Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

Parameter Genetik Klon-Klon F1 Krisan R Meilasari; Warid Ali Qosim; Murdaningsih Murdaningsih; K Yuniarto
Jurnal Hortikultura Vol 25, No 2 (2015): Juni 2015
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v25n2.2015.p113-125

Abstract

Produksi krisan di Indonesia memperlihatkan kecenderungan yang meningkat dalam 5 tahun terakhir. Selain sebagai bunga potong, krisan juga telah diminati konsumen sebagai tanaman hias pot. Namun, varietas krisan pot yang banyak beredar di pasaran saat ini merupakan varietas introduksi. Upaya perakitan varietas krisan pot dalam negeri telah dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Hias dan telah diperoleh sejumlah genotip F1. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui beberapa parameter genetik dari genotip F1 krisan. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Cipanas Balai Penelitian Tanaman Hias dari bulan September 2013 – Februari 2014. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 96 genotip F1 krisan dan lima genotip tetua krisan pot yaitu Garden Mum Red, Surf, Sunny Ursula, Bonny, dan Miramar. Hasil penelitian pada populasi keseluruhan genotip menunjukkan nilai variabilitas genetik dan fenotipik yang luas untuk semua karakter pengamatan dengan nilai heritabilitas kategori tinggi pada 13 karakter dan sedang pada empat karakter. Pada masing-masing populasi, variabilitas genetik dan fenotipik yang luas dengan nilai heritabilitas tinggi terdapat pada karakter-karakter selain diameter batang, panjang daun, jumlah internode, panjang internode, jumlah cabang, dan lama kesegaran bunga untuk populasi A, diameter batang, jumlah internode, panjang internode, jumlah bunga per tanaman, jumlah cabang, dan lama kesegaran bunga untuk populasi B, diameter batang, panjang daun, lebar daun, jumlah internode, jumlah cabang, dan lama kesegaran bunga untuk populasi D, diameter tajuk dan lama kesegaran bunga untuk populasi E. Dengan demikian, seleksi untuk memperoleh genotip unggul akan efektif dilakukan pada selain karakter-karakter tersebut. Populasi C menunjukkan nilai variabilitas genetik yang sempit untuk semua karakter pengamatan. Setiap hasil persilangan krisan menghasilkan genotip-genotip F1 dengan warna bunga yang beragam serta diperoleh warna-warna bunga yang berbeda dari tetuanya.
Tipe Puru dan Serangga yang Berasosiasi pada Puru Daun Mangga (Mangifera indica L.) Varietas Gedong Gincu di Desa Karyamukti, Kecamatan Tomo, Kabupaten Sumedang Puspasari, Lindung Tri; Nurochman, Irvan Sopyan; Meliansyah, Rika; Dewi, Vira Kusuma; Bari, Ichsan Nurul; Qosim, Warid Ali
Agrikultura Vol 35, No 1 (2024): April, 2024
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v35i1.54017

