Claim Missing Document
Check
Articles

KANTOR SEWA DI MANADO. Arsitektur Bangunan Hijau Jonathan B. Angkouw; Jefrey I. Kindangen; Johansen C. Mandey
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 9 No. 1 (2020): DASENG Volume 9, Nomor 1, Mei 2020
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v9i1.29490

Abstract

Perekonomian kota Manado dalam beberapa tahun terakhir telah mengalami peningkatan yang signifikan yang terdorong dari pemenuhan dan permintaan masyarakat kota. Hal ini mendorong semakin banyak individu atau sekelompok orang mengembangkan suatu peluang usaha yang menciptakan lapangan kerja dan hasil produk dari usaha tersebut. Usaha ini memiliki suatu badan atau bidang terorganisir disebut Perusahaan yang memerlukan tempat untuk menjalankan proses bisnis dan kegiatan mereka, yaitu perkantoran.  Tujuan dari perancangan ini adalah merancang suatu ruang atau wadah yang mampu memenuhi kegiatan dan aktivitas Perusahaan atau Pengguna kantor sewa. Selain itu butuh diterapkan suatu konsep tematik yang mampu menganalisis bagian-bagian perancangan dari kantor sewa guna membuat objek rancang perkantoran semakin efektif dan efisien. Dari tujuan itu diperlukan juga proses perancangan yang tepat agar supaya dalam meneliti dan menyimpulkan konsep perancangan mampu menghadirkan penerapan konsep yang tematis dan pemecahan masalah arsitektural dengan benar. Dengan menerapkan metode Glass box oleh Christopher Alexander dalam bukunya The Phenomenon of Life yang menjelaskan bahwa metode ini menggunakan pemikiran yang rasional secara objektif dan tersistematis dalam menelaah suatu hal. Metode ini menolak pemahaman yang tidak logis dan tidak rasional. Perancangan kantor sewa di kota Manado ini menerapkan konsep tematik arsitektur bangunan hijau dimana dalam hasil perancangannya menjabarkan beberapa hal seperti kebutuhan ruangan kantor yang ada disesuaikan dengan ketetapan dan regulasi sehingga semua kebutuhan secara primer maupun penunjang disediakan dalam kantor. Ada juga dalam implementasi desain, ruang kantor dibuat seefisien mungkin dalam penggunaan ruang, sirkulasi, utilitas dalam hal penghawaan dan pencahayaan. Dengan implementasi Arsitektur Bangunan hijau dalam perancangan, mampu mewujudkan sebuah desain kantor sewa yang baik, efisien, efektif, ramah lingkungan, dan menjawab setiap kebutuhan alami pengguna Kantor sewa. Kata kunci: Manado, Kantor, Arsitektur Bangunan Hijau.
GEDUNG PERTUNJUKAN DI MANADO Arsitektur Etnomatematika Jerry C. Poli; Jefrey I. Kindangen; Johansen C. Mandey
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 9 No. 1 (2020): DASENG Volume 9, Nomor 1, Mei 2020
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v9i1.30171

Abstract

Latar belakang dengan perkembangan zaman yang semakin hari semakin modern, banyak orang melupakan akan segala hal termasuk culture, budaya, ciri khas suatu daerah ataupun efiseiensi dalam pemeliharaan tarian, budaya, pakaian adat. Begitu pula yang ada di Sulawesi utara tidak luput dari pengaruh moderenisme sehingga melupakan culture budaya. juga pementasan seni yang tidak efisien membuat pementasan tidak berkualitas oleh karena itu solusi yang baik adalah membuat sebuah wadah atau objek untuk pertunjukan.Kebutuhan tempat pementasan seni juga untuk membudidayakan adat di daerah melalui opera Theatre.Latar  Belakang Judul ini adalah ketidakadanya bangunan yang berfungsi sebagai pementasan, theatre dan pertunjukan sehingga dalam aspek parawisata sangat di butuhkan bangunan yang berfungsi sebagai tempat pementasan. Dalam aspek bisnis juga untuk acara-acara dengan mempromosikan suatu produk juga membuhtuhkan bangunan yang berfungsi Pertunjukan. Dalam sudut pandang Tema, dengan tema Ethnomathematics (gabungan antara budaya dan matematika) menawarkan bangunan yang bercirikhas adat tradisional daerah Sukawesi Utara. Dalam sudut pandang pemerintahan juga mampu membangkitkan nilai adat yang kuat untuk melestarikan seni dan adat daerah, . Serta memajukan tingkat perekonomian kota sehingga tingkat. Kata Kunci: Gedung Pertunjukan, Arsitektur Etnomatematika
KANTOR SEWA DI MANADO. Arsitektur Parametrik Brilian L. Kaunang; Herry Kapugu; Johansen C. Mandey
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 9 No. 1 (2020): DASENG Volume 9, Nomor 1, Mei 2020
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v9i1.30865

