Claim Missing Document
Check
Articles

PENGARUH TINGKAT PROTEIN RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR AYAM KAMPUNG Intan W.Y.K. N. M; I. M. Mastika; A.W Puger
Jurnal Peternakan Tropika Vol 2 No 1 (2014)
Publisher : Animal Science Study Program, Faculty of Animal Husbandry, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat protein terhadap kualitas telur ayam kampung yang akan dihasilkan dan mengetahui kebutuhan protein yang optimal pada ayam kampung untuk mendapatkan kualitas telur terbaik. Rancangan acak lengkap digunakan dengan tiga jenis perlakuan dan tiap perlakuan terdiri dari 10 ulangan. Induk ayam dikandangkan secara individual dan diberi perlakuan yaitu perlakuan A (protein ransum 11%), perlakuan B (protein ransum 13%) dan perlakuan C (protein ransum 15%). Variabel yang diamati berat telur, berat jenis, indeks telur, indeks putih telur, indeks kuning telur, haught unit, tebal kerabang, warna kuning telur dan persentase, berat putih, berat kuning, berat kulit dan berat selaput telur. Pengamatan dilakukan selama tiga bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas telur pada variabel yang diamati secara statistik tidak berbeda nyata (P>0,05). Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian pakan dengan kandungan protein 11% sampai dengan protein 15% dengan energi metabolis 2600 Kkal ME/kg tidak berpengaruh terhadap kualitas telur umur ayam kampung 22 minggu.
PRODUKTIVITAS LIMA JENIS AYAM KAMPUNG YANG MEMILIKI WARNA BULU BERBEDA Sudarmawan T; Puger A.W; Nuriyasa IM.
Jurnal Peternakan Tropika Vol 2 No 1 (2014)
Publisher : Animal Science Study Program, Faculty of Animal Husbandry, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (226.241 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari produktivitas lima jenis ayam kampung yang memiliki warna bulu berbeda umur 24 minggu.  Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima jenis perlakuan yaitu ayam kampung putih siung (berbulu putih, kaki dan paruh warna kuning) perlakuan A, ayam kampung selem (hitam) perlakuan B, ayam kampung biying ( berbulu merah) perlakuan C, ayam kampung brumbun (berbulu campuran yaitu hitam, merah dan putih) perlakuan D, dan ayam kampung putih kedas (berbulu putih dengan kaki dan paruh putih) perlakuan E.  Variabel yang diamati yaitu berat badan awal, berat badan akhir, produksi telur, tambahan berat (tambahan berat badan + produksi telur), konsumsi ransum dan Feed Convertion Ratio (FCR). Hasil penelitian menunjukkan produktivitas lima jenis ayam kampung yang memiliki warna bulu berbeda yaitu berat badan awal, berat badan akhir, produksi telur, tambahan berat (tambahan berat badan + produksi telur), Feed Convertion Ratio (FCR) pada perlakuan A, B, C, D dan E secara statistik berbeda tidak nyata (P>0,05).  Konsumsi ransum yaitu perlakuan C dan B berturut-turut 33,96% dan 33,98% lebih tinggi dibanding perlakuan D secara statistik berbeda nyata (P<0,05). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa produktivitas ayam kampung lima macam warna bulu tidak berbeda, tetapi konsumsi ransum pada ayam kampung selem (hitam)  dan ayam kampung biying berbulu merah) lebih tinggi dibanding ayam brumbun (berbulu campuran yaitu hitam, merah dan putih).
PENGARUH TINGKAT PROTEIN RANSUM TERHADAP PENAMPILAN AYAM KAMPUNG UMUR 22 - 33 MINGGU Suryana IK.A; Mastika IM.; Puger A.W
Jurnal Peternakan Tropika Vol 2 No 2 (2014): Elektronikal Jurnal Ilmu Peternakan tropis
Publisher : Animal Science Study Program, Faculty of Animal Husbandry, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (579.886 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penampilan ayam kampung umur 22-33 minggu yang diberi ransum dengan tingkat protein berbeda. Penelitian ini dilaksanakan selama 11 minggu dengan menggunakan ayam kampung betina umur 22 minggu siap bertelur sebanyak 18 ekor dengan kisaran berat badan awal 1250 ± 250 g. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan enam ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah perlakuan A (ransum protein kasar 11%), perlakuan B (ransum protein kasar 13%), perlakuan C (ransum protein kasar 15%) dan semua ransum mengandung energi termetabolis 2600 kkal/kg. Variabel yang diamati adalah penampilan ayam kampung terdiri dari berat badan awal, berat badan akhir, produksi telur, konsumsi ransum, konsumsi protein dan konversi ransum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ransum tingkat protein kasar 11%, 13% dan 15% memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap berat badan akhir, produksi telur, konsumsi ransum, konsumsi protein dan konversi ransum (P>0,05). Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan pemberian ransum kandungan protein kasar 11-15% memberikan pengaruh yang sama terhadap penampilan ayam kampung umur 22-33 minggu.
PENGARUH PENGGANTIAN RANSUM KOMERSIAL DENGAN AMPAS TAHU TERHADAPKOMPONEN KARKAS BABI RAS Stradivari G.E; Budaarsa K.; Puger A.W
Jurnal Peternakan Tropika Vol 3 No 3 (2015)
Publisher : Animal Science Study Program, Faculty of Animal Husbandry, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (373.831 KB)

