Japanese Threadfin Bream caught in the artificial reef (bioreeftek). Samples were taken using handline fishing, twice a month (April-July 2020) in Pitu Sunggu Waters, Makassar Strait. The samples were observed for its reproduction aspects.  The result showed that the Japanese Threadfin Bream fish caught have a balanced sex ratio between males and females, 1:1.03. The analysis of the gonad maturity stage obtained was II-IV, and the gonado somatic index ranged from 0.541-0.940 for males and 1.156-2.358 for females. The first mature Japanese Threadfin Bream size was 18.29 cm for males and 16.99 cm for females. The Japanese Threadfin Bream fish fecundity ranged between 35.042-42.061 eggs.
APLIKASI ASIA & AFRICA HD BERBASIS ANDROID PADA PENANGKAPAN CUMI-CUMI (Loligo chinensis, Gray 1849) DI PERAIRAN SELAT MAKASSAR Irsandi Irsandi; Wayan Kantun; Indra Cahyono
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 28, No 2 (2022): (Juni) 2022
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jppi.28.2.2022.%p

Abstract

Penangkapan cumi-cumi dapat dilakukan pada malam dan siang hari. Penangkapan yang intensif diduga telah menyebabkan terjadinya perubahan biologi cumi-cumi. Sehubungan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis biologi cumi-cumi yang meliputi distribusi ukuran, pola pertumbuhan, nisbah kelamin, kematangan gonad dan ukuran kali pertama matang gonad. Penelitian dilakukan dengan metode survei melalui keterlibatan langsung pada operasi penangkapan dengan nelayan yang memakai dan tidak memakai aplikasi Asia&Africa HD berbasis Android. Penelitian dilakukan mulai Maret sampai Mei 2022. Hasil penelitian menunjukkan distribusi ukuran panjang mantel cumi-cumi yang tertangkap dengan memakai aplikasi berkisar 0,9-14,6 cm (11,42 ±1,73 cm) dan tidak memakai aplikasi berkisar 0,9-14,6 cm (11,19 ± 1,81 cm) baik untuk jantan maupun betina, pola pertumbuhan allometrik negatif (b < 3) baik jantan maupun betina, nisbah kelamin jantan betina dengan memakai aplikasi sebesar 30,25 : 69,75% (1,0 : 2,3) dan tidak memakai aplikasi sebesar 38,95 : 61,05% (1,0 : 1,5), kematangan gonad cumi-cumi jantan hanya pada tahapan belum matang gonad (tahapan I-II) baik tertangkap memakai dan tanpa memakai aplikasi, sedangkan cumi-cumi betina ditemukan mulai tahapan belum matang gonad, matang gonad dan memijah (tahapan I-V) baik tertangkap memakai dan tanpa memakai aplikasi. Ukuran kali pertama matang gonad cumi-cumi betina dicapai pada ukuran 9,187 cm untuk yang memakai aplikasi sedangkan pada ukuran 10,942 cm yang tidak memakai aplikasi. Dampak dari penggunaan aplikasi ini adalah cumi-cumi yang tertangkap lebih banyak dengan ukuran matang gonad lebih kecil, nisbah kelamin tidak seimbang, dan tidak terjadi keselarasan tahapan kematangan gonad jenis kelamin jantan dengan betina.Squid fishing can be done at night and during the day. Intensive fishing is thought to have caused a change in the biology of the squid. In this regard, this study aims to analyze squid’s biology, including size distribution, growth pattern, sex ratio, gonad maturity and the size of the first gonad maturity. The research was conducted using a survey method through direct involvement in fishing operations with fishermen who use and do not use the Android-based Asia & Africa HD application. The study was conducted from March to May 2022. The results showed that the distribution of the mantle length of squid caught using the application ranged from 0.9 to 14.6 cm (11.42 ± 1.73 cm) and not using the application ranged from 0, 9-14.6 cm (11.19 ± 1.81 cm) for both males and females, negative allometric growth pattern (b < 3) for both males and females, male to female sex ratio using the application of 30.25: 69, 75% (1.0 : 2.3) and did not use the application of 38.95 : 61.05% (1.0 : 1.5), male squid gonad maturity is only at the immature stage of gonads (stages I- II) both caught using and without using the application, while female squid were found from the immature, gonadal and spawning stages (stages I-V) both caught using and without using the application. The size of the female squid's first gonad maturity was reached at 9.187 cm for those who used the application, while the size of 10,942 cm for those who did not use the application. The impact of using this application is that more squid are caught with have smaller gonad maturity sizes, unbalanced sex ratio, and there is no alignment of the stages of male and female gonad maturity.
NISBAH KELAMIN DAN UKURAN PERTAMA KALI MATANG GONAD KEPITING BAKAU, Scylla serrata (Forskal, 1775) DI PERAIRAN SUNGAI SANRANGANG KABUPATEN TAKALAR I Wayan Kantun; Sri Wulandari Wulandari; Husni Angreni Angreni
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 14, No 2 (2022): (Agustus) 2022
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Sorong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/bawal.14.2.2022.57-67