Abstract

Iklim bisnis yang baik di kota Manado mendorong munculnya kantor sebagai suatu wadah yang bisa menampung kegiatan berbisnis. Disisi lain, belum tersedia wadah yang representative yang bisa menampung kegiatan berbisnis ini. Akibatnya, kegiatan berbisnis sekarang ini dilakukan di tempat yang tidak dirancang khusus sesuai dengan fungsinya sebagai wadah untuk kegiatan berbisnis.Mencermati tendensi yang berkembang sekarang ini, bangunan kantor umumnya dibangun dengan sistem sewa. Hal ini dilakukan untuk merespon dinamika penyewa bangunan. Kemudian setelah meninjau tipologi, bangunan Kantor Sewa umunya dibangunan secara vertikal, agar supaya efisien dan efektif dalam pemanfaatan lahan.Dalam kegiatan perancangan Kantor Sewa, terdapat variable dan parameter yang mesti dipertimbangkan. Maka dari itu, penulis mengangkat tema “Arsitektur Parametrik” sebagai pendekatan perancangan. Arsitektur Parametrik adalah pendekatan yang didasarkan pada proses berpikir algoritmik dan bersifat topologis (saling terhubung) antara variable dan parameter. Penulis menggunakan tema ini karena dinilai lebih integratif.Metode yang penulis gunakan dalam perancangan ini adalah metode perancangan menurut Tim Ginty yang terbagi menjadi 5 langkah. Langkah pertama (permulaan), Langkah kedua (persiapan), Langkah Ketiga (pengajuan usulan), Langkah Keempat (evaluasi) dan Langkah kelima (Tindakan).Hasil perancangan Kantor Sewa ini mengambil bentuk komposit yaitu kotak (sebagai respon tipologi) dan bulat (sebagai respon tapak) yang divariasikan menggunakan teknik parametrik dengan cara mengubah parameter desain melalui penggunaan piranti lunak. Desain bangunan yang apik dengan mengkombinasikan kebutuhan objek, lokasi dan tema.Kata Kunci: Kantor, Sewa, Arsitektur, Parametrik
GALERI SENI TRADISIONAL DI MANADO. Implementasi Arsitektur Mimesis Magdalena P. Lumintang; Ricky M. S. Lakat; Johansen C. Mandey
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 9 No. 1 (2020): DASENG Volume 9, Nomor 1, Mei 2020
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v9i1.30999

Abstract

Seni merupakan salah satu aset yang dimiliki Negara Indonesia, termasuk seni di Sulawesi Utara. Saat ini, wadah untuk menampung karya seni di Sulawesi Utara masih kurang, sehingga banyak karya seni yang belum tereksplor. Banyak kegiatan seni atau pameran-pameran karya seni masih dilaksanakan di gedung seperti mall. Karena itu, perlu dirancang sebuah gedung dengan tujuan untuk memfasilitasi semua karya seni yang terdapat di Sulawesi Utara. Gedung yang dimaksud adalah Galeri Seni Tradisional yang akan dirancang di Kota Manado yang adalah pusat kota Sulawesi Utara. Metode yang digunakan adalah Glass Box untuk mempermudah proses perancangan agar tersistematis dan terstruktur. Perancangan ini menerapkan tema Arsitektur Mimesis dengan mengambil makna dari Bhinneka Tunggal Ikha sebagai ide konsep pada bentuk bangunan. Ruang-ruang dalam bangunan dan ruang luar didesain berdasarkan fungsi dengan mengoptimalkan penggunaan lahan serta mengikuti keadaan tanah sehingga objek yang dirancang memiliki nilai seni dan dapat dinikmati oleh seniman bahkan penikmat seni.Kata Kunci: Galeri Seni Tradisional, Glass Box, Arsitektur Mimesis, Bhinneka Tunggal Ikha
MUSEUM VULKANOLOGI DI KOTA MANADO, Mimetic Architecture Axel D. J. Pangkey; Octavianus H. A. Rogi; Johansen C. Mandey
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 9 No. 2 (2020): DASENG Volume 9, Nomor 2, November 2020
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v9i2.34565