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggantian ampas tahu pada tingkat tertentu dalam ransum komersial terhadap komponen karkas babi ras. Penelitian menggunakan babi ras sebanyak 16 ekor dilaksanakan di Br. Sekarmukti Desa Pangsan, Petang Badung selama 14 minggu. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan empat perlakuan dan empat ulangan. Adapun keempat perlakuan tersebut terdiri dari P0 sebagai kontrol yaitu ransum komersial (Pakan komplit+polar) tanpa ampas tahu, P1:ransum  komersial 5% diganti dengan ampas tahu, P2: ransum komersial7,5% diganti dengan ampas tahu dan P3: ransum  komersial 10% diganti dengan ampas tahu. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah bobot potong, persentase karkas, komposisi fisik karkas, tebal lemak punggung, panjang karkas dan recahan karkas. Data yang diperoleh dianalisis ragam, apabila terdapat hasil berbeda nyata  (P<0,05) dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggantian ransum komersial dengan ampas tahu memberikan pengaruh berbeda nyata (P<0,05) terhadap komposisi fisik karkas, sedangkan untuk bobot potong, persentase karkas, tebal lemak punggung, panjang karkas, dan recahan karkas berbeda tidak nyata (P>0,05). Hasil penelitian dapat disimpulkan penggantianransum komersial (Pakan komplit+polar) dengan ampas tahupada tingkat 5%, 7,5%, 10% menghasilkan bobot potong, persentase karkas, tebal lemak punggung, panjang karkas dan recahan karkas yang sama pada setiap perlakuan Penggantian ransun komersial dengan ampas tahu pada tingkat 10% mampu menghasilkan persentase daging paling tinggi, tetapi persentase lemak dan kulit serta tulang yang paling rendah dari perlakuan lainnya.
PENGARUH PENGGUNAAN JENIS MINYAK DALAM RANSUM TERHADAP POTONGAN KARKAS ITIK BALI JANTAN Pratita N. P. R.; I M. Nuriyasa; A. W. Puger
Jurnal Peternakan Tropika Vol 9 No 2 (2021): Vol. 9 No. 2 Tahun 2021
Publisher : Animal Science Study Program, Faculty of Animal Husbandry, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

`Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan jenis minyak dalam ransum terhadap potongan karkas itik Bali jantan. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Dajan Peken, Tabanan selama 10 minggu. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 4 ulangan serta tiap ulangan berisi 2 ekor itik Bali jantan dengan kisaran berat 223±19,36g. Perlakuan tersebut terdiri dari R0= penggunaan 0% minyak dalam ransum, R1= penggunaan 3% minyak kelapa sawit dalam ransum, R2= penggunaan 3% minyak ikan dalam ransum, R3= penggunaan 3% minyak jelantah dalam ransum, dan R4= penggunaan 3% minyak babi dalam ransum. Ransum penelitian diberikan pada itik dengan kandungan energi metabolis 2.900Kkal/kg dan protein 18%. Variabel yang diamati adalah bobot potong, berat karkas, persentase karkas, dan persentase potongan karkas yang meliputi dada, paha, betis, sayap, dan punggung. Hasil penelitian menunjukan bahwa bobot potong, berat karkas, persentase karkas, dan persentase potongan karkas tidak dipengaruhi oleh penggunaan minyak kelapa sawit, minyak ikan, minyak jelantah, dan minyak babi dalam ransumse banyak 3% dibandingkan dengan kontrol. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan minyak dosis 3% dalam ransum tidak berpengaruh terhadap bobot potong, berat karkas, persentase karkas, dan persentase potongan karkas itik Bali jantan. Kata Kunci : itik bali jantan, berat potong, potongan karkas
KARKAS AYAM KAMPUNG UMUR 11 MINGGU YANG DIBERI RANSUM DENGAN TINGKAT PROTEIN YANG BERBEDA Nugraha G. A.; I M. Nuriyasa; A. W. Puger
Jurnal Peternakan Tropika Vol 6 No 1 (2018): Vol. 6 No. 1 (2018)
Publisher : Animal Science Study Program, Faculty of Animal Husbandry, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (352.929 KB)