Abstract

Aktifitas pemanfaatan kepiting bakau di perairan sungai Sanrangang Kabupaten Takalar telah dilakukan secara intensif sehingga dikhawatirkan sudah terjadi penangkapan berlebih dan penurunan ukuran secara reproduksi. Berdasarkan hal tersebut dilakukan penelitian ini yang bertujuan untuk menganalisis nisbah kelamin, tingkat kematangan gonad (TKG) dan ukuran pertama kali matang gonad kepiting bakau (Scylla serata). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus tahun 2020 di Sungai Sanrangang, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian ini menggunakan metode experimental fishing untuk membandingkan efisiensi dan efektivitas tiga jenis bubu yakni bubu lipat, rakkang dan bubu velg, dengan menggunakan umpan ikan mujair. Data yang diperoleh pada penelitian ini diolah dengan uji non parametrik Chi Square. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jumlah hasil tangkapan kepiting bakau untuk bubu lipat, rakkang dan bubu velg secara berturut-turut adalah 120; 107; dan 110 ekor. Nisbah kelamin kepiting bakau jantan dan betina untuk bubu lipat, rakkang dan velg masing-masing sebesar 1,67:1,00; 1,81:1,00 dan 1,50:1,00. Tingkat kematangan gonad yang ditemukan mulai tingkat I hinggaV yang didominasi fase matang gonad untuk bubu lipat sebesar 47,50%, rakkang 68,22% dan bubu velg 51,82%). Ukuran kali pertama matang gonad kepiting bakau jantan untuk bubu lipat, rakang dan velg masing-masing pada lebar karapas sebesar 80,13 mm, 77,15 mm dan 77,52 mm sedangkan untuk betina berturut-turut pada lebar karapas 82,54 mm, 76,10 mm dan 85,16 mm. Nisbah kelamin dalam keadaan seimbang dengan kondisi kepiting bakau jantan lebih awal mengalami matang gonad. Ukuran lebar karapaks kepiting bakau yang diperoleh pada penelitian ini di bawah 12 cm dan tidak memenuhi syarat Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 16/PERMEN-KP/2022.Mud crab utilization activities in the Sanrangang river waters, Takalar Regency have been carried out intensively so that it  tends that overfishing has occurred and  decrease in reproductive size. This study aimed to  analyse sex ratio, gonads maturity  stage ( GMS) and the width of first maturity of mud crab (Scylla Serata). This research was conducted from June to August 2020 in the Sanrangang River, Takalar Regency, South Sulawesi Province,  used an experimental fishing method to compare the efficiency and effectiveness of three types of traps, namely folding, rakkangs and velg, using mozambique tilapia  as bait. The data obtained were processed by Chi Square non-parametric test. The results indicated that the number of mud crabs for folding trap, rakkangs and velg trapwere 120; 107; and 110 individuals, respectively. The sex ratio of male and female for folding trap, rakkangs and velg trap were 1.67:1’00; 1.81:1.00 and 1.50:1.00. The gonad maturity stage showed that was starting from stage  I-V which dominated by the mature stages for folding trap 47.50%, rakkang 68,22% and velg trap 51.82%. The width at first maturity of male for folding trap, rakkangs and velg trap respectively for carapace width were 80.13 mm, 77.15 mm and 77.52 mm, while for females were 82.54 mm, 76.10 mm and 85.16 mm. The sex ratio was in balance with the condition of the male mud crabs earlier matured.  The width of the mud crab shell obtained in this study was below 12 cm or 120 mm that  did not meet the requirements of the Minister of Maritime Affairs and Fisheries Regulation Number 16/PERMEN-KP/2022.
ANALISIS POPULASI IKAN BAWAL HITAM (Parastromateus niger Bloch, 1795) BERDASARKAN KERAGAMAN DAN JARAK GENETIK DI WPPNRI 718 Nurnaningsih Nurnaningsih; I Wayan Kantun; Sri Wulandari
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 14, No 3 (2022): (DESEMBER) 2022
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Sorong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/bawal.14.3.2022.149-159