Abstract

Museum Vulkanologi di kota Manado merupakan sarana publik yang mana sebagai wadah menampung informasi dan edukasi seputar masalah geografi khususnya vulkanologi di lingkup daerah Sulawesi Utara. Tidak hanya edukasi, Museum Vulkanologi di kota Manado juga memiliki sarana rekreasi sehingga bersifat edutainment. Daerah Sulawesi Utara memiliki potensi fenomena alam yang besar dikarenakan terletak dalam wilayah cicin api pasifik dan merupakan salah satu provinsi yang memiliki gunung api terbanyak di Indonesia. Fenomena yang besar namun fasilitas yang minim membuat kehadiran Museum Vulkanologi sangat dibutuhkan. Objek bertema Mimetic Architecture ini memungkinkan membantu pengunjung dalam hal mudah mempelajari karena meminjam bentukan alam, serta dapat menyokong kebutuhan dan fungsi di dalam bangunan. Metode yang digunakan teridiri dari tahap-tahap pengumpulan data, dengan beberapa langkah yaitu studi literatur, observasi, studi komparasi, analisa, sintesa, dan desain hasil akhir. Museum Vulkanoligi di Kota Manado di harapkan dapat menjadi destinasi rekreasi dan dapat menolong dalam hal pendistribusian informasi dan ilmu pengetahuan dibidangnya.Kata Kunci : Pusat Rehabilitasi, NAPZA, Healing Environment, Arsitektur
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN GEREJA PANTEKOSTA DI INDONESIA (GPdI) di MANADO, Arsitektur Simbolis Cindy R. Salangka; Veronica A. Kumurur; Johansen C. Mandey
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 9 No. 2 (2020): DASENG Volume 9, Nomor 2, November 2020
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v9i2.34634

Abstract

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Gereja Pantekosta Di Indonesia  (GPdI) adalah tempat menimbah ilmu dan memperdalam alkitab untuk jemaat GPdI di Sulawsesi Utara bahkan di Indonesia. GPdI menduduki ranking ke 3 sebagai jemaat terbesar di Indonesia, hal ini menjadi alasan bahwa sumber daya manusia dalam menunjang pelayanan di lingkungan GPdI harus berkualitas. Sekolah Alkitab merupakan salah satu realisasinya sebagai wadah pelatihan non-formal dan Sekolah Tinggi Alkitab sebagai wadah pendidikan formal yang didalamnya mengajarkan kekristenan berdasarkan sumber yang murni yaitu Alkitab sesuai doktrin GPdI. Selain itu didalamnya terdapat pengajaran mengenai musik gereja, pengemabalaan dan penginjilan dengan tujuan melahirkan hamba-hamba TUHAN yang siap melayani gereja dan jemaat untuk perluasan pemberitaan Injil Kristus di Indonesia. Namun wadah pendidikan GPdI saat ini yang ada di Sulawesi Utara belum memenuhi standar untuk bangunan pendidikan, itu bisa dilihat dari  fasilitas yang kurang memadai serta kurangnya kapasitas asrama, ruang kuliah yang terbatas dan fasilitas pendukung lainnya.  Pantecostal Center dan Kantor Majelis Daerah GPdI Sulut berada di Kota Manado, sehingga Pusat Pendidikan dan Pelatihan menggunakan lokasi pada area Pantecostal Center Buha. Rancangan bangunan Pusat Pendidikan dan Pelatihan GPdI ini menggunakan tema arsitektur simbolis, dimana pada tapak hingga selubung bangunan menerapkan  simbol-simbol GPdI dan simbol Kekristenan.Kata Kunci: GPdI, Sekolah Tinggi Alkitab, Kristen, Simbolisme
HOTEL DAN PUSAT KONVENSI DI JAYAPURA, Arsitektur Semiotik Yosua J. A. Nada; Julianus A. R. Sondakh; Johansen C. Mandey
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 9 No. 2 (2020): DASENG Volume 9, Nomor 2, November 2020
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v9i2.34688