Abstract

Serangga pembentuk puru merupakan hama potensial yang dapat menurunkan hasil panen mangga dengan menghambat pertumbuhan bunga dan pembentukan buah pada tanaman. Informasi terkait serangga pembentuk puru serta parasitoidnya di Indonesia masih terbatas sehingga penting dipelajari jenis serta keragamannya dalam mendukung usaha pengendaliannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari jenis-jenis puru dan mengidentifikasi serangga pembentuk puru serta parasitoidnya yang berasosiasi pada puru daun mangga. Penelitian dilakukan dari bulan September 2022 hingga bulan April 2023 di Desa Karyamukti, Kecamatan Tomo, Kabupaten Sumedang.Pemeliharaan sampel daun mangga bergejala puru dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Proteksi Tanaman, Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Identifikasi morfologi serangga dilakukan di Laboratorium Hama Tanaman, Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Sampel daun bergejala puru diambil secara purposive sampling pada 50 pohon mangga varietas Gedong Gincu kemudian dilakukan identifikasi morfologi pada serangga yang muncul dari daun bergejala puru tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa puru daun mangga yang ditemukan dapat dibedakan menjadi lima bentuk yaitu pustulate, low-doughnut, bell-shaped, conical, dan circular-blister. Serangga yang berasosiasi di dalamnya terkonfirmasi secara morfologi ada yang berperan sebagai pembentuk gejala puru yaitu Procontarinia robusta, beberapa parasitoid yaitu Chrysonotomyia sp., Pediobius sp., Mangostigmus sp., Eurytoma sp.1, Euryotoma sp.2, Platygaster sp., Eupelmus sp., dan Pteromalidae sp.1, serta satu serangga inquilines yaitu Phlaeothripidae sp.1. Hasil penelitian ini akan memberikan kontribusi penting terhadap pengetahuan dasar tentang pola serangan serangga di tanaman mangga dan merupakan data dasar untuk penerapan pengendalian hama.
Karakterisasi Varietas Pisang Lokal (Musa spp.) Di Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat Hasibuan, John Hendra Parlindungan; Qosim, Warid Ali; Rostini, Neni; Kusumah, Fajar Maulana Wijaya; Ismail, Ade
Zuriat Vol 35, No 1 (2024): Mei, 2024
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v35i1.54925

Abstract

Pisang yang terdapat di Jawa Barat memiliki varietas lokal yang bervariasi. Pisang lokal (Musa spp.) yang terdapat di Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat belum dieksplorasi sebagai sumber data awal untuk program pemuliaan tanaman pisang. Analisis vegetasi dan keragaman pisang salah satu prosedur awal dengan melakukan karakterisasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data dan informasi tentang keragaman pisang lokal (Musa spp.). Penelitian ini dilakukan di tiga desa di Kecamatan Cipatujah (Desa Sindangkerta, Desa Cikawung Ading, dan Desa Kertasari) Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat dari bulan Mei sampai Juni 2016. Metode yang digunakan pada penelitian ini dengan metode survei dan eksplorasi. Hasil dari penelitian ini adalah Tanaman tahunan dengan nilai indeks keragaman 1,59 dengan kriteria sedang diposisi pertama, dan tanaman pisang dengan nilai indeks keragaman 1,47 kriteria sedang diposisi kedua dan tanaman semusim dengan nilai indeks keragaman 0,54 dengan kriteria rendah posisi ketiga. Nilai indeks keragaman tanaman tahunan tidak berbeda jauh dibanding tanaman pisang tetapi berbeda jauh dengan tanaman semusim. Jenis pisang yang mendominasi di Wilayah Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya adalah Pisang Raja Siem posisi pertama yaitu 43,51%, Pisang Kapas posisi kedua yaitu 43,43%, Pisang Bangka Wulu posisi ketiga yaitu 31,31% dan Pisang Ambon Jepang posisi keempat yaitu 31,14% berdasarkan perhitungan INP (Indeks Nilai Penting) serta ditemukan 14 jenis Pisang pada 11 titik lokasi pengamatan ditemukan
Pendugaan Parameter Genetik Karakter Komponen Hasil dan Hasil Hanjeli (Coix lacryma-jobi L.) di Jatinangor Qosim, Warid Ali; Ningtias, Utarie Ayu; Zubair, Anas; Damayanti, Farida; Wicaksono, Fiky Yulianto; Rachmadi, Meddy; Amien, Suseno
Zuriat Vol 34, No 2 (2023): September, 2023
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v34i2.49820