Abstract

Ikan bawal hitam (Parastromateus niger) merupakan ikan demersal yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Permintaan pasar ikan bawal hitam sebagai ikan konsumsi yang terjadi secara kontinyu menyebabkan peningkatan intensitas penangkapan di alam. Kondisi ini menyebabkan jumlah dan ukuran ikan bawal hitam di alam mengalami penurunan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur populasi, mencakup keragaman dan jarak genetic dan dugaan pohon filogeni ikan bawal hitam (Parastromateus niger) di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) 718. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai Mei 2022. Sampel ikan bawal hitam berasal dari ikan tangkapan di Laut Aru, Laut Arafuru, dan Laut Timor. Penelitian ini dilakukan melalui metode Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD) untuk menganalisis keragaman dan jarak genetik ikan bawal hitam dengan menggunakan tiga primer yaitu OPA-8, OPA-9, dan OPA-10. Data di analisis menggunakan software DARwin 6.0. Hasil menunjukkan ada variasi genetik antar populasi; analisis dendogram memperlihatkan diperoleh dua sub populasi ikan bawal hitam baik berdasarkan ukuran maupun lokasi. Dapat dibedakan kelompok ukuran ikan bawal berukuran kecil yang terpisah dari kelompok berukuran sedang dan besar; sedang beradasarkan lokasi pengambilan sampel terlihat sub populasi Laut Aru terpisah dengan subpopulasi Laut Arafuru dan Laut Timor yang mengelompok.  Berdasarkan dendogram bahwa sub populasi dengan karakteristik yang sama dikelola dengan model yang sama dan yang memiliki karakteristik berbeda dikelola secara terpisah.Black pomfret fish (Parastromateus niger) is a demersal fish that has high economic value. The market demand for black pomfret fish as a consumption fish that occurs continuously causes an increase in the intensity of fishing in nature. This condition causes the number and size of black pomfret fish in nature to decrease. This study aims to determine the genetic diversity and distance of the black pomfret fish (Parastromateus niger) population in the State Fisheries Management Area of   the Republic of Indonesia (WPPNRI) 718. The time of the study was carried out from March to May 2022. The black pomfret fish sample came from the Aru Sea population, the Sea Arafuru, and the East Timor Sea which landed at the Nizam Zachman Ocean Fishing Port, North Jakarta. This study used the Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD) method to analyze the genetic diversity and distance of black pomfret fish using three primers, namely OPA-8, OPA-9, and OPA-10. The data were analyzed using DARwin 6.0 software and the results showed genetic variation between populations. The results of the dendogram analysis showed that there were two sub-populations of black pomfret fish based on size, namely the small pomfret sub-population and the medium and large-sized sub-population. Likewise, two sub-populations were obtained based on the sampling location, namely the Aru Sea sub-population with the Arafuru Sea and the Timor Sea sub-population. Based on the dendogram, sub-populations with the same characteristics are managed using the same model and those with different characteristics are managed separately.
Analisis Hasil Tangkapan dan Rantai Pasok dalam Pemasaran Gurita Segar (Octopus Sp.) di Makassar Wayan Kantun; Ibnu Malkan Hasbi; Yuli Azrina
Jurnal Riset Diwa Bahari (JRDB) Volume 1, Nomor 1, 2023
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Teknologi dan Bisnis Maritim Balik Diwa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research aims to analyze the development of catches in maintaining the sustainability of the octopus business and the supply chain in marketing fresh octopus in Makassar. This research was conducted from March to May 2023. The research is classified as a qualitative method with a survey method of fishermen's catches and the marketing supply chain for fresh octopus. The types of octopus caught were Octopus vulgaris and Octopus cyanea with catches reaching 1,000-1,600 kg/trip for 20 days of catching. Fresh octopus marketing supply chain uses channels, margins, and marketing efficiency. In this research, three marketing channel patterns for fresh octopus were obtained: the first is fishermen - consumers, the second is fishermen - retailers - consumers and the third is fishermen - collectors - suppliers - consumers. The most efficient marketing channel is channel three, namely fishermen - traders - collectors - suppliers - and consumers because many suppliers are involved so the marketing margin is high and many profits are made. The third marketing margin has a large profit of IDR. 88,000/kg, the first marketing margin has the lowest profit of IDR 13,000/kg and the second marketing margin is IDR. 25,000/kg. There is development and increase in catches and the formation of several supply chains
Biologi Ikan Baronang Lingkis (Siganus canaliculatus) yang Dominan Tertangkap pada Daerah Pemasangan Bio-FADs di Perairan Tompotana Takalar Kantun Dananjaya; Andi Yuliani Paris
Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik Vol 7 No 3 (2023): Agustus
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46252/jsai-fpik-unipa.2023.Vol.7.No.3.243