Abstract

Perkembangan globalisasi di masa kini,  tidak hanya mencakup pertumbuhan penduduk dan juga ekonomi yang meningkat, selain itu ada pula perkembangan  pada  aktivitas  manusia yang semakin beragam dan kompleks. Dengan kebutuhan mansusia pada saranan prasarana yang dapat menunjang aktivitas tersebut, berupa bangunan yang mampu mengefisienkan aktivitas penggunanya. Bangunan yang dimaksud ialah tempat penginapan atau hotel dan  convention  center atau pusat konvensi. Kota Jayapura sebagai Ibukota Provinsi Papua mempunyai  peran cukup penting sebagai pusat pemerintahan, pusat jasa dan perdagangan serta pusat pelayanan berbagai fasilitas dimana Kota Jayapura masih minim akan  tempat  pertemuan  atau  konvensi serta hotel yang mampu menunjang kegiatan pertemuan tersebut,Oleh sebab itu bangunan pusat konvensi dengan kapasitas ribuan orang dan hotel yang dapat menjadi akomodasi bagi tamu yang datang, tentu saja sangat dibutuhkan untuk menunjang perkembangan Kota Jayapura dan juga bangunan tersebut harus mampu menunjukan idenditas dimana bagunan itu berada. Dengan penerapan konsep arsitektur semiotik  tentunya  dapat  menjadi solusi pada bagunan agar bisa menunjukan idenditas baik daerah atau pun warga Papua. Kata Kunci : Kota Jayapura, Hotel, Pusat Konvensi, Arsitektur Semiotik.
GELANGGANG OLAHRAGA DI TAHUNA KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE: Arsitektur Neo Vernakular Otniel Ch. I. Takasiliang; Pingkan P. Egam; Johansen C. Mandey
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 12 No. 2 (2023): DASENG Volume 12, Nomor 2, April 2023
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Olahraga merupakan salah satu kegiatan yang diminati masyarakat dari berbagai latar belakang yang berbeda dan dengan rentang usia yang cukup beragam. Masyarakat Kabupaten Kepulauan Sangihe khususnya yang berada di kecamatan Tahuna cenderung menjadikan olahraga sebagai kegiatan rekreatif, namun adapun kelompok masyarakat yang menjadikan olahraga sebagai kegiatan yang dapat mendatangkan prestasi. Cabang olahraga futsal, voli, bulutangkis, basket, dan tinju dinilai sebagai cabang olahraga yang diminati masyarakat di Tahuna. Tingginya minat masyarakat dalam kegiatan berolahraga nyatanya tidak sebanding dengan banyaknya fasilitas yang dapat mewadahi kegiatan tersebut. Minimnya fasilitas seperti Gelanggang Olahraga yang memadai menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe khususnya di Tahuna. Selain dapat mewadahi dan memfasilitasi minat masyarakat serta mengembangkan dan melatih potensi generasi muda untuk menjadi atlet-atlet kebanggaan daerah, Gelanggang Olahraga juga diperlukan keberadaannya untuk menunjang kegiatan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) yang nantinya akan diadakan di Kabupaten Kepulauan Sangihe. Dengan didukung tema arsitektur Neo Vernakular, perancangan Gelanggang Olahraga di Tahuna, Kabupaten Kepulauan Sangihe, diharapkan dapat memperkenalkan unsur-unsur kearifan lokal yang dipadu dengan unsur-unsur modern kepada setiap penggunanya sehingga melalui objek ini, unsur kedaerahan dan kearifan lokal tetap terjaga dan tidak terlupakan oleh karena tergerus dengan era globalisasi. Penerapan tema ini dinilai menjadi salah satu langkah dalam menunjang pariwisata daerah karena melalui objek ini pengunjung dapat menikmati keindahan arsitekturalnya sekaligus kebudayaan setempat yang tertuang dalam berbagai aspek bangunan. Kata Kunci: Tahuna, Gelanggang, Olahraga, Kearifan Lokal, Modern, Neo Vernakular
PUSAT BUDAYA MALUKU UTARA DI JAILOLO HALMAHERA BARAT: Arsitektur Regionalisme Chrisye Giop; Johannes Van Rate; Johansen C. Mandey
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 12 No. 3 (2023): DASENG Volume 12, Nomor 3, Juli 2023
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Maluku pada awalnya merujuk pada keempat pusat kesultanan di Maluku Utara, yaitu Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo. Suatu bentuk konfederasi tertentu dari keempat kerajaan tersebut yang kemungkinan besar muncul pada abad ke-14, disebut Moloku Kie Raha atau “Empat Gunung Maluku”. Selanjutnya saat ini provinsi Maluku Utara terdiri dar 7 Kabupaten dan 2 Kota yang didalamnya didiami oleh 26 Suku Adat. Dengan kekayaan dari masing-masing suku yang memiliki ke-khas-an budaya sendiri menjadikan Maluku Utara menjadi daerah yang kaya bukan hanya dari segi parawisata namun juga budaya, oleh karena itu untuk terus dapat menjaga , memelihara, bahkan melestarikan kepada generasi muda Objek Pusat Budaya Maluku Utara dibutuhkan kehadirannya. Kehidupan masyarakat daerah Maluku Utara yang sebelumnya sangat lekat dengan budaya daerahnya sendiri, secara perlahan mulai meninggalkan kebiasaan tersebut dan bersikap seolah-olah meninggalkan budaya daerah sendiri karena beranggapan bahwa budaya daerah adalah budaya yang kuno. Belajar serta melestarikan budaya daerahsendiri sebagai bentuk apresiasi dan tanggung jawab agar budaya yang sejak dulu dilestarikan dapat tetap di kenal oleh generasi muda saat ini bahkan hingga generasi yang akan datang, hal ini menjadi penting karena budaya menyangkut dengan identitas sebuah daerah dan masyarakat daerah itu sendiri. Pusat Budaya Maluku Utara yang akan di hadirkan ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa ingin tahu dan rasa untuk ingin belajar serta melestarikan budaya daerah sendiri sebagai bentuk apresiasi dan tanggung jawab agar budaya yang sejak dulu dilestarikan dapat tetap di kenal oleh generasi muda saat ini bahkanhingga generasi yang akan datang dengan penggunaan Arsitektur Regionalisme dalam perancangan sebagai bentuk usaha untuk menghasilkan rancangan yang memperhatikan karakteristik regional yang berkaitan budaya, iklim dan teknologi pada saat itu, serta perpaduan masa lampau dan masa kini demi bangunan lestari. Kata Kunci: Pusat Budaya, Maluku Utara, Arsitektur Regionalisme
Kajian Luasan Dan Sebaran Lahan Potensial Perumahan Kawasan Perkotaan Di Kabupaten Minahasa Utara [Studi Kasus: Kecamatan Kalawat, Airmadidi, Kauditan] Bokau, Devanya Deviani Ruth; Rondonuwu, Dwight M.; Mandey, Johansen C.
Sabua : Jurnal Lingkungan Binaan dan Arsitektur Vol. 13 No. 1 (2024): SABUA : JURNAL LINGKUNGAN BINAAN DAN ARSITEKTUR
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/sabua.v13i1.57391