Abstract

The aims of this research was to findout the effect of the protein level in the ration on the carcass ofkampung chicken at 11 weeks age. This research was carried out for 2 months at the Faculty of Animal Husbandry Research Station, Sesetan, Denpasar. The study used a Completely Randomized Design (CRD) with three treatments and six replicates. Those treatments were rations containing protein 14.5% (R1), rations containing protein 15.5% (R2), and rations containing protein 16.5% (R3). Drinking water and feed were given ad libitum. The variables observed were final weight, carcass weight, carcass percentage, and percentage of carcass component.The results showed that chicken giving rations containing protein 14.5% (R1), rations containing protein 15.5% (R2) and rations containing protein 16.5% (R3) not different (P>0.05) an all of the variables as of final weight, carcass weight, carcass percentage and percentage of carcass component. It can be concluded that chicken giving rations containing protein (14.5%, 15.5% and 16.5%) has no effect on the final weight, carcass weight, carcass percentage, and percentage of carcass component of kampung chicken at 11 weeks age. Key words:Carcass, Kampung Chicken, Level of Protein.
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN SUSU SAPI PERAH (Studi Kasus di KUD Argopuro, Kecamatan Krucil, Kabupaten Probolinggo) Bairosi B.; I N.S Miwada; A. W. Puger
Jurnal Peternakan Tropika Vol 7 No 1 (2019): Vol. 7 Isssues 1 (2019)
Publisher : Animal Science Study Program, Faculty of Animal Husbandry, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (711.607 KB)

Abstract

The aim of this student work practice is to find out the internal and external strategic factors that influence the marketing of milk for dairy cows and to find out the appropriate alternative strategies in the Argopuro Village Cooperative that have a partnership with PT. Nestle Indonesia, Pasuruan. This activity is carried out in Krucil Village during November 2018. This activity uses 55 respondents, consisting of 50 farmers and 5 experts. Respondents of farmers are determined using the random sampling method. Expert respondents were determined using the purposive random sampling method. Data collection is done by direct observation in the field by conducting interviews, and filling out questionnaires. The analytical tool used in this study consisted of EFE Matrix, IFE Matrix, IE Matrix, and SWOT Matrix. SWOT matrix to determine several alternative partnership strategies between KUD Argopuro and PT. Nestle Indonesia, namely by maximizing excellence and opportunities, and minimizing weaknesses and threats. The results of the IFE matrix analysis showed a total score of 3,354 (strong internal position) and the EFE matrix analysis showed a total score of 3,711 (partnership increases profit). The results of this analysis can be concluded that the partnership between KUD Argopuro and PT. Nestle Indonesia, Pasuruan is located in quadrant I, or enters into a growing and nurturing division. This position signifies a strong organization and is in a strong market, so it has a very large strategic opportunity to develop and needs to be maintained. Keywords: KUD Argopuro, Business Partnership, SWOT Analysis
PENGARUH PENGGANTIAN RANSUM KOMERSIAL DENGAN TEPUNG LIMBAH KECAMBAH KACANG HIJAU DIFERMENTASI TERHADAP ORGANOLEPTIK DAGING ITIK BALI JANTAN UMUR 8 MINGGU Karisma E. D.; A. W. Puger; N. W. Siti
Jurnal Peternakan Tropika Vol 8 No 3 (2020): Vol. 8 No. 3 Tahun 2020
Publisher : Animal Science Study Program, Faculty of Animal Husbandry, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Limbah kecambah kacang hijau merupakan bagian dari kecambah kacang hijau yang sudah tidak dimanfaatkan lagi dalam proses produksi, bahkan biasanya terbuang sia-sia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggantian ransum komersial dengan tepung limbah kecambah kacang hijau difermentasi terhadap organoleptik daging itik bali jantan umur delapan minggu. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan, tiap perlakuan menggunakan lima ulangan dan setiap ulangan menggunakan tiga ekor itik bali jantan dengan berat badan itik 43,8±0,96g. Perlakuan yang diberikan yaitu; P0 (ransum komersial 100%), P1 (penggantian 12,5% ransum komersial dengan tepung limbah kecambah kacang hijau difermentasi) dan P2 (penggantian 25% ransum komersial dengan tepung limbah kecambah kacang hijau difermentasi). Pengujian organoleptik menggunakan uji hedonik (uji kesukaan) dengan 16 orang panelis semi terlatih dengan variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah warna, tekstur, aroma, rasa, dan penilaian secara keseluruhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggantian 25% ransum komersial dengan tepung limbah kecambah kacang hijau difermentasi berpengaruh nyata lebih tinggi (P<0,05) terhadap organoleptik warna, tekstur, aroma, rasa, dan penilaian secara keseluruhan dengan nilai kesukaan penggantian 25% 4,06 (suka sampai amat suka) penggantian 12,5% tepung kulit kecambah kacang hijau difermentasi dengan nilai kesukaan 3,13 (biasa sampai suka) dan nilai terendah terletak pada perlakuan kontrol dengan nilai kesukaan pada angka 2,5 (tidak suka sampai biasa). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan penggantian sampai 25% ransum komersial dengan tepung limbah kecambah kacang hijau difermentasi mampu meningkatkan kesukaan panelis terhadap organoleptik daging itik bali jantan umur delapan minggu. Kata kunci : Itik bali jantan, tepung limbah kecambah kacang hijau difermentasi, organoleptik, ransum komersial
PENGARUH TINGKAT PROTEIN RANSUM TERHADAP PENAMPILAN AYAM KAMPUNG PERIODE AWAL REPRODUKSI Saputra IP.A.A; Puger A.W; Suasta IM.
Jurnal Peternakan Tropika Vol 2 No 2 (2014): Elektronikal Jurnal Ilmu Peternakan tropis
Publisher : Animal Science Study Program, Faculty of Animal Husbandry, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (577.669 KB)