Abstract

Rabbitfish are used by the community with various types of fishing gear so that it is thought to have resulted in changes in the population. This study aims to analyze the biological aspects of rabbitfish which include the composition of the type of catch, size structure, growth pattern, stages of gonad maturity and the size of the first gonad maturity. The research was carried out from May to July 2021 in the waters of Tompotona, Takalar Regency, South Sulawesi and  and was carried out in the installation area of ​​Bio-FADs. Data retrieval was carried out through direct capture using bubu in the morning and afternoon day. The results showed that the catch was 114 fish with S. canaliculatus 99 fish (86.84%) and S. guttatus 15 fish (13.16%). The composition of the dominant species of white-spotted rabbitfish   (S. canaliculatus) caught in the morning was 81 fish (81.82%) and 18 fish (18.18%) afternoon.  The structure size of the white-spotted rabbitfish caught in the morning ranged from 11.63-27.97 cm (17.70 ± 3.35 cm) and in the afternoon ranged from 10.54-26.94 cm (19.05 ± 3.16 cm). The type of growth caught in the morning and evening was negative allometric (b<3). The level of gonad maturity obtained from the immature stage to gonad maturity. The size of the first gonad maturity in the morning catch was 20.26 cm and in the afternoon was 17.98 cm.
Co-Authors Achmar Mallawa Achmar Mallawa Alifia, Frida Amran Amran Andi Adam Malik Andi Yuliani Paris Angreni, Husni Anugerah Saputra Ardi Eko Mulyawan Arnold Kabangnga Awaluddin Awaluddin Cahyono, Indra Darmawati Darmawati Demallulu, Arnold Fatahuddin Fatahuddin Fathuddin Fathuddin Firman Firman Hadijah Hadijah Hadijah Hadijah Hakim, Rusmini Hamsiah Hamsiah Harianti Harianti Harianti Harianti Harianti Harianti Heriansah, Heriansah Husni Angreni Husni Angreni Angreni Ibnu Malkan Hasbi Ibrahim, Muhammad Akmal Indra Cahyono Indra Cahyono Indra Cahyono Indra Cahyono Indra Cahyono Indra Cahyono Intan Permatasari Irsandi Irsandi Irsandi, Irsandi Jamadin, Ahmad Joanna Moka, Wilma Karim, Mutemaina Karim, Mutemainna Latief, Nursidi Latif, Nursidi Laurensius Loar Lukman Daris Mansur, Harianti Mardiana Mardiana Mauli Kasmi Moka, Wilma Joanna Muchtar, Muthahharah Muhammad Alwi Muhammad Ikhsan Idrus Muharam, Nur Hadi Murtini Murtini, Murtini Nuraeni L Rapi Nuraeni L Rapi Nuraeni L. Rapi Nuraeni L. Rapi Nuraeni L. Rapi Nuraerni L Rapi Nuraerni L Rapi, Nuraerni L Nurbaya Nurbaya, Nurbaya Nurmiati Nurmiati Nurnaningsih Nurnaningsih Nursidi, Nursidi Nursyahran Nursyahran Olfie Punusingon Rapi, Nuraeni Lewa Salim, Surya Sapa, Sri Ainun Selpiana Sri Wulandari SRI WULANDARI Sri Wulandari Sri Wulandari Sri Wulandari Wulandari Sudar, Kasmawati Sukriani Sukriani Suryawati Salim Syamsul Hadi Tandirerung, Chaterine Rumambo Tulak Wa Ode Nur Asma La Dia Nur Wandi, Anis Warda Susaniati Warda Susaniati Wayan Suma Arsana Wilma Joana Moka Wilma Moka Yuli Azrina Yunita Hatmayanti Hafid Zainuddin Zainuddin