Abstract

Abstrak Kabupaten Minahasa Utara terletak pada jalur penghubung dua kota besar yang memiliki potensi terjadinya urbanisasi akibat letak geografisnya. Hal ini didukung dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Minahasa Utara tahun 2013-2033 yang menyatakan bahwa Kecamatan Kalawat, Kecamatan Airmadidi, dan Kecamatan Kauditan ditetapkan sebagai Kawasan Siap Bangun (KASIBA) dan Lingkungan Siap Bangun (LISIBA) yang diperuntukan untuk pembangunan perumahan berskala besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menghitung sebaran dan luasan yang dapat mencukupi sampai 20 tahun mendatang. Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan teknik overlay dengan bantuan aplikasi software ArcGIS, melakukan pembobotan sesuai dengan kriteria lahan peruntukan perumahan. Berdasarkan identifikasi dan analisis maka diperoleh sebaran dan luas lahan potensial pengembangan perumahan keseluruhan seluas 16.130 Ha. Hasil tersebut menunjukan kapasitas lahan untuk peruntukan perumahan di wilayah penelitian pada tahun 2044 masih belum memadai untuk memenuhi kebutuhan perumahan yang ada. Kata kunci: Daya Dukung, Lahan Potensial, Perumahan. Abstract North Minahasa Regency is located on the connecting route between two big cities that have the potential for urbanization due to its geographical location. This is supported in the 2013-2033 Regional Spatial Plan of North Minahasa Regency which states that Kalawat Sub-district, Airmadidi Sub-district, and Kauditan Sub-district are designated as Ready to Build Areas (KASIBA) and Ready to Build Neighborhoods (LISIBA) intended for large-scale housing development. This study aims to identify and calculate the distribution and area that can be sufficient for the next 20 years. The analysis method in this study uses overlay techniques with the help of ArcGIS software applications, weighting according to the criteria for housing allocation land. Based on the identification and analysis, the distribution and area of potential housing development land totals 16,130 hectares. These results show that the capacity of land for housing designation in the study area in 2044 is still inadequate to meet existing housing needs. Keyword: Supportability, Potential Land, Housing.