Abstract

Penelitian mengenai pengaruh tingkat protein terhadap penampilan ayam kampung periode awal reproduksi telah dilakukan di Stasiun Penelitian Fakultas Peternakan Universitas Udayana selama sembilan minggu. Periode awal meliputi periode bertelur pertama, periode mengeram pertama , hingga telur menetas. Materi yang digunakan dalam penelitian ini berupa ayam kampung betina yang berjumlah 15 ekor umur 22 minggu dan enam ekor ayam kampung jantan dewasa kelamin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa tingkat protein ransum yang paling baik untuk ayam kampung betina periode awal reproduksi. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap dengan tiga perlakuan ransum dan lima ulangan.  Ayam kampung ditempatkan secara acak  kedalam tiga perlakuan, yaitu ayam kampung yang mendapat perlakuan A diberi ransum berprotein 11%,  perlakuan B diberi ransum berprotein 13%, dan perlakuan C diberi ransum berprotein 15%. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa selama periode bertelur ayam kampung yang diberi perlakuan ransum dengan tingkat protein yang berbeda tidak menunjukan perbedaan yang nyata (P>0,05) untuk produksi telur, konsumsi ransum, dan konversi ransum. Bobot badan ayam kampung yang diberi ransum dengan protein 15% pada periode bertelur mengalami penurunan paling banyak yaitu sebesar 129,7 g. Selama periode mengeram bobot badan ayam kampung yang diberi ransum dengan protein 11% mengalami penurunan bobot badan yang nyata (P<0,05) lebih banyak dari ayam kampung yang diberi ransum berprotein 13% dan 15% dan memiliki konsumsi ransum tertinggi. Setelah periode mengeram ayam kampung yang diberi perlakuan ransum dengan tingkat protein yang berbeda tidak menunjukan perbedaan yang nyata (P>0,05) untuk produksi telur dan konversi ransum. Ayam kampung yang diberi ransum dengan protein 15% memiliki peningkatan bobot badan tertinggi yaitu 167 g. Dengan demikian pemberian ransum dengan tingkat protein 11%, 13%, dan 15% menunjukan penampilan yang berbeda pada ayam kampung periode awal reproduksi.
RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BERBAGAI RUMPUT LOKAL YANG DIPUPUK DENGAN PUPUK NPK Asmara i Gd. O.J.; A. W. Puger; N. Nym. C. Kusumawati
Jurnal Peternakan Tropika Vol 7 No 1 (2019): Vol. 7 Isssues 1 (2019)
Publisher : Animal Science Study Program, Faculty of Animal Husbandry, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (772.866 KB)