Abstract

Hanjeli merupakan tanaman serealia yang potensial dikembangkan sebagai sumber pangan alternatif. Keberhasilan proses seleksi diperlukan untuk memperoleh varietas hanjeli berdaya hasil tinggi. Evaluasi karakter komponen hasil dan hasil pada tanaman hanjeli dapat diketahui melalui pendugaan parameter genetik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai variabilitas genetik, heritabilitas, serta korelasi antar karakter komponen hasil dan hasil. Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Ciparanje, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, pada bulan Maret sampai bulan Agustus tahun 2022. Perlakuan terdiri dari 21 genotipe hanjeli dan tiga genotipe cek yang disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK) dengan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai variabilitas genetik sempit pada karakter yang diamati kecuali jumlah biji pertanaman dan umur panen. Nilai heritabilitas menunjukkan kategori sedang dan rendah. Nilai heritabilitas sedang terdapat pada karakter tinggi tanaman, berat 100 biji, jumlah biji pertanaman, umur berbunga dan umur panen. Karakter bobot biji pertanaman berkorelasi positif nyata dengan jumlah biji pertanaman dan hasil panen perhektar. Karakter tinggi tanaman berkorelasi positif nyata dengan jumlah srisip, jumlah ruas, diameter batang dan umur berbunga. Karakter diameter batang berkorelasi positif nyata dengan jumlah daun. Korelasi negatif terdapat pada karakter jumlah biji per tanaman dengan bobot 100 biji. Karakter jumlah biji pertanaman dapat digunakan sebagai kriteria seleksi karena memiliki variabilitas genetik yang luas serta berkorelasi nyata positif dengan hasil panen.
The effect of various doses of gamma ray irradiation on growth and chlorophyll changes of three adlay genotypes Qosim, Warid Ali; Anas, Anas; Amien, Suseno; Rachmadi, Meddy; Ramdani, Sidik; Islami, Romi Zamhir
Kultivasi Vol 23, No 2 (2024): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v23i2.55619

Abstract

Adlay has great potential to be developed into an alternative food source in Indonesia because it contains carbohydrates and high fat. The aim was to effect of various doses of gamma-ray irradiation on growth,chlorophyll changes, and determination of lethal dose (LD50) three adlay genotypes in M1 generation. This study was conducted by using the experimental quantitative method without design. The material used consists of three adlay genotypes, including genotypes #28, #37, and #38. The seeds were treated with 0 Gy (control), 100 Gy, 200 Gy, 300 Gy, 400 Gy, and 500 Gy doses of gamma-ray irradiation by the Research Center for Radiation Process Technology, the National Research and Innovation Agency using Gamma Cell 220. The research was conducted at the Faculty of Agriculture Experimental Station, Universitas Padjadjaran, from December 2017 to July 2018. The  LD50 was calculated by the curve-fitting analysis program based on characters of survival percentage, height seedling, root length, and appearance of leaf chlorophyll change in the three adlay genotypes. The results showed that the treatment of gamma-ray irradiation gave a diverse response to characters of survival percentage, height seedling and rooting length of the three adlay genotypes. There were LD50 for each genotype, 346 Gy for genotype #28, 381 Gy for genotype #37, and 371 Gy for genotype #38. The optimum dose of gamma-ray irradiation for the three adlay genotypes was 300 Gy. The appearance of chlorophyll change leaf the three adlay genotypes caused by gamma ray irradiation treatments with doses of 100 - 500 Gy were able to produce variation in the spectrum and frequency of different chlorophyll change in the M1 generation, the irradiation treatment of 400 Gy dose was able to make the highest frequency of chlorophyll mutations with a total frequency of 46.28%. Meanwhile, the gamma-ray irradiation treatment of 300 Gy produced the broadest chlorophyll mutant spectrum with 6 types of chlorophyll change consisting of tigrina, striata, viridis, variegata, maculata and albina green.
Induksi Perakaran dan Aklimatisasi pada Mutan Manggis (Garcinia mangostana L.) Qosim, Warid Ali; Zubair, Anas; Rachmadi, Meddy; Amien, Suseno
Zuriat Vol 35, No 2 (2024): September, 2024
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v35i2.58452

Abstract

Tujuan penelitian induksi perakaran dan aklimatisasi planlet manggis yang dapat digunakan dalam pengembangkan (pemuliaan tanaman) tanaman manggis in vitro dan perbanyakan tanaman. Penelitian dirancang dalam dua eksperimen, yaitu: (1) induksi perakaran dengan berbagai konsentrasi IBA, (2) komposisi media tanam untuk aklimatisasi mutan manggis. Percobaan 1. Planlet mutan manggis berasal dari perlakuan etil metan sulfonat (EMS) tersebut ditransfer ke medium perakaran, yaitu medium WPM yang berisi 3 % sukrosa dan 8 % agar.  Perlakuan perakaran adalah konsentrasi IBA yaitu: 0 mg/l (MS0/kontrol); 1.0 mg/l; 2.5 mg/l; 5.0 mg/l; 7.5 mg/l; 10 mg/l IBA. Percobaan ditata dalam RAL (rancangan acak lengkap)  terdiri dari  enam perlakuan IBA,  masing-masing perlakuan diulang 15 kali (botol), setiap botol kultur terdiri dari satu planlet mutan.  Kultur dipelihara pada ruang kultur dengan penyinaran 16 jam terang pada suhu 22 oC. Subkultur dilakukan setiap empat minggu. Pengamatan dilakukan terhadap kultur yang memunculkan akar, jumlah akar, dan panjang akar. Percobaan 2; media aklimatisasi planlet mutan manggis dilakukan dengan menggunakan media arang sekam, pakis dan kascing.  Media tanam aklimatisasi ditempatkan pada gelas plastik. Setiap perlakuan media aklimatisasi terdiri dari sepuluh tanaman. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi IBA dapat berpengaruh terhadap induksi perakaran pada mutan manggis. Konsentrasi IBA optimum untuk induksi perakaran pada planlet mutan manggis adalah 7.5 mg/l berdasarkan karakter persentase planlet membentuk akar, jumlah akar dan panjang akar. Media tanam untuk aklimatisasi planlet mutan manggis dapat berpengaruh terhadap pertambahan tinggi tanaman dan panjang akar. Media yang cocok untuk aklimatisasi planlet mutan manggis adalah medium kascing.
Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Buahdua, Kecamatan Buahdua Kabupaten Sumedang Melalui Teknologi Budidaya Hanjeli Dalam Menunjang Diversifikasi Pangan Qosim, Warid Ali; Irwan, Aep Wawan; Anas, Anas; Wahyudin, Agus
Agrikultura Masyarakat Tani Vol 2, No 3 (2025): Juli
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrimasta.v2i3.65500

Abstract

Tanaman hanjeli salah satu tanaman serealia potensial untuk dikembangkan sebagai bahan pangan (karbohidrat) berbasis tepung, pakan dan ornamen. Kelebihan tanaman hanjeli mudah pemeliharaanya, tahan hama dan penyakit, toleran kekeringan, dan bahan biofarmaka. Tujuan kegiatan ini adalah pemberdayaan masyarakat melalui teknologi budidaya hanjeli di Kelompok Tani ‘Amanah Girang’ Desa Buadua, Kecamatan Buahdua, Kabupaten  Sumedang. Kegiatan ini merupakan kegiatan pedampingan kajian tindak (action research) hasil penelitian dan difusi teknologi budidaya hanjeli. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini melibatkan penyuluhan  teknologi budidaya hanjeli, pelatihan, demonstrasi plot serta pendampingan. Hasil kegiatan menunjukkan  bahwa masyarakat desa khususnya petani hanjeli semakin memahami aspek teknologi budidaya tanaman  hanjeli sehingga dapat dipraktekkan dalam upaya meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil hanjeli. Para peserta sangat antusias dalam menerima materi tersebut, dan akan menanam benih hanjeli  1 kg yang diberikan untuk ditanam di lahan masing-masing. Diharapkan para petani   dapat  secara mandiri dalam mengelola usaha budidaya hanjeli, dengan berfokus pada budidaya hanjeli  sebagai usaha utama, sehingga  mencapai hasil yang signifikan dalam menciptakan kesejahteraan dan  kemajuan ekonomi bagi penduduk Desa Buahdua, Kecamatan Buahdua, Kabupaten Sumedang.
STRATEGI KONSERVASI PELESTARIAN DAN NILAI KEPENTINGAN BUDAYA (INDEX OF CULTURAL SIGNIFICANCE) PISANG ROID LOKAL JATIGEDE: STRATEGI KONSERVASI PELESTARIAN DAN NILAI KEPENTINGAN BUDAYA (INDEX OF CULTURAL SIGNIFICANCE) PISANG ROID LOKAL JATIGEDE Ismail, Ade; Karuniawan, Agung; Qosim, Warid Ali; Maharani, Yani; Pratiwi, Vika Faraditha; Wijaya Kusumah, Fajar Maulana
Jurnal Kajian Budaya dan Humaniora Vol 5 No 2 (2023): Jurnal Kajian Budaya dan Humaniora (JKBH), Juni 2023
Publisher : PT. RANESS MEDIA RANCAGE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61296/jkbh.v5i2.132