Abstract

The study aims to obtain information about the effect of various dosage on the growth and production of various local grasses that are fertilized with NPK fertilizer. The study is carried for 10 weeks. The design used is a complete randomized design (RAL) with spit plot pattern of local grass type as main plot, that are Stenotaphrumsecundatum, Axonopusscompressus and Paspalum conjugatum with NPK fertilizer dosage. as subplots, that are 0 g/pot, 0.1 g/pot, 0.2 g/pot and 0.3 g/pot, The experiment was repeated four times so there are 48 experiment units. Thevariables observed were plant length, number of leaf, number of tiller, leaf dry weight, dryweight of stem, root dry weight, total dry weight of forage, leaf dry weight ratio with dry weightof stem, total dry weight of forage ratio with root dry weight top root ratio) and leaf area per pot.The results showed that dosage of fertilizer was not significantly different (P>0.05) to plant lengthvariables, number of leaf, number of tiller, leaf dry weight, dryweight of stem, total dry weight of green, leaf dry weight ratio with dry weightof stem, total dry weight ratio of forage with root dry weight top root ratio) and leaf area, but significantly different (P<0.05) on root dry weight. In different types of plants (P <0.05) to plant length variables, number of leaf, leaf dry weight, dryweight of stem, total dry weight of forage, total dry weight ratio of forage with root dry weight top root ratio, leaf area and not significantly different (P>0.05) number of tiller,root dry weight, leaf dry weight ratio with dry weight of the stem. Based on the result of research, it can be concluded that dosas of fertilizer D3 =0,3g/pot and Stenotaphrumsecundatumgrass response to the best growthand production response and thereis no interaction between dosage of fertilizer wite grass type. Keywords: local grass, doses of fertilizer, growth, production
Co-Authors A. A. A. S. TRISNADEWI A. T. Umiarti, A. T. Anak Agung Putu Putra Wibawa Antara I M. D. Asmara i Gd. O.J. Astawa P. A., Astawa Bairosi B. D. A. WARMADEWI Dean Billawa DESAK PUTU MAS ARI CANDRAWATI Diarsa I W. E. PUSPANI Eny Puspani Gede Wijaya I. M., Gede Wijaya Gulita S. S. Hartona T.A I D. G. A. UDAYANA I D.G.A. Udayana I G. L. Oka I G.L.O. CAKRA I Gede Mahardika I Gusti Nyoman Gde Bidura I Ketut Mangku Budiasa I Ketut Sumadi I Komang Budaarsa I M. Mudita I M. NURIYASA I M. Suasta I Made Nuriyasa I N. T. ARIANA I Nyoman Sumerta Miwada I P. A. Astawa I Putu Ari Astawa I W. SUDIASTRA I W. WIRAWAN I Wayan Suarna I WAYAN SUBERATA I. K. Sukada I. K. SUKADA I. M. Mastika I. M. Mastika I. M. SUASTA I. N. Simpen, I. N. I.G.E. Putra I.M. Nitis I.M. Suarn IGL Oka Intan W.Y.K. N. M Karisma E. D. M. A. Rasna M. E. D. PERTIWI M. HARTAWAN, M. M. Suasta M.S., Munir Marwansyah A. J. N. L. P. Sriyani N. L. P. Sriyani, N. L. P. N. Nym. C. Kusumawati Ni Luh Gde Sumardani Ni Luh Putu Sriyani Ni Nyoman Suryani NI PUTU MARIANI Ni Wayan Siti Noviyanti K.R. Nugraha G. A. Oka A. A. Oktaviantoro D P. A. ASTAWA Parayana I G. S. Pertiwi I G. N. S. D. Pratita N. P. R. Prayoga I M. Y. Purnawan I K. A. Puspani E. Resla M. S. Risnayanti N. K. Roni N. G. K. Saputra IP.A.A Simamora C. Siti N. W. Stradivari G.E Suasta I. M., Suasta Suasta IM. Sudarmawan T Sugiarta I M. P. Sumadi I. K., Sumadi Suranjaya I .Gd Suryana IK.A T. I. Putri Tirta Ariana N., Tirta Ariana Tjokorda Istri Putri V. O., Silaban W. Suarna Wahyuningsi S. Wayan Sayang Yupardhi Wiguna I G. D. A. Wirawan I W.