Abstract

Banana is one of the community's most cultivated and utilized agricultural commodities. Currently, Indonesia only has 101 registered types of local varieties of bananas, one of which is Roid bananas from the Jatigede District. The local community has not taken care of Roid bananas and let them grow wildly. The exploitation of Roid usage without any conservation and preservation efforts can affect the scarcity of banana Roid as a genetic resource. Therefore, it is necessary to identify the istribution and genetic diversity of banana Roid through in situ exploration and characterization. This study aimed to identify genetic diversity's potential and arrange the conservation strategy for banana Roid (Musa spp.) in Jatigede District. This activities was conducted in April – November 2022 in Ciranggem Village, Jemah Village, and Mekarasih Village. The data was collected by exploration, survey, and interview methods. Banana Rod has the highest ICS value of 99 compared to other types of bananas. The proposed method of conservation and preservation of local varieties is in situ conservation centered in Mekarasih Village, Jatigede District, Sumedang
Penampilan Fenotipik, Variabilitas, dan Heritabilitas 32 Genotipe Cabai Merah Berdaya Hasil Tinggi Qosim, Warid Ali; Rachmadi, Meddy; Hamdan, Jajang Sauman i; Nuri, Ihsanudin
Jurnal Agronomi Indonesia (Indonesian Journal of Agronomy) Vol. 41 No. 2 (2013): Jurnal Agronomi Indonesia
Publisher : Indonesia Society of Agronomy (PERAGI) and Department of Agronomy and Horticulture, Faculty of Agriculture, IPB University, Bogor, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (322.336 KB) | DOI: 10.24831/jai.v41i2.7519

Abstract

Information of phenotypic performance, genetic variability and heritability estimation are very important to improve the yield of red pepper. The aims of this research was to obtain the information on the phenotypic performance, variability and heritability of 32 high yielding genotypes of red pepper. The experiment was arranged in randomized complete block design in which 32 genotypes of red pepper were used as a treatment. The results showed that the genotypes of BPH 0604, KRT 2, RMCK I, RMCK II, and UPKRT I 99 performed better than others in the fruit characters such as number of fruits per plant, number of fruit per plot, weight per fruit, fruit weight per plant, fruit weight per plot. The genetic and phenotypic variability were considerably wide for characters such as plant height, flowering time, stem diameter, leaf width, length of peduncle, petiole length, fruit diameter, number of fruits per plant, number of fruit per plot, and weight per fruit. Heritability estimation of plant height, flowering time, stem diameter, fruit diameter, number of fruits per plant, number of fruit per plot, weight per fruit, fruit weight per plant and fruit weight per plot were high.Keyword: Capsicum annuum, genetic material, high yielding variety, plant